Kamis, 30 Mei 2013

KRIS WITHOUT WINGS (part 18)


        Luhan dan Baekhyun duduk di lantai toilet. Luhan menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan Baekhyun, “sejak kecil.”
        Baekhyun diam. Ia masih berusaha untuk menerima kenyataan ini.
        “Entah atas alasan apa, keluarga memang merahasiakan ini. Terutama dari Sehun.” Luhan diam sesaat. “Sampai akhirnya, Sehun tahu dengan sendirinya tentang penyakit ini,” sesal Luhan karena sempat membuat adik bungsunya itu sedih.
        Hening kembali menguasai mereka. Dari balik pintu yang tak tertutup rapat, Baekhyun dan Luhan tak menyadari sosok Chanyeol yang mengawasi mereka sejak tadi.
        “Baekhyun…” panggil Luhan.
        “Hmm…” hanya itu yang dikatakan Baekhyun sebagai respon untuk panggilan Luhan.
        Namun tak ada yang dikatakan Luhan setelah itu.
        Obat Kris masih berada di tangan Baekhyun. Sementara tangannya yang lainnya tanpa sadar mencengkram dada kirinya yang kembali terasa sakit. Baekhyun sudah hampir membuka tutup tabung itu namun Luhan sudah lebih dulu menahannya.
        “Kau pikir itu vitamin?” omel Luhan karena Baekhyun seenaknya meminum obat milik orang lain.
        Baekhyun menggeleng lemah. “Aku ingin kuat di hadapan Kris. Semangatnya telah memberikan kekuatan tersendiri untukku.” Baekhyun tersenyum, namun senyuman itu sangat sulit di artikan oleh Luhan. “Meski kami sama-sama pernah meninggalkan sahabat terbaik kami di masa lalu, sama-sama memiliki penyakit yang sama,” Baekhyun sudah membuka mulut untuk melanjutkan kata-katanya, namun Luhan sudah lebih dulu memotongnya.
        “Apa maksudmu penyakit yang sama?” desak Luhan bingung.
        Lagi-lagi Baekhyun kembali tersenyum, kali ini ia juga sudah memasukkan satu butir obat lagi ke dalam mulutnya lalu bergegas berdiri untuk mencari air agar bisa mendorong obat itu masuk ke dalam kerongkongannya. Meski dengan terpaksa ia meminum air keran.
        Chanyeol membeku di tempatnya. Tanpa sadar tangan Chanyeol melepaskan pegangan pintu hingga membuat pintu tersebut bergeser dan membongkar tempat persembunyiannya.
        “Kau?” seru Luhan. “Sejak kapan…”
        Chanyeol mendongak, tatapannya langsung tertancap lurus ke arah Baekhyun hingga membuat pemuda itu membeku. Perlahan Chanyeolpun melangkahkan kakinya ke dalam. Ia sama sekali tak memalingkan tatapannya dari sosok Baekhyun.
        “Byun Baekhyun?” seru Chanyeol perlahan.
        Perlahan mata sipit Baekhyun melebar. “Jadi, benar kau Park Chanyeol?”
        Chanyeol tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya menarik tubuh Baekhyun yang lebih pendek darinya itu ke dalam pelukannya. “Kemana saja kau selama ini! Apa kau bekerja sama dengan Kris untuk menjauhiku? Kau pikir kalian sukses menjalankan rencana itu?”
        Baekhyun siap membuka mulut, namun tampaknya Chanyeol sama sekali tak memberikannya kesempatan bicara.
        “Apa?” Tanya Chanyeol sambil menjauhkan tubuh Baekhyun. “Mau membela diri? Atau mau membela Kris?”
        Tak lama pintu kembali di buka dengan kasar dan memunculkan Tao di sana. “Hyung! Kris!” hanya itu yang kata-kata yang keluar dari mulut Tao namun itu telah mewakili semuanya.

@@@

        Mereka, Luhan, Chanyeol, Baekhyun dan Tao masuk ke dalam ruangan tempat Kris berada. Di sana telah menunggu Jongdae dan Kyungsoo. Mereka hanya diam berdiri. Dan Sehun, ia sudah berdiri di hadapan Kris dan menatap nanar tubuh lemah Kris yang berbaring dengan mata terpejam. Di sisi ranjang Kris yang lain, Joongki juga berdiri dalam diam.
        Luhan melangkah perlahan. Matanyapun mulai berkaca-kaca. Sedetik kemudian, Luhan langsung melesat mendekati Kris. Ia bahkan sampai mendorong tubuh Joongkin untuk menyingkir. Dan di saat yang bersamaan, mesin pendeteksi detak jantung hanya memunculkan sebuah garis lurus dan menghasilkan sebuah bunyi nyaring.
        “Hyung!” teriak Sehun histeris dan mulai mengguncang-guncangkan tubuh Kris. Memaksa pemuda itu untuk bangun. “Hyung bangun! Kau tidak boleh tidur! Kau belum mengajakku pergi menggunakan mobilmu! Kita juga belum menyelesaikan game IRIS kita! Kau tidak boleh melanggar janjimu, hyung! Atau aku juga akan…” Sehun berhenti bicara. Ia memegangi dadanya yang sesak. Sementara Chanyeol dan Kyungsoo sudah sejak tadi berusaha menenangkannya.
        Sementara Luhan, tubuhnya membeku, tangannya menjuntai lemah ke bawah. Bahkan ia sudah tak sanggup menahan air matanya.
        “Luhan, yang sabar,” bisik Joongki menenangkan Luhan, di bantu Tao yang telah merangkul Luhan meski ia juga menangis.
        Luhan tetap diam. Tatapannya tertancap lurus ke wajah Kris yang pucat dan penuh dengan luka. Ia hanya ingin berusaha tegar menghadapi kenyataan ini. Tapi Luhan juga tak bisa berkata apa-apa lagi saat Sehun di paksa keluar oleh Kyungsoo dan Chanyeol.
        “Aku mau di samping Kris hyung!” jerit Sehun meronta-ronta sampai akhirnya Taopun ikut turun tangan membantu Chanyeol dan Kyungsoo.
        Posisi Tao di gantikan Jongdae yang kini sudah di samping Luhan. Isakan Luhan semakin terdengar kala jeritan Sehun di luar masih terdengar hingga dalam membuat Jongdae berinisiatif untuk memeluknya. Dan saat itu, tatapan Jongdae jatuh ke bawah kaki Luhan.

@@@

        Suho memaksa untuk di antarkan ke kamar Kris, namun ia menolak jika Jongin yang mendorong kursi rodanya. Akhirnya, Minseoklah yang bersedia mendorong kursi roda Suho menuju kamar Kris. Sementara Lay menemani Jongin berjalan di belakang Minseok dan Suho. Terlihat jelas raut wajah Jongin sangat terpukul karena di benci oleh kakaknya sendiri. Orang kedua yang sangat berharga dalam hidupnya setelah sang ibu.
        “Kris Hyung…!”
Langkah mereka berhenti ketika mendengar jeritan suara Sehun. Tak jauh dari sana, memang tampak tubuh Sehun yang sudah terkepung tiga orang sekaligus.
Sontak Jongin melirik Suho yang menatap pemandangan itu lurus-lurus. Hatinya semakin sakit ketika melihat air mata Suho mulai mengalir. Penyesalan dan rasa bersalah itu semakin menguasai dirinya.
Akhirnya Sehun berhenti berteriak tapi ia masih menangis sejdi-jadinya. Sehun juga sudah tak memberontak. Ia diam lalu dengan lemahnya meluruh di lantai sampai akhirnya Baekhyun muncul dari dalam kamar Kris.
        Tatapan Baekhyun kosong. Obat milik Kris juga masih berada di genggamannya. Kembali, Baekhyun memegangi dada kirinya. Entah udah untuk yang ke berapa kali hal ini terjadi. Baekhyun semakin kencang memegangi dada dan tabung obat itu bersamaan. Sampai akhirnya ia jatuh berlutut masih dengan tatapan kosong.
        “Baekhyun!” jerit Chanyeol yang kini sudah melesat ke samping Baekhyun. “Baekhyun kau kenapa?” Tanya Chanyeol sambil mengguncang-guncangkan tubuh Baekhyun namun pemuda itu sama sekali tak menjawab. “Baekhyun jawab!” paksa Chanyeol lalu akhirnya Baekhyun menoleh dan hanya menunjukkan senyumannya, kemudian Baekhyun menghempaskan tubuhnya ke arah Chanyeol hingga tak sadarkan diri di sana.

@@@

1 tahun kemudian…
        Suho berjalan di tengah sebuah pemakaman umum. Ia sedikit terkejut ketika mendapati seseorang yang sudah berdiri di hadapan makam yang memang ia tuju saat itu. Tanpa mengurangi niat, Suho semakin mempercepat langkahnya ketika menyadari siapa yang berdiri di sana.
        “Kau? Untuk apa lagi kau di sini?” Tanya Suho ketus.
        Pemuda itu berbalik dengan tatapan kecewa. “Hyung! Apa hyung pikir aku sudah benar-benar tidak memiliki hati?” balas Jongin. Ia tak melepaskan kacamata hitam yang menghiasi wajahnya. “Dia!” Jongin menunjuk sebuah nisan dengan nama ‘Kim Joonmyun’. “Dia kembaranku sendiri! Jika aku tahu Kris juga menderita penyakit yang sama dengan kembaranku, aku tidak akan pernah melakukan itu pada Kris. Aku tidak akan membiarkan ada Joonmyun ke dua di dunia ini.”
        Suho diam. Tatapannya tertancap lurus pada makam di hadapannya. Makam seseorang yang cukup berharga di hidupnya seperti Jongin. Suho memang memiliki adik kembar. Jongin dan Joonmyun. Kepergian Joonmyunlah yang dijadikan alasan ayahnya untuk menceraikan ibunya. Karena penyesalan itulah, membuat Suho tak bisa melakukan apapun untuk mempertahankan Jongin saat itu. Dan kini ia menyesal. Satu-satunya adik yang ia miliki saat ini justru ia benci dengan alasan yang tidak jelas. Karena Kris. Bukan salah Jongin karena memang tidak ada yang tahu jika Kris menderita penyakit tersebut.
        “Jongin, aku…” Suho menoleh, namun ternyata Jongin sudah berjalan jauh meninggalkannya. Suhopun segera menyusul adiknya. Ia memaksa tubuh Jongin untuk berbalik lalu memeluknya. “Maafkan aku. Aku memang tidak bisa menjadi kakak yang baik untukmu,” sesal Suho.
        Jongin melepas pelukan Suho untuk melihat mata kakaknya. “Hyung, aku benar-benar tidak tahu jika Kris…” ucapan Jongin terputus karena Suho telah menarik kembali dirinya ke dalam pelukan.
        “Aku tahu. Maafkan aku. Aku hanya terpukul. Karena, Kris adalah orang yang berhasil membuatku membuka diri untuk orang lain.”

@@@

        Luhan menaiki anak tangga menuju kamar Sehun. Ia ingin mengajak adiknya makan siang bersama. Ketika sampai, perhatian Luhan justru tertuju pada kamar Kris yang pintunya sedikit terbuka. Luhan mengintip dan menatap khawatir seseorang di dalamnya. Di dalam kamar Kris sudah ada Sehun yang sedang duduk manis di hadapan laptop Kris yang memutarkan slide foto-foto mereka bertiga.
        Luhan melangkah masuk secara diam-diam. Sehun masih asik menertawai foto-foto konyol mereka tanpa menyadari kehadiran Luhan di belakangnya.
        “Apa yang kau lakukan?” tegur Luhan pelan.
        Sehun yang terkejut, langsung menoleh ke belakang. “Kau mengagetkanku, hyung!” protes Sehun lalu kembali menatap laptop membuat Luhan ikut tersenyum ketika layar laptop menampilkan foto Kris yang tertidur dengan banyak karet mengikat rambutnya di beberapa bagian.
        Kris memang sulit dibangunkan jika sudah tertidur. Kejahilan Sehunpun menghasilkan kenangan seperti itu. Dan mereka mengancam akan marah pada Kris jika berani menghapus foto tersebut.
        “Aku sangat merindukan Kris hyung,” ujar Sehun lirih.
        “Aku juga,” kata Luhan menyetujui lalu ia melirik Sehun ngeri karena adiknya itu senyum-senyum sendiri padalah layar laptop sudah selesai menampilkan slide foto mereka. “Kau kenapa?” tegur Luhan takut-takut terjadi sesuatu pada adiknya.
        Sehun masih tersenyum lalu melirik Luhan. “Aku hanya teringat hal konyol yang dilakukan Joongki hyung. Dia seorang dokter, tapi sangat ceroboh.”

*Flash back*
Luhan melangkah perlahan. Matanyapun mulai berkaca-kaca. Sedetik kemudian, Luhan langsung melesat mendekati Kris. Ia bahkan sampai mendorong tubuh Joongki untuk menyingkir. Dan di saat yang bersamaan, mesin pendeteksi detak jantung hanya memunculkan sebuah garis lurus dan menghasilkan sebuah bunyi nyaring.
“Aku mau di samping Kris hyung!” jerit Sehun meronta-ronta sampai akhirnya Taopun ikut turun tangan membantu Chanyeol dan Kyungsoo.
        Posisi Tao di gantikan Jongdae yang kini sudah di samping Luhan. Isakan Luhan semakin terdengar kala jeritan Sehun di luar masih terdengar hingga dalam membuat Jongdae berinisiatif untuk memeluknya. Dan saat itu, tatapan Jongdae jatuh ke bawah kaki Luhan.
Ada sebuah kabel mencurigakan. Jongdae memungut benda itu lalu dengan polosnya bertanya pada Joongki, “ini kabel untuk apa?”
Selain Kris, di ruangan itu hanya menyisakan Luhan, Jongdae, Joongki dan Baekhyun. Saat Luhan, Jongdae dan Joongki sibuk dengan kabel tersebut, tangan Kris perlahan bergerak. Dan orang pertama yang menyadari kejadian itu hanyalah Baekhyun.
“Kris!” pekik Baekhyun yang langsung membuat tiga orang tadi menoleh.
“Hwaaa!!!” jerit Luhan yang sontak memeluk Jongdae. “Kenapa kau hidup lagi?”
Baekhyun mengibas-ngibaskan tangannya ke arah Luhan. Ia seperti ingin menyampaikan sesuatu. “Bukan, hyung!” lalu Baekhyun melirik Joongki yang kini menatap Kris tanpa kedip membuat Baekhyun mengacak rambutnya, frustasi. “Hyung, sepertinya kabel itu terlepas kerena tersangkut kakimu saat Luhan hyung tak sadar mendorongmu tadi.”
“Kenapa tidak bilang dari tadi jika kau melihat itu?”
“Karena alat itu langsung berbunyi, aku panic hyung,” seru Baekhyun membela diri.
Luhan berbalik perlahan. “Jadi, sebenarnya Kris…”
“Apa kau pikir aku sudah mati, hyung!” protes Kris dengan suara lemah.
Wajah Luhan berubah cerah. “Kris…” serunya seraya memeluk Kris.
“Hyung! Lepas! Sakit!” rintih Kris.
Joongki, Baekhyun dan Jongdae berusaha menyelamatkan Kris dari serangan Luhan.
“Kau!” pekik Luhan ke arah Baekhyun. “Cepat kasih tahu Sehun,” perintahnya. Sebagai gantinya karena ia tidak bisa memeluk Kris, Luhanpun memeluk Jongdae dan Joongki sambil melompat-lompat penuh semangat. Seperti telah memenangkan sebuah pertandingan besar.
*flashback end*

@@@

        “Chanyeol… Shoot!” teriak Jongkook sedikit memerintah karena posisi Chanyeol saat ini hanya sendiri dan sedikit bebas. Hanya tinggal selangkah lagi ketika anak asuhannya itu menembakkan bola ke arah ring. Dan… “Akh!” pekiknya kecewa karena Chanyeol gagal menambah poin untuk tim-nya yang kini sudah tertinggal angka dari klub ‘Red Stone’, tempat Jongin bergabung.
        “Ternyata aku lebih cepat lima menit dari biasanya.”
        Joongki sampai menghentikan aktifitasnya menenggak air minum ketika mendengar suara seseorang yang sudah sangat asing, namun juga telah lama tak ia dengar. Di saat yang bersamaan, Jongkook meminta time out dari wasit.
        “Kris!” jerit Chanyeol heboh dan kini sudah berlarian ke pinggir lapangan.
        Cepat-cepat Joongki menoleh. Benar saja. Matanya terbelalak saat mendapati seorang pemuda tinggi yang kini sudah terjerat dalam pelukan Chanyeol.
        Joongki melangkah mendekat, dan menatap Kris dari atas hingga bawah lalu ke atas lagi. Setelah itu Chanyeol melepaskan pelukannya terhadap Kris karena kini beberapa pemain dari tim ‘running boy’ sudah mengelilingi Kris, termasuk Jongkook sang pelatih.
        “Apa-apaan kau!” protes Joongki karena Kris kini sudah mengenakan seragam basket mereka, lengkap. Merasa tak di tanggapi, Joongki melirik Baekhyun yang datang bersama Kris. Bahkan di samping Baekhyun ada dua koper besar dan di punggungnya juga ada sebuah ransel yang cukup besar.
        “Ku rasa kesembuhan membuat Kris sedikit kehilangan akal sehat,” sahut Baekhyun asal membuat Joongki hanya mampu menghela napas berat.

@@@

        “Apa!”
        Brak!!! Luhan menggebrak meja hingga membuat Sehun terkejut.
        “Uhuk… uhuk…” Sehun sibuk menepuk-nempuk dadanya seranya mencari gelas yang masih terisi air. Bahkan ia tak peduli jika gelas yang disambarnya adalah milik Luhan.
        “Kau yakin?” Tanya Luhan untuk memastikan kebenaran apa yang ia dengar dari seseorang melalui telpon. Luhan yang kesal, meletakkan ponselnya ke sembarang tempat. “Benar-benar anak itu!”
        “Hyung, mau ke mana?” protes Sehun saat Luhan sudah bangkit dan melesat menuju kamarnya.
        Beberapa saat kemudian, Luhan kembali ke ruang makan. Ia melemparkan sebuah jaket dan mendarat tepat di atas kepala Sehun yang saat itu tengah kembali menikmati makanannya.
        “Hyung!” protes Sehun sambil menyingkirkan jaket yang menutupi wajahnya.
        Luhan tak terlalu ambil pusing dengan reaksi Sehun. Ia menenggak minumannya hingga habis lalu melirik Sehun. “Kris ada di lapangan basket. Kita harus segera ke sana.”
        “Hah?” Sehun menatap Luhan, terkejut. Sedetik kemudian ia baru menyadari bahwa hari ini jadwal Kris pulang ke Korea setelah menjalani perawatan di rumah sakit Jerman bersama Baekhyun. “Astaga, dasar Kris hyung!” keluhnya. Tak lama kemudian Sehun panic karena Luhan sudah tidak berada di sana. “Hyung!” pekik Sehun yang langsung melesat menyusul Luhan.

@@@

        Sehun dan Luhan sampai berlarian memasuki gedung lapangan basket untuk segera memastikan berita dari Minseok tadi. Begitu sampai, ternyata pertandingan baru saja selesai.
        Sehun terbelalak melihat pemandangan di hadapannya. “Itu hyungku?” gumamnya tak percaya pada sosok di tengah lapangan yang kini tubuhnya sedang di angkat tinggi-tinggi oleh beberapa orang. Tim ‘running boy’ layak melakukan selebrasi kemenangan mereka.
        Beberapa saat kemudian, kericuhan di lapangan sudah sedikit memudar. Karena ini adalah pertandingan final, pembagian hadiah dilakasanakan hari itu juga.
        Luhan mengabari Minseok, Lay dan Jongdae tentang posisinya saat itu. Tak lama, Baekhyun muncul, dan Sehun justru yang lebih dulu menghampirinya. Padahal Baekhyun sudah berniat menemui Luhan dan Sehun.
        “Hyung, kenapa tidak langsung pulang?” desak Sehun.
        “Apa kau pikir aku tidak berusaha memaksa Kris untuk pulang dulu?” balas Baekhyun seolah tak terima dengan perlakuan Sehun. Ia bahkan tetap berjalan ke arah Luhan yang sudah berada bersama Minseok, Jongdae dan Lay.

@@@


Tidak ada komentar:

Posting Komentar