Selasa, 26 November 2013

FC LOVE (chapter 8)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        B2ST/Beast Lee Gikwang
·        Infinite Lee Howon (Hoya)
·        SNSD Im Yoona
Support cast     :
·        Other member B2ST/Beast
·        Other member Infinite
·        Yong Hwa CN Blue
·        Siwan Ze:a
·        Jonghyun, Minho Shinee
·        Member Super Junior
·        All member A-Pink
·        Hara KARA
·        Sulli F(x)
Genre               : romance, family, friendship
Length              : chapter

***

        Gikwang langsung pulang ke apartmennya setelah dari tempat Yong Hwa tadi untuk menitipkan sepeda Yoona yang ia bawa. Ia menyapa beberapa orang yang ia temui sepanjang perjalanan. Mereka tetangga Gikwang di apartmen tersebut. Lalu langkahnya terhenti karena menunggu lift yang masih berada di lantai atas.
        Tak lama kemudian pintu lift terbuka dan memunculkan seorang pemuda dari dalamnya. Pemuda yang sudah tak asing lagi baginya.
        “Junhyung?”
        Pemuda itu, Junhyung, ke luar dari lift dengan sedikit angkuh menatap Gikwang. “Akhirnya kita ketemu di sini. Gue baru aja dari apartmen lo,” jelasnya karena Gikwang mentapnya penuh Tanya.
        “Nyariin gue? Mau ngapain?” Tanya Gikwang. Sedikit malas berurusan dengan Junhyung karena tak ingin merusak kesenangannya hari ini bersama Yoona.
        “Gue tau kalo banyak banget cewek yang naksir sama lo. Tapi gue nggak suka ngeliat lo bersikap seenaknya.”
        Gikwang memutar bola matanya sedikit kesal. Dia lagi nggak pengen main tebak-tebakkan. Dan menurutnya, omongan Junhyung terlalu berbelit-belit. “Kasih tau aja deh apa salah gue di mata lo. Masih kurang udah bikin gue dikeluarin dari sekolah?”
        Junhyung tersenyum sinis. Mengabaikan ucapan Gikwang tentang dikeluarinnya cowok itu dari SMA Paradise. “Kalo lo emang beneran sayang sama Hara, gue harap lo bisa dengan tulus ngejaga dia. Jangan nyakitin hati Hara. Kalo gue tau itu terjadi, lo berurusan sama gue.”
        “Oh, maksudnya lo tadi liat gue boncengan naik sepeda sama cewek, ya?” seru Gikwang yang baru teringat sesuatu. Mobil yang ia lihat tadi bisa dipastikan benar-benar milik Junhyung.
        “Bagus deh kalo lo nyadar. Gue kenal sama cewek yang jalan sama lo tadi. Dia adik pacarnya kakak gue, Taeyeon.”
        Gikwang membulatkan mata. Ia tau pacarnya Taeyeon itu Doojoon. Dan berarti Doojoon itu… Belum sempat Gikwang melanjutkan pikirannya, Junhyun sudah lebih dulu membuyarkan semua.
        “Pikirin baik-baik semua yang gue omongin.”
        Saat menoleh, Gikwang mendapati Junhyun sudah meninggalkannya. Buru-buru Gikwang mengejar. “Eh, tunggu lo, Jun!”
        Dengan sedikit malas, Junhyung berhenti lalu berbalik. “Apa lagi?”
        “Sebenernya gue baru boleh ngomongin ini setelah lo ngedapetin surat kelulusan lo. Tapi gue males salah paham terus sama lo kayak gini.”
        Kali ini giliran Junhyung yang di buat bingung dengan ucapan Gikwang. “Lo ngomong apa sih?”
        “Lo pasti mikir gue ngedeketin, pedekate, pacaran atau apalah terserah lo, sama Hara, kan? Lo salah besar. Kita deket emang karena ada maksud tertentu.”
        “Lo mau manfaatin Hara? Untuk apa?” sela Junhyung yang udah nggak bisa nahan emosinya. “Lo juga anak orang kaya, kan? Eh, maksud gue…” ucapannya terputus karena ia juga sudah mengetahui kondisi keluarga Gikwang sekarang ini.
        “Dengerin dulu bisa kali, Jun!” protes Gikwang, kesal karena Junhyung semakin berpikiran macam-macam tentangnya. “Gue emang deket sama Hara. Tapi bukan karena gue suka atau Hara yang suka sama gue. Dia justru yang minta tolong sama gue,” jelasnya setelah Junhyung mau diam dan mendengarkannya.
        “Minta tolong apa?” Junhyung udah sangat pengen tau tentang Hara yang mendekati Gikwang.
        “Ngaku dulu kalo lo suka kan sama Hara,” kata Gikwang jahil.
        Junhyung tampak salah tingkah. “Apaan sih lo! Nggak!”
        Gikwang tampak gemas dengan ego Junhyung yang sama sekali belum mau ngaku. Padahal semua gerak-geriknya udah mencurigakan ke arah sana. “Ya udah, selamat penasaran sama hubungan gue dan Hara. Karena yang tau tentang ini Cuma gue sama Hara doank.” Gikwang pura-pura ingin meninggalkan Junhyung.
        “Eh, ntar dulu donk.” Junhyung mencegah Gikwang dengan menahan pundak cowok itu.
        “Udah mau ngaku belom?” desak Gikwang. “Masalahnya kalo emang bener lo suka, berarti cinta lo nggak kayak gue ke Taeyeon.”
        Junhyung berpikir sesaat. Ia memang tau cerita antara Gikwang dan kakaknya. Dan ia semakin kesal karena Gikwang juga mendekati Hara. Belum lagi tadi ia melihat Gikwang berboncengan dengan Yoona. “Maksud lo Hara suka sama gue? Beneran?” Junhyung sudah tak bisa menahan rasa penasarannya. Ia bahkan lupa dengan sikap dingin yang selalu ia tunjukkan di depan Gikwang selama ini.
        “Ngaku dulu,” paksa Gikwang. Hanya itu tawaran darinya jika Junhyung ingin mengetahui semuanya.
        Junhyung menatap Gikwang kesal. Ia nggak ingin kelihatan lemah. Tapi ia juga nggak mau nunjukin perasaan gugupnya saat ini. “Iya gue ngaku. Gue emang suka sama Hara. Udah lama. Gue juga tau kalo Hara sama sekali nggak suka sama gue. Makanya karena gue nggak bisa deketin dia, gue nggak mau ngeliat lo nyakitin dia,” kata Junhyung akhirnya. “Puas lo sekarang?” Junhyung masih mempertahankan tatapan tajamnya.
        Gikwang tersenyum. Sangat puas dengan semua jawaban Junhyung. “Gitu donk.” Gikwang menepuk-nepuk pundak Junhyung namun langsung di tepis cowok itu. “Lagian, lo galak sih. Cewek jadi nggak ada yang berani deketin lo, kan?”
        “Sekarang, tepatin janji lo!” Junhyung mengingatkan.
        “Gue ceritainnya di apartmen aja, deh. Lo emang nggak pegel apa berdiri kayak gini terus.” Tanpa meminta persetujuan Junhyung, Gikwang mendahului masuk ke dalam lift.
        Sambil menahan kesal, Junhyung mengikuti Gikwang memasuki lift.

***

        Pagi hari di SMA Paradise. Woohyun tampak menggenggam erat dua buah surat. Dari dua klub sepakbola terbaik di Jakarta. Running Boys FC dan Dream Boys FC. Sialnya, dia bertemu Junhyung yang sudah menatapnya curiga. Junhyung juga sempat melihat logo kedua klub tersebut di masing-masing surat.
        “Surat apaan tuh?” Tanya Junhyung sangat ingin tahu. Namun belum sempat Woohyun merespon, ia sudah lebih dulu menyambarnya. Di sudut surat, ternama nama Lee Gikwang. Ia curiga itu surat penolakan Gikwang karena cowok itu baru saja di keluarkan dari SMA Paradise.
        “Nggak tau. Itu dari pak Heechul,” kata Woohyun. “Gue cari bang Gikwang dulu ya,” serunya beralasan untuk menghindari Junhyung. Ia juga sudah merebut kembali surat di tangan Junhyung.
        “Tunggu… tunggu… tunggu…” Junhyung menahan Woohyun. “Ini biar gue yang kasih,” lanjutnya sambil menyambar kembali salah satu surat di tangan Woohyun. Surat dari FC Running Boys.
        Woohyun tak berani memprotes Junhyung yang sudah terlanjur menjauhinya. Cowok itu Cuma bisa pasrah saja.
        Junhyung berjalan sedikit tergesa-gesa ke ujung koridor yang cukup sepi. Ia tidak menyadari bahwa Hara melihatnya. Cewek itu juga langsung mengikuti langkah Junhyung yang sedikit mencurigakan di matanya. Ia mengawasi Junhyung dari balik tembok.
        Mata Junhyung membulat sempurna melihat isi surat yang telah lancang ia bongkar. “Gikwang di keluarin dari Running Boys?” pekiknya tak percaya. Ternyata dugaannya benar. Ini pasti masih berhubungan dengan dikeluarinnya Gikwang dari sekolah. “Pasti Dream Boys juga ngelakuin hal yang sama,” lanjutnya mengingat satu surat lagi yang masih pada Woohyun.
        “Gue harus bilang ke om Eunhyuk. Gikwang nggak pantes di keluarin. Cukup sekolah dan Dream Boys aja,” serunya sambil mengembalikan surat ke dalam amplop dengan sedikit tergesa. Ia lalu ke luar dari tempat persembunyiannya, dan berhenti tepat di depan Hara. Ia gugup seketika. Bukan karena Hara memergokinya. Tapi karena cerita Gikwang yang kemarin juga.

Flashback…
        “Gue ke toilet bentar, ya. Lo duduk dulu,” kata Gikwang setelah ia dan Junhyung sampai di apartmennya.
        Junhyung tak berkomentar apa-apa karena Gikwang sudah lebih dulu melesat ke dalam. Ia sempat memperhatikan tiap sudut apartmen Gikwang yang bisa tertangkap matanya. Sangat berbeda jauh dengan rumah mewah yang ditempati cowok itu dulu. Meski apartmen ini pun bisa terbilang berfasilitas mewah. Di salah satu sudut ruangan, terdapat kumpulan beberapa foto. Namun hanya ada Gikwang dan Sungmin saja. Serta terselip foto klub sepakbola SMA Paradise.
        Tak lama Gikwang muncul sambil membawa sebuah nampan berisi beberapa jenis minuman kaleng. Junhyung hanya tercengang melihatnya.
        “Lo mau bikin gue kembung?” protes Junhyung.
        “Lo pikir gue tau selera lo kayak apa?” balas Gikwang sambil meletakkan nampan tersebut ke hadapan Junhyung. Mereka duduk berseberangan. “Lo tinggal pilih aja mana yang lo suka,” lanjutnya.
        Junhyung bungkam. Ia memang menyadari pertemanan mereka yang bisa terbilang sangat buruk. “Ya udah. Buruan lo ceritain yang tadi,” tagihnya setelah mengambil salah satu jenis minuman di hadapannya.
        “Tadi kita lagi ngomongin apaan sih?” goda Gikwang pura-pura lupa. “Eh, iya iya. Ini gue baru mau cerita.” Nyali Gikwang ciut melihat tatapan membunuh yang di berikan Junhyung. “Sebenernya Hara tuh…” Gikwang sedikit memperlambat kata-katanya. Ia nyaris tertawa melihat wajah penasaran yang ditunjukkan Junhyung. Sangat berbeda jauh dengan Junhyung yang ia kenal selama ini. “Selama ini dia suka sama lo.”
        “Jangan bercanda lo!” ujar Junhyung tak ingin mempercayai bergitu saja. Tapi nggak di pungkiri juga kalo hatinya bener-bener berbunga dengernya.
        Gikwang berdecak kesal. “Males sebenernya gue cerita. Lo pasti nggak bakal percaya. Gini aja deh, lo Tanya sendiri aja ke Hara. Kalo perlu lo tembak sekalian. Tapi gue nggak bisa janjiin kalo lo langsung di terima. Yang penting usaha aja dulu,” serunya panjang lebar.
        Junhyung menenggak minumannya sebagai usaha menutupi perasaannya yang bercampur aduk itu.
        “Setelah lulus nanti, Hara bakal pindah ke Surabaya.”
        “Apa?” Junhyung menoleh cepat. Beruntung dia nggak sampe tersedak minumannya. Setelah itu hening sesaat. “Hmm… gue bakal coba ngomong ke bokap buat nyabut pengeluaran lo dari sekolah.”
        “Eh, jangan jangan jangan!” sela Gikwang cepat-cepat.
        “Kenapa? Lo nggak tiba-tiba gila, kan? Lo sama aja nggak lulus! Emang lo mau kayak gitu?”
        “Ya nggak lah, Jun. Siapa juga yang mau nggak lulus. Masalahnya pak Heechul udah ngebiayain gue sekolah sampe lulus di SMA Sun Moon nanti.”
        “Ngebiayain sampe lulus?” pekik Junhyung. “Pak Heechul?” ulangnya untuk memastikan.
        Gikwang mengangguk cepat. “Sekalian, ini kesempatan gue buat ngedeketin Yoona,” ujarnya sambil memikirkan jika ia bener-bener satu sekolah dengan Yoona. “Gue juga pengen kayak lo sama Hara, Jun.” Gikwang mengedipkan sebelah matanya, menggoda Junhyung.
        Junhyung hanya menatap Gikwang ngeri sambil menghabiskan sisa minumannya.
Flashback end…

        Hara menatap penuh arti surat di tangan Junhyung. Ia lalu melempar tatapan pada cowok di depannya itu. “Gikwang di keluarin?” tanyanya meminta penjelasan tentang apa yang ia dengar tadi. “Dia udah di keluarin dari sekolah, dan harus dikeluarin dari klub bola juga?” Hara beranjak dari sana dan duduk di kursi tak jauh dari tempat ia berdiri tadi.
        Junhyung ikut duduk di samping Hara. Ia juga nggak berani menatap cewek itu. “Lo pasti mikir gue bukan cowok baik-baik karena gue penyebab Gikwang di keluarin dari sekolah.” Junhyung berusaha menutupi kegugupannya.
        Hara menatap Junhyung bingung.
        “Apa aja yang Gikwang omongin tentang gue?” Junhyung akhirnya memberanikan diri untuk menatap Hara. “Dia pasti benci banget kan sama gue?”
        Hara menggeleng cepat. Tentu saja Junhyung gantian menatapnya bingung. “Gikwang sama sekali nggak nyesel kok di keluarin. Soalnya cewek yang dia suka itu sekolah di SMA Gikwang nantinya.”
        Junhyung mulai memikirkan kesamaan cerita antara Hara dan Gikwang. Mereka jelas terlihat dekat. “Terus, kalo yang Gikwang bilang tentang lo suka sama gue, bener nggak?” tanyanya dengan tatapan lurus. Junhyung hanya berani mengawasi Hara melalui sudut matanya.
        Mendengar itu, Hara menoleh cepat. “Jadi Gikwang udah cerita?” serunya cukup syok karena Junhyung sudah mengetahui perasaannya. Junhyung hanya mengangguk. Hara menunduk dan tak berani menatap Junhyung. “Aku bilang kan kalo udah lulus aja. Kenapa dia nggak nepatin janji?” gumam Hara merutuki Gikwang. “Tau gitu nggak usah minta tolong sama dia, deh.”
        Junhyung yang bisa mendengar itu, hanya terkekeh. Jelas Hara malu berat. Junhyung juga sebenernya sudah ingin kabur saja dari sana jika tidak tau kebenaran itu dari Gikwang. Junhyung memberanikan diri menggenggam tangan Hara. Ia langsung menoleh ke arah lain saat tau Hara menatapnya.

***

        Myungsoo melepas headphone-nya saat melihat Yong Hwa dan Jonghyun berjalan ke arahnya. “Bang Gikwang mana?”
        Yong Hwa dan Jonghyun justru melempar tatapan pada Sunggyu yang tadi bersama Myungsoo. Sunggyu langsung menggeleng seolah mengerti maksud tatapan dua temannya. “Gikwang masih nggak ada kabar.”
        “Bang Yong Hwa bukannya satu apartmen sama bang Gikwang? Emang nggak berangkat bareng?” Tanya Myungsoo yang benar-benar merasa kehilangan salah satu kakak kelasnya itu.
        “Bang, emang bang Gikwang beneran di keluarin dari sekolah?”
        Yong Hwa, Jonghyun, Myungsoo dan Sunggyu sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Tampak Dongwoo yang hanya tinggal beberapa meter saja dari mereka.
        Dari arah berbeda, tampak Woohyun juga mendekat ketika melihat ke lima cowok tersebut. “Bang Gikwang pindah ke mana sih? Gue di titipin ini nih.” Woohyun menunjukkan surat dari FC Dream Boys di tangannya.
        “Surat apaan, nih?” Jonghyun merebut surat itu, namun ia tak berani membongkarnya, hanya melihat tiap sudut amplop saja.
        Woohyun tampak mengangkat bahu. “Gue mana berani liat sih. Tadinya dari Running Boys juga ada. Tapi keburu di rebut bang Junhyung.”
        Mendengar Woohyun menyebut nama Junhyung, ke lima cowok tadi langsung mendongak. Tak jauh di belakang Dongwoo, tampak Junhyung berjalan beriringan dengan Hara. Mereka tampak cukup akrab. Yong Hwa dan yang lain menatap curiga ke arah Junhyung.
        “Surat dari Running Boys buat Gikwang ada di lo? Sini balikin ke kita!” pinta Yong Hwa.
        Junhyung sempat menangkap surat dari Dream Boys di tangan Jonghyun. “Lo mau temen lo itu nggak di keluarin dari klub juga, kan? Gue Cuma bisa bantu yang ini.” Dengan bangganya Junhyung memamerkan surat di tangannya.
        “Maksud lo?”
        Junhyung tersenyum meremehkan. “Tunggu aja.” Tanpa pamit, ia pergi dari sana sambil menarik tangan Hara untuk ikut dengannya. Menerobos enam cowok di depannya.
        “Ra…” seru Sunggyu.
        Hara hanya bisa menatap nanar ke enam cowok yang baru saja ia lalui. Ia belum bisa menjelaskan apapun. Karena untuk masalah surat dari klub itu, ia memang tak tau rencana Junhyung.

***

        Sepulang sekolah, Yong Hwa, Jonghyun, Sunggyu serta Myungsoo mendatangi apartmen Gikwang. Mereka ingin tau kebenaran tentang semuanya langsung dari orang yang bersangkutan.
        “Beneran lo dikeluarin dari sekolah?” todong Yong Hwa ketika Gikwang membukakan pintu. Pemilik apartmen bahkan belum mengijinkan tamu-tamunya untuk masuk atau bahkan menanyakan tujuan mereka datang ke sana.
        Sunggyu mendorong Yong Hwa ke dalam. Sementara Jonghyun juga melakukan hal yang sama pada Gikwang. Dan Myungsoo yang bertugas menutup pintu karena ia yang berdiri paling belakang.
        Jonghyun melempar amplop dari Dream Boys yang sudah sobek di salah satu sudutnya ke atas meja. Tepat di hadapan Gikwang duduk. “Sorry, gue nggak bisa nahan diri untuk nggak ngebuka amplop itu,” jelasnya.
        Gikwang menyambar surat tersebut dan langsung membukanya. Cukup lama ia tertegun membaca isinya. “Akhirnya, yang gue takutin terjadi,” ujar Gikwang sedikit lemah. Ia meletakkan kembali surat ke atas meja tanpa ia masukkan kembali ke dalam amplopnya.
        “Sebenernya Running Boys juga ngirim surat. Tapi keburu di bawa kabur sama Junhyung. Nggak tau deh mau di apain,” Jelas Jonghyun.
        “Pertanyaan gue belom lo jawab!” tuntut Yong Hwa.
        “Lo juga, kenapa akhir-akhir ini susah banget di hubungin sih!” omel Sunggyu menimpali.
        Percuma menyembunyikan semuanya. Cepat atau lambat, Yong Hwa dan yang lain pasti mengetahui tentang rahasia Gikwang. Akhirnya, dengat sedikit terpaksa, Gikwang menceritakan semuanya. Terutama tentang dikeluarkannya ia dari SMA Paradise hanya karena hal sepela.
        “Trus lo nggak protes sama sekali, gitu?” seru Jonghyun. Sedikit tidak terima jika salah satu teman seperjuangannya itu mengalami nasib buruk seperti ini.
        “Lo kenapa nggak bilang kalo kita juga terlibat, sih? Ini kan bukan sepenuhnya salah lo!” Yong Hwa ikut bicara yang disetujui oleh Jonghyun.
        “Denger dulu!” sela Gikwang sebelum Sunggyu sempat ingin berkomentar. “Masalahnya pak Heechul ngebiayain gue sekolah di SMA Sun Moon sampe lulus. Kan kasian kalo beliau juga harus ngebiayain lo bertiga.”
        “SMA Sun Moon?” Tanya Myungsoo yang akhirnya bersuara. Gikwang mengangguk cepat. “Kembaran gue juga sekolah di situ, bang,” serunya bersemangat.
        “Kembaran?” kata Yong Hwa memastikan.
        “Bukannya kembaran lo udah lama meninggal, ya?” lanjut Jonghyun sedikit takut-takut mengungkit masa lalu Myungsoo.
        “Iya.” Sunggyu yang membenarkan. “Tapi karena nama cewek itu Yoona juga, Myungsoo jadi seneng banget ngaku-ngaku kembarannya. Padahal dia lebih tua setahun dari Myungsoo. Bahkan beberapa barang milik almarhum ade gue itu ada yang dikasihin ke Yoona.”
        Myungsoo hanya nyengir mendengar Sunggyu menceritakan tentangnya dan Yoona.

***

        Sepulang sekolah Howon memasuki kamar rawat ayahnya, Siwon. Siwon yang melihat kedatangan anak tirinya itu langsung tersenyum dan membuka lebar ke dua tangannya, menyuruh Howon memeluknya.
        “Ayah kangen sama kamu,” kata Siwon.
        Howon mencibir mengejek. “Dari semalem kan Howon di sini. Pergi juga Cuma ke sekolah doank.”
        Siwon terkekeh mendengarnya. “Hmm… Ayah pengen ngobrol serius deh.”
        Howon melepaskan ransel yang kemudian ia letakkan di bawah, lalu menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur Siwon. “Ngobrol apaan? Pake minta ijin segala.
        “Kamu nggak pengen tau ayah kandung kamu?”
        Howon menatap Siwon dengan tatapan yang sulit di artikan. “Aku punya orang tua sebaik ayah. Dan nggak sedetikpun aku ingat kalau aku punya ayah kandung.”
        Siwon menatap Howon nanar. Hatinya mencelos mendengar betapa besar rasa sayang Howon padanya. Bahkan mungkin bisa lebih besar dari Minho, anak kandungnya sendiri. Tapi biar bagaimanapun, Howon tetap harus mengetahui semuanya, meski Ga In sebenarnya tak ingin Howon tau.
        “Aku dan ibumu dulunya sepasang kekasih. Tapi kita di jodohkan dengan orang lain oleh orang tua kita masing-masing. Dan sebelum Ga In tau dia hamil dirimu, Ga In sudah lebih dulu bercerai dengan mantan suaminya itu. Lalu setahun kemudian kami kembali bertemu. Tak lama setelah ibu Minho meninggal. Kami segera memutuskan untuk menikah setelah itu,” jelas Siwon tentang perjalanan hidupnya dan Ga In.
        Bibir Howon terasa kelu. Ia tak tau harus berbuat apa selain bertanyaa, “ayah mengenal ayah kandungku?”
        Siwon mengangguk samar. “Aku dan Sungmin berteman dekat sejak SMA.”
        “Jadi nama ayahku Sungmin?” seru Howon memastikan.
“Iya. Lee Sungmin.”
“Kau tau dia tinggal di mana?” Entah perasaan dari mana Howon justru penasaran dengan ayah kandungnya itu.
        Kali ini Siwon menggeleng. “Tapi kamu juga perlu tau. Nama ‘Hoya’ adalah pemberian Sungmin yang tadinya ingin diberikan pada anak pertama Sungmin dan Ga In. Tapi Ga In nggak setuju. Aku memutuskan memberikan nama itu untuk nama panggilanmu agar kamu nggak ngelupain ayah kandung kamu.”
        “Aku juga punya kakak? Cewek apa cowok, yah?” Tanya Howon lagi, bersemangat.
        “Cowok. Dan kalo nggak salah namanya Lee Gi…” kalimat Siwon terputus karena pintu kamar rawatnya terbuka. Minho dan Sulli muncul dari baliknya. Setelah itu, obrolan Howon dan Siwon tentang Sungmin harus terhenti.
        “Ayah cepet sembuh donk…” kata Sulli dengan nada manja sambil memeluk tubuh Siwon yang masih berbaring di tempat tidur.
        Howon menatap lurus pemandangan di depannya. Cerita Siwon tadi masih sangat menghantui pikirannya. Tak lama setelah itu, ia memutuskan ke luar dari kamar Siwon.
        “Eh, lusa kita mulai latihan sama Dream Boys,” kata Minho mengingatkan sebelum Howon benar-benar ke luar dari kamar itu.
        Howon hanya mengangguk sekilas. Sementara Siwon menatap kepergian anak tirinya itu penuh arti.
        Di luar ruangan, Howon melihat kedatangan Yoona dan Tifanny dari ujung koridor. Dua cewek itu langsung mempercepat langkahnya ketika melihat sosok Howon.
        “Minho di dalam?” Tanya Tifanny. Setelah Howon mengangguk, Tifannya langsung melesat ke dalam, dan sedikit melupakan bahwa Yoona tadi bersamanya.
        Yoona sudah nyaris menyusul Tifanny, tapi Howon menahannya. “Apaan?” Tanya Yoona. Kedatangan dia ke sana juga ingin menengok Siwon. Sedikit kesal karena Howon seperti nggak ngijinin dia masuk.
        Howon tak mempedulikan kekesalan Hye Ra. Ia justru sibuk memperhatikan seragam Yoona. “Lo anak Sun Moon juga?”
        Yoona memutar bola matanya, kesal. “Lo ke mana aja? Gue kan udah pernah bilang!” serunya mengingatkan.
        “Emang?”
        Yoona menatap Howon gemas.
        “Udah akh. Mending temenin gue ke kantin.” Tanpa ijin, Howon menarik tangan Yoona. “Gue laper. Belom makan,” lanjutnya tak mempedulikan bahwa Yoona sudah memberikan protes keras.


***

BLUE FLAME BAND 2 (part 5)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
·        Im Yoona (SNSD)
·        Choi Minho (SHINee)
·        Choi Sulli (F(x))
Genre               : romance
Length              : part

***

Sudah beberapa hari ini Hye Ra memang tak bisa menghubungi Yong Hwa. Tapi gadis itu tak tau jika pemuda yang masih berstatus sebagai kekasihnya itu selalu mengawasinya dari jauh. Yong Hwa ingin memastikan sendiri siapa pemuda yang bisa menggantikannya di sisi Hye Ra. Namun belum ada tanda-tanda Hye Ra dekat dengan pemua lain selain Minho atau Doojoon.
        Seperti hari ini. Yong Hwa mengikuti kegiatan Hye Ra. Gadis itu sedang mengikuti acara fans sign yang dilakukan ‘Blue Flame’. Hye Ra berdiri di barisan Siwan.
        “Dia masih menggilai Siwan ternyata,” gumam Yong Hwa sambil terkekeh memperhatikan Hye Ra dari salah satu sudut ruangan.
Sedetik kemudian, Yong Hwa tersentak. Ada sebuah kejadian di luar dugaan. Hye Ra terdorong sampai terjatuh di barisan fans Joon yang sudah kosong. Yong Hwa sudah ingin beranjak, namun Doojoon sedikit lebih cepat darinya. Bahkan Joon juga sudah berniat membantu Hye Ra.
        Ada rasa ketidakrelaan ketika Yong Hwa menyaksikan semuanya dengan mata kepala sendiri. Namun entah mengapa, ia menaruh sedikit kecurigaan pada Joon. Tapi ia sendiri belum bisa memastikan semuanya.

***

        Yong Hwa menemukan Hye Ra duduk sendiri di atas rumput sebuah taman kecil di halaman gedung tempat acara fans sign ‘Blue Flame’ tadi. Ia hanya berani mengawasi dari balik pilar. Tak lama Yong Hwa menangkap sosok Doojoon yang mendekat bahkan duduk di samping Hye Ra. Yong Hwa berusaha mendengarkan apapun yang mereka bicarakan.
        “Kau harus jadi kekasihku,” putus Doojoon secara sepihak dan seenaknya menarik tangan Hye Ra untuk ikut bersamanya.
        “Nggak mau!” protes Hye Ra dan berusaha melepaskan diri. “Bahkan jika berpura-purapun aku tetap tidak mau!”
        Doojoon menghentikan langkahnya tiba-tiba. “Ku mohon tolong aku. Apa kau tidak kasihan padaku?” ujar Doojoon  sambil berekspresi memelas agar Hye Ra mau menolongnya.
        Di tempatnya berada, Yong Hwa mengepalkan tangannya berusaha menahan kesal. “Apa Doojoon tak pernah menyadari perasan Hye Ra selama ini padanya? Dia bahkan meminta bantuan Hye Ra untuk pura-pura menjadi kekasihnya,” desis Yong Hwa tajam.

***

        “Dia adikku,” kata Sungmin pada dua security yang mengawas di depan pintu utama tempat berlangsungnya acara ulang tahun ‘Blue Flame’. Security-security itu hanya mengangguk dan mempersilahkan Yong Hwa masuk. “Kau tidak akan berbuat yang macam-macam, kan?” bisik Sungmin.
        “Kau mengenalku sejak kecil kan, hyung?” balas Yong Hwa sedikit tak terima dicurigai kakaknya sendiri. Setelah itu Yong Hwa langsung memisahkan diri dari Sungmin yang memang memiliki kesibukan lain. Tak lupa ia juga mengenakan topinya untuk sedikit menyembunyikan wajah.
        “Hyung, hentikan!” tegur Nichkhun yang tiba-tiba muncul dan merebut gelas dalam tangan Joon dengan paksa. “Kapan kau akan berhenti mabuk!” ujarnya memperingatkan. Ini harusnya menjadi malam bahagia karena mereka tengah merayakan ulang tahun ke lima ‘Blue Flame’.
        Yong Hwa yang mendengar suara keras Nichkhun, langsung menghampiri mereka secara diam-diam dan mendengarkan pembicaraan mereka penuh minat. Ia pura-pura duduk lalu memesan minuman pada seorang bartender di sana.
        Joon menatap Nichkhun tajam bercampur kesal. “Periksa dulu sebelum menuduhku mabuk!” balas Joon tak terima. Ia lantas merebut kembali gelasnya lalu mendekatkan ujung gelas ke arah hidung Nichkhun.
        Seperti penasaran, Nichkhun berulang kali memeriksa aroma yang menguar dari dalam gelas. “Ini apa, hyung?” Tanya Nichkhun. Ia bahkan sampai mencicipi rasa dari air yang berwarna bening itu.
        “Menurutmu?” Joon balas bertanya. Ia malas untuk menjelaskannya.
        Nichkhun tampak berfikir. “Kenapa seperti air mineral biasa?”
        “Itu memang hanya air mineral, bukan alcohol!” seru Joon kesal.
        Nichkhun yang merasa bersalah, mengusap tengkuknya. “Maaf, hyung. Habisnya, caramu minum tadi mirip saat kau tengah mabuk,” ujar Nichkhun beralasan. “Tapi kau baik-baik saja kan, hyung?” Tanya Nichkhun khawatir sambil menatap Joon lekat-lekat.
        Joon yang merasa tak nyaman di tatap seperti itu, mendorong wajah Nichkhun untuk menjauh. “Aku baik-baik saja, sudah sana pergi.”
        Nichkhun menghela napas panjang sebelum meninggalkan Joon seperti apa yang diinginkan leadernya itu. Namun baru beberapa langkah saja, Nichkhun segera berbalik dan mendekati Joon kembali.
        “Atau jangan-jangan, hyung sedang jatuh cinta dengan gadis lain lagi?” seru Nichkhun mulai berspekulasi dan sukses membuat Joon salah tingkah.
        “Apa maksudmu?”
        Nichkhun tak kuasa menahan tawanya melihat ekspresi lucu Joon saat tengah tersudutkan. “Oke, kita tunggu saja,” ujar Nichkhun seperti masih menyembunyikan pikirannya. Lalu ia berbalik dan meninggalkan Joon seorang diri di sana masih sambil tertawa.
        Joon menghabiskan sisa minumannya dan memutuskan untuk tidak terlalu ambil pusing atas apa yang baru saja dikatakan Nichkhun untuknya. Namun sedetik kemudian, pikirannya berubah. Terutama ketika matanya tak sengaja menangkap sosok Hye Ra. Ada sedikit rasa ketertarikan pada gadis itu karena kejadian tak terduga di acara fan sign tadi.
        Yong Hwa juga menangkap sosok Hye Ra dengan matanya. Namun sosok Joon juga menyita perhatiannya.
        Joon menatap nanar gelas di hadapannya. “Bisakah aku merasakan jatuh cinta lagi?” kata Joon dalam hati setengah frustasi. Dia bisa saja memesan minuman beralkohol apapun yang ia inginkan. Namun tak ada sedikitpun gairah bahkan untuk sekedar melirik deretan botol-botol di hadapannya.

***

        Hari-hari berikutnya Yong Hwa masih setia menjadi stalkernya Hye Ra. Ia bahkan tau jika Hye Ra sekarang tinggal sendiri di sebuah apartmen yang bisa terbilang tak terlalu besar. Dan di hari pengintaiannya saat itu, Yong Hwa mendapati Doojoon berkunjung ke sana.
        Meski Doojoon melakukan sedikit penyamaran, Yong Hwa sama sekali tak tertipu. Benar dugaannya, Doojoon mengunjungi Hye Ra.
        “Ada apa?” samar-samar Yong Hwa mendengar suara seorang gadis yang ia yakini adalah Hye Ra.
        “Aku hanya ingin tau kabarmu, apa tidak boleh?” Kali ini Doojoon yang bersuara. “Ada siapa di dalam? Yong Hwa?”
        “Dia masih hidup atau tidak, aku juga tidak tau.”
        Yong Hwa terkekeh mendengar pembicaraan dua orang tersebut. “Sebegitu frustasinyakah kau Hye Ra? Sampai tega mengira bahwa aku sudah mati.” Yong Hwa hanya bisa geleng-geleng kepala.
        Esoknya, ada kejadian yang sedikit tak terlupakan. Yong Hwa mengikuti Hye Ra yang berbelanja di sebuah super market bersama Minho dan Yoona juga. Namun ketika gadis itu sendiri, ternyata di sana juga ada Joon. Ia mengawasi semua yang terjadi. Sampai akhirnya, Hye Ra tampak membawa Joon pergi dari hadapan Yoona dan Minho.
        Yong Hwa masih mengikuti mereka. Ternyata Hye Ra dan Joon berpisah di dekat pintu yang mengarah ke parkiran mobil. Setelah sebelumnya mereka berbincang sesaat.

***

        Ketika sampai rumah, Yong Hwa langsung masuk ke kamarnya. Menimbang-nimbang apakah ini saatnya ia memunculkan diri di hadapan Hye Ra. Di tangannya sudah tersedia ponsel yang siap ia gunakan. Namun Yong Hwa langsung menggeleng lalu membuka laci meja di dekat tempat tidur dan menukar ponselnya dengan ponsel yang lain. Ia berniat menghubungi Hye Ra dengan nomor baru.
        “Halo.”  Terdengar suara seorang gadis yang menjawab panggilannya. Hye Ra.
        “Sudah lama aku tidak mendengar suaramu. Aku benar-benar merindukanmu sayang,” goda Yong Hwa dengan suara khasnya sebagai seorang ‘playboy’.
        “Yong Hwa?”
        Mendengar namanya di sebut, Yong Hwa tersenyum puas. ”Aku senang karena ternyata kau masih mengingatku.”
        “Di mana kau sekarang?”
        “Apa kau benar-benar merindukanku?” akhirnya Yong Hwa bisa mengobati kerinduannya. Ia benar-benar menggoda Hye Ra saat itu. Lalu ia menertawai dirinya sendiri yang tak terlalu mendapat respon dari Hye Ra setelah itu. “Jika sudah pulang aku akan menghubungimu. Sudah lama kita tidak jalan bersama. Kau mau kan pergi denganku?”
        “Oke. Terserah kau saja.”  Hye Ra menjawab cepat. Dan tak lama kemudian, sambungan terputus.
        “Hye Ra masih seperti yang dulu. Dia tak keberatan dengan keberadaanku.” Yong Hwa menyandarkan punggungnya ke tembok terdekat dan pikirannya melayang di sana. “Aku memang tetap hanya akan menjadi temannya,” ujar Yong Hwa untuk meyakinkan dirinya.

***

        Sejak saat itu, Yong Hwa benar-benar memunculkan diri di hadapan Hye Ra dengan tak membawa sedikitpun rasa bersalahnya terhadap gadis itu.
        “Lalu, siapa kekasihmu sekarang?” Tanya Yong Hwa memecah suatu ketika.
        “Jung Yong Hwa.”
        Ia tersenyum dengan jawaban gadis itu. Meski akhirnya senyum itu pasti akan pudar cepat atau lambat. Ia sudah memilih. Memutuskan untuk mundur dari kehidupan Hye Ra dan kembali pada mantan kekasih yang kini dijodohkan padanya. Meski itu bukan sekarang.
        Banyak yang terjadi setelah itu. Hye Ra mengaku di hadapan Yong Hwa tentang hubungannya dengan Doojoon. Dan di sana ia baru tau kalau kisah cinta Doojoon dan kekasihnya tak semulus yang ia pikir. Juga termasuk pengakuan Hye Ra tentang kedekatannya dengan Joon, leader sekaligus vocalis sebuah band besar tersebut.
        Dan jika Yong Hwa menyinggung masalah status ‘pura-pura’ pacaran antara Hye Ra dan Doojoon, gadis itu tampak selalu menghindar. Jadi bisa di pastikan tugas Yong Hwa akan semakin berat setelah ini.

***

        “Kau membuatku belajar banyak hal,” seru Yong Hwa lembut sambil menatap mata Hye Ra yang masih berkaca-kaca. “Salah satunya adalah, bahwa cinta tak selamanya harus memiliki.” Pemuda itu menggenggam tangan Hye Ra sebelum air mata gadis itu benar-benar terjatuh.
        Hye Ra menyeka tepi matanya yang basah sambil berusaha tersenyum. “Apa tak bisa kau yang mencintaiku?” ujarnya sedikit frustasi.
        Yong Hwa sudah membuka mulut, namun tak ada satu katapun yang ke luar. “Aku sudah mencintaimu sejak ku tau kau mencintai Doojoon,” ujarnya yang hanya bisa ia ucapkan dalam hati. Pemuda ini tersenyum untuk menutupi perasaannya. “Akan ada pemuda yang lebih baik dariku yang bisa mencintaimu dengan tulus.”
        Hye Ra hanya bisa pasrah mendengar ucapan Yong Hwa.

***

        Dan malam itu, di luar hujan semakin deras. Membuat Yong Hwa menyingkap tirai jendela kamar untuk menutupi pandangannya. Pemuda itu mengeluarkan ponsel dari saku jinsnya dan langsung mengontak Hye Ra. Cukup lama Yong Hwa menunggu sampai akhirnya di jawab oleh gadis itu.
        “Hallo…”
        “Kau sudah…” ucapan Yong Hwa terputus karena sambungan telpon tiba-tiba mati. “Halo…! Hye Ra… kau dengar aku?” pekik Yong Hwa dengan nada tinggi. Layar ponselnya hitam. Yong Hwa langsung menghubungi Hye Ra kembali. “Tidak aktiv,” gumamnya kesal.
        Yong Hwa sudah hampir melempar ponselnya ke kasur sebelum ponselnya memberikan sinyal bahwa ada panggilan masuk ke dalamnya.
        “Ada apa, Sulli?”
        “Oppa, maaf mengganggu malam-malam. Ayah ingin bertemu denganmu,” terdengar suara gadis di ujung sana.
        Yong Hwa lalu mengalihkan tatapannya pada jam dinding kamarnya. Sudah tengah malam.
        “Aku tau ini sudah sangat malam. Tapi ayah hanya punya waktu sekarang.”
Suara Sulli membuyarkan pikiran Yong Hwa. “Aku akan ke rumahmu sekarang,” putus Yong Hwa. Ia mengerti bahwa ayah Sulli termasuk orang sibuk. Dan ia tak ingin mengecewakan siapapun. Tertuma gadis calon tunangannya itu.
        Setelah mengakhiri pembicaraannya, Yong Hwa segera menyambar kunci mobil dan bergerak menuju rumah Sulli. Ia mengendarai mobilnya pelan menerobos hujan meski tak sederas tadi. Tapi ia harus tetap berhati-hati.
Jalanan sudah tidak terlalu ramai. Namun ada satu yang menarik perhatian pemuda itu. Ada sepasang kekasih berpelukan di tengah derasnya hujan. Bukan karena mereka melakukan hal itu di jalan raya. Tapi karena gadis itu. Hye Ra. Bersama seorang pemuda…
        “Bukankah itu Joon?” gumam Yong Hwa berkutat dengan pikirannya sendiri. Tapi ia tak ingin merusak suasana dengan mengganggu mereka. Yong Hwa lebih memilih meneruskan perjalanannya. Bukankah ia sudah memilih Sulli?
        Esoknya, Yong Hwa langsung melesat ke apartmen Hye Ra. Gadis itu tak ada di sana. Nomornya juga masih tidak aktiv. Yong Hwa sempat bertemu Doojoon yang datang dengan Siwan dan Nichkhun. Mereka sedikit berdebat di sana. Sepeninggal Doojoon, Yong Hwa berpikir keras. Apa ini saatnya ia mengakhiri semuanya?
        Tidak ada yang mengetahui keberadaan Hye Ra. Bahkan Minho sekalipun.

***

        Yong Hwa masih bertahan di area apartmen Hye Ra. Perasaannya mengatakan gadis itu akan segera kembali. Ia menunggu di dalam mobilnya. Tak lama, tampak sebuah mobil yang sudah cukup familiar di matanya memasuki parkiran.
        Hye Ra dan Doojoon. Mereka terlibat pembicaraan serius. Yong Hwa curiga itu semua ada kaitannya dengan Sung Hye. Ternyata memang benar. Saat Doojoon sedikit lengah, Hye Ra tampak melarikan diri. Di saat itu pula Yong Hwa menahan tubuh Doojoon agar tidak mengejar karena justru Yong Hwa lah yang menemui Hye Ra.
Tak terlalu lama. Yong Hwa kembali ke hadapan Doojoon. Tentu saja Yong Hwa langsung menuduh bahwa Hye Ra memang bersama Doojoon. Dan bisa di pastikan Doojoon tak terima dengan semua tuduhan itu. Mereka terlibat pada pembicaraan serius.
“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan.”
        “Kau ini tidak peka terhadap perasaan seorang gadis atau apa?” seru Yong Hwa yang mulai gemas dengan reaksi Doojoon yang datar. “Apa kau tidak tau jika selama ini Hye Ra memiliki perasaan padamu?”
        Doojoon cukup tercengang mendengar pernyataan Yong Hwa. “Tapi Hye Ra tak pernah menunjukkan apapun dihadapanku!” serunya untuk membela diri.
        “Itu karena dia sangat menjaga perasaan Sung Hye. Hye Ra sangat yakin kalian masih bisa bersama. Itu sebabnya ia tak ingin memanfaatkan masalah kalian dengan berusaha untuk merebutmu. Dan kau malah meminta bantuannya untuk bisa bertemu dengan Sung Hye,” jelas Yong Hwa panjang lebar.
Di sana Yong Hwa membongkar semuanya. Termasuk tentang Sung Hye yang tak bahagia dengan pertunangannya.

***

        Suatu malam di mana Yoona dan Minho melangsungkan pertunangan mereka. Setelah acara utama mereka, Yoona meminta member ‘Blue Flame’ yang saat itu datang meski hanya 3 orang untuk mengisi acara menghibur tamu undangan.
        Yong Hwa sudah sejak tadi mengawasi Hye Ra. Ia sudah tak sabar melihat Hye Ra benar-benar terpesona dengan penampilan ‘Blue Flame’. Tentu saja bukan karena Siwan yang selama ini gadis itu idolakan. Dan bisa di pastikan bukan karena Doojoon pula.
        “Sepertinya kau tak ingin melewatkan penampilan ‘Blue Flame’ tadi,” seru Yong Hwa setengah menyindir setelah ia berhasil memaksa Hye Ra meninggalkan ‘Blue Flame’ yang masih beraksi itu. Sepintas Yong Hwa juga menangkap reaksi Joon yang sangat ingin tahu melihatnya membawa Hye Ra.
        Hye Ra berdecak kecewa sambil duduk di kursi kayu dan tepat menghadap kolam renang. “Aku bagian dari ‘Flamers’. Jelas saja aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan melihat ‘Blue Flame’, walau tak ada Siwan dan Luhan.”
        Yong Hwa bertekad mengakhiri semuanya malam ini. Mereka tak bisa selamanya seperti ini. Hye Ra berhak menjalani kehidupannya dengan normal. Dan setelah itu mereka terlibat pembicaraan yang berakhir dengan Yong Hwa yang berkata, “jika kau sudah menemukan pemuda yang bisa menggantikan Doojoon di hatimu, aku ingin kita putus.”
        Inilah akhir dari hubungan mereka.
        “Apa kau tak ingin bersenang-senang lagi denganku?” Hye Ra justru bertanya demikian. Ia juga mencari-cari sesuatu di mata Yong Hwa. Berharap pemuda itu hanya bergurau seperti apa yang selama ini mereka lakukan. Yong Hwa bahkan tak mempedulikan kecaman serius dari Doojoon karena ia memacari Hye Ra tanpa cinta.
        “Kita akan tetap bersenang-senang,” Yong Hwa berusaha memberikan pengertian. “Tapi kau harus tetap mengejar cintamu. Kita tidak bisa tetap berstatus sebagai sepasang kekasih.”
        Yong Hwa tak ingin berlama-lama lagi di sana. Dan di luar ia bertemu dengan Doojoon. Joon dan Nichkhun tampak mengikuti pemuda itu.
        Yong Hwa sempat melirik sekilas ke arah Joon dan Nichkhun yang tengah berjalan ke arah mereka. “Mulai sekarang, aku menyerahkan padamu pengawasan penuh atas Hye Ra. Dan aku juga telah mengatakan hal yang sama pada Minho hyung.”
        Doojoon sibuk mengartikan maksud ucapan Yong Hwa.
        “Siapa pemuda itu?”
        Dan suara Joon tadi segera saja menyadarkan Doojoon dari lamunannya. Namun di saat yang bersamaan, Yong Hwa justru telah lebih dulu melanjutkan langkahnya.
        “Yong Hwa!” teriak Doojoon berusaha menghentikan langkah Yong Hwa. Ia lebih memilih mengabaikan sementara pertanyaan Joon tadi mengenai Yong Hwa. “Jangan bilang kalian sudah putus?” tebaknya sesaat setelah Yong Hwa membalikan badan, namun sambil berjalan mundur.
        “Bukankah itu yang kau mau?”
        Sejak saat itu, Yong Hwa benar-benar pergi dari kehidupan Hye Ra. Pernah suatu ketika Doojoon menghubunginya dan menanyakan keberadaan Hye Ra, tapi tentu saja ia sudah tak tau apa-apa.

***

        Berbulan-bulan kemudian. Dan acara pertunangannya dengan Sulli semakin dekat. Ia membawa serta undangan yang ingin ia berikan pada Hye Ra. Dan saat baru sampai di depan rumah gadis itu, Yong Hwa mendapati Hye Ra menyeret koper ke luar rumah.
        Hye Ra menunjukkan sedikit kekecewaannya pada Yong Hwa di pertemuan pertama mereka sejak beberapa bulan lalu. Dan di sanalah Yong Hwa baru mengetahui bahwa Hye Ra sedang menjalani kursus desain selama 6 bulan di Jepang. Untuk menebus rasa bersalahnya, Yong Hwa berjanji menemani Hye Ra ke manapun. Meski harus ke dorm ‘Blue Flame’ sekalipun.
        Selama perjalanan, kecanggung terjadi di antara mereka. Yong Hwa beberapa kali mengatakan sesuatu yang berbelit-belit dan akhirnya membuat Hye Ra kesal. Ia pikir Hye Ra justru bersatu dengan Doojoon. Namun Doojoon justru kembali dengan Sung Hye.
        “Aku menyukaimu bahkan sebelum kita berpacaran. Saat aku tau kau memiliki perasaan pada Doojoon, sementara pemuda itu bersama gadis lain. Aku mulai mencintaimu dan ingin berada di sisimu selamanya.” Perkataan itu sempat terucap di bibir Yong Hwa meski sudah sangat terlambat.
        Sejenak, ia seakan melupakan keberadaan Sulli. Semakin ia menjauh dari kehidupan Hye Ra, ia semakin tak bisa melupakan gadis itu. Tidak peduli jika ia bisa menyakiti hati Sulli dan keluarga gadis itu.
        Yong Hwa mengatakan ingin kembali dengan Hye Ra. Namun gadis itu meminta Yong Hwa menunggu sampai ia bertemu Joon.
        Akhirnya Hye Ra kembali ke mobil. Wajahnya sedikit kecewa karena tidak bisa bertemu dengan Joon. Mereka akhirnya memutuskan untuk langsung ke bandara agar Hye Ra tak ketinggalan pesawat.
        Mobil Yong Hwa sudah memasuki area parkiran bandara. Setelah memarkirkan mobil, mereka segera ke luar. Dan tepat bersamaan saat ponsel Hye Ra berdering. Gadis itu langsung menjawab telpon tanpa pikir panjang karena yang menelpon adalah Doojoon.
        Yong Hwa berjalan memutari mobil untuk menghampiri Hye Ra. Tak lama, Hye Ra tampak mengakhiri telponnya. Raut wajah gadis itu berubah. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan. Belum sempat Yong Hwa bertanya, perhatiannya langsung teralih karena ada seseorang yang menghubungi ponselnya. Orang yang sama seperti yang menghubungi Hye Ra sebelumnya. Doojoon.
        Doojoon memaksa Yong Hwa agar membawa Hye Ra kembali. Dan semuanya semakin rumit. Mungkin jawaban dari pertanyaannya pada Hye Ra tadi. Gadis itu harus kembali pada Joon. Tak peduli dengan perasaannya saat ini. Cukup lama Yong Hwa menatap Hye Ra. Semakin lama semakin membuatnya yakin bahwa Hye Ra mencintai Joon.
        Yong Hwa benar-benar membawa Hye Ra ke rumah sakit tempat Joon di rawat sekarang. Yong Hwa meraba dashboar mobilnya dan menarik selembar undangan setelah Hye Ra pergi beberapa menit lalu. Kemudian ia membuka laci mobil dan mengeluarkan sebuah majalah remaja edisi saat wajah ke-lima ‘Blue Flame’ menghiasi bagian sampulnya. Mereka tampak terlihat tampan. Tak terkecuali Joon. Dan saat ini focus Yong Hwa tertuju pada leader band tersebut.
        Pemuda ini menyandingkan majalah serta kartu undangan di tangannya. Ia bahkan menutupi wajah beberapa member ‘Blue Flame’ menggunakan kartu undangan hingga menyisakan wajah Joon yang kebetulan berdiri paling pinggir. Undangan tersebut adalah undangan pertunangan atas nama dirinya dengan Sulli, dan ditujukan untuk Hye Ra. Namun ia mengurungkan niat untuk memberikannya pada Hye Ra. Lebih baik Hye Ra tak datang daripada mengacaukan semuanya. Ia harus kembali pada Sulli seperti janjinya pada gadis itu.
        Yong Hwa menurunkan jendela mobil lalu menjatuhkan majalah serta undangan tadi ke luar. Setelah menutup kembali jendela mobilnya, Yong Hwa membawa mobilnya meninggalkan area parkir rumah sakit.
        Yong Hwa meninggalkan rumah sakit sekaligus meninggalkan Hye Ra di sana. Antara dirinya dan gadis itu sudah benar-benar berakhir. Hye Ra sudah membuka hatinya untuk Joon, sedangkan dirinya harus kembali ke pelukan Sulli. Memulai semuanya dari awal bersama gadis pilihannya itu meski harus mengorbankan perasaannya pada Hye Ra yang benar-benar tak terbalas.
Flashback end…

***