Sabtu, 04 Oktober 2014

PERFECT LOVE (chapter 15)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae,
  Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast     :
·        A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·        G.Na (Soloist)
·        B2ST (Doojoon)
·        BtoB
Genre               : romance, family, brothership
Length              : chapter

***

        “Eun Ji.” Youngjae langsung ke luar dari dalam taksi dan menghentikan langkah Eun Ji yang sudah ingin masuk ke  dalam rumahnya. Cowok itu berdiri tepat di hadapan Eun Ji. Memegang ke dua pundak cewek itu, lalu mencium lembut kening Eun Ji.
        Awalnya Eun Ji terkesiap dengan perlakuan Youngjae. Namun sedetik kemudian, cewek itu tersadar. “Ada orang tua gue, ya?” tebakya sesaat setelah Youngjae menjauhkan tubuhnya.
        Youngjae hanya menghela napas tanpa ingin membahas ucapan Eun Ji tadi yang sontak saja membuatnya resah. “Gue berangkat dulu.” Sebisa mungkin Youngjae menghindari tatapan langsung dengan mata Eun Ji. “Sampai ketemu di.. hari.. bahagia.. kita.”
        Selesai berkata, Youngjae langsung melesat masuk kembali ke dalam taksi yang masih menunggunya. Takut jika Eun Ji mencurigai sikap janggalnya yang mendadak menjadi salah tingkah saat bicara tadi.
        Saat di dalam taksi, Youngjae membuka-buka folder foto di ponselnya. Banyak tersimpan foto Naeun di sana. Perasaannya sudah tidak sama seperti dulu saat ia melihat gambar diri cewek yang pernah mengisi hatinya itu. Lalu tanpa pikir panjang, Youngjae menghapus folder beserta isinya yang dipenuhi dengan foto Naeun. Dan kemudian, pikirannya kembali melayang saat pesta ‘perusahaan’ di rumahnya.

Flashback…
        “Kalau bertemu Doojoon, aku teringat G.Na. Setelah pisah dengan Hyunseung, kita udah nggak pernah ketemu G.Na lagi. Di mana dia sekarang? Apa dia dan anak-anaknya hidup layak?”
        Junhyung hanya mampu merangkul istrinya saat mereka sudah sedikit menyingkir dari kerumunan orang yang datang. Dan tidak ada satu pun yang menyadari bahwa ternyata Youngjae mendengar obrolan mereka.
        “Kalau aku sampai ketemu G.Na, aku akan bongkar semuanya. Doojoon yang menculik Zelo. Dan Youngjae juga tinggal dengan Doojoon sekarang.”
        Junhyung menatap Hyuna penuh arti. Mengisyaratkan agar istrinya itu tidak terlalu bicara banyak. Memang tidak terlalu banyak orang yang tahu tentang rahasia besar itu.
        “Jangan bicara yang aneh-aneh,” tegur Junhyung. Ia bahkan sampai mengawasi sekitar untuk memastikan memang tidak ada yang mencuri dengar obrolan mereka.
        “Sebenernya aku gemes sama Doojoon. Dia sama aja ngerebut istri dari kakak kandungnya sendiri. Meski sebenernya Doojoon sendiri nggak tahu kalau G.Na udah nikah sama Hyunseung.”
Flashback end…

“Apa ada sesuatu yang lo mau dari gue? Karena nggak mungkin tahu-tahu lo mau nikahin gue. Padahal lo tahu kalau gue nggak hamil. Dan kalau pun gue hamil, itu pasti bukan karena lo.”
Youngjae memejamkan mata saat teringat juga dengan ucapan Eun Ji tadi saat ia membawa paksa cewek itu ke dalam kamarnya. “Lo bener, Ji. Emang ada yang gue mau. Terutama dari ke dua orang tua lo,” lirihnya pelan.

***

        “Sorry ya, gue nggak bisa lama-lama. Dan maaf juga udah ngerepotin lo buat dateng ke sini.” Ilhoon menepuk pelan pundak Jongup. Sedikit merasa bersalah karena ia meminta cowok itu untuk bertemu di sana hanya karena ingin menitipkan undangan pernikahan Eun Ji dan Youngjae untuk keluarga Jongup.
        “Nyantai. Gue juga lagi nggak sibuk-sibuk banget, kok.” Jongup berusaha meyakinkan Ilhoon. Setelah undangan tersebut ia terima, Ilhoon kemudian benar-benar pamit dan meninggalkan Jongup di sana. Di depan kelab malam milik Minhyuk tempat mereka pertama kali kenal, dan bertemu lagi saat itu.
        Setelah Ilhoon pergi, Jongup tidak langsung ikut menyusul Ilhoon meninggalkan tempat itu. Ia menoleh ke depan gedung tempat ia pernah bekerja dulu. Dan di sana pula pertama kali ia mengenal cewek bernama Namjoo. Tanpa sadar, Jongup mengukir senyum tipis mengingat perkenalan singkat mereka.
        Suasana di luar gedung memang masih sangat sepi karena belum memasuki jam mereka beroperasi. Terlebih saat itu hari masih siang dan belum menjelang sore. Jongup melangkahkan kaki ke arah pintu masuk. Hanya sekedar ingin melihat-lihat saja.

***

        Minhyuk harus berusaha mengimbangi tubuh Namjoo yang sudah sempoyongan karena mabuk. Namun Namjoo masih menginginkan gelas minumannya.
        “Cukup! Lo udah mabuk!” tegas Minhyuk.
        “Itu dikit lagi,” rengek Namjoo yang mengulurkan tangannya ke arah meja. Seakan ia tidak ingin kehilangan minumannya yang masih tersisa setengah gelas.
        Sekuat tenaga Minhyuk menyeret tubuh Namjoo untuk meninggalkan tempat tersebut. Salah satu pelayan Minhyuk yang tadi membersihkan sisa pecahan gelas, memberikan tas milik Namjoo sebelum boss-nya itu membawa Namjoo benar-benar meninggalkan kelab tersebut.
        “Minhyuk, gue masih mau yang tadi…”
        Minhyuk melingkarkan tangannya ke pinggang Namjoo. Mendorong paksa cewek itu menjauhi gedung kelab. Ia berusaha mengabaikan suara Namjoo yang merengek meminta minumannya.
        Kali ini Namjoo mulai memukuli punggung Minhyuk. “Lepas!”
        Minhyuk yang sudah tidak tahan dengan pukulan Namjoo, benar-benar dibuat kesal dengan cewek itu. Tanpa sadar, Minhyuk justru mendorong tubuh Namjoo agar menjauh dari tubuhnya yang sudah terasa cukup sakit. “Bisa diem, nggak!” Minhyuk terdengar membentak.
        Namjoo terhuyung ke belakang. Beruntung ia tidak sampai terjatuh karena ternyata ada seseorang yang menahan tubuhnya. Terlihat beberapa kartu undangan terjatuh tepat di bawah kaki Namjoo. Namun ia dan pemuda yang menolongnya seakan tidak mempedulikan benda tersebut.
        Sementara Minhyuklah yang justru menatap penuh minat benda itu. Sambil menahan sedikit rasa sakit di punggungnya, Minhyuk menajamkan mata. Berusaha memastikan nama pasangan yang akan menikah tersebut. Karena ia sendiri juga telah mendapatkan kiriman undangan yang serupa.
        Minhyuk mendongak karena merasakan pemuda yang menolong Namjoo sedikit merasa kerepotan karena tentu saja Namjoo masih dalam keadaan mabuk. Namun kali ini cewek itu terlihat lebih tenang. Minhyuk sedikit terbelalak mendapati Jongup di sana. Beruntung karena mereka berada tidak jauh dari jalan raya, Minhyuk dengan mudahnya menghentikan sebuah taksi yang lewat.
Minhyuk membukakan pintu taksi sambil berkata, “antar Namjoo pulang.”
        Karena masih menghormati Minhyuk sebagai seseorang yang pernah menjadi boss-nya, Jongup hanya menuruti tanpa memprotes. Tentu saja Namjoo menjadi salah satu alasan ia tidak menolak permintaan Minhyuk tersebut. Minhyuk sendiri masih sempatnya memungut undangan yang kali ini bisa ia lihat dengan leluasa tulisannya. Undangan pernikahan Eun Ji dan Youngjae.
        Setelah Jongup duduk di dalam taksi, Minhyuk sedikit melempar undangan yang ia yakini dibawa sendiri oleh Jongup ke atas paha cowok itu. Kemudian tanpa berkata-kata lagi, Minhyuk mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa lembar uang kepada sopir taksi tersebut tanpa mempedulikan Jongup yang menatapnya, heran.

***

        Sekitar 15 menit, Jongup dan Namjoo sudah tiba di rumah cewek itu. Jongup membawa Namjoo ke luar dari taksi.
        “Mana kunci rumahnya?” pinta Jongup. Namun Namjoo hanya memberikan tasnya. Dan dengan terpaksa Jongup harus mencari kunci di dalam tas Namjoo sambil berusaha mengimbangi berat badan cewek itu yang bersandar ditubuh Jongup.
        Jongup akhirnya bisa menemukan kunci untuk membukakan pintu. Namun cowok itu tidak langsung membawa Namjoo masuk ke dalam. Karena ternyata rumah tersebut sudah dalam keadaan kosong. Ia ingin meminta penjelasan, tapi tampaknya Namjoo belum bisa ditanyai apa pun. Cewek itu masih berada di bawah pengaruh alcohol.
        Dengan terpaksa Jongup membiarkan Namjoo duduk di lantai. Ia kemudian melepaskan kemejanya yang lalu ia jadikan alas untuk Namjoo berbaring dengan tas juga ia pakai sebagai alas kepala. Jongup menuju kaki Namjoo untuk membukakan heels yang dipakai Namjoo.
        Sesaat Jongup tertegun menatap wajah berkeringat cewek itu. Ia tidak tega menatapnya lama-lama. Semakin lama menatap Namjoo membuatnya teringat saat menghadiri pemakaman Hyunsik. Jongup benar-benar tidak meninggalkan Namjoo sedikit pun. Bahkan ia sedikit mengabaikan Hayoung yang juga sedang berduka karena Hyunsik adalah kakak kandungnya.
        Jongup mengeluarkan sapu tangan kecil dari saku celananya. Yang kemudian ia gunakan untuk menyeka wajah Namjoo yang berkeringat. Seketika raut wajah Namjoo terlihat berubah. Cewek itu menunjukkan sedikit ketenangan mendapati perlakuan Jongup padanya. Membuat Jongup akhirnya bisa tersenyum tipis karena mendapati Namjoo baik-baik saja.
        Jongup tampak ingin bangkit. Tapi ia merasakan sebuah tarikan pada tangannya. Saat menoleh, ternyata Namjoo menahan tangan Jongup.
        “Mau ke mana?” Terdengar Namjoo berujar pelan. Namun mata cewek itu masih dalam keadaan terpejam.
        “Tunggu di sini sebentar, gue mau cari sesuatu.” Jongup berusaha memberikan pengertian sambil menyingkirkan dengan lembut tangan Namjoo padanya. “Janji nggak bakal lama.”
        Jongup akhirnya beranjak pergi. Ia menutup pintu setengah terburu-buru. Tidak ingin berlama-lama meninggalkan Namjoo di rumah kosong itu sendiri. Tapi ternyata, di luar sana ia justru bertemu dengan Zelo yang terlihat baru saja ke luar dari pagar rumah mewah di depan sana. Sesaat Jongup menatap bangunan tinggi itu, lalu kemudian kembali mengarahkan tatapannya pada Zelo.
        “Lo tinggal di sana?” seru Jongup.
        Zelo sendiri tidak langsung menjawab. Ia juga menyimpan sebuah rasa curiga pada Jongup dan rumah Namjoo. Belum lagi ia juga melihat dengan mata kepala sendiri saat Jongup sama sekali tidak meninggalkan Namjoo saat Hyunsik meninggal.
        “Kenapa lo bisa di rumah kak Namjoo?” Zelo balik bertanya. Tapi sebelum ia mendengar jawaban Jongup, Zelo lebih memilih melesat menuju rumah Namjoo. Menerobos masuk, dan mendapati Namjoo terlelap hanya dengan sebuah kemeja serta tas yang menjadi alas untuk cewek itu tidur.
        Zelo juga terkejut melihat isi rumah Namjoo yang telah kosong. Ia lalu memaksa Jongup untuk membantunya membawa Namjoo pergi dari sana menuju rumahnya. Namun saat ingin membopong Namjoo, kejadian tidak terduga pun terjadi. Namjoo muntah tepat mengarah ke Jongup.

***

        Daehyun menepuk-nepuk pelan pundak Himchan yang terlelap di sofa rumah sakit. perlaha, Himchan pun membuka matanya sambil membenarkan posisi duduknya.
        “Udah sore, Mas. Biar aku yang nemenin ibu di sini,” kata Daehyun.
        “Mas Yongguk nggak ke sini?”
        “Nanti katanya. Mendingan Mas pulang duluan aja sama Bomi.”
        Mendengar nama Bomi disebut, Himchan menoleh ke tempat cewek itu berada. Bomi juga menoleh disaat bersamaan ketika ia tengah mengikat rambut hingga membuat rambutnya sedikit berkibar.
        Entah apa yang terjadi. Melihat gerakan yang dibuat Bomi, membuat Himchan tampak seperti tersedak. Padahal Bomi hanya mengikat rambut dan tak sengaja membuatnya berkibar. Tampak seakan menggoda Himchan. Namun tentu saja hanya Himchan yang beranggapan demikian.
        Tidak ingin terlalu lama terlihat panik, Himchan buru-buru berdiri. Membuat Daehyun sampai sedikit menjauhkan tubuhnya yang berada di dekat Himchan. Tidak lupa Himchan juga menyambar jaketnya, kemudian melangkah menuju pintu.
        Merasa tidak ada hal lain yang terjadi, Himchan membalikkan badan. Ia mendapati Bomi hanya menatapnya dari tempat ia berdiri tadi dan tanpa melakukan apa-apa.
        “Lo nunggu apa lagi?” desak Himchan tidak sabar. “Apa maunya dijemput Jongup?”
        Sontak Bomi menatap kesal. Ia lalu menoleh ke arah Daehyun, dan mendapati cowok itu menatapnya, bingung. Jelas saja, Daehyun memang tidak tahu apa-apa tentang Himchan dan Bomi. Kecuali kalau Himchan yang sangat menghindari Bomi dalam bentuk apa pun. Bomi sendiri hanya menghela napas, berat. Malas menjelaskan apa-apa pada Daehyun.
        “Jaga nyokap lo baik-baik,” ujar Bomi sebelum akhirya memutuskan menyusul Himchan yang kali ini sudah lebih dulu meninggalkan ruangan. Sementara G.Na sedang tertidur, dan Bomi tidak ingin mengganggu wanita itu untuk sekedar berpamitan.
        Bomi segera mengejar Himchan. Cowok itu sama sekali tidak menunggunya saat berjalan. Sampai akhirnya Bomi menemukan Himchan yang sudah siap di parkiran motor. Melihat Bomi tiba, Himchan langsung saja memberikan sebuah helm pada Bomi.
        “Nanti gue turun di jalan. Mau cari baju buat acara nikahannya Mas Yongguk,” kata Bomi sesaat sebelum menaiki boncengan motor Himchan.
        Himchan yang sudah berada di atas motor, hanya menoleh sedikit dan mengangguk. Tanpa berkata apa-apa. Lalu kemudian, mereka meninggalkan area parkiran rumah sakit.
        Setelah sekitar setengah jam, Himchan membelokkan motornya menuju sebuah gedung. Jelas Bomi yang bingung, langsung mengedarkan pandangannya.
        “Kita mau ngapain ke sini, Mas?” tanya Bomi yang bahkan tidak terlalu menyadari kalau Himchan sudah menghentikan motornya.
        “Udah ayo ikut dulu aja.” Terdengar Himchan bersuara, dan terkesan sedikit memerintah.
        Mau tidak mau, Bomi menuruti permintaan Himchan. Mereka lalu menuju sebuah toko yang menjual pakaian untuk semua usia. Di bagian bawah toko, lebih didominasi pakaian untuk anak-anak. Sementara di lantai atas, dikhususkan untuk orang dewasa.
        “Sekalian lo cari baju di sini aja. Gue juga butuh sesuatu.” Setelah menyelesaikan ucapannya, Himchan memisahkan diri menuju tempat khusus pakaian laki-laki.
        Sementara Bomi berjalan ke arah lain. Namun sesekali, Bomi menoleh ke tempat Himchan berada. Cowok itu sudah sibuk dengan pakaian-pakaian yang ada.
        “Dulu Eunkwang juga pernah melakukan hal yang sama. Meski perlakuannya lebih manis, tapi gue tetap lebih suka cara Mas Himchan perlakuin gue.” Bomi masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Sampai-sampai ia tidak terlalu menyadari bahwa ada seorang cewek yang menghampirinya.
        Cewek itu sempat menangkap sosok Himchan di sana. Lalu saat kembali ke arah Bomi, cewek itu menatap takjub. “Waaah, kakak ini pacarnya Pak Guru Himchan, ya?”
        Bomi menoleh cepat. Ia mendapati salah satu murid Himchan di sana. Hayoung. “Kamu kenal sama Mas Himchan?”
        Hayoung hanya tersenyum penuh rahasia. Saat melirik kembali ke tempat Himchan berada, tepat bersamaan saat guru muda itu juga melihat ke arahnya. Dengan semangat, Hayoung melambaikan tangannya untuk memastikan agar Himchan bisa melihat dirinya di sana.
        Mendapati Himchan melangkah, Hayoung dengan jahilnya menyeret Bomi untuk mendekat ke arah Himchan juga. “Apa kalian mau pakaian couple?”
        Himchan dan Bomi saling melempar tatapan. “Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Himchan pada Hayoung untuk mengalikan kecurigaan salah satu muridnya itu.
        “Bapak lupa, ya? Ini kan punya keluarga aku.” Setelah menjelasnya dengan singkat, Hayoung dengan cepat melesat pergi.
        “Mas Himchan kenal sama anak tadi?” bisik Bomi. Penasaran dengan sosok Hayoung yang terlihat kenal baik dengan Himchan.
        “Salah satu murid gue di sekolah. Temen sekelasnya Jongup juga,” ujar Himchan dengan tatapan tetap mengarah ke Hayoung yang kini sudah melangkah ke arahnya lagi. “Hayoung ini juga calon adik iparnya Mas Yongguk.”
        Bomi melirik, takjub. Lalu saat menatap Hayoung, ia mendapati raut wajah cewek itu tidak kalah bingungnya disebabkan oleh ucapan Himchan tadi.
        “Yongguk calon suami Mba Chorong?” seru Hayoung memastikan ucapan Himchan. “Lho, bapak kenal juga sama si Mas Yongguk itu? Setau aku, Mas Yongguk itu kakaknya Jongup. Mas Yongguk itu temen sekolah bapak, temen kuliah, atau….”
        Himchan berpikir keras memilih kata untuk menjelaskan hal tersebut pada Hayoung. Beruntung, ia menangkap sesuatu yang dibawa Hayoung. “Itu kamu bawa apa?” serunya mengalihkan. Dan lucunya, Hayoung juga terpengaruh dengan perkataan Himchan.
        “Ini baju couple. Ikon baru di sini. Dan bapak adalah tamu pertama yang aku tawarin.” Dengan semangat, ia menyodorkan bungkusan masing-masing pada Himchan dan Bomi. “Tenang aja, aku kasih diskon kok.”

***

        Zelo sibuk membongkar lemarinya. Membentangkan beberapa pakaian. Namun kebanyakan membuatnya tidak puas dan berakhir dengan ia lemparkan ke atas tempat tidur. Tentu saja karena ukuran tubuh Zelo dan Jongup yang cukup jauh berbeda. Membuat Zelo tidak bisa meminjami Jongup pakaian miliknya.
        “Zel….”
        Sebuah panggilan membuat Zelo menoleh. Ia mendapati Jongup menyembulkan kepalanya dari celah pintu kamar mandi. Zelo mendekat sambil menyambar kimono handuk dari atas kursi belajarnya.
        “Kayaknya baju gue kegedean buat lo.” Zelo menyodorkan benda di tangannya. “Kita ke kamar Mas Youngjae aja.” Ia kemudian berbalik dan lebih dulu melangkah ke luar kamar.
        Tidak lama, Jongup menyusul Zelo yang sudah lebih dulu menuju ke kamar Youngjae yang sedang ditinggal penghuninya. Jongup memaksakan langkah untuk masuk ke dalam sana. Karena ucapan Zelo saat menyebut nama Youngjae sukses membuat Jongup merasa serba salah.
        Sebuah nama yang sangat sensitive di dalam keluarga Jongup. Nama seseorang yang Jongup tahu adalah salah satu kakaknya yang hilang. Hanya sekedar itu yang ia ketahui. Memang karena tidak ada yang bisa menceritakan lebih jauh dan G.Na yang sama sekali tidak ingin menceritakan apa pun.
        Sementara di dalam sana, Zelo mengeluarkan setumpuk pakaian milik Youngjae ke atas tempat tidur. “Lo pilih aja. Itu baju kakak gue. Kebetulan badan kalian nggak jauh beda, kok.”
        Jongup meraih tumpukan pakaian teratas yang dikeluarkan Zelo. Namun Zelo sendiri masih sibuk di depan lemari Youngjae. Ternyata Joungup mendapati sebuah kaos putih berlengan panjang. Tapi tanpa sengaja, ada sesuatu terlempar ke samping tumpukan pakaian milik Youngjae di atas tempat tidur.
        Jongup yang merasa tertarik dengan benda itu, langsung saja memungutnya. Sebuah foto usang berisi sebuah keluarga dengan 5 orang anak mereka yang semuanya laki-laki. Melihat itu, Jongup sukses tertegun.

Flashback…
        “Foto apaan tuh, Mas?” seru Jongup dengan tatapan penuh minat. Ia menyambar cepat beberapa lembar foto sebelum Himchan sempat bisa mencegahnya.
        Himchan hanya mampu menatap Jongup dari bawah. Mencoba menebak dari perubahan raut wajah Jongup. Sementara Bomi justru mengawasi Jongup dengan tatapan khawatir.
        “Kayak kita waktu kecil. Tapi….” Jongup, ia tidak sempat melanjutkan ucapannya karena Himchan sudah lebih dulu menyambar foto dari tangannya.
        Selembar foto lama. Berisi sebuah keluarga dengan 5 orang anak mereka yang semuanya laki-laki. Sama persis seperti yang Youngjae temukan di apartmen pribadi Doojoon saat di luar kota.
Flashback end…

        Suasana hening menguasai ruangan tersebut. Zelo yang merasa ada sesuatu yang aneh, menoleh dan mendapati Jongup masih memandangi foto tadi. Namun nampaknya Jongup menyadari bahwa ia tengah diawasi.
        “Kenapa di rumah lo ada foto ini juga?” desak Jongup yang dengan cepat menurunkan foto tadi dari hadapannya. Ia kemudian menunjukkan foto tersebut ke hadapan Zelo karena Jongup melihat cowok itu menatapnya tidak mengerti.
        “Gue nggak tahu. Itu Mas Youngjae yang nyimpen. Dan gue juga belum bisa nanyain apa-apa karena Mas Youngjae lagi ke luar kota.”
        Youngjae. Nama itu jelas terdengar saat Zelo menyebutnya. Tidak ada penambahan atau pengurangan huruf apa pun dari Zelo. Dan itu justru membuat Jongup semakin merasa ada sesuatu yang aneh terjadi antara keluarganya dan keluarga Zelo juga, mungkin.
        “Lo kenal orang-orang di foto itu?” Zelo tidak bisa menahan rasa penasarannya juga. “Kok lo kaget gitu ngeliatnya?”
        Jongup menatap Zelo. Mempertimbangkan, apakah ia bisa mempercayai Zelo jika menceritakan hal yang ia ketahui tentang foto tersebut.
        “Sorry, bukannya gue mau ikut campur. Tapi kalau lo mau cerita, mungkin nanti gue bisa bantu cari tahu lagi dari Mas Youngjae kalau dia udah pulang.” Zelo memberikan tawaran yang sangat sulit ditolak oleh Jongup.
        “Ini foto keluarga gue. Tapi cuma kakak gue yang ini yang nggak tinggal bareng gue.” Jongup akhirnya membongkar rahasia tersebut. Ia juga menunjuk foto seorang anak kecil yang digendong oleh ayahnya. “Dan gue juga nggak tahu dia ada di mana sekarang.”
        Zelo sukses dibuat tercengang oleh Jongup.
        “Setelah ini gue langsung pulang, ya? Bisa nitip Namjoo di sini, kan?” Suara Jongup akhirnya mengembalikan kesadaran Zelo. Namun Jongup sudah lebih dulu melesat masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

***

Flashback…
        Tatapan Youngjae akhirnya melemah seiring dengan desahan napas cowok itu. Youngjae juga sempat mengalihkan pandangannya dari mata Eun Ji. Sebelum akhirnya Youngjae memilih untuk membalikkan badan. Youngjae melangkah menjauhi Eun Ji. Menuju tempat tidur dan menyambar kemeja yang ia lempar ke atas sana.
        “Pernikahan kita nggak bisa dibatalin gitu aja.” Youngjae, cowok itu bicara dengan posisi membelakangi Eun Ji. “Dan setelah itu…” Youngjae sempat memberi jeda pada kalimatnya. “Kita lihat nanti aja,” tukas Youngjae akhirnya. Seperti ada sebuah beban yang tidak mungkin ia limpahkan pada Eun Ji juga.
        Eun Ji sama sekali tidak melepas pandangannya pada sosok Youngjae yang kini tampak melangkah ke arah pintu. Meninggalkan Eun Ji begitu saja di dalam kamar tersebut.
Flashback end…
      Peniel menghela napas, kasar. Sejak tadi ia tidak melepaskan tatapannya dari balik punggung Eun Ji yang berdiri di depan sebuah cermin besar. Cewek itu sedang mencoba sebuah gaun pengantin rancangannya sendiri. Tentu saja yang akan Eun Ji pakai dipernikahannya dengan Youngjae sekitar kurang dari 2 minggu lagi.
        “Ini rancangan khayalan gue.”
        Sesekali Peniel melempar tatapan ke arah lain. Tidak sanggup melihat Eun Ji lama-lama dengan tatapan hampa cewek itu melihat pantulan tubuhnya dicermin.
“Siapa yang bikin gaun dari sketsa gue yang ilang?”
        Peniel semakin menghindari Eun Ji yang bisa dipastikan tengah menatapnya melalui sebuah cermin besar.
        “Niel!” seru Eun Ji seakan merasa hilang harapan. Ia bahkan sampai berbalik sambil bersusah payah menggeser bagian bawah gaunnya yang menjuntai panjang hingga lantai. Cewek itu benar-benar memohon karena rasa penasarannya yang besar.
        Terdengar desahan berat dari Peniel. “Apa lo udah mulai ngebuka hati lo buat Youngjae?” Cowok itu justru melemparkan pertanyaan juga untuk Eun Ji.
        Pandangan Eun Ji berubah kosong. “Apa harus seperti itu?”
        “Menurut gue memang lebih baik seperti itu. Dari pada lo harus nunggu Gikwang yang nggak pasti keberadaannya. Atau lo mau sama Minhyuk aja?”
        Eun Ji mencari-cari sesuatu yang bisa ia lemparkan ke tempat Peniel berada. Namun hampir segalanya jauh dari tempat Eun Ji berdiri. “Ketahuan gue sama Youngjae!” desis cewek itu dengan wajah kesalnya.
        Kini terdengar kekehan kecil dari bibir Peniel. “Itulah yang namanya jodoh. Benar-benar nggak terduga.”
        “Lo ngomong apa, sih? Kayak udah nemu jodoh lo aja!” Kekesalan Eun Ji seakan bertambah. Ia kemudian berniat menuju ruang ganti untuk melepaskan gaun cantik yang melekat ditubuhnya.
        “Gue sih nggak tahu detailnya gimana. Tapi yang pasti, Youngjae bilang dia yang nemuin itu.”
        Mendengar penuturan Peniel, sukses menghentikan pergerakan Eun Ji yang baru saja ingin berbalik. Eun Ji pun menatap Peniel penuh minat. Benar-benar kejadian yang diluar dugaan.
        “Terus?” seru Eun Ji penuh antusias.
        “Dia nyewa tim kita buat ngerjain semuanya.”
        Eun Ji mengendalikan diri untuk tidak memaki Peniel. Karena biar bagaimana pun, Peniel tidak bisa sepenuhnya untuk disalahkan. “Kenapa lo nggak cerita ke gue? Biasanya lo selalu sharing apapun masalah di kantor!”
        “Udah, deh. Kalau mau protes, langsung ke Youngjaenya aja.”


***

        Hayoung menoleh saat merasakan seseorang berdiri di sampingnya. “Bagaimana, Pak?” serunya pada guru tampan yang baru saja mengenakan pakaian yang direkomendasikan Hayoung.
        Himchan memastikan kembali penampilannya pada cermin besar yang terpajang di sana. “Pas sih. Tapi masih ngerasa ada yang aneh. Mungkin karena baru pertama kali pakainya.”
        Kemudian, tidak ada yang bersuara lagi karena salah satu pintu ruang ganti terbuka dan memunculkan Bomi dengan dress panjangnya. Benar seperti yang Hayoung katakan bahwa itu pakaian couple. Jelas terlihat karena motif di baju Bomi, sama dengan motif pada kemeja yang Himchan gunakan bersamaan dengan jassnya.
        Melihat itu, Himchan nyaris tidak berkedip saat Bomi baru muncul tadi. Ia benar-benar terpesona. Meski rasanya masih agak janggal bahwa cewek itu adalah cewek yang hampir selalu membuatnya jengkel setiap mereka bertemu. Tapi jelas tidak untuk hari itu.
        Bomi sendiri berusaha mengabaikan tatapan Himchan yang bisa saja membuatnya salah tingkah. “Agak sedikit kepanjangan. Tapi mungkin karena aku pake sepatu flat.
        Hayoung hanya mengangguk saja menanggapi komentara Bomi tentang pakaian yang ia kenakan. Hayoung sempat menatap Himchan sesaat, namun tidak sampai menyadari raut wajah Himchan yang aneh saat menatap Bomi.
        “Aku ngiri sama kalian,” goda Hayoung.
        Bomi hanya tersenyum menanggapinya. Sementara Himchan, tidak berkomentar apa-apa. Di saat mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, tidak ada yang menyadari bahwa ada Yookyung di sana. Dan bahkan menyadari keberadaan Himchan.
        Bukan hanya Yookyung. Ternyata Eunkwang juga berada di tempat yang sama. Ia datang bersama seorang cewek yang terus saja menggandeng lengan Eunkwang. Setelah cewek itu melangkah seorang diri, barulah Eunkwang mendapati Bomi juga di sana.
        “Kim Himchan,” seru Yookyung.
        Merasa ada yang menyebut namanya, Himchan sontak menoleh. “Oh, Yookyung.” Hanya itu yang ia ucapkan seakan Yookyung hanya orang biasa dihidupnya. Ia masih ingin berlama-lama mengagumi Bomi.
        “Rasanya aku pengen jadiin kalian model buat baju itu,” ujar Hayoung. Dan dengan jahilnya, cewek itu menarik Himchan agar lebih dekat dengan Bomi. Tidak lupa ia juga sedikit menggeser tubuh Bomi hingga tidak ada jarak sama sekali dengan Himchan. Bomi bahkan sampai tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Beruntung Himchan membantu cewek itu hingga tidak sampai terjatuh.
        Himchan dan Bomi tidak sadar jika mereka masih saling tatap. Kejadian langka tersebut tidak disia-siakan oleh Hayoung yang ternyata telah siap dengan kamera ponselnya mengabadikan momen Himchan dan Bomi yang sama sekali belum pernah terjadi antara mereka. “Oh.. My.. God..” Hayoung bergumam takjub. Sedikit merasa iri dengan pasangan tersebut yang menurutnya benar-benar serasi.
        “Maaf, Mas.” Bomi akhirnya bisa mengembalikan kesadarannya. Ia melepaskan tangannya pada lengan Himchan. Lalu kembali berusaha berdiri normal.
        Hayoung masih mengaktifkan kameranya. Namun tangan seseorang menutupi lensa dan bahkan memaksa Hayoung untuk menurunkan ponselnya.
        “Hentikan!” desis Yookyung yang sudah memberikan tatapan tidak sukanya pada Hayoung. Cewek itu juga memberikan tatapan yang sama pada Himchan, dan terutama Bomi.
        Menerima tatapan seperti itu, sama sekali tidak membuat Himchan memperbesar jarak antara dirinya dan Bomi. Ia tetap berdiri di sana. Membuat Eunkwang berpikir bahwa sudah ada pria lain yang menggantikannya berada di hati Bomi. Dan tanpa ingin tahu lebih lanjut dengan sikap Yookyung, Eunkwang lebih memilih menyingkir dari sana. Bomi sendiri sempat menangkap sosok pemuda yang kini menjadi mantan kekasihnya, tapi ia tidak berniat mengejar Eunkwang.

***


2 komentar:

  1. KApan mau dilanjutin atuh? ceritanya keren gilaaaa ^^lanjutin ya thor

    BalasHapus
  2. part 16 udah posting kok.. ^_^
    makasih udah suka..

    BalasHapus