Selasa, 17 September 2019

-BEAUTIFUL MONSTER (8)-




Author          : N-Annisa [@nniissaa11]
Cast                :
·        Son Chaeyoung
·        Adachi Yuto
·        Kang Hyunggu (Kino)
·        Jung Wooseok
·        Lee Hangyul
·        and other
Genre            : School Life, Romance, Drama

***

            Yuto dan Chaeyoung berjalan beringinan. Namun ketika keluar dari pintu utama, Chaeyoung berjalan mendahului. Dipikirannya Yuto akan menuju basement. Tanpa berpamitan, Chaeyoung terus berjalan sendiri menuju halte bus. Sama sekali tidak menyadari jika Yuto justru berjalan mengekorinya meski terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Chaeyoung berhenti, tentu saja sontak membuat Yuto menubruk tubuh mungilnya karena pikiran Yuto terus melayang hingga membuat senyuman mengembak di pipinya.
            “Ya!” pekik Chaeyoung sambil menoleh kesal. Jika saja ia tidak menemukan Yuto di sana, mungkin gadis itu sudah melayangkan tinjunya.
            Yuto menatap dengan ekspresi bingung. Namun Chaeyoung sudah meredakan emosinya.
            “Kenapa kau di sini? Tidak membawa mobilmu sendiri?” Chaeyoung bertanya sambil mengedarkan pandangan. Tidak melihat mobil mewah yang selalu menemani Yuto di sekitar sana.
            Yuto tersenyum penuh arti. Benar-benar seperti membayangkan sesuatu yang membuatnya tenggelam dalam kebahagiaan. “Aku hanya khawatir tidak konsentrasi menyetir.”
            “Memangnya kenapa?” tanya Chaeyoung masih dengan ekspresi bingungnya.
Namun Yuto memilih untuk merangkul Chaeyoung sambil membalikkan tubuh mungil gadis itu, seperti tidak ingin membahasnya dulu. Ingin ia nikmati sendiri untuk beberapa saat. Terlebih bus yang akan mereka tumpangi sudah muncul. Chaeyoung hanya pasrah di ajak masuk ke dalam bus oleh Yuto.
            Suasana bus yang sudah penuh penumpang membuat Yuto dan Chaeyoung terpaksa berdiri. Mereka berdiri berhadapan dengan Yuto yang berpegangan dengan besi di atas. Chaeyoung terkekeh karena melihat Yuto tersenyum sendiri. Meski menyadari sejak tadi jadi pusat perhatian Chaeyoung, Yuto sama sekali tidak merasa malu. Ia semakin tersenyum melihat Chaeyoung. Seseorang yang mengantarkannya menemui kebahagiannya. Ternyata selama ini mereka sudah sangat dekat—ibu dan kakaknya. Dan mereka saling terhubung melalui Chaeyoung.
            Yuto meletakkan tangannya yang mash dibalut perbang ke atas kepala Chaeyoung. Saat tatapan mereka bertemu, Yuto mengangguk lalu menggandeng tangan Chaeyoung untuk mengajaknya turun karena mereka sudah tiba di halte tujuan. Namun setelah menuruni bus, Chaeyoung melepaskan tangannya dari genggaman Yuto. Karena ini sudah di lingkungan sekolah. Yuto menunjukkan ekpresi cemberutnya, namun Chaeyoung tidak mempedulikan hal tersebut dan memilih berjalan sedikit cepat mengejar Hwiyoung tidak jauh di depannya.

***

            Yukyung melambai tangan ke arah belakang, ke arah Chaeyoung yang berjalan beberapa meter di belakangnya dan Yuqi. Chaeyoung tersenyum sambil balas melambaikan tangan. Mereka akan menuju toilet untuk berganti pakaian olahraga. Chaeyoung memeluk seragam olahraganya. Namun dari arah berlawanan, terlihat Dayoung bersama beberapa teman sekelasnya juga mengarah menuju toilet perempuan. Mereka saling tertawa sambil membawa gelas minuman di tangan. Sebelum ini mereka memang dari kantin sekolah. Karena sibuk bercanda membuat mereka menjadi tidak fokus dengan seseorang di depan mereka. Dayoung menabrak Chaeyoung hingga menyebabkan minuman di tangannya tumpah dan membasahi rok hingga celana ketat Panjang yang selalu ia gunakan di balik rok pendeknya.
            “Chaeyoung, maaf.” Dayoung berkata sambil berlalu. Meninggalkan Chaeyoung yang masih berdiri dengan ekpresi syok.
            Para gadis yang tadi bersama Dayoung juga ikut melesat ke dalam tanpa ada yang berniat membantu Chaeyoung. Chaeyoung hanya menghela napas untuk menenangkan diri. Gadis itu memang paling pintar menahan emosi. Karena jika tidak, bisa saja Dayoung dan yang lainnya itu dibuat patah tulang dengan ilmu beladiri yang dikuasainya.
            Chaeyoung masuk ke dalam toilet dan memilih bilik paling ujung. Mengkunci pintunya dari dalam, lalu mulai membuka kemeja seragam sekolahnya. Chaeyoung megulurkan tangan untuk meraih seragam olahraganya yang tergantung pada sebuah paku. Namun salah satu bagiannya tersangkut dan karena Chaeyoung menariknya terlalu kuat hingga membuat bagian yang tersangkut itu robek. Chaeyoung melebarkan matanya, panik, melihat kondisi pakaianya yang tidak terselamatkan. Buru-buru Chaeyoung memakai kembali kemeja sekolahnya kemudian keluar dari dalam bilik. Dia menemukan Yukyung sudah berjalan ke arah pintu keluar.
            “Yukyung!”
            Gadis yang Namanya dipanggil tersebut berhenti dan berbalik. Tidak terkecuali dengan Yuqi yang hampir selalu bersama Yukyung. Namun karena mendapati Chaeyoung yang mengganggu mereka, Yuqi lebih memilih meninggalkan Yukyung di sana.
            Yukyung sempat melirik Yuqi dengan perilaku aneh gadis itu. Namun ia tidak ingin terlalu memusingkan hal itu. “Kenapa belum berganti pakaian?” Tegurnya pada Chaeyoung.
            Tanpa menjawab, Chaeyoung membentangkan pakaiannya sambil menunjukkan ekpresi sedih. “Tadi tersangkut…”
            “Cepat keluar! Pak guru sudah memanggil!” seru Yuqi yang kembali ke dalam toilet hingga membuat Chaeyoung dan Yukyung menoleh padanya. Namun tanpa menunggu respon siapapun, gadis itu langsung memutar tubuh dan melesat pergi lagi dari sana.
            Yukyung kembali berbalik pada Chaeyoung sambil melangkah mendekat. “Tidak ada waktu untuk beli baju baru.” Yukyung merebut baju Chaeyoung yang terdapat lubang di bagian lengan akibat robekan.
            “Ya!” seru Chaeyoung sedikit menjerit karena Yukyung justru membuat robekan pada bajunya semakin besar. Bahkan lebih parah lagi, membuat pakaian Chaeyoung menjadi baju tanpa lengan. Yukyung merobek satu lagi bagian lengan yang sebelumnya masih dalam kondisi utuh.
            Yukyung tersenyum penuh arti sambil mengembalikan pakaian milik Chaeyoung. “Sudah sana pakai. Kau terlihat seksi dengan baju tanpa lengan.”
            Chaeyoung tertunduk dengan wajah pasrah. Bahkan saat Yukyung mendorong pelan tubuhnya untuk kembali ke dalam bilik, Chaeyoung sama sekali tidak sanggup melakukan protes.
            Hasilnya, ketika semua sudah berbaris di lapangan, Chaeyoung menjadi orang terakhir yang bergabung. Tentu saja penampilannya menjadi sorotan karena pakaiannya yang tanpa lengan dan celana olahraganya yang pendek menampakkan bekas luka di bagian kakinya yang selama ini selalu ia tutupi dengan celana ketat Panjang berwarna kulit. Terlihat jelas bekas jahitan di bagian betis dan di atas lututnya. Dan beberapa goresan juga seperti masih terlihat meninggalkan jejak.
            Awalnya Hangyul tidak menyadari kedatangan Chaeyoung karena berdiri membelakangi gadis itu. Namun sikap Taeeun dan Hwiyoung yang saling sikut membuatnya mau tidak mau menoleh ke belakang, karena penasaran dengan apa yang menarik perhatian dua temannya itu. Sosok Chaeyoung langsung tertangkap matanya. Semula Hangyul tidak berfikir ada yang aneh lalu melanjutkan kegiatannya melakukan pemanasan. Karena setiap mereka latihan Muai Thai penampilan Chaeyoung memang seperti itu. Namun beberapa saat kemudian, Hangyul berbalik kembali dengan reaksi sedikit syok. Chaeyoung tidak pernah menunjukkan bekas lukanya pada penghuni sekolah.
            Tutup mata, tutup telinga. Tentu saja kehadiran Chaeyoung dengan kondisi seperti itu menyedot perhatian seluruh siswa yang akan melakukan kegiatan di dalam Gedung olahraga. Gadis itu berusaha tidak menghiraukan reaksi berlebihan orang-orang karena dirinya. Beruntung hal tersebut tidak berlangsung lama karena beberapa saat kemudian pusat perhatian berpindah tempat. Rombongan siswa kelas dua mulai berdatangan bersama guru olahraga mereka. Kelas Kino dan Yuto.
            Kino berhenti mendadak hingga membuat Yuto yang berjalan dibelakangnya menubruk Kino. Pemuda itu sama syoknya dengan Hangyul karena mendapati Chaeyoung berada di sana dengan penampilan seperti itu. Namun berbeda dengan Yuto. Pemuda tinggi itu tersenyum, tampak senang karena berada satu lokasi dengan Chaeyoung pada pelajaran olahraga.
            Yuto menyadari perubahan sikap Kino. Buru-buru Yuto menahan tangan Kino yang sudah ingin bergerak. “Kau mau ke mana?” tanya Yuto yang curiga Kino akan menghampiri Chaeyoung.
            Kino menoleh tanpa memberontak. Seketika sadar posisinya yang tidak bisa sembarangan berinteraksi dengan Chaeyoung di sekolah. Dengan adanya Yuto seakan bisa menjadi jembatan penghubungan dengan gadis itu. “Orang-orang tidak boleh melihat bekas luka itu. Karena hanya akan membuat Chaeyoung semakin terkucilkan.”
            Yuto menghela napas, berat. Selama Kino bicara, ia menatap lurus ke tempat Chaeyoung berada. Benar-benar tidak bisa diprediksi apa yang sebenarnya terjadi pada seluruh penghuni sekolah yang seakan berada di bawah bayang-bayang seorang Mina. Sambil melepaskan pegangannya pada Kino, Yuto perlahan melangkah mendekat ke arah Chaeyoung selagi siswa-siswi yang lain kini mulai disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Yuto mempercepat langkah ketika Chaeyoung mulai meninggalkan tempatnya. Yuto meraih siku tangan gadis itu dan menariknya hingga membalikkan badan. Tatapan Yuto langsung jatuh pada lengan bagian atas Chaeyoung. Luka jahitan yang meninggalkan bekas sekitar lebih 10 centi.
            Chaeyoung yang terkejut tidak bisa menahan badannya yang dipaksa berbalik. Gadis itu ikut menoleh ke arah yang ditatap Yuto, bagian lengannya yang terdapat bekas luka. Menyadari perubahan raut wajah dari Yuto, Chaeyoung menyingkirkan tangan Yuto dengan pelan. Sedikit tidak nyaman dengan cara Yuto menatapnya.
            Lagi-lagi, Yuto menghela napasnya. Membiarkan Chaeyoung terlepas dari genggamannya. Tragedi yang dialami Chaeyoung membuatnya kembali merasakan sakitnya saat ia kehilangan Sana. 
            Suara pluit dari kedua guru mereka mencoba mengambil alih perhatian yang semula tertuju pada Chaeyoung. Tidak terkecuali Yuto dan Chaeyoung yang juga menyempatkan diri untuk menoleh. Chaeyoung sudah ingin melangkah pergi, namun Yuto lebih sigap menyadari pergerakan gadis itu yang langsung saja membuat Yuto menahan lengan Chaeyoung.
            “Sunbae,” kata Chaeyoung dengan ekspresi memohon untuk dilepaskan.
            “Ini peringatan dariku. Kalau ada yang mengganggumu, katakan padaku atau boleh pada Kino jika kau masih meragukan keberadaanku.”
            “Tapi…” Chaeyoung tidak melanjutkan kalimatnya karena Yuto sudah lebih dulu meninggalkannya. Chaeyoungpun menyusul Yuto, namun mereka berpisah di tengah lapangan untuk menuju kelas masing-masing.
            Yuto menepuk Pundak Kino saat ia melewati pemuda itu. Namun Kino hanya melirik sekilas. Ia sedang sibuk memperhatikan seseorang dikejauhan. Dayoung. Siswi teman sekelas itu sedang sibuk dengan ponselnya secara sembunyi-sembunyi. Dayoung memang salah satu siswi yang cukup dekat dengan Mina dan Jihyo.

***

            Sampai jam pelajaran terakhir, Yuqi belum kembali ke kelas. Chaeyoung menatap khawatir kursi kosong yang biasa ditempati Yuqi. Sesekali pandangan Chaeyoung bertemu dengan Yukyung ketika gadis itu menoleh ke belakang. Chaeyoung mengisyaratkan sebuah pertanyaan melalui ekspresi wajah, namun Yukyung selalu menggeleng.
            Hangyul yang menyadari kekhawatiran Chaeyoung, mengangkat bukunya untuk sedikit menutupi Chaeyoung dari kemungkinan terlihat oleh guru yang mengajar. Dari bawah meja, jari Chaeyoung bergerak cepat pada layar ponselnya, mengirimi sebuah pesan untuk Kino perihal keberadaan Yuqi yang belum juga kembali.

            Kino : Aku tidak peduli.

            Chaeyoung menghela napas, berat. Jika tidak bisa menahan emosi mungkin ia sudah membanting ponselnya ke lantai. Tanpa harus meminta, Chaeyoung sudah menyodorkan ponselnya pada Hangyul. Membiarkan pemuda itu membaca chat antara dirinya dengan Kino. Masih sambil memegangi ponsel Chaeyoung, Hangyul langsung mengeluarkan ponselnya dan mengirimi pesan pada grup chat miliknya bersama Wooseok, Kino, Yugyeom, Eunwoo dan Junyoung.

***

            Kino yang berada di dalam bilik toilet, langsung berdiri dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana setelah membalas chat dari Chaeyoung mengenai Yuqi yang belum kembali ke kelas. Membuka dengan kasar pintu toilet yang justru membuatnya terkejut sendiri karena menemukan Yuto di sana yang juga sama terkejutnya.
            “Kau!” seru Kino gemas.
            Yuto tidak terlalu ambil pusing meski jantungnya masih berdetak sedikit cepat akibat terkejut. “Ada apa?” tanya pemuda itu karena melihat raut wajah suram milik Kino.
            Kino tidak langsung menjawab karena sibuk memperhatikan sekelilingnya. Terdapat beberapa bilik toilet di sana. Tidak terlalu aman jika membicarakan hal tersebut di sini. Yuto sama sekali tidak melepas pandangan pada Kino karena ia belum menemukan jawaban atas pertanyaannya tadi. Tanpa bicara, Kino melangkah ke luar toilet siswa laki-laki. Jelas Yuto menyusul tanpa meminta ijin terlebih dahulu.
            Kino menyodorkan ponselnya ke belakang. Yutopun menerima dan melihat layarnya. Kino hanya mengetikkan sesuatu pada aplikasi note. Yuqi menghilang dan belum kembali ke kelas sampai sekarang.
            Dengan sigap Yuto berlari mendahului. Kino yang dengan tanpa sadar menyusul mengejar Yuto. Bukan karena Yuto membawa pergi ponselnya. Namun memang cara Yuto pergi cukup mencurigakan. Mungkin ada hubungannya dengan menghilangnya Yuqi.
            “Kau mau ke mana?” teriak Kino setelah Yuto berbelok ke arah area belakang sekolah.
            Yuto tidak menjawab sampai akhirnya mereka berhenti di dekat tembok pembatas. Yuto berbalik dan mendapati Kino sedang terengah-engah karena mengejarnya.
            “Kenapa kau ke sini?” Kino mengulangi pertanyaannya sambil menerima ponselnya yang diulurkan Yuto. Kino menatap berkeliling, untuk memastikan mereka benar-benar berada di kebun belakang sekolah.
            “Aku sedang bersama Wooseok saat ia bertemu dengan gadis itu.”
            “Siapa?” tanya Kino dengan nada tidak sabar. Begitu penasaran dengan petunjuk yang mungkin meluncur dari mulut Yuto.
            “Yang kita temui malam itu, saat Chaeyoung berkelahi dengan preman.”
            “Yuqi?”
            Yuto menggeleng tegas. Ia mungkin lupa dengan nama gadis yang ia maksud. Namun bisa dipastikan bukan gadis bernama Yuqi. Karena yang ia tahu, Yuqi adalah seorang gadis yang namanya sering di sangkut pautkan dengan Kino.
            “Yukyung?” desak Kino akhirnya yang benar-benar tidak bisa menahan kesabaran. Sesungguhnya yang ia katakan pada Chaeyoung hanyalah kebohongan. Jelas ia khawatir tentang kondisi Yuqi sekarang. Ia takut jika Yuqi mengalami hal serupa dengan Chaeyoung. Tentu saja ia juga mengkhawatirkan Chaeyoung saat itu, namun Yuqi dan Chaeyoung dua orang yang jauh berbeda.
            “Kekasihnya Wooseok, kan?”
            “Ssst!” Kino berdesis keras. Lagi-lagi ia mengedarkan pandangan, namun kali ini untuk memastikan tidak ada orang lagi di sana selain mereka berdua. “Jangan katakan atau bahas masalah itu. Di manapun. Terutama di sekolah.”
            Yuto mengangguk mengerti. Kemudian ia balik badan sebelum Kino lebih dulu menahannya.
            “Apa?”
            “Kau belum jawab pertanyaanku, kau mau ke mana? Ini belum jam pulang sekolah.”
            Yuto menggaruk belakang kepalanya. Lupa jika ia belum menceritakan hal itu pada Kino. “Yukyung bilang Yuqi pergi menemuimu di belakang sekolah dan ia tidak mau Yukyung menemaninya.”
            Kino membulatkan mata. “Astaga,” desisnya sambil mengusap wajah dengan telapak tangan, terdengar cukup frustasi. “Aku bahkan tidak komunikasi dengan Yuqi sejak malam itu.”
            Yuto diam. Sejak awal ia sudah mencurigai hal tersebut. “Tanya Wooseok, Mina di kelas atau tidak?”
            Tanpa pikir panjang, Kino seakan menuruti ucapan Yuto, segera membuka ponselnya. Betapa kagetnya mereka jika grup chat milik Kino dan 5 pemuda lainnya cukup ramai. Padahal ini masih jam pelajaran. Kino beberapa kali melakukan swipe dan hanya membaca chat penting, terutama dari Hangyul dan Wooseok.

            Wooseok : “Sial! Mina tidak di kelas.”
Hangyul : “Hah?”
Wooseok : “Dia ijin pulang karena sakit perut katanya.”
Wooseok : “Kino kau di mana?”
Eunwoo : “Kelas Kino bukannya sedang tidak ada guru?”
Hangyul : “Mungkin Kino hyung sedang bermain games.”
Junyoung : “Wah, enak sekali. Ayo bertukar kelas denganku.”
Wooseok : “Kau tau Yuqi di mana? @Kino”

          Yuto masih menunggu Kino yang kini sibuk dengan ponselnya. Membalas pesan dari teman-temannya di grup. “Semoga apa yang menimpa Chaeyoung tidak terulang kembali.” Tanpa sadar Kino menggumamkan kalimat yang membuat Yuto kini menatapnya.

            Kino : “Aku sedang bersama Yuto.”
Kino : “Tolong cari Yuqi di sekitar sekolah.”
          Kino : “Hubungi Chaeyoung! Aku takut hal itu terjadi lagi.”

            Yuto merebut ponsel Kino. “Kau kembali ke kelas. Ponselku tertinggal di kelas. Kalau terjadi apa-apa, aku akan mengabarimu melalui ponselmu.”
            Kino mendelik kesal, bukan karena Yuto merebut ponselnya. Karena rasanya lagi-lagi ia menjadi seseorang yang tidak berguna. “Aku tidak ingin kejadian itu terulang lagi!”
            Yuto memegang salah satu pundak Kino untuk menenangkan pemuda itu. Tanpa harus bertanya lagi, yuto sudah paham ke mana arah yang dimaksud Kino. “Aku yang akan memastikan kejadian itu tidak terulang. Kau tidak boleh mendapat masalah di sekolah. Atau ibumu yang berada dalam bahaya. Cukup kau kembali ke kelas. Tunggu sampai pelajaran selesai. Dan kalau perlu kau bisa temui Chaeyoung.”
            Kino tidak langsung merespon. Ia masih menatap Yuto cukup lama. Meyakinkan hati untuk menuruti ucapan Yuto. Untuk mempercayakan keselamatan Yuqi pada pemuda yang bahkan baru ia kenal dalam sebulan. Kemudian terlintas di benak Kino tentang siapa Yuto sebenarnya. Pemuda itu lebih baik mengalah.
            “Akh!” Kino menjerit, marah. Marah dengan dirinya sendiri karena tidak bisa melakukan apa-apa.
            “Dengan kau menuruti ucapanku, bukan berarti kau tidak melakukan apa-apa. Kau harus menutupi kepergianku.” Yuto kemudian melirik jam tangannya karena Kino belum kunjung memberikan respon. “Hanya untuk satu jam. Pelajaran akan berakhir dalam satu jam.”
            “Sial!” Kino yang masik dikuasai emosi, menendang kerikil kecil di atas tanah. “Harusnya kita tidak hanya mencurigai Mina!” Sekelebat bayangan tentang Dayoung saat di ruang olah raga kembali berputar di kepalanya.
            “Kino, sudahlah!” Yuto berseru sedikit keras. Berusaha membuat Kino terfokus padanya. Hanya padanya, dan pada ucapannya. Yuto memegang kedua pundak Kino. “Dalam satu jam, aku akan mengabarimu.” Buru-buru Yuto menepuk pundak Kino sebelum akhirnya benar-benar berbalik. Berlari ke arah tembok dan memanjatnya. Dalam hitungan detik, Yuto sudah menghilang di seberang tembok.

***
            Chaeyoung meremas kedua tangannya yang ia letakkan di atas rok. Ia bahkan sudah tidak bisa berkonsentrasi dalam pelajaran. Di sampingnya, Hangyul tampak sedikit terkejut karena sebuah notifikasi yang masuk ke dalam ponsel Chaeyoung. Karena gadis itu tidak pernah mengunci poselnya dengan sandi, Hangyul dengan leluasa memeriksa siapa pengirim pesan tanpa merasa bersalah karena tidak meminta ijin terlebih dahulu pada Chaeyoung. Kondisinya tidak memungkinkan untuk sekedar berbasa-basi meminja ijin.

            Kogyeol : “Kau di mana? Aku melihatmu di bawa segerombolan orang.”

            Hangyul membulatkan mata. Terkejut dengan informasi yang ia dapat dari seseorang yang ia ketahui sebagai seniornya di camp Muay Thai, sekaligus salah satu karyawan di restoran milik keluarga Chaeyoung. Lagi-lagi, tanpa harus meminta ijin, Hangyul sudah menggerakkan jari-jarinya di atas layar ponsel Chaeyoung. Membalas pesan dari Kogyeol.

***

            Sambil menenteng sesuatu, Kogyeol tampak berjalan sendiri. Ia baru melepaskan pandangannya terhadap ponsel karena ada seseorang yang muncul dari dalam sebuah gang.
            “Dokyeom?”
            “Hyung? Sedang apa di sekitar sini?” pemuda itu justru balik bertanya.
            “Kau bolos?” Kogyeol tidak langsung menjawab karena melihat penampilan Kogyeol yang masih mengenakan seragam sekolah, lengkap dengan ransel di punggungnya.
            “Jam terakhir tidak ada guru, Hyung. Jadi, untuk apa aku masih di sekolah?” Ujar Dokyeom dengan nada santai. Terlihat bukan masalah besar. Lagipula memang itu bukan hal besar yang ia lakukan saat itu.
            Namun Kogyeol justru tidak terlalu menanggapi pernyataan terakhir Dokyeom karena beberapa notifikasi sekaligus masuk ke dalam ponsel. Buru-buru pemuda itu memeriksanya. Sedikit teralihkan untuk merespon Dokyeom yang bahkan ia sendiri sudah bosan menasihati bocah itu.

            Chaeyoung : “Aku di kelas, di sekolah.”
          Chaeyoung : “Di mana kau melihat orang yang kau kira itu aku?”
          Chaeyoung : “Tolong katakan, Sunbae.”
          Chaeyoung : “Salah satu temanku menghilang.”

          Kogyeol mengangkat kepalanya dari layar ponsel. Lalu mengedarkan pandangan kesekelilingnya. Tanpa sadar, Dokyeom juga melakukan hal yang sama dengan Kogyeol meski ia sendiri tidak tahu apa yang dicari pemuda itu.
            “Kau mencari apa?”
            Seakan mendapatkan titik terang, Kogyeol menatap Dokyeom penuh harap. Membuat Dokyeom sendiri semakin bingung dengan apa yang Kogyeol lakukan.
            “Kau melihat seorang gadis, memakai seragam sekolahmu dan di bawa segerombolan orang?”
            Dokyeom mengernyitkan dahi. “Kau terlibat lagi, Hyung? Aku saja bahkan tidak tahu apa-apa. Atau kau menuduhku…” Satu jitakan mendarat di pundak kepala Dokyeom yang sontak membuat pemuda itu mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya.
            “Kalau aku terlibat, aku tidak mungkin bertanya. Dan aku juga tidak menuduhmu sama sekali.”
            “Maaf, Hyung.” Dokyeom hanya menunduk, merasa bersalah. Namun ia juga memikirkan siapa yang menjadi korban berikutnya dari Mina. “Hyung, apa itu Chaeyoung?”
            Kogyeol menggeleng tegas. “Bukan. Rambutnya berbeda dengan milik Chaeyoung. Dan lagi pula aku sudah bertanya langsung pada Chaeyoung. Gadis itu masih berada di sekolah.”
            Jika bukan karena bertemu dengan Kogyeol, Dokyeom mungkin bisa tutup mata dan tutup telinga perihal kejadian ini. Namun kali ini rasanya ia harus ikut bertindak. Karena ia sudah janji dengan dirinya sendiri untuk berubah menjadi lebih baik. Seperti Kogyeol saat ini.
            “Kau lihat mereka di mana?”
            “Tidak jauh dari sini. Mereka pergi menggunakan mobil.” Kogyeol menatap lurus jalanan yang kosong. Tempat yang mungkin dilalui mobil itu.
            “Ini masih belum terlalu sore. Mereka pasti membawa anak itu ke Gudang atau rumah kosong. Karena aku sempat melihat Mina meninggalkan sekolah lebih dulu dariku.”

***

            Hangyul melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Hanya tersisa beberapa menit lagi untuk tiba jam pulang sekolah. Diliriknya gadis yang sejak tadi terdiam disampingnya. Kondisi Chaeyoung tidak jauh berbeda seperti beberapa tahun lalu saat orang tuanya meninggal. Gadis itu hanya melamun dengan tatapan kosong.
Trauma itu mungkin kembali Chaeyoung rasakan. Saat gadis itu menjadi korban pengroyokan beberapa preman. Mungkin ia bisa melawan, bisa selamat tanpa cedera fatal. Tapi Yuqi berbeda dengan dirinya. Yuqi bahkan menganggap Chaeyoung seorang monster berwujud siswi SMA.
Hangyul masih belum melepaskan tatapannya pada Chaeyoung. Ia bahkan sampai sedikit memutar tubuhnya menghadap gadis itu. “Mina sunbae mungkin sudah tidak berada di lokasi sekolah.”
            Hanya dengan menyebut satu nama itu, Hangyul berhasil menyadarkan Chaeyoung dari keterpakuannya. Gadis itu benar-benar menoleh penuh minat. Tepat saat bel tanda berakhirnya pelajaran berdentang. Seluruh siswa di kelas itu dengan kompak langsung menutup buku pelajaran mereka dan membereskannya ke dalam tas. Kecuali Chaeyoung dan Hangyul yang menunggu reaksi berikutnya dari gadis itu.
            Chaeyoung berdiri. Hangyul ikut mendongak seakan tidak ingin kehilangan satu detikpun tentang pergerakan Chaeyoung. Gadis itu memegang pundaknya dengan Gerakan seakan menyuruh Hangyul untuk menyingkir. Posisi duduk Hangyul yang di pinggir menghalangi Chaeyoung yang duduk di dekat jendela.
            Hangyul mengalah sebelum Chaeyoung mungkin melemparnya dari jendela kelas yang berada di lantai 3. Pemuda itu berdiri dan sedikit menyingkir. Benar saja, Chaeyoung langsung melesat meninggalkan kelas. Gadis itu bahkan belum membereskan peralatan sekolahnya yang masih tergeletak di atas meja.
            “Titip tas,” kata Hangyul pada Hwiyoung dan Taeeun yang duduk di meja belakangnya, sebelum ia juga menyusul Chaeyoung keluar kelas. Saat menapaki anak tangga terakhir, dari sebelah kiri tampak Kino berlari, berusaha menembus kerumunan para siswa yang ingin bergegas meninggalkan sekolah. Tepat di belakang Kino, ada Wooseok yang mengejar pemuda itu. Mereka berhenti karena melihat kedatangan Hangyul dan Chaeyoung
            Hangyul memeriksa ponsel di tangannya yang bergetar, menandakan sebuah pesan masuk. Chaeyoung menoleh cepat dan menatap ponsel di tangan Hangyul dengan lekat. Seperti mengenali benda itu, Chaeyoung merebut ponsel miliknya yang memang sejak tadi berada di tangan Hangyul. Chaeyoung mungkin sempat lupa kalau ia memiliki benda seperti itu. Sebuah pesan masuk dari Kogyeol.

            Kogyeol : “Syukur kalau kau baik-baik saja.”
Kogyeol : “Aku melihat mobil itu ke arah daerah X.”
          Kogyeol : “Aku tidak bisa menebak ke mana mereka membawa temanmu.”
          Kogyeol : “Kata Dokyeom, kemungkinan temanmu di bawa ke Gudang atau rumah kosong.”
          Kogyeol : “Nanti akan ku kabari lagi.”

            Chaeyoung merasakan dengkulnya lemas. Tepat setengah tahun lalu, dirinya pernah berada di posisi itu. Di bawa ke sebuah rumah kosong yang sedikit terpencil. Namun Chaeyoung berhasil kabur. Dan ia baru menyadari, kemungkinan yang membuatnya lolos ada campur tangan Kogyeol. Namun sial, beberapa preman berhasil menemukannya. Dan pengeroyokan itu terjadi di sebuah gang sepi.
            Chaeyoung mendongak saat merasakan tarikan kuat pada tangannya. Wooseok membawanya pergi, menembus kerumunan siswa SMA Paradise. Tidak peduli dengan tatapan mata dari hampir seluruh penghuni sekolah. Dari situ Chaeyoung seakan mendapatkan lagi kekuatannya. Wooseok benar, ia harus bergegas menemukan Yuqi. Cukup dirinya yang pernah ada di posisi seperti itu. Jangan sampai ada orang lain lagi yang merasakannya. Terlebih orang itu adalah Yuqi.

***

            Kino : /mengirim tautan lokasi : Mina/
          Hangyul : “Hyung, kau dapat dari mana?”
          Hangyul : “Aku akan segera menyusul ke sana.”

            “Gadis bodoh.”
            Seringai itu benar-benar terlihat penuh kemenangan. Yuto kini sudah berada dari gerbang sebuah Gudang kosong. Lokasinya sedikit cukup jauh dari pemukiman warga.
            Pemuda itu masih menatap ponsel Kino di tangannya. Beberapa menit sebelum pertemuannya dengan Kino di toilet, Yuto bertemu dengan Mina yang terlihat baru saja keluar dari ruang guru, lengkap tengan ransel. Raut wajah gadis itu sangat mencurigakan.
            Mereka bertemu pandang dengan Yuto yang mulai mengatur raut wajahnya. Sambil memegangi perutnya, Yuto bersandar di sebuah tembok. Melihat Yuto seperti tidak berdaya seperti itu, sontak membuat Mina tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Gadis itu berusaha menunjukkan kekhawatirannya pada Yuto.
            “Aku sepertinya salah makan. Sekarang perutku sakit sekali.”
            “Mau ku antar pulang? Kita kan bertetangga.”
            Jelas dalam hati Yuto ingin memaki. Gadis itu berpura-pura sekarang tidak terjadi apa-apa pada mereka. Padahal jelas Yuto tahu siapa Mina dan Mina juga tahu siapa Yuto.
            “Tidak bisa, aku ada ujian pada jam pelajaran terakhir,” kata Yuto, berbohong.
            “Siapa yang mengajar? Katakan saja padaku, aku bisa meminta gurumu mengganti ujiannya di hari lain.”
            Cukup sudah. Yuto tidak tahan melihat mulut berbisa itu. Ia hanya berusaha menutupi raut wajah muaknya terhadap Mina. Jika misinya dari Takuya sudah selesai, ingin sekali rasanya Yuto menendang gadis itu. Atau mungkin memperlakukan hal yang sama seperti yang pernah dialami Chaeyoung. Namun ia akan menghabisinya sendiri, tanpa butuh bantuan dari siapapun.
            “Bagaimana jika aku memberikan nomor ponselku saja padamu.”
            “Biar aku saja yang menyimpannya.”           Mina sudah mengulurkan tangannya sebagai tanda ia meminta ponsel Yuto.
“Ah, sayang sekali ponselku tertinggal di kelas.” Rasanya keringat dingin nyaris mengucur di pelipisnya.
            Beruntung Mina sama sekali tidak menaruh curiga. Gadis itu lantas memeriksa tasnya dan mengeluarkan ponsel. Setelah menerima benda itu, hal pertama yang Yuto lakukan justu memeriksa buku kontak. Dan benar saja, Mina sudah menyimpan nomor ponselnya. Berusaha mengesampingkan ‘dari mana Mina mendapatkan nomor ponselnya?’, Yuto membuka chat pada kontak nomornya, mengirimi sebuah pesan lokasi dari nomor Mina. Mina sendiri sama sekali tidak melepas tatapannya pada wajah tampan Yuto. Benar-benar mengagumi tanpa harus melakukannya secara sembunyi-sembunyi.
            “Oke, sudah.” Yuto mengembalikan ponsel itu pada Mina. Namun tentu saja sebelumnya ia sudah menghapus pesan yang ia kirimi pada nomornya sendiri. “Kalau begitu aku pergi dulu.”
            Tanpa menghiraukan teriakan Mina, Yuto sudah berlari dan melesat pergi. Menuju toilet tempat ia akhirnya bertemu dengan Kino dan mengetahui fakta jika Yuqi belum kembali ke kelas hingga jam pelajaran terakhir. Atau lebih tepatnya, Yuqi menghilang bersama kecurigaannya tentang Mina.
            Dan setelah memastikan lokasi tempat ia berada sekarang—sama seperti lokasi Mina yang ia dapat melalui ponsel Kino—Yuto mengedarkan pandangan. Mengawasi beberapa orang yang tampak berjaga di sana. Dan tidak jauh dari gerbang, ada sebuah mobil yang Yuto kenal adalah milik Mina. Ia ingat hal itu karena Mina pernah berurusan dengan Dongju.

            Yuto : “Ini aku Kino.”
Yuto : “Nanti saja aku jelaskan kenapa ponsel Yuto ada padaku.”
Wooseok : “Aku dan Hangyul bersama Chaeyoung akan menyusul Yuto.”
Junyoung : “Aku ingin ikut.”
Junyoung : “Tapi aku harus belajar.”
Yuto : “Serahkan pada kami, hyung.”
Yuto : “Aku akan mengambil kendaraan di restoran Chaeyoung.”
Eunwoo : “Bahaya untuk Kino jika kau pergi menyelamatkan Yuqi.”
Yuto : “Iya aku tahu.”
Yuto : “Wooseok-ah! Ku percayakan Yuqi padamu.”
Wooseok : “Tenang saja.”
Yuto : “Yuto-ya! Hati-hati.”
Kino : “Terima kasih sudah percaya padaku. (Yuto).”

          Yuto tersenyum melihat percakapan teman-temannya. Sejak pagi tadi, ia resmi bergabung dengan grup chat milik ‘siswa yang tidak boleh disentuh’. Dengan paksaan Kino tentunya. Karena Kino merasa kondisi mereka saat itu hampir serupa, hanya saja Yuto berani memberontak. Dan dengan cara seperti ini mereka bisa saling melindungi. Terutama melindungi para gadis yang tidak bersalah. Tentu saja seluruh anggota grup tersebut kini telah mengetahui tentang Yuto. Siapa lagi kalau bukan karena Kino yang tidak bisa menjaga rahasia.

***

            “Yoochan sebentar lagi juga berada dalam kekuasanku. Jadi, jangan berharap kau bisa leluasa setelah tidak berhasil mendapatkan Kino.”
            Sementara di dalam Gudang, Yuqi berada di sana dengan Mina yang duduk di sebuah kursi, sementara dirinya berlutut di lantai Gudang yang terbuat dari semen. Matanya sudah sembab karena menangis sejak tadi. Menangis ketakutan, dan menangis karena kebodohannya mempercayai jika chat tersebut benar-benar dari Kino yang ingin bertemu dengannya di belakang Gedung sekolah.
            Mina sendiri masih sibuk dengan ponselnya. “Lagi pula, apa bagusnya Kino?”
            “Kalau begitu lepaskan Kino sunbae!”
            Yuqi mendongak mendengar suara keras itu yang berasal dari pintu. Mina tidak langsung menoleh karena ia sudah memprediksi dari siapa suara itu bersumber. Chaeyoung. Gadis itu tertangkap setelah terjatuh karena gagal melompati tembok. Beberapa sudut kakinya berdarah. Chaeyoung bukan gagal, hanya saja dia memang menjadikan dirinya sendiri sebuah umpan setelah mengancam jika ia ingin menjadi yang pertama memastikan kondisi Yuqi. Chaeyoung juga sudah memastikan jika Kogyeol dan Dokyeom sudah meminta bantuan teman-teman mereka.
            Mina tertawa puas mendengar kemarahan Chaeyoung. “Masih ingat jalan ke sini rupanya?” Mina masih tertawa beberapa saat sebelum tawanya benar-benar berhenti karena ia baru menyadari jika ‘lokasi’ di ponselnya hidup.
            Chaeyoung melirik ke tempat Yuqi yang hanya tertunduk setelah tahu jika yang datang adalah Chaeyoung, orang yang sedang dihindari Yuqi mati-matian. Satu hal lagi, Chaeyoung melakukan hal ini karena ia ingin meluruskan kekhawatirannya tentang sikap Yuqi padanya.
            “Harusnya dulu kau benar-benar mati!”
            Chaeyoung menoleh ke tempat Mina yang sudah dalam posisi berdiri, namun masih membelakanginya. Nada suara Mina benar-benar terdengar sangat marah.
            “Apa yang kau lakukan pada Yugyeom! Dan apa yang kau lakukan pada Kogyeol? Kogyeol orang kepercayaanku!” Mina berbalik dengan kilatan mata penuh amarah. Dengan tangan terkepal erat, Mina mendekat ke tempat Chaeyoung yang berdiri di kawal oleh beberapa anak buahnya. “Kenapa mereka tunduk padamu! Sebenarnya apa yang telah kau lakukan!”
            Prak!
            Yuqi menutup kedua telinganya menggunakan tangan sambil memejamkan erat matanya yang justru membuatnya tidak bisa membendung air mata. Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Chaeyoung. Chaeyoung sendiri sudah mengantisipasi hal tersebut. Dalam hati ia ingin tersenyum, meremehkan. Mina bukan lawan yang sepadan dengannya.
            “Bahkan kau juga merebut kebahagiaan Teman-temanku! Hangyul dan Kino juga membelamu! Siapa kau! Hah!”
            Chaeyoung menunduk dengan mata terpejam. Berusaha meredam suara cempreng Mina yang berteriak di depan wajahnya. Chaeyoung tidak bisa menutup telinga karena kedua tangannya di tahan.
            “Dan sekarang, kau juga ingin merebut Yuto dariku!”

***

            “Wanita gila!”
            Wooseok dan Hangyul bersama-sama menahan Yuto agar tidak menerobos masuk. Kejadian itu tepat setelah Mina memberikan tamparan peringatan untuk Chaeyoung. Mereka bersembunyi di balik pintu dan sedikit mengintip dari celah. Teriakan Mina dari dalam Gudang yang tidak terlalu besar itu bisa terdengar dengan jelas.
            Sementara Kogyeol dan Dokyeom sudah mulai melawan beberapa preman yang berjaga di dekat pintu belakang. Cukup jauh dari Gedung utama dan dari tempat Yuto menunggu. Mereka bahkan sudah dibantu beberapa teman mereka yang baru saja sampai. Menurut informasi dari Dokyeom, beberapa preman mungkin akan datang lagi. Maka mereka menyuruh Yuto, Wooseok dan Hangyul untuk berjaga dan lebih dulu menghabisi preman yang baru akan datang nanti sebelum mereka menerobos masuk ke dalam untuk menyelamatkan Chaeyoung dan Yuqi.
            Dan benar saja, sebuah mobil jeep datang dari gerbang depan membawa sekitar 5 preman. Mereka terkejut karena menemukan tiga siswa SMA mengintip ke dalam Gudang. Baik Yuto, Wooseok dan Hangyul saling melempar tatapan seolah memberi sinyal sambil memungut balok kayu di bawah kaki mereka. Mereka berlari, justru ke arah preman-preman itu seakan ingin menyerang lebih dulu. Ternyata yang menyerang hanya Wooseok dan Hangyul. Keduanya melindungi Yuto yang berlari ke arah samping, pintu tempat Chaeyoung di bawa masuk. Yuto mendapat tugas untuk menyelamatkan Chaeyoung.
            Tentu saja suara ricuh sampai terdengar ke dalam Gudang. Salah satu preman memberi tahu Mina jika ada yang menyerang mereka. Membuat Mina semakin melempar tatapan kebencian pada Chaeyoung. Perlahan Chaeyoung mendongak dengan senyum samar, seolah memberi isyarat pada Mina jika kali ini ia yang menang.
            Brak!
            Tepat beberapa saat kemudian, pintu di dobrak oleh seseorang. Yuto datang dengan penuh amarah. Belum lagi ia sempat melihat Mina menampar Chaeyoung. Membuat kebenciannya pada Mina semakin memuncak.
Chaeyoung berlari ke samping saat dilihatnya Mina seperti mengincar Yuqi. Namun Chaeyoung lebih dulu menghadang. Mina memukuli Chaeyoung berkali-kali dengan tangan kosong, namun Chaeyoung hanya bertahan dan mengalah. Lagi, Mina bukan lawan yang sepadan dengannya yang menguasai bela diri.
            Sunbae! Hentikan semua ini!”
            “Tidak!” Jerit Mina yang memaksakan tenaganya. Ia menarik bagian lengan seragam Chaeyoung hingga tersobek dan memperlihatkan kaus dalam putih milik gadis itu.

***