PRIIIT… PRIIIT… PRIIIT…
Peluit panjang tanda berakhirnya partai
final turnamen sepakbola pelajar. Skor
akhir 4-2, keunggulan klub Siliwangi Fc atas rival terberat mereka, Dipokar Fc.
Seluruh
pemain cadangan dan official klub Siliwangi berhamburan ke dalam lapangan.
Selebrasi yang di sajikan layaknya memenangkan piala dunia.
Keadaan
berbalik untuk kubu Dipokar Fc. Ilan, salah satu punggawa mereka berjalan
terunduk menekuri rumput lapangan yang terasa hijau dipijaknya.
Ia
terhenti. Sebuah pelukan hangat dihadiahkan temen seperjuangan mereka, Lingga.
“Setiap detik yang telah berlalu, takkan pernah menunggu kita tuh bisa pahami
hidup dan sesali semua yang telah lalu.” Ucapnya di samping telinga Ilan.
Ilan
sendiri hanya bisa diam. Mencoba mencerna setiap perkataan Lingga. Ia
menjauhkan tubuhnya dari dekapan Lingga. Matanya seolah masuk ke dalam tatapan
hangat seseorang di depannya. “Itu bukannya salah satu lirik lagunya J-Rocks?”
Todong Ilan.
“He-eh.”
Lingga Cuma nyengir.
Setiap
orang pasti sangat menerima sebuah kemenangan. Tapi, apa semua prang bisa
menerima sebuah kekalahan? Untuk seorang Ilan, bisa. Karena ia tampak tegar seiring
tetesan peluh yang mengalir di tubuhnya.
“Lo
masih inget kan? Kita punya mimpi masuk timnas?”
@@@
Itu
hanya sepenggal cerita pahit namun sarat akan makna sebuah perjalanan di
sepakbola bagi Ilan dan Lingga satu tahun lalu. Dan kini Lingga di sini.
Sendiri. Hanya bersama sebuah makam yang masih basah dan terpahat nama Ilan
Mahendra di nisannya.
Seiring
kedatangan dua sahabatnya yang lain, Danu dan Bagas. Lingga bertekad untuk
melanjutkan apa yang di cita-citakannya bersama Ilan.
Lingga
menatap dua orang di hadapannya. “Kita harus lolos ke senayan dan berseragam
timnas.” Ujar Lingga penuh semangat.
Danu
dan Bagas meresponnya dengan anggukan pasti.
@@@
Turnamen
sepakbola pelajar tahun ini akan di pantau oleh Badan Tim Nasional. Itu semua
yang membuat semangat ketiga sahabat ini semakin membara. Dan sore ini latihan
rutin kubu Dipokar Fc. Seluruh anggota telah berkumpul di lapangan dan siap
menerima materi.
Seorang
cewek bernama Nalula menyeruak di tengah-tengah mereka. “Latihan sore ini
adalah tendangan menyusur tanah.
Permainan seperti biasa, terdiri dari dua tim. Tapi di diap garis gawang akan
di letakkan empat buah cone. Tim yang
berhasil menjatuhkan cone terbanyak
dianggap menang.” Kurang lebih seperti itu instruksi yang di berikan Nalula.
Semua
menurut, karena Nalula adalah asisten pelatih Dipokar Fc yang peranannya tak
bisa di remehkan.
@@@
Keesokan
harinya. Turnamen digelar di stadion Lebak Bulus Jakarta Selatan. Peserta
terdiri dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai Irian Jaya.
Pertandingan
perdana pun langsung di gelar sore harinya, dan mempertemukan klub Gelora FC
Surabaya kontra Jakabaring FC Palembang. Partai lain mempertemukan Teladan FC
Medan melawan Jatidiri FC Semarang. Serta tak ketinggalan Siliwangi Fc Bandung
yang siap mengancam tim asal Malang, Kanjuruhan FC. Keesokan harinya. Untuk
Dipokar Fc Jakarta sendiri akan bentrok dengan Mandala FC asal Jayapura. Tapi
untuk saat ini, mereka hanya bisa menikmati pertandingan dari pinggir lapangan/
tribun penonton.
Di
sela-sela menyaksikan aksi para calon lawan mereka, Lingga, Danu dan Bagas
terlihat sedikit berbincang dengan Nalula, sang asisten pelatih.
“Kalo
banyak pemain berkumpul di tengah lapangan, apa yang mungkin bisa kita
lakukan?” Sedikit pertanyaan mengalir dari bibir Danu.
Nalula
mungkin masih muda, tapi ia punya jawaban pasti untuk Danu yang sebenarnya
lebih pantas di sebut temannya dari pada sebagai seorang anak didik. “Bisa aja
dengan umpan lambung. Tapi seringnya sedikit beresiko. Tapi ada alternative
lain. Manfaatkan lebar lapangan. Coba dengan menyusur dari sayap. Karna kondisi
seperti ini hamper kerap kali terjadi. Terutama Bagas, posisi kamu di kanan.
Tolong diperhatikan situasi seperti itu.”
Bagas
hanya mengangguk, mengisyaratkan bahwa ia mengerti.
Sementara
pertandingan berakhir 2-1. Keunggulan untuk Jakabaring FC Palembang. Di lain
tempat, Jatidiri FC Semarang berhasil melumat Teladan FC Medan dengan skor 3-1.
Di
hari berikutnya, giliran Lingga cs harus menghadapi klub asal Papua. Barisan
pertahanan Dipokar di buat pontang panting oleh dua striker Mandala FC, Devon
dan Arga. Meski fisik Danu dkk terlihat sedikit amburadul, tapi mereka dapat
membuktikan diri untuk layak di perhitungkan dengan gol tunggal hasil tendangan
bebas Bagas di injury time. Mereka akhirnya lolos ke partai final setelah
sebelumnya menggasak Jatidiri FC 2-0 dan menghentikan langkah Kanjuruhan FC
dengan skor 2-3.
@@@
Malam
ini Lingga, Danu dan Bagas bisa sedikit bernapas lega, meski esok pagi beban
berat menanti mereka. Malam ini mereka sepakat untuk mengungsi di rumah Danu.
Lingga sendiri udah tepar di atas kasur. Sementara Bagas masih ngejogrok di
depan laptop, main PES. Danu datang dengan membawa nampan berisi tiga gelas
susu hangat.
“Woi..
Ga?! Kalo mau tidur, ganti baju dulu napa?” Danu sewot karena temannya tidur
dengan seragam latihan tadi yang masih menempel di badannya.
“Gua
gak bawa baju ganti.” Celetuk Lingga sekenanya.
Bagas
hanya bisa mengangkat bahu begitu sadar Danu menatapnya. Selang beberapa saat,
Lingga nongol di tengah tengah mereka. Bajunya pun telah berganti. Seenaknya
nyeruput segelas susu, langsung kembali ke atas kasur dengan tanpa ada rasa
berdosa.
“Eh,
kayaknya tuh baju gua kenal?” Kata Danu heran.
“Gua
pinjem baju lo.” Sahut Lingga tanpa merubah sedikitpun posisi berbaringnya.
“Sabar
aja deh.” Ucap Bagas.
@@@
Jam
tujuh pagi. Danu terbangun. “Wooiii…!! Bangun…!!” Danu mengguncang tubuh kedua
temannya. “Udah jam tujuh, pertandingan 1 jam lagi.” Suara Danu terdengar di
telinga Lingga dan Bagas. Begitu sadar. Mereka berebut ke kamar mandi.
Sementara
di lapangan, sesuai jadwal pertandingan mulai sekitar 10 menit lagi. Tapi
LIngga, Bagas dan Danu belum tiba. “Kemana sih tuh anak tiga?” Nalula pun
dibuat resah. Meski akhirnya mereka tiba dengan napas yang masih kejar-kejaran.
Soalnya ada sedikit insiden, mobil Danu yang mereka tumpangi ngambek di tengah
perjalanan. Endingnya mereka harus berlari mengejar waktu menuju stadion.
“Cepat
kalian pemanasan. Lari tiga putaran.” Perintah Nalula.
“Hah..!”
Mereka hanya tercengang.
@@@
Pertandingan
dimulai. Dan lagi-lagi Dipokar harus bentrok dengan Siliwangi FC yang menang
atas Patriot FC Bekasi 3-0 dan melibas Benteng FC Tangerang 3-2. Meski tahun
ini tanpa kehadiran sang kapten, Ilan.
“Mundur!
Jangan terlalu mengandalkan jebakan offside. Bagas! Oper ke Lingga. Danu! Jaga
Diaz.” Terdengan teriakna Nalula dari pinggir lapangan.
90
menit jalannya pertandingan telah berlalu. Dan gelar juarapun harus kembali ke
tangan Siliwangi FC dengan skor akhir 1-0. Namun yang paling di tunggu-tunggu adalah
pengumuman perekrutan timnas.
Para
punggawa Dipokar FC menunggu kabar tersebut dari Nalula di ruang ganti. Nalula
datang dengan membawa selembar kertas. Daftar pemain perekrutan timnas. Tidak
ada satu pun nama dari Dipokar FC. Bisa di pastikan yang paling kecewa adalah
Danu, Bagas dan terutama Lingga.
“Kalian
gak boleh percaya dulu sama kertas itu. Karena hasil sebenarnya terpajang di
luar.” Ucap Nalula dengan senyum penuh arti.
Lingga,
Danu, Bagas. Seketika mereka berlari berhamburan keluar lapangan. Ternyata ada
empat nama dari Dipokar. Dan tiga di antaranya adalah mereka.
Akhirnya
mereka berhasil mewujudkan impian Ilan, lolos timnas. Meski tanpa gelar juara
dan kehadiran Ilan di antara mereka.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar