Senin, 10 Maret 2014

BLUE FLAME BAND 2 (part 13)



Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
·        Choi Sulli (F(x))
·        Kim Himchan (B.A.P)
·        Lee Sungmin (Super Junior)
·        Cha Hackyeon ‘N’ (VIXX)
Genre               : romance
Length              : part

***

        Joon sontak melebarkan mata mendengar ucapan Hye Ra. Tak terkecuali dengan Hyorin dan Minhyuk tentunya. Mereka bahkan menatap langkah Hye Ra yang berjalan menuju sofa. Ucapan gadis itu tidak bisa diremehkan. Dan tentu saja membuat Minhyuk merasa selangkah lebih unggul dari pada Joon.
Namun tepat sebelum Hye Ra menjatuhkan diri di sofa, Joon sudah lebih dulu menyambar tangan gadis itu dan menariknya menjauh dari sofa.
        “Joon!” pekik Hye Ra memprotes perlakuan Joon. “Kenapa kau selalu bersikap seenaknya?”
        Minhyuk sudah ingin menahan Hye Ra untuk tetap di sana, namun kakinya seperti tertancap pada lantai hingga membuatnya seakan sulit untuk melangkah. Yang menjadi saingannya saat ini adalah kakak kandungnya sendiri.
        Joon sendiri seperti tidak mendengar kata-kata Hye Ra. Ia terus saja menarik kekasihnya lalu mendorong pelan punggung Hye Ra agar gadis itu menuju kamar yang ditempati Hyorin selama di sana. Joon kemudian menoleh ke tempat Hyorin berada. “Noona sebaiknya beristirahat.”
        “Akh, iya.” Hyorin buru-buru menuruti perintah Joon.
        Joon sendiri kembali mendekati sofa dan menyambar dengan kasar bantal dan selimut yang tadi ia bawa ke luar. “Cepat masuk,” seru Joon tajam tanpa menatap Minhyuk sedikitpun. Sementara di ambang pintu kamar, Hyorin dan Hye Ra mengawasi Joon dan Minhyuk.
        “Hyung saja.”
        Mendengar itu, Joon sontak menoleh dan menunjukkan tatapan tajamnya untuk Minhyuk. “Tidak dengar apa yang aku katakan?” ujar Joon dingin, namun menusuk.
        Minhyuk hanya mampu menghela napasnya, kasar. Tentu saja ia menurut karena apartmen ini adalah wilayah kekuasaan Joon. Dan status Minhyuk hanya menumpang. Dengan berat hati pemuda itu mengikuti langkah Joon yang sudah lebih dulu melesat masuk ke dalam kamar.
        “Ayo,” bisik Hyorin mengajak Hye Ra untuk masuk dan beristirahat.
        Di dalam kamarnya, Joon langsung menghempaskan tubuh ke kasur. “Tidur saja, dan jangan bicara apapun padaku,” kata Joon dengan mata terpejam.
        Minhyuk sempat melirik kesal ke tempat Joon berada. Ia lalu menempatkan diri di sisi Joon dalam diam. Minhyuk masih dalam posisi duduk, dan matanya jatuh pada sebuah figura di salah satu dinding kamar Joon.


        Foto yang menegaskan kedekatan antara Joon dan Hye Ra. Minhyuk meremas selimut dalam genggamannya dengan tatapan tajam yang masih menembus foto tersebut. Seakan-akan ia memang menunjukkan perasaan tak suka terhadap hubungan dua orang tersebut.

***

        Pagi hari, Hyorin tampak baru saja selesai mandi karena rambutnya masih terlihat basah. Wanita itu kemudian duduk di depan meja rias dan bersiap mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer. Tak lama, Hye Ra yang masih tidur menyingkap selimutnya. Wajahnya tidak terlalu terlihat seperti orang yang baru bangun tidur. Hye Ra kemudian mendekati Hyorin dan merebut alat pengering rambut di tangan Hyorin dan berniat membantu wanita itu.
        “Eh?” seru Hyorin terkejut dengan perlakuan Hye Ra. Sementara Hye Ra sendiri seperti tanpa ekspresi menanggapinya. “Kau tidak ingin menemui Joon dulu?”
        “Joon bahkan sudah tidak ada di kamarnya sejak 1 jam yang lalu,” gumam Hye Ra lemah.
        “Apa kau bilang?” seru Hyorin sedikit terkejut. Ia bahkan sampai memutar tubuhnya dan menghadap Hye Ra. “Apa anak itu sudah gila?”
        Hye Ra mematikan hairdryer di tangannya, lalu mendesah berat. “Baru tahu kalau Joon suka sulit ditebak seperti itu?”
        Mendegar ucapan Hye Ra adiknya, Hyorin justru tertawa. “Joon memang sedikit aneh. Apa yang sedang dipikirkannya sedikit sulit di tebak. Dan dia beruntung bisa menjadi kekasihmu.”
        Hye Ra tak merespon apa-apa karena ia mendengar suara-suara di luar. Kemudian gadis itu memilih melesat meninggalkan Hyorin yang sedikit di buat bingung oleh perilaku kekasih adiknya tersebut. Di luar sana, Hye Ra mendapati Minhyuk juga tampak sudah rapih dan bersiap untuk pergi.
        “Kau mau ke mana?” tegur Hye Ra sebelum Minhyuk benar-benar pergi.
        Minhyuk tetap melangkah ke dapur sambil berujar, “proyek dengan kakak iparmu harus segera ku selesaikan.”
        Hye Ra mengigit bibir bawahnya. Ia juga terlibat dalam proyek tersebut. Semenjak insiden Minhyuk memukul Joon di taman, firasatnya mengatakan Minhyuk memiliki perasaan padanya. Dan itu sungguh sangat mengganggu. Namun yang penting sekarang, ia harus mendapatkan cincin miliknya.
        “Tolong kembalikan dulu cincinku!” ujar Hye Ra yang bahkan sudah berdiri di ambang pintu dapur mengawasi punggung Minhyuk yang saat itu berdiri membelakanginya. Hye Ra sempat berjalan beberapa langkah.
        Minhyuk meletakkan gelas dengan kasar sehingga menimbulkan suara benturan yang cukup keras. “Aku cukup mengetahui tentang hyungku,” ujar Minhyuk dan tetap mempertahankan posisinya membelakangi Hye Ra. “Dan kau lihat apa yang ia lakukan di taman? Dia sama sekali tidak membelamu. Apa itu cermin dari kekasih yang baik? Harusnya dia memberikanmu kesempatan untuk bicara.”
        Hye Ra mengepalkan tangannya ketika mendengar Minhyuk menjelek-jelekkan Joon tepat di hadapannya. “Tapi setidaknya Joon tidak pernah menjelek-jelekkan Doojoon dan Yong Hwa.”
        Mendengar itu, Minhyuk membalikkan badan dan kini menghadap Hye Ra. Ia bahkan menatap tajam ke mata gadis itu. “Aku tidak menjelek-jelekkannya. Tapi itu kenyataan. Aku peduli padamu karena selama ini aku memiliki perasaan padamu. Aku menyukai bahkan mencintaimu sebelum Yong Hwa hyung lebih dulu menyeretmu dengan paksa untuk menjadi kekasihnya.”
        Hye Ra tetap diam tanpa ekspresi. Dan apa yang ia takutkan telah terjadi. Namun yang membuat hal tersebut semakin rumit adalah ia terjebak di antara dua pemuda yang memiliki hubungan darah.
        “Tak bisakah kau memberikanku kesempatan?” pinta Minhyuk. Kali ini terdengar lebih lembut.

***

        Sulli, tunangan seorang Yong Hwa adalah seorang dokter muda di sebuah rumah sakit. Dan pagi ini gadis cantik itu bersiap menjalankan rutinitasnya sebagai seorang dokter. Namun langkahnya terhenti ketika mendapati sosok Yong Hwa berdiri di depan pagar rumahnya.
        “Sejak kapan oppa di sana?” seru Sulli sambil berlari kecil menghampiri Yong Hwa. “Apa oppa tidak pulang semalam?” Wajahnya terlihat cukup khawatir. Belum lagi Yong Hwa datang pagi-pagi ke sana dengan pakaian yang sama seperti terakhir mereka bertemu semalam.
        Yong Hwa menarik lembut lengan kekasihnya dan membawa Sulli kembali ke dalam halaman rumah. Tiba-tiba saja Yong Hwa berlutut dan sontak saja membuat Sulli juga ikut berjongkok.
        “Apa yang oppa lakukan?” desak Sulli sambil memegang pundak Yong Hwa. Ia juga berusaha menarik Yong Hwa untuk berdiri, namun usahanya sia-sia. Yong Hwa tetap memilih bertahan dengan posisinya sambil menunduk.
        “Aku mohon maaf atas segala kesalahanku padamu.”
        “Kesalahan apa? Kau tidak salah apapun. Oppa, ayo bicarakan baik-baik. Sebenarnya ada apa?” paksa Sulli dan tetap berusaha menarik tubuh Yong Hwa agar berdiri. “Cepat berdiri, atau aku tidak akan memberikanmu kesempatan berbicara,” ancamnya serius.
        Yong Hwa akhirnya menurut untuk berdiri. Ia meneguk ludahnya yang tiba-tiba terasa pahit. Rasa bersalah itu muncul sangat besar dan tanpa ada peringatan sebelumnya. “Aku minta maaf.” Lagi-lagi hanya kalimat itu yang terlontar.
        “Jika oppa terus berbicara seperti itu, oppa hanya membuang waktuku dengan percuma.” Sulli yang sudah kesal, akhirnya memutuskan balik badan dan bersiap melangkah. Namun Yong Hwa sudah lebih dulu memeluk gadis itu dari belakang yang secara otomatis menghentikan langkah Sulli.
        “Mungkin kau lupa. Hye Ra yang kau kenal itu adalah mantan kekasihku dan juga seseorang yang pernah aku cintai,” kata Yong Hwa tepat di telinga Sulli karena ia masih memeluk kekasihnya itu dari belakang.
        Sulli mengusap lengan Yong Hwa yang melingkar di pinggangnya. Ia juga tidak terlalu terkejut dengan pengakuan Yong Hwa yang seperti itu. “Apa yang ingin oppa lakukan?” tanyanya lembut tanpa ada rasa dendam sedikitpun.
        “Bolehkah aku tetap berhubungan baik dengannya?” pinta Yong Hwa.
        Sulli perlahan melepaskan tangan Yong Hwa lalu berbalik untuk menatap mata pemuda itu. “Aku tidak ingin melarangmu berteman dengan siapapun. Dan aku kini juga beteman dengannya.” Sulli bicara sambil tersenyum.
        Yong Hwa menghembuskan napasnya, kasar. “Aku hanya tidak bisa mengabaikannya begitu saja.”
        “Aku mengerti,” tegas Sulli sambil menggenggam ke dua tangan Yong Hwa. “Kalian pernah saling dekat. Bahkan sampai berpacaran. Sama halnya dengan aku dan Minhyuk. Tapi aku mengerti batasan-batasan antara kami karena kini aku milikmu bukan milik Minhyuk lagi.”
        Entah mengapa saat Sulli menyinggung masalah Minhyuk, Yong Hwa sama sekali tidak keberatan. Mungkin karena ia juga berada di posisi yang sama dengan Sulli. “Kalau begitu, bisa bantu aku menjaga Hye Ra? Karena… aku tau harus ada batasan-batasan juga antara kami. Jadi, aku ingin melibatkanmu juga.”
        “Menjaga?” Sulli mengulangi perkataan Yong Hwa karena rasanya maksud dari kata tersebut bermakna ganda. “Memangnya Hye Ra kena…”
        “Ku rasa ada hal yang tidak bisa diremehkan terjadi antara Hye Ra, Minhyuk dan kekasihnya Hye Ra.” Yong Hwa sedikit menyambar ucapan Sulli.
        Akhirnya Sulli bisa sedikit memahami kondisi Hye Ra saat ini meski ia belum sepenuhnya mengerti. “Jika Hye Ra dalam kesulitan, aku pasti akan berusaha membantunya.”
        Mendengar itu, Yong Hwa menarik tubuh Sulli ke dalam pelukannya. “Aku mencintaimu,” kata Yong Hwa. Dengan adanya kejadian ini, ia justru semakin tidak ingin melepaskan Sulli. Seperti yang ia katakan sebelumnya yang tidak bisa mengabaikan Hye Ra begitu saja, tapi perasaan Yong Hwa sesungguhnya kini hanya untuk Sulli.

***

        “Sial. Kenapa bisa tertinggal?” rutuk Joon menyalahkan dirinya sendiri karena CD materi album terbaru ‘Blue Flame’ yang harus ia pelajari tertinggal di apartmennya. Padahal pagi ini ia juga harus ke kantor menejemennya untuk mengurusi suatu hal.
        Joon menekan deretan angka untuk membuka pintu apartmennya. Apartmen itu tetap sepi seperti saat ia pergi diam-diam tadi pagi. Joon langsung melesat ke dalam kamarnya tanpa ingin mengganggu yang lain. Setelah selesai, Joon bergegas ke luar kembali. Namun samar-samar ia mendengar suara dua seorang dari arah dapur.
                “Aku cukup mengetahui tentang hyungku. Dan kau lihat apa yang ia lakukan di taman? Dia sama sekali tidak membelamu. Apa itu cermin dari kekasih yang baik? Harusnya dia memberikanmu kesempatan untuk bicara.”
                “Tapi setidaknya Joon tidak pernah menjelek-jelekkan Doojoon dan Yong Hwa.”
        Joon sedikit menahan tawanya ketika Hye Ra membelanya dan bahkan terkesan tidak ingin kalah dengan Minhyuk.
“Aku tidak menjelek-jelekkannya. Tapi itu kenyataan. Aku peduli padamu karena selama ini aku memiliki perasaan padamu. Aku menyukai bahkan mencintaimu sebelum Yong Hwa hyung lebih dulu menyeretmu dengan paksa untuk menjadi kekasihnya.”
        Kali ini pemuda itu cukup tegang. Joon tetap bertahan di posisinya tanpa berniat memunculkan diri di tengah-tengah dua orang yang bisa dipastikan adalah Hye Ra dan Minhyuk.
“Tak bisakah kau memberikanku kesempatan?”
        Mendengar pertanyaan seperti itu dari Minhyuk, Joon mengepalkan tangannya. Ia bahkan tidak ingin mendengar kelanjutan perbincangan mereka dan lebih memilih sesegera mungkin meninggalkan tempat itu. Namun Joon tidak sadar jika Hyorin ternyata mengetahui ia ada di sana saat Joon baru saja ke luar dari pintu utama apartmen.
        Hyorin sendiri tidak berniat mengejar Joon dan justru lebih memilih memunculkan diri di antara Hye Ra dan Minhyuk. Aura di dapur terasa dingin karena perdebatan yang terjadi antara dua orang di sana.
        “Joon itu hyung kandungmu. Bagaimana bisa kau meminta kesempatan pada kekasih kakakmu sendiri?” protes Hye Ra. Namun sayang, Joon tidak mendengar saat Hye Ra berkata seperti itu.
        “Apa-apaan kalian?” Suara Hyorin menginterupsi Minhyuk sebelum pemuda itu sempat mengeluarkan kata-kata. Melihat berdebatan tersebut, Hyorin menaruh curiga kalau keduanya terlibat sesuatu yang cukup serius.
        Minhyuk yang tidak ingin berdebat dengan kakak perempuannya juga, lebih memilih menghindar dari sana. Hyorin hanya menghela napas melihat kelakuan dua adiknya tersebut.
        “Eonnie. Aku harus pulang. Nanti aku akan mengunjungimu lagi,” kata Hye Ra kemudian memeluk Hyorin sebelum benar-benar meninggalkan apartmen yang kini sudah menjadi milik Joon tersebut.

***

        “Aku sedang menunggu taksi,” kata Minhyuk pada seseorang melalui ponselnya. Pemuda itu kini berada di sebuah halte. Sudah beberapa menit ia di sana. Bahkan Hye Ra juga tampak baru tiba di sana. Padahal gadis itu sudah berganti dengan pakaian yang ia gunakan kemarin.
        Hye Ra memperlambat langkah ketika mendapati Minhyuk ternyata masih di sana. Terlebih, Minhyuk juga menyadari kedatangannya.
        “Ya sudah. Tunggu saja di sana,” seru Minhyuk masih untuk seseorang di seberang sana. Kemudian ia mematikan ponsel dan memasukkan kembali ke dalam saku jinsnya.
        Hye Ra berusaha tidak terlalu mempedulikan keberadaan Minhyuk di sana. Ia mengedarkan pandangan ke ujung jalan sambil berharap sebuah taksi segera muncul.
        Sebuah mobil berhenti di depan Hye Ra. Dan gadis itu tidak menyangka bahwa yang menyetirnya adalah Yong Hwa. Pemuda itu juga sudah membuka jendela dan bahkan sempat menangkap sosok Minhyuk yang menatapnya tak suka dari dalam halte itu juga.
        “Ada yang ingin aku bicarakan,” ujar Yong Hwa. Tentu saja untuk Hye Ra.
Sebelum gadis itu merespon ucapan Yong Hwa, Minhyuk tampak bangkit dari duduknya lalu berjalan ke pinggir halte sambil melambai tangan untuk menghentikan taksi. Setelah taksi tersebut berhenti, Minhyuk segera melesat masuk ke dalamnya.
        Hye Ra menghela napasnya melihat kelakuan Minhyuk, kemudian menerima tumpangan dari Yong Hwa. Gadis itu menghempaskan tubuhnya ke jok dengan sedikit kasar.
        “Kau masih tinggal di sana?” tanya Yong Hwa memulai pembicaraan setelah menjalankan mobilnya. Tentu saja yang ia maksud adalah apartmen tersebut karena ia menemukan Hye Ra di sekitar sana.
        “Apartmen itu sudah ku jual. Dan Joon yang ku suruh untuk membelinya,” jelas Hye Ra sambil menahan rindu pada kekasihnya. Meski mereka sudah bertemu, namun pertemuan tersebut sama sekali bukan seperti yang ia harapkan.
        “Kau sudah tau kalau Joon dan Minhyuk…” Yong Hwa sengaja menggantungkan ucapannya.
        “Iya,” sambar Hye Ra yang tentu saja mengerti arah pembicaraan Yong Hwa. “Baru semalam saat kau menemukanku di taman.”
        “Dan kau sudah ada di apartmen itu pagi-pagi?” Yong Hwa menjatuhkan tatapan menyelidik. Namun ia tetap focus dengan jalanan di depannya.
        “Joon sudah menaruh curiga terhadap hubunganku dengan Minhyuk. Semalam bahkan Minhyuk memukul Joon.”
        Mendengar itu, Yong Hwa sontak saja menginjak pedal rem dalam-dalam. “Minhyuk memukul Joon?” ulang Yong Hwa yang hanya di tanggapi dengan anggukan oleh Hye Ra. “Bagaimana bisa…” Yong Hwa langsung menahan ucapannya sendiri. “Ceritakan padaku apa yang terjadi semalam!” desaknya.
        Segera saja Hye Ra menceritakan semuanya. Tidak ada yang ia tutupi sama sekali. Gadis itu memang masih merasa nyaman berada di samping Yong Hwa. Hye Ra juga masih menganggap Yong Hwa teman terbaiknya.
        Mereka hanya mengobrol di dalam mobil. Yong Hwa juga hanya sempat membelikan Hye Ra minuman. Setelah itu ia mengantar Hye Ra pulang ke rumahnya.

***

        Seluruh member ‘Blue Flame’ tengah berada di dalam gedung menejemen mereka, ‘Blitz Entertainmen’. Dan mereka baru saja menyelesaikan rapat dengan di dampingi Sungmin tentu saja.
        Seperti biasa, Joon hampir selalu memilih berjalan di akhir meski statusnya di sana adalah seorang leader. Joon tidak terlalu menyadari bahwa Luhan mengawasinya dengan tatapan khawatir. Tentu saja karena hanya Luhan yang mengetahui tentang kejadian semalam.
        “Jangan lupa nanti malam kita sudah harus kembali ke luar kota,” ujar Sungmin mengingatkan pada anggotanya. Yang lain langsung menjawab dengan kompak. Kecuali Joon yang hanya mengangguk samar.
        Dengan perlahan, Luhan memperlambat langkah sampai Joon sedikit mendahuluinya. Joon sendiri tampaknya masih belum menyadari. Sampai akhirnya, Joon menghentikan langkah karena ponselnya menerima sebuah panggilan. Diam-diam Luhan melirik ke layar ponsel milik Joon yang sudah sedikit tergores karena Joon sempat melempar benda itu ke lantai. Panggilan dari sebuak kontak yang ditulis Joon dengan ‘Mrs Lee’. Luhan dan bahkan seluruh member ‘Blue Flame’ tahu kalau itu dari Hye Ra. Namun Joon sama sekali tidak ada niatan untuk menjawabnya.
        Panggilan tersebut berakhir, karena Joon masih tidak ingin menjawabnya. Joon kembali melangkahkan kaki, begitu pula dengan Luhan. Namun hanya sampai beberapa langkah, Joon berhenti karena Hye Ra kembali menghubunginya.
Dengan sebelumnya menghela napas berat, Joon akhirnya menjawab panggilan Hye Ra. “Maaf, aku sedikit sibuk sekarang. Nanti akan ku telpon,” seru Joon yang langsung saja memutuskan sambungan secara sepihak. Ia bahkan tidak memberikan kesempatan sedikitpun untuk Hye Ra mengutarakan tujuannya menelpon.

***

        Hye Ra tengah duduk bersila di tempat tidurnya. Salah satu tangan gadis itu memegang ponsel yang ia tempelkan di telinga. Ia sedang menunggu jawaban dari Joon.
        “Maaf, aku sedikit sibuk sekarang. Nanti akan ku telpon.”
        Mendengar jawaban seperti itu dari Joon, membuat hati gadis itu mencelos seketika. Tangan Hye Ra yang memegang ponsel melunglai seketika. Ia hanya menatap hampa layar ponselnya yang dihiasi gambar dirinya bersama Joon. Lalu tak lama, ponsel Hye Ra tampak bergetar. Sebuah panggilan masuk dari Himchan.
        “Halo,” ujar Hye Ra tanpa semangat.
        Himchan sendiri saat ini tengah berada di tempat ia menangani butik Hye Ra dan Yoona. Minhyuk juga tampak di sana mengawasi diam-diam obrolan Himchan dengan Hye Ra.
        “Kau di mana? Tidak bisakah kau datang ke butik? Yoona noona tidak bisa dihubungi, dan ada yang harus aku bicarakan,” kata Himchan tanpa berbasa basi lagi. “Pengerjaan butik juga sudah hampir selesai. Hanya tinggal beberapa pekerjaan saja.”
        Hye Ra menghela napasnya, berat. Masih ada tanggung jawab lain yang menuntutnya. “Ya sudah. Aku coba hubungi oppaku dulu. Mereka sedang tidak di rumah. Setelah itu aku akan datang ke sana.”
        Setelah mengakhiri pembicaraannya di telpon dengan Himchan, Hye Ra berusaha menyeret kakinya menuruni tempat tidur.

***

        Beberapa menit kemudian, Hye Ra telah bersiap menuju tempat Himchan berada. Di lokasi calon butiknya. Gadis itu harus sedikit egois dengan sementara mengesampingkan masalahnya dengan Joon. Belum lagi Joon memang kembali sudah disibukkan dengan jadwal tour kota mereka yang cukup padat.
        Hye Ra sudah duduk di balik kemudi mobilnya. Setelah menyalakan mesin, ia tak langsung terburu-buru untuk pergi. Hye Ra memeriksa laci mobil untuk mengambil salah satu album music milik ‘Blue Flame’.


Ssaneulhage sigeun moksori geochin ni nunchori
O chadichan mae mareun ipsul
Hey baby say na eotteoke haeya hae eotteoke
Neo dora olsu itgenni
U make me cry (neon)
Naega saraganeun iyu jebal nal tteonajima
Just tell me why (why)
O nunmureul dakkajwo malhaejwo I’m so crazy (yeah)
(CRY – Mblaq)

        Hanya itu yang bisa Hye Ra lakukan saat ini. Mendengarkan lagu-lagu ‘Blue Flame’ untuk sedikit melepaskan rindunya pada Joon. Lagipula selama ini ia memang menjadi fans setia band itu bahkan sebelum ia mengenal seorang Joon secara pribadi.
        Hye Ra menatap kembali foto Joon di layar ponselnya. “Apa kau sedang menguji cintaku?” tanya Hye Ra seolah Joon benar-benar berada di hadapannya. “Aku ikuti permainanmu.”

***

1 komentar:

  1. Hye Ra mematikan hairdryer di tangannya, lalu mendesah berat. “Baru tahu kalau Joon suka sulit ditebak seperti itu?”
            Mendegar ucapan Hye Ra adiknya, Hyorin justru tertawa. “Joon memang sedikit aneh. Apa yang sedang dipikirkannya sedikit sulit di tebak. Dan dia beruntung bisa menjadi kekasihmu.”

    -> hahahaha
    Bener kata kakanya, kenapa bisa pacaran sama Hye Ra tuh si Joon??

    BalasHapus