Minggu, 22 Juli 2018

THE CAMP MILITARY [03]


Author          : @nniissaa11
Cast               : Lee Joon, Kwon Yuri, Jung Yonghwa, Max Changmin,
                          Yoon Doojoon, Yoon Bora
Other Cast   : (The Camp Military Cast)
Genre           : romance, friendship, family
Lenght         : part

***

                Lee Joon berdiri di depan pintu masuk aula sambil melipat tangannya di depan dada. Tampak menunggu seseorang. Lalu tidak lama kemudian terlihat lampu mobil menyorot ke tempat Lee Joon berdiri. Namun pemuda itu sama sekali tidak bergerak, ataupun merasa terganggu. Lampu sorot dari mobil tadi terlihat meredup dan kemudian benar-benar mati. Dari dalam mobil tampak Kevin, Junyoung, Hongseok serta Minho memunculkan diri. Tepat setelahnya Lee Joon balik kanan dan melangkah masuk ke dalam aula.
            Sementara di dalam aula masih tampak beberapa anggota militer. Diantaranya Kogyeol, Seungjun, Hongbin, Rowoon dan Junkyu. Tampak Seungjun yang terlihat paling terkejut. Ia bahkan sampai berdiri untuk memastikan ia tidak salah melihat. Kotak-kotak kardus yang ia ketahui milik Yuri, kini kembali berada di sana. Bahkan Kevin, Junyoung, Minho dan Hongsok membawanya masuk ke dalam aula.
            Seungjun sampai berdiri dari kursinya. “Kenapa kalian membawanya kembali ke sini? Bukannya putri komandan susah membuangnya.”
            Seluruh mata menoleh ke arah Seungjun. Namun beberapa mengalihkan tatapan kepada Lee Joon. “Barang ini sudah di buang, kan? Jadi sepertinya tidak masalah jika aku memungutnya?”
            Seungjun hanya mengangguk penuh hormat. Tidak mungkin ia melakukan protes kepada Lee Joon.
            “Sesungguhnya aku penasaran apa yang dibawa-bawa oleh putri komandan.” Changmin berjongkok di hadapan salah satu kardus. Menggoyang-goyangkannya untuk menebak sesuatu yang tersembunyi di dalam kardus tersebut.
            Lee Joon mengangguk, tanda ia mengizinkan. “Buka saja. Aku juga sangat penasaran.”
            “Ku pikir Captain tau apa yang ada di dalam kardus tersebut.” Hongseok berujar sambil ikut berjongkok di hadapan kardus yang lain dan mulai membuka segelnya seperti yang dilakukan Changmin.
            Total ada sekitar 8 kardus berukuran sedang. Dan diantaranya sedang dibongkar oleh Changmin, Kevin, Hongseok dan Minho. Kardus itu sudah berhasil di buka. Kevin langsung mengoper kardusnya ke arah Junyoung, kemudian membongkar kardus yang lain. Hal samapun dilakukan oleh Changmin yang memberikannya kepada Kogyeol.
            Junyoung mengambil salah satu benda, seperti bahan pakaian yang terbungkus dalam plastic transparan. Hongbin yang juga penasaran mengambil barang lain dan ikut membuat plastiknya tersebut. Mereka membentangkan benda tersebut. Ternyata memang pakaian pria. Stelan jas dengan warna-warna yang sangat mewah.
            “Waaah, aku hanya pernah melihat ini di tivi.” Junyoung berujar sambil tidak melepaskan tatapannya seraya mengagumi jas tersebut. “Sepertinya sangat mahal.”
            Sementara dari dalam kardus yang dibuka oleh Changmin ternyata berisi gaun wanita. Semuanya terbungkus rapih. Minho sempat mengambil salah satunya dan ia bentangkan ke hadapan Kevin. Gaun berwarna mint.
            “Sepertinya kau cocok menggunakan ini.” Goda Minho pada Kevin yang memang memiliki wajah sedikit cantik.
            Kevin mendongak sesaat saat sibuk membongkar satu kardus lagi. “Hahahaha. Aku mau menggunakan itu kalau wananya merah muda.” Candanya yang kemudian melanjutkan pekerjaannya.
            Seluruh penghuni ruangan tertawa keras. Dan hampir semuanya penasaran dengan pakaian-pakaian milik Yuri tersebut. Sebagian dari mereka memang sudah tidak menggunakan seragam militer. Hanya mengenakan kaus dan celana training. Rowoon dan Junkyu bahkan sudah mencoba jas yang mereka lihat tadi. Sangat pas di tubuh mereka yang atletis. Minho dan Kogyeolpun tidak mau kalah, keduanya bahkan sudah memakai celananya juga.
            Minho naik ke atas meja yang sedikit jauh. Berdiri tegap sambil membenarkan posisi jas yang ia kenakan. Bertepatan dengan pintu aula terbuka dan memunculkan Kiseop, Jonghyun, Dongwoon serta Shinwon.
            “Whoah!” mereka semua bersorak melihat Minho yang berdiri selayaknya model. Minho bahkan tidak lupa untuk mengajak Kogyeol, Rowoon dan Junkyu untuk bergantian berjalan di atas meja.
            Changmin tampak mendekati Lee Joon. “Sebenarnya siapa putri komandan itu? Kenapa dia membawa semua barang-barang ini?” Sambil berbicara, tatapan Changmin mengedar. Kini para model dadakan sudah bertambah dan mereka berbaris rapih dan bergantian melakukan pose ketika sampai di ujung meja. Sementara yang lain terlihat mencoba beberapa aksesoris untuk wanita.
            “Hyung kau cocok menggunakan ini.” Junyoung dengan jahilnya meletakkan crown flower di kepala Kevin.
            “Hmm.” Kevin hanya melirik dengan tatapan kesal pada Junyoung.
            Lee Joon berdiri tegak dengan melipat kedua tangannya di depan dada. “Yuri itu perancang busana dan dia pintar dalam make-up juga.” Lee Joon berbicara sambil ‘menonton’ anak buahnya bergaya layaknya model. “Kau ingat poster di dalam kardus yang kau kira bom itu? Semua pakaian ini harusnya dipamerkan oleh model-model professional di acara fashion. Namun Yuri justru dikirim ke sini dan semua pakaian ini juga terdampar di sini.”
            Changmin tampak begitu serius mendengar penjelasan Lee Joon. “Apa karir putri komandan akan hancur?”
            Lee Joon menoleh sesaat, memastikan ekspresi Changmin tidak dalam keadaan bercanda. Apa yang dikatakan Changmin juga menjadi kekhawatirannya. Lee Joon menghela napas, berat. “Apa tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkannya?” Tampak ada nada frustasi dari cara bicara dan raut wajah Lee Joon.
            “Aku tidak bisa membayangkan jika Letnant Euaerin atau Letnant Moon Hyuna mengenakan pakaian-pakaian ini.”
            Changmin menajamkan pendengarannya. Beberapa anggota lain tampak sibuk dengan obrolan masing-masing. Terlebih mereka menyinggung nama Euaerin.
            “Aku yakin Mayor Yunho mungkin akan langsung melamar Letnant Moon Hyuna. Hahaha.”
            “Captain Max juga pasti melakukan hal yang sama.”
            “Waaah, jadi berita itu memang benar?”
            “Berita itu sudah tersebar sejak lama …”
            Kali ini Changmin menghentikan kegiatan mengupingnya. Saat menengok ke kanan, ia melihat Junyoung yang masih saja menggoda Kevin ketika Junyoung menemukan gaun berwarna merah muda. Fokus Changmin justru tertuju pada gaun itu, dan ia teringat tentang obrolan Dongwoon dengan Minho dan Jonghyun. ‘Bagaimana jadinya jika Euaerin memakai gaun itu? Selama ini aku selalu melihatnya memakai seragam.’ Changmin berujar dalam hari sambil menyunggingkan senyum tipis.
            “Apa kau tidak ingin mencoba satu?” Lee Joon menengok karena dirasa Changmin tidak merespon ucapannya. Saat menengok, ia justru melihat Changmin tersenyum seorang diri dengan tatapan tertuju pada gaun di tangan Junyoung. Lee Joon menyenggol lengan Changmin. “Apa kau membayangkan Kevin memakai itu?”
            Sontak Changmin terkejut dan langung menoleh ke tempat Lee Joon berdiri. “Apa?”
            “Apa kau mem…”
            “Aku mendapatkan ide.” Changmin menyela ucapan Lee Joon saat pemuda itu ingin mengulangi pertanyaannya karena Changmin sedang melamun tadi.
            “Ide? Aku tidak percaya dengan idemu.”
            Changmin sama sekali tidak ada merasa sakit hati dengan ucapan Lee Joon. “Kau pasti tidak akan kecewa. Ayo besok kita bicarakan hal ini dengan Mayor Yunho juga.” Dengan senyuman penuh rahasia, Changmin menepuk-nepuk pundak Lee Joon. “Kalau sudah selesai bermainnya jangan lupa dibereskan kembali ya anak-anak.” Changmin berbicara setengah berteriak sambil melangkah pergi meninggalkan aula.
            Lee Joon menatap punggung Changmin yang melangkah menjauh sampai menghilang di balik pintu aula. ‘Apa yang dipikirkan Captain Max?’

***

            Setelah berolahraga pagi, seluruh anggota camp melakukan sarapan bersama di aula. Kardus-kardus berisi pakaian milik Yuri-pun sudah diamankan tanpa ada yang tertinggal satupun. Seusai sarapan, Lentant Gunwoo langsung mengarahkan anggota untuk menuju halaman belakang. Di sana sudah menunggu Taekwoon, Yongguk, Hackyeon, Jonghyun, Doojoon, serta Heecheol yang mempersiapkan perlengkapan latihan untuk pagi itu.
            Jonghyun dan Yongguk memasang papan target di ujung halaman, dekat dengan tembok tinggi pembatas camp. Sementara Kiseop, dibantu dengan Minho, Kevin dan Minhyuk membuat tali pembatas yang berjarak kurang lebih 10 meter dari posisi papan target. Total ada 10 papan target yang terpasang di sana. Dari arah pintu aula, tampak Hyuna dan Euaerin memunculkan diri sambil berbincang. Masing-masing di tangan mereka memegang selembar kertas. Tidak jauh dari pintu aula, terdapat sebuah koper besar yang berisi beberapa pistol yang sedang dibersihkah oleh Dongwoon dan Jungshin.
            “Kalian membawa sebuah berita, Letnant?” Tanya Dongwoon sambil berdiri ketika melihat Hyuna dan Euaerin melangkah mendekat.
            “Anggota yang diperbatasan akan segera pulang dan digantikan anggota baru.” Tampak Euaerin yang menjelaskan. Sementara Hyuna ikut berjongkok di sebelah Jungshin.
            “Ini senjata baru untuk latihan?”
            Jungshin mengangguk menanggapi pertanyaan Hyuna. “Iya, Letnant. Barang-barang ini baru tiba sekitar seminggu lalu.” Kemudian mereka berdiri karena seluruh anggota mulai berdatangan.
            “Waaah, ini kesukaanku.” Hyomin berseru senang dengan ekspresi ceria melihat pagi itu mereka akan latihan menembak. “Apakah akan diadakan kompetisi lagi? Aku tidak sabar untuk menang.” Hyomin menunjukkan smirknya sambil mengusap-usap kedua telapak tangannya.
            Beberapa orang sontak menoleh ke arah Hyomin. Salah satunya adalah Yoona yang langsung memberikan komentar. “Tidak adil jika dilakukan pertandingan. Di sini ada dua anggota baru dan banyak juga junior-junior kita di sini.”
            “Tidak masalah. Toh mereka juga sudah mendapatkan pendidikan dasar untuk menembak. Lagipula, kenapa kau tidak memihakku? Kita kan satu tim.”
            “Ah sudahlah. Ini bukan hanya menyangkut satu atau dua tim.” Yoona yang sedikit malas beradu argument dengan Hyomin, memilih menjauh dari gadis itu. Yoona berjalan kea rah kiri, berkumpul dengan Dasom, Gayoon, Krystal dan beberapa anggota pria yang lain.
            Tidak jauh di belakang Hyomin, tampak Yuri berdiri sambil melipat tangan di depan dada, sementara Bora berdiri sambil sedikit menunduk, tidak nyaman jika melakukan kontak mata dengan rekan-rekannya yang lain. Namun bisa dipastikan keduanya mendengar apa yang dikatakan Hyomin tadi.
            Yoona menoleh ke belakang, tepat ketika Doojoon datang membawa beberapa buah earphone. “Letnant Yoon Doojoon. Alangkah baiknya jika kalian memberikan pengajaran khusus kepada Yuri dan Bora untuk berlatih.” Yoona bicara sambil sesekali melirik ke tempat Hyomin berada yang kini tampak berbincang dengan Jihyun.         
            Doojoon sempat berhenti di hadapan 4 orang anggota perempuan itu yang tidak sengaja juga menoleh dan tertarik menyimak apa yang dikatakan Yoona tadi. “Aku setuju dengan idemu Yoona-ssi. Terima kasih, ya. Saya akan turun tangan sendiri untuk membimbing mereka.”

***

~Camp Office~
            “Tapi tidak bisa begitu saja, ini terlalu mendadak,” ujar Lee Joon pada seseorang melalui telepon kantor. Di sampingnya tampak Changmin menyimak sambil duduk bersandar di tepi meja. “Kita tetap harus mengikuti prosedur yang berlaku. Dan itu bisa memakan waktu selama seminggu.”
            Changmin yang tidak bisa menahan rasa penasarannya, mendekatkan kepala ke arah kepala Lee Joon. Berusaha mencuri dengar dari telepon yang menempel di telinga Lee Joon.
            “Berarti tim medis kami juga akan dipulangkan? Apa wabahnya separah itu? Kalau memang parah, kami harus mencari bantuan dari camp pusat untuk mempersiapkan ruangan di camp kami.”
            Changmin menjauhkan kembali kepalanya dan Lee Joon tampak melempar tatapan pada Changmin. “Kalau memang butuh, aku akan langsung hubungi kantor pusat.” Changmin bicara dengan suara pelan, membuat Lee Joon berusaha membagi konsentrasinya.
            Lee Joon mengangguk. “Tolong ya,” ujarnya sambil menutup menggunakan tangan bagian mic dari telepon saat bicara dengan Changmin.
            Changmin segera bangkit menuju meja di sebelah meja yang ditempati Lee Joon. Meja dengan papan nama milik Lee Euaerin. Changmin langsung mengambil posisi duduk sambil mengangkat gagang telepon, lalu memutar serangkaian nomor.
            “Dengan Shin Soohyun di sini.” Terdengar jawaban dari seberang sana setelah bunyi nada tunggu beberapa kali.
            “Ah, Soohyun-ssi, ini Changmin. Kami mendapat kabar dari perbatasan bahwa beberapa anggota medis di sana akan dipulangkan karena terjangkit penyakit dan tampaknya mereka akan dipulangkan hari ini ke camp. Tolong siapkan beberapa tenaga medis untuk datang ke sini. Kami tidak mungkin memerintahkan mahasiswa kedokteran itu untuk mengurus mereka.” Changmin terdengar menjelaskan.
            “Baik Captain Max. Saya juga sudah mendengar berita itu. Segera saya akan kembali ke camp bersama beberapa anggota medis lain. Dan saya minta tolong kabari dokter Ahn untuk menyiapkan ruangan.” Di tempatnya berada, Soohyun berdiri sambil menyambar sneli-nya, bersiap pergi jika sambungan teleponnya dengan Changmin berakhir.
            “Jangan lupa bawa makanan yang banyak ke sini.”
            Soohyun sempat membeku mendengar permintaan Changmin.
            “Hahahahaha.” Kemudian tawa Changmin terdengar pecah mengetahui jika Soohyun tidak merespon ucapannya.
            Lee Joon berdiri sambil melirik tajam ke tempat Changmin berada. Menggeleng melihat kelakuan rekannya tersebut. “Sudahlah. Lebih baik aku melihat mereka yang berlatih menembak.” Lee Joon berujar seorang diri dan meninggalkan Changmin di sana, bergegas menuju halaman belakang aula. “Apakah Yuri akan menunjukkan kemampuannya. Sudah lama aku tidak melihat Yuri memegang senjata.” Tanpa sadar, senyum tipis mengulas di bibir Lee Joon.

***

            Suara tembakan mulai bersautan terdengar dari halaman belakang camp. Target nomor 9 dan nomor 10 dikhususkan untuk Yuri, dan Bora yang baru pertama kali berlatih menembak. Sementara 8 sisanya digunakan oleh anggota lain secara bergantian. Mereka membuat kompetisi kecil sesama anggota. Tampak Hackyeon berdiri paling depan memegang senjata. Sementara di belakangnya terlihat Yonghwa, Taekwoon, Gunwoo, Heecheol, Jonghyun dan Yongguk. Mereka akan melawan angkatan yang lebih junior dari mereka, Minho, Sungyeol, Dongwoon, Kiseop, Kevin, Hyungsik dan Hoonmin.
            Doojoon membantu Bora memakai earphone dan beberapa perlengkapan pelindung lain. Namun Yuri melakukannya semua sendiri seperti seseorang professional.
            “Terima kasih,” ujar Bora pada Doojoon yang membantunya.
            “Ini sudah tugasku.” Doojoon membalas ucapan Bora diiringi dengan senyuman. “Coba kau pegang ini.” Doojoon berdiri di belakang Bora dan membimbingnya untuk memegang pistol. “Tahan bagian bawahnya dengan tangan kiri.” Doojoon sampai membimbing tangan Bora untuk mengikuti arahannya.
            Tanpa keduanya sadari, ternyata Yonghwa memperhatikan cara Doojoon mengajari Bora. “Apa harus sampai posisi seperti itu?”
            Doojoon dan Bora kompak menoleh. Termasuk pula beberapa orang yang berdiri di belakang Hackyeon. Doojoon tertawa pelan sambil mengangkat kedua tangan dan menjauhkan tubuhnya dari Bora. “Atau mau anda sendiri yang mengajari nona Bora?” ledeknya.
            “Letnant Jung!”
            Belum sempat Yonghwa merespon ucapan Doojoon, terdengar seseorang meneriakkan namanya. Saat menoleh, mereka mendapati Jaehyo datang dan masih mengenakan sneli putihnya.
            “Tim medis di perbatasan akan dipulangkan hari ini. Boleh minta bantuanmu untuk menyiapkan ruangan dan peralatan lain? Kabarnya mereka terkena wabah penyakit.”
            “Ah, baiklah.” Yonghwa mengangguk tanpa pikir panjang. Gunwoo tampak menepuk pundak Yonghwa saat salah satu dokter di camp tersebut itu hendak melangkah pergi.
Yuri sendiri beberapa kali tampak mengubah posisi berdirinya, mulai dari melebarkan kedua kaki selebar bahu, sampai menempatkan salah satu kaki di bagian depan. Tangannyapun terlihat sudah terbiasa menggenggam senjata api. Dengan tatapan lurus ke depan, Yuri mengarahkan pistol sambil menahan bagian bawahnya dengan tangan yang lain. Lalu Yuri mencoba memegang hanya dengan satu tangan saja. “Rasanya sudah lama aku tidak bermain ini.” Yuri berujar pelan diiringi senyum bahagia.
            Di tempatnya berdiri, Hongseok tampak melipat tangannya di depan dada sambil menatap ke samping. Ada sesuatu yang sejak tadi menarik perhatiannya. “Waah, sepertinya dia sudah mahir.”
            Tepat disebelah Hongseok, tampak Jaeyoon juga berdiri dengan pose yang hampir serupa, hanya saja Jaeyoon menatap ke arah yang berlawanan denngan Hongseok. Mendengar Hongseok bersuara, Jaeyoon ikut meresponnya. “Dia memang penembak wanita terbaik di camp ini. Bahkan dia mengalahkan senior kita dulu saat dia belum mendapatkan pangkatnya seperti sekarang.”
            Ternyata Jaeyoon sejak tadi memperhatikan gerombolan anggota wanita yang berbaris di bagian papan target nomor 1 dan 2. Anggota wanita juga membuat pertandingan diantara mereka. Hyomin yang sedang menembak melawan Jiyeon, nyaris tidak pernah keluar sasaran dari lingkaran angka 7 sampai 9. Jaeyoon menoleh ke arah Hongseok karena di rasa Hongseok tidak merespon ucapannya. Ternyata memang benar, apa yang dimaksudkan oleh Hongseok bukanlah Hyomin.
            Hongseok menoleh sedikit dan mengulurkan tangannya, menyuruh Jaeyoon melihat sesuatu. “Putri pak Komandan. Aku lihat dia sejak tadi melakukan semuanya sendiri seperti memang sudah tidak asing. Doojoon hyung hanya mengajari Bora.”
            “Yuri memang atlit menembak sejak sekolah.”
            “Astaga!” Jaeyoon dan Hongseok sontak menjerit karena terkejut. Lee Joon tiba-tiba muncul dari belakang mereka dan bersuara dengan nada sedikit berbisik membuat keduanya terkejut. Teriakan merekapun membuat orang-orang yang berada di sana sontak menoleh.
            Sadar menjadi pusat perhatian, Lee Joon langsung menegapkan badannya dan berjalan menuju tempat Yuri berada. “Lanjutkan latihannya.”

***

            Yonghwa dan Jaehyo memasuki ruang kesehatan di area camp. Mereka kompak langsung membuka sneli-nya dan meletakkan di salah satu tempat tidur yang kosong. Di atas sana juga ada sebuah papan dengan beberapa kertas tertumpuk diatasnya. Yonghwa langsung memeriksa tulisan di atas kertas itu. Beberapa catatan tentang tim medis yang hari ini akan dipulangkan ke camp.
            “Berarti kita butuh ruang isolasi?” Yonghwa mendongak ke arah Jaehyo yang sedang menggulung lengan pakaiannya.
            Jaehyo meletakkan kedua tangannya di pinggang sambil menatap berkeliling ruangan yang didominasi warna putih ini. “Tidak perlu begitu, tapi mereka khusus akan kita tempatkan di ruang ini. Dan aku sudah mengabari Mayor Jung kalau aku ingin peralatan medis termasuk obat-obatan yang bersangkutan untuk diletakkan terpisah.”
            Yonghwa menghentikan pandangan ke salah satu sudut ruangan, tidak jauh dari pintu masuk. “Sejak kapan ada lemari es di sini?”
            Jaehyo sendiri sudah berjalan menuju satu satunya meja dan kursi di ruangan tersebut. Memeriksa isi lemari besi yang berada di sana. Tepat di sebelah lemari tersebut, berjejer sebuah lemari es satu pintu seperti apa yang dimaksud oleh Yonghwa. “Baru saja diletakkan di sana untuk menyimpan obat-obatan. Itu lemari es yang berada di ruangan Mayor Jung.”
            Kemudian terdengar sebuah ketukan pintu. Tanpa menunggu persetujuan, pintupun terbuka dan terlihat Junhong bersama Inseong memunculkan diri. Masing-masing dari mereka membawa sebuah kardus berukuran sedang.
            Inseong meletakkan kardus yang ia bawa di atas meja. “Ini ada kiriman botol infus baru, Letnant. Kami mengambil dari klinik.”
            Di belakang Inseong, tampak Junhong menyusul, ikut meletakkan kardus yang ia bawa ke atas meja. “Anggota kita yang berjaga di perbatasan hari ini juga dipulangkan. Dan ku dengar mereka sudah berada di kantor pusat sekrang. Karena di sana terjadi sedikit bentrokan, dan beberapa dari mereka juga mendapat luka.”
            Mendengar informasi yang dikatakan Junhong, membuat Yonghwa sontak mendekat ke arah meja. “Tapi kita tidak bisa memberikan anggota pengganti secepatnya. Semua harus melalui beberapa tahap prosedur.”
            “Tapi mereka juga harus segera dipulangkan karena di sana kekurangan tim medis. Tapi tim medis dari sector Barat sudah mengirimkan anggota mereka.” Inseong bergantian memberikan berita lanjutan dari yang dikatakan oleh Junhong tadi.
            Yonghwa merogoh kantung celananya dan mengeluarkan sebuah ponsel lalu mencari sebuah nomor dengan nama ‘dr Soohyun’. Sedetik kemudian Yonghwa tampak menempelkan ponsel ke telinganya. Belum sempat Soohyun menjawab panggilan tersebut, pintu ruangan tersebut kembali terbuka dan memunculkan Changmin di sana.
            “Soohyun sudah dalam perjalanan ke sini bersama beberapa tim medis. Lalu mungkin anggota militer yang baru tiba akan menyusul kemudian.” Changmin berujar seolah sudah mengetahui apa yang sedang dibicarakan 4 orang yang berada di sana.
            Jaehyo dan Yonghwa terlihat mendesah, berat. “Apalagi, ini?” uajr Yonghwa dengan nada frustasi.
Sementara itu Junhong tampak membuka segel salah satu kerdus di depannya yang berisi beberapa peralatan medis berupa jarum dan selang infus, stetoskop, obat-obatan P3K serta ada beberapa kotak yang berisi jarum suntik. Meski sedang banyak yang ia pikirkan juga, Jaehyo tetap merapihkan barang-barang yang dikeluarkan oleh Junhong dan harus ia susun di dalam lemari.
            “Aku ke klinik sebentar.” Tanpa menunggu persetujuan, Yonghwa tampak meninggalkan ruang kesehatan dengan sedikit terburu-buru.
            “Captain Max, dokter Ahn, saya juga ijin pamit harus kembali berjaga di gerbang.” Inseong langsung melakukan sikap hormat. Setelah Changmin mengangguk tanda ia memberi ijin, Inseong segera menyusul Yonghwa meninggalkan ruangan.
            “Oiya, di mana dokter Himchan?” Tanya Changmin ketika teringat salah satu dokter yang berada di camp tersebut.
            “Himchan sedang megambil obat-obatan dan vaksin di rumah sakit.” Jaehyo yang menjawab tanpa menghentikan kegiatannya dibantu juga oleh Junhong.
            “Tampaknya di klinikpun sedang ramai dengan warga yang sakit.”
            Jaehyo mengangguk menyetujui ucapan Junhong yang memang baru beberapa menit lalu dari sana mengambil kardus bersama Inseong. Jaehyo lalu menoleh ke arah Changmin yang bisa dipastikan mendengar semua yang dikatakan Junhong.
            “Anggota tidak bisa mendapat perawatan di klinik.”
            Changmin mendongak, balas menatap Jaehyo sambil menunjuk ke arah pintu. “Apa bisa kita tempatkan di barak sebelah ini? Karena sepertinya malam ini juga anggota yang pindah tugas ke perbatasan harus kita pindahkan ke kantor pusat.”
            “Nama anggota terpilih sudah keluar?” Junhong tampak melempar pertanyaan.
            Changmin mengangguk, tanda ia membenarkan ucapan Junhong. “Hyuna dan Euaerin yang akan mengumumkannya siang ini.”
“Barak di samping ruang kesehatan ini barak ku, Captain. Kalau memang bisa dimanfaatkan untuk rekan lain yang membutuhkan, aku akan mengatakan pada teman-teman untuk ke luar dari barak. Kami bisa tidur di mana saja, Captain.”
Changmin dan Jaehyo sontak saling melempar tatapan seakan mendapat pencerahan. Karena mereka yang membutuhkan perawatan tentu baiknya berada di ruangan khusus.
            Nice!” Changmin menjentikkan jari lalu menepuk pundak Junhong dengan penuh rasa bangga. “Apa ada lagi yang kalian butuhkan di sini?”
            Jaehyo menggeleng tegas. “Saat ini sudah cukup. Kami masih menunggu Himchan dan dokter Soohyun saja. Jika nanti kami ada kebutuhan lagi, kami akan mengabarimu atau mungkin Captain J.”
            Tidak lama tampak pintu kembali terbuka. Yonghwa muncul dari sana, namun sibuk membolak-balikkan sebuah buku di tangannya. File yang berisi penuh dengan catatan medis milik anggota camp militer. “Hmm, Lee Seyoung, Jo Sangho.” Yonghwa memisahkan lembar kertas atas nama-nama yang ia sebutkan tadi dan ia letakkan di atas meja.
            Changmin dan Jaehyo ikut mengawasi apa yang dilakukan Yonghwa. Junhong sendiri langsung berinisiatif mengangkat kardus berisi botol infus tadi. Jaehyo yang melihat itu, langsung mengisyaratkan Junhon untuk menyusunnya di dalam lemari.
Jaehyo mengulurkan tanga, meraih lembar kertas milik Jo Sangho dan membawanya menuju tempat tidur lalu berjongkok di dekat bagian kaki, menuliskan nama Jo Sangho pada papan kosong yang tergantung di sana. “Tidak ada catanan alergi terhadap obat.”
            “Kim Yoohwan.”
            Changmin langsung merebut kertas dari Yonghwa yang hendak ia letakkan di atas meja. Changmin lalu meneruskan untuk memberikan pada Jaehyo. Termasuk kertas milik Lee Seyoung.
            “Shin Wonho, Yoo Sungoh.”
            “Mereka berada di kantor pusat,” protes Jaehyo ketika Yonghwa menyebutkan dua nama terakhir.
            “Oh. Oke, maaf.” Yonghwa langsung mengembalikan kertas untuk 2 nama tadi ke dalam tumpukan kertas pada file yang dibawanya.

***

            Hackyeon merebahkan tubuhnya ke atas rumput. “Akh, apa-apaan ini? Mereka bisa mengalahkan kita?”
            Taekwoon, Jonghyun, Yongguk, Gunwoo, Heecheol dan Doojoon juga ikut duduk dalam satu lingkaran. Sementara beberapa meter dari sana tampak pemandangan yang bertolak belakang. Minho dan kawan-kawan tampak bersorak gembira karena bisa mengalahkan anggota yang termasuk senior mereka.
            “Kau!” Hackyeon menunjuk ke arah Taekwoon menggunakan rumput yang ia cabut di dekat tubuhnya berbaring. “Kau kan penembak terbaik dari Team Wolf. Kenapa hari ini permainanmu buruk sekali?”
            Taekwoon melirik dengan tatapan tajam. “Kemarin aku tergelincir saat di gym. Kondisi tanganku sedang tidak dalam keadaan baik.”
            “Tapi Hyungsik, Kiseop dan Dongwoon memang cukup berbakat. Kemampuan mereka bahkan nyaris menyamai Taekwoon dan Captain Max. lagi pula ini hanya permainan.” Gunwoo tampak ikut menengahi. Tidak lama kemdian ia tampak berdiri. “Sudahlah, aku harus bertemu Letnant Euaerin.”
DOR!
Semua orang menoleh saat mendengar suara letupan senjata dan mencari-cari sumber suara. Kemudian terdengar lagi bunyi tembakan sampai dua kali. Ternyata penyebabnya adalah dari papan target di nomor 10. Yuri sedang melakukan ujicoba dengan senjatanya di dampingi langsung oleh Lee Joon yang berdiri hanya dberjarak sekitar 1 meter di belakang Yuri.
            Hyuna yang berdiri di samping Yuri mengibarkan bendera biru ke atas. “9-10-9,” ujarnya menghitung jatuhnya peluru di atas papan target. “Apa sebelumnya kau atlit menembak?”
            “Iya. Dia sebenarnya atlit menembak sejak sekolah.” Terdengar Lee Joon yang bersuara. “Apa?” protesnya yang langsung mengangkat kedua tangan ketika Yuri mengarahkan senjatanya kepada Lee Joon.
            Yuri membidik dengan tatapan serius. Jempol tangannya bahkan nyaris menyentuh pelatuk.
            “Apa kau masih dendam padaku?”
            Yuri tersenyum jahil, kemudian menurunkan senjatanya sambil tertawa. “Kau tidak bisa membohongiku dengan ekspresimu itu. Aku tahu kau sebenarnya ketakutan. Maaf kalau bercandaku kelewatan.”
            “Mau bertanding?”
            “Denganmu?” Yuri balik melempar pertanyaan pada Lee Joon.
            “Ayo bertanding denganku?” Hyomin tampak memunculkan diri dengan tatapan menantang.
            Yuri melirik Lee Joon sesaat. Lee Joon hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Kemudian Lee Joon mendekatkan wajahnya pada Yuri untuk membisikkan sesuatu. “Kalau kau menang, kau boleh meminta apa saja dariku.”
            “Ck.” Hyuna yang berdiri paling dekat ternyata bisa mendengar apa yang diucapkan Lee Joon hanya geleng-geleng kepala melihat atasannya seperti itu.

***

            Yuri dan Hyomin berdiri bersebelahan di baris papan target nomor 4 dan 5. Berkat kejahilan Lee Joon, kedua anggota wanita itu kini akan terlibat pertandingan. Hyomin yang memang penembak terbaik wanita di camp tentu saja tidak menolak tantangan tersebut. Belum lagi sebenarnya ia mendengar dari beberapa anggota lain yang memuji kemampuan Yuri meski meski baru mencoba beberapa kali.
            Hyungsik berdiri diantara Yuri dan Hyomin. Pemuda itu didaulat sebagai pengadil. “Karena aku tidak memiliki koin, kalian pilih sendiri saja mau mulai pertama atau kedua,” ujarnya.
            Hyomin menatap Yuri, tajam. “Biarkan putri komandan yang main duluan,” kata Hyomin yang kali ini melempar pandangan ke arah lain.
            “Baiklah,” jawab Yuri diiringi anggukan.
            Hyungsik menengok ke arah Kevin dan Minho yang berdiri di dekat Yuri. Kemudian ke arah lain menuju Kiseop dan Jungshin yang berada sedikit di samping Hyomin. Mereka berempat akan menjadi juri dan mencatat perolehan skor antara Yuri dan Hyomin. “Oke, nona Yuri, anda bisa mau sedikit ke depan. Dan anda bisa mulai ketika anda siap.” Hyungsik sedikit memberikan arahan.
            Yuri mengangguk tanda ia mengerti. Kemudian maju selangkah dengan pistol yang sudah siap ditangannya.
            “Semangat Sunbae.” Minho berseru pelan sambil tersenyum ketika Yuri sedikit melintasi mereka.
            Ditempatnya berada, Hyomin tidak melepaskan tatapannya ke arah Lee Joon yang jelas terlihat jika sedikit lebih memihak pada Yuri. Belum lagi terdengar suara sorakan dari para anggota yang menonton dan menyemangati Yuri.
            Lee Joon tampak mengangkat tangannya untuk memberikan isyarat agar anggotanya untuk diam. Butuh konsentrasi untuk melakukan adegan tersebut. Seketika suasana langsung senyap. Mereka langsung terbawa suasana tegang ketika Yuri mulai mengangkat pistolnya dan membidik sasaran.
            DOR!
            Satu tembakan berhasil dilepaskan Yuri ke arah papan target. Sebuah peluru pun berhasil bersarang di dalam lingkarang dengan nomor 8. Yuri langsung menunduk. Sedikit lemas mendapati sasarannya masih meleset. Namun beberapa anggota langsung bertepuk tangan, termasuk Lee Joon. mereka tetap memberikan dukungan untuk Yuri.
            Hyungsik langsung berinteraksi dengan Minho dan Kevin yang kompak mengangguk. Menandakan mereka sudah mencatat skor milik Yuri. Selanjutnya Hyungsik mempersilahkan Hyomin untuk melakukan tembakan berikutnya. Yuri dan Hyomin akan menembak secara bergantian.
            “Ku harap putri komandan yang menang.” Di kejauhan, tampak Yoona berbisik pada seseorang yang berdiri di sebelahnya, Naeun.
            Naeun langsung mengangguk setuju dan balas membisikkan sesuatu. “Ah, iya aku juga berharap demikian. Hyomin semakin sombong saja.”
            DOR!
            Tembakan berikutnya terdengar sudah bersarang pada papan target. Banyak yang bersorak kecewa karena peluru milik Hyomin hanya bersarang pada nomor 6. Ditempatnya berada, Yoona dan Naeun saling lirik dan tersenyum penuh kemenangan. Mereka bahkan sampai melakukan high-five pelan.

***

            Suara sirine terdengar mengudara. Jihoon, Shinwon dan Rowoon yang berjaga di pintu gerbang langsung bergegas membukakan pintu setelah Rowoon membuka gemboknya. Mereka memang sudah mendapat berita jika akan ada yang datang. Sebuah mobil patrol polisi tampak memimpin masuk, lalu di susul sekitar 3 mobil ambulans, satu mobil pribadi, serta satu mobil patroli polisi lagi di bagian belakang. Ke tiga anggota militer yang berjaga langsung bersikap siap dan memberi hormat.
            Dua kaca mobil di bagian kanan tampak terbuka dan memperlihatkan empat pemuda dengan pakaian serba putih, pakaian kedokteran. Di bagian kemudi, tampak Soohyun yang menyetir. Pemuda yang duduk depat di belakang Soohyun sampai menjulurkan kepalanya ke luar.
            “Yak! Ko Shinwon!”
            Shinwon dan dua temannya yang lain langsung mendekat. “Wonho hyung!” Shinwon dengan gemas memeluk kepala seorang dokter bernama Shin Wonho.
            “Lepas!” Wonho memukul-mukul badan Shinwon agar melepaskannya.
            “Mungkin sekitar 1 jam lagi anggota lain akan tiba,” kata Soohyun pada Jihoon dan Rowoon yang menghampirinya.
            Rowoon dan Jihoon mengangguk kompak. “Iya, dokter. Kami sudah mendapat perintah.” Jihoon yang mewakili untuk menjawab. Keduanya juga tidak lupa menyapa seseorang yang duduk di sebelah Soohyun, serta seorang yang di kursi belakang bersama Wonho, yaitu Yoo Sungoh dan  Choi Woosung.
            “Dokter Yonghwa dan yang lain sudah menunggu.”
Soohyun mengangguk menanggapi ucapan Rowoon. “Kalian selamat bekerja kembali.”
            Sementara itu Wonho dan Shinwon tampak masih saling mengganggu. Mereka memang cukup akrab. Dan selama beberapa bulan Wonho serta Seungoh dan Woosung dipindah tugas ke kantor camp pusat.

***

            Dua tembakan terakhir yang dilepaskan Yuri berhasil mendarat mulus di titik dengan nilai 10, sementara Hyomin hanya bisa mendapat skor 8 untuk nilai tertinggi. Hampir seluruh anggota yang ada memberikan tepukan tangan yang meriah merayakan kemenangan Yuri. Beberapa tampak mengangguk bangga melihat kemenangan Yuri. Termasuk Moon Hyuna dan Euaerin.
            “Kelemahan Hyomin itu dia sulit berkonsentrasi jika ada hal yang mengganggunya.” Yoona dan Naeun masih saling berbisik, mengomentari pertandingan antara Yuri dan Hyomin.
            Yoona mengangguk setuju dengan ucapan Naeun. “Itu pasti karena Captain J memihak pada Yuri. Kita semua tau kalau Hyomin menyukai Captain J.”
            Di sisi lain, terlihat Hyomin langsung meninggalkan tempatnya berdiri dan memberikan paksa pistolnya pada Seungjun yang tidak sengaja ia lewati. Tepat ketika Jaeyoon melaporkan sesuatu pada Lee Joon yang membuat pemuda itu langsung meninggalkan halaman belakang camp. Jaeyoonpun menyusul di belakang Lee Joon.
            “Oke kalian bisa langsung istirahat dan makan siang!” Seru Hyuna memimpin anggota. Dibantu Euaerin yang langsung membimbing anggota wanita untuk lebih dulu masuk ke dalam aula. Untuk anggota laki-laki, mereka semua langsung membereskan peralatan yang mereka gunakan untuk latihan menembak.
            Jaeyoon tampak kembali ke halaman belakang camp. Dia hanya mengajak bicara beberapa orang terdekat yang ia temui. Setelah bicara sesuatu Jaeyoon bersama Junkyu, Chanyoung, Youjin, Hongbin dan Woonshik meninggalkan halaman belakang setelah mereka melaporkan hal tersebut pada Gunwoo. Setelah semua beres, Sanghyuk bersama Myungsoo, Changhyun dan Jihoo bekerja sama membawa koper berisi senjata untuk latihan menembak yang mereka bawa kembali ke ruang penyimpanan senjata, dekat dengan ruang office camp.

***

            Mendengar suara sirine dari kejauhan, Changmin langsung keluar dari ruang kesehatan, menyusul Junhong di belakangnya. Sementara Yonghwa dan Jaehyo langsung menyambar sneli kemudian mengenakannya sebelum ikut keluar dari ruang kesehatan. Dari arah gerbang, tampak mobil polisi diikuti 2 ambulan di belakangnya. Saat itu tampak juga Lee Joon muncul dari arah aula bersama Inseong yang langsung membantu Junhong mengarahkan ambulans agar memutar balik untuk mengarahkan bagian belakangnya ke pintu masuk ruang kesehatan.
            Pintu belakang ambulanspun terbuka. Seorang petugas langsung melompat turun dan mengeluarkan salah satu tempat tidur yang dihuni seseorang. Lee Joon sendiri ikut turun tangan membantu.
            “Sangho bertahanlah. Kau sudah aman di camp.” Lee Joon menggenggam tangan pemuda yang masih terpejam dengan wajah pucat.
            Yonghwa sendiri sudah melesat kembali ke dalam, mempersiapkan tempat tidur yang sudah mereka beri label nama Jo Sangho. Lee Joon, Junhong, Jaehyo dan salah satu petugas lain bekerja sama memindahkan tubuh Sangho ke atas tempat tidur. Yonghwa sendiri kemudian langsung memaskang stetoskop di kedua telinganya sambil melakukan cek tekanan darah pada Sangho.
            “Mereka masih dalam pengaruh obat bius,” lapor Jaehyo pada Yonghwa, lalu memberikan sebuah catatan pada Yonghwa.
            Pintu ruang kesehatan kembali terbuka, Changmin memimpin masuk. Dibantu dengan Inseong, Junhong dan Soohyun. Mereka memindahkan Johyung pada salah satu tempat yang kosong. Soohyun langsung melakukan hal yang sama pada Johyung seperti yang Yonghwa lakukan.
            “Turunkan suhu pendingin ruangan!” Seru Yonghwa pada siapapun yang berada di sana. Changmin dan Lee Joon langsung bergerak ke arah yang berbeda. Ada sekitar 4 pendingin ruangan berada di sudut berbeda.
            Junkyu, Chanyoung, Youjin, Hongbin dan Woonshik tampak silih berganti membantu. Masih ada 3 orang lagi yang harus dipindahkan ke dalam ruang kesehatan. Shin Wonho langsung menangani Kim Yoohwan. Yoo Sungoh tampak langsung memeriksa Lee Seyoung. Sementara Choi Woosung langsung menangai Shin Jongkook. Secara bergiliran, Jaehyo mencatat hasil pemeriksaan rekannya pada papan yang tergantung di bagian kaki tempat tidur pasien tersebut.
Tersisa Lee Joon dan Changmin dari anggota militer yang berada di sana. Junhong dan yang lain sudah meninggalkan ruang kesehatan dan berjaga di luar. Menerima laporan dari pihak kepolisian yang mendampingi anggota medis camp saat datang tadi.
            “Tanganku gemetar, sepertinya aku tidak bisa memasangkan infus.”
            Wonho yang berdiri paling dekat dengan Yonghwa langsung menoleh. “Tolong siapkan yang lain saja, nanti aku yang pasangkan.” Setelah saling melempar kontak mata dengan Yonghwa, Wonho langsung berlari menuju wastafel untuk mencuci tangan.
            “Satu jam setelah ini, kembali periksa kondisi mereka sambil kita menunggu dokter Himchan kembali dari rumah sakit,” ujar Soohyun mengingatkan dan langsung di balas anggukan oleh yang lain. “Masing-masing kembali tanggung jawab orang yang sama.”
            Setelah selesai mencatat, Jaehyo langsung beralih membantu Yonghwa untuk mempersiapkan peralatan lain. Sementara Lee Joon dan Changmin hanya bisa memperhatikan ketegangan yang terjadi tanpa bisa membantu apapun karena memang bukan kemampuan mereka.
            “Aku tunggu luar,” kata Lee Joon akhirnya yang sudah tidak sanggup melihat anggota tim medis yang sudah ia anggap anggotanya sendiri terbaring lemah.
            Changmin hanya menoleh sekilas melihat Lee Joon meninggalkan ruangan.

***