Kamis, 30 Oktober 2014

PERFECT LOVE (chapter 16)



Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae,
  Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast     :
·        A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·        G.Na (Soloist)
·        B2ST (Doojoon)
·        BtoB
Genre               : romance, family, brothership
Length              : chapter

***

        “Tiga hari lalu kamu bilang lagi sibuk nyiapin soal untuk ujian. Besoknya, seharian di sekolah karena ada rapat dewan guru. Sementara kemarin, bilangnya sibuk nilai hasil ujian siswa. Hari ini lagi pengen sama keluarga. Terus besok mau alasan apa lagi, Him?”
        Bomi menjadi pihak yang sangat merasa bersalah. Belum lagi, mereka sedikit menjadi pusat perhatian sekarang. Sementara Himchan sukses bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Namun saat tatapannya bertemu dengan Hayoung, ia menggerakkan mata dengan maksud agar Hayoung menyingkir dari sana.
        Himchan sempat membisikkan sesuatu pada Bomi sebelum akhirnya ia bergerak sambil menarik tangan Yookyung dan membawa cewek itu pergi dari sana.
        Setelah sosok Himchan tidak terlihat, Bomi mencari sosok Hayoung dan berniat menyusul cewek itu. Ia harus melakukan hal yang Himchan perintahkan.
        “Hayoung,” seru Bomi menghentikan langkah salah satu murid Himchan tersebur. Ia menyodorkan sebuah ponsel yang membuat Hayoung sukses menatapnya, bingung. “Ini jaminan baju yang Mas Himchan pakai. Tapi baju yang aku pakai ini, dikembalikan dulu aja ya?”
        “Mba, bilangin sama Pak Himchan. Dia bisa bayar di sekolah, kok.” Hayoung mendorong lembut lengan Bomi yang mendekap ponsel milik Himchan sebagai tanda ia menolaknya. “Tolong dibalikin lagi aja ya ke Pak Himchannya,” pinta Hayoung.
        “Tapi….”
        “Nggak pa-pa, kok.” Hayoung menyelak ucapan Bomi yang merasa tak enak padanya. “Mba kalau mau ganti baju lagi, ayo aku temenin.” Dengan lembut, Hayoung mengajak Bomi kembali ke ruang ganti.
        Beberapa menit kemudian, Bomi ke luar dengan memakai kembali baju yang sebelumnya. Sementara di luar sana, ternyata Hayoung masih menunggui cewek itu. Bomi menyodorkan pakaian yang ia coba ke arah Hayoung.
        Ternyata Hayoung telah mempersiapkan tas karton untuk Bomi membawa pakaian tadi. Namun ternyata, Bomi hanya memasukkan pakaian Himchan karena cowok itu pergi masih mengenakan baju milik butik Hayoung. Bomi lalu menyodorkan baju baru miliknya. Tapi ternyata Hayoung justru memasukkan benda itu ke dalam tas karton tadi bersama baju milik Himchan.
        “Eh, itu belum dibayar.” Bomi berusaha mencegah tangan Hayoung.
        “Udah.. nggak pa-pa. Sekali-sekali aku pengen ngisengin Pak Himchan.” Hayoung terkekeh atas ide jahilnya tersebut. Tapi tidak untuk Bomi yang menatap Hayoung, bingung. “Jadi gini loh, Mba. Pak Himchan tuh suka jahil ke aku. Ujian musik kemarin, masa’ aku dapet urutan terakhir. Udah gitu, dia pakai request juga lagunya.”
        Mendengar cara Hayoung bercerita, Bomi tidak bisa menahan tawanya. Geli juga mengetahui sisi lain Himchan saat di sekolah.
        “Nih, Mba.” Hayoung sedikit memaksa Bomi menerima tas karton tersebut. “Dipakai ya pas dateng ke pernikahannya Mba Chorong.”

***

        Himchan dan Yookyung terlibat dalam pembicaraan serius. Himchan benar-benar menunjukkan ekspresi tidak bersahabat darinya. Sementara Yookyung sudah hampir terlihat ingin menangis. Dan tidak jauh dari sana, Bomi memperlambat langkah saat sudah melihat Himchan dan Yookyung berada di sana. Terjadi sesuatu antara mereka.
        Menyadari keberadaan Bomi, membuat Yookyung menoleh dan menatap tajam cewek yang ia temukan bersama Himchan. Kini bahkan air mata Yookyung benar-benar sudah meleleh. “Gue ceweknya Himchan. Dan gue tahu kalau lo juga salah satu ceweknya Himchan.”
        Bomi menatap Yookyung, bingung. Namun saat ia meminta penjelasan dari Himchan, cowok itu malah hanya mengangkat bahu. Seolah ia juga tidak mengerti arah pembicaraan Yookyung yang menuduh mereka berpacaran. Himchan bahkan sama sekali tidak terlihat merasa bersalah. Padahal bisa dipastikan ia adalah salah satu penyebab Yookyung menangis.
        “Masih ada satu cewek lagi yang gue tahu juga pacaran sama Himchan.” Yookyung kembali bersuara. Ia sukses membuat Bomi kembali memberi perhatian padanya. Namun sama sekali tidak berhasil membuat Bomi terkejut. “Dan setelah apa yang gue ucapin tadi, apa lo masih akan tetap memilih bersama Himchan atau sebaliknya?”
        Bomi masih bungkam. Sesekali ia melirik Himchan untuk sekedar meminta bantuan dari cowok itu.
        “Jawab!” pekik Yookyung tidak sabar.
        Himchan akhirnya bergerak. Ia menarik lengan Yookyung hingga cewek itu berdiri menghadap padanya. Namun tatapan Himchan justru jatuh pada Bomi. “Lo udah tahu kan, kalau gue punya pacar lebih dari satu?”
        Bomi mengangguk dengan tatapan polos. Tentu saja karena memang ia mengetahui semua itu. Dan hal tersebut justru membuat Yookyung terkejut.
        Dengan sedikit kasar, Himchan melepaskan tangan Yookyung. “Lo pikir gue nggak tahu kelakuan lo tanpa gue?” desisnya.
        “Oh, jadi lo lebih milih cewek ini dari pada gue?”
        Himchan berdecak, malas. “Pakai nanya,” cibirnya enggan membalas ucapan Yookyung sambil melangkah menjauh. Saat tiba di tempat Bomi berada, Himchan memutar pelan badan Bomi sambil merangkul cewek itu. Himchan memperkuat rangkulannya saat merasakan Bomi sedikit memberontak.

***

        Malam itu Namjoo masih berada di rumah Youngjae. Cewek itu menemui Zelo yang sudah menunggunya untuk makan malam bersama.
        “Gimana? Udah lebih baik?” tegur Zelo saat Namjoo sudah duduk bergabung dengannya di meja makan.
        Namjoo mengangguk pelan. “Makasih ya atas bantuan lo dan…”
        “Jongup udah pulang dari tadi.” Zelo menegaskan. Sudah jelas kalau yang Namjoo maksud adalah Jongup. “Kayaknya dia perhatian banget ke kakak. Apalagi pas pemakaman kakaknya Hayoung. Kalian udah kenal lama?” Zelo yang sibuk menyendokkan nasi ke sebuah piring kosong, sampai tidak menyadari perubahan raut wajah Namjoo saat ia menyindir kedekatan cewek itu ke salah satu teman sekelasnya tersebut.
Namjoo masih bungkam.
“Ketemu di mana?” lanjut Zelo meski pertanyaan sebelumya sama sekali belum direspon oleh Namjoo.
“Kelab malam.”
        Mendengar jawaban Namjoo, membuat Zelo mendongak cepat. Ia ingin memastikan kebenaran ucapan cewek itu. “Kelab malam?” serunya. Setelah Namjoo mengangguk sebagai tanda ia membenarkan pertanyaan Zelo, cowok itu kembali berujar. “Ngapain Jongup ada di sana?”
        “Dia kerja. Katanya sih buat gantiin kamera temennya yang dia rusakin.”
        Zelo menjatuhkan sendok nasi yang sedang dipegangnya untuk menyendokkan makanan tersebut. “Dia nggak cerita kamera siapa yang dirusakin?”
        Kali ini Namjoo menatap Zelo penuh tanya. “Emangnya lo nggak tahu? Bukannya kalian temen sekelas. Berita itu mungkin aja cepet tersebar di sekolah.”
        “Ya udahlah nggak usah dibahas. Mungkin gue yang sedikit ketinggalan berita.” Zelo mengalihkan pikiran Namjoo. Benar-benar tidak ingin membahas masalah Jongup yang sukses membuatnya merasa cukup bersalah. “Hmm.. besok pergi ke acara resepsi kakaknya Hayoung sama siapa? Kalo misalnya sendiri, pergi sama gue aja, Kak.”

***

        “Lo baru pulang?”
        Jongup menghentikan kegiatannya yang ingin membuka pintu pagar rumah. Di belakangnya, Himchan menghentikan motor di tengah jalan antara rumahnya dan rumah Bomi. Jelas saja Himchan tadi bertanya seperti itu karena Jongup sudah meninggalkan rumah sakit sejak masih siang.
        “Kayaknya tadi siang Mba Bomi mau ngomong sesuatu, deh.” Jongup tidak menghiraukan teguran kakaknya.
        Himchan melirik penuh minat ke arah Bomi yang sudah berdiri di sampingnya. Ia juga menangkap maksud ucapan Jongup. Kejadian saat di kamar G.Na. “Ikut ke rumah dulu,” seru Himchan. Ia lalu memutarkan motor menuju rumahnya. Dan tanpa harus merasa terpaksa, Bomi akhirnya menyusul dua adik-kakak tersebut ke dalam rumah mereka.
        “Malam-malam begini gue bikini teh hangat kayaknya enak.” Bomi meletakkan tas karton yang ia bawa dari toko pakaian Hayoung tadi di atas sofa ruang tamu.
        Jongup sudah lebih dulu menghempaskan tubuh ke sofa. Sementara Himchan menyempatkan diri ke kamarnya untuk berganti pakaian setelah Bomi sudah melesat menuju dapur.
        Setelah beberapa menit, Himchan sudah memunculkan diri di ruang tamu dan sudah berganti pakaian. Menyusul kemudian Bomi muncul dengan nampan berisi 3 gelas teh hangat. Cewek itu menjatuhkan tubuh di samping Himchan. Tepat saat cowok itu sedang melihat undangan yang tadi diletakkan Jongup ke atas meja. Sementara Jongup sendiri tampak baru muncul dari kamar G.Na.
        “Gue pulang telat karena nemuin Ilhoon. Dia nitipin undangan-undangan itu ke gue,” jelas Jongup yang memilih duduk di sofa berbeda dengan Himchan dan Bomi.
        Himchan memeriksa nama-nama yang tertera sebagai tamu undangan. Yongguk, Daehyun, G.Na, Jongup dan Bomi. Saat Himchan menemukan undangan atas nama Bomi, ia langsung saja memberikannya pada cewek di sampingnya tersebut.
        “Setelah Ilhoon pulang, gue ketemu seseorang lagi.” Jongup sempat memberi jeda sesaat pada ucapannya. “Singkatnya, cewek itu akhirnya ngebawa gue ke rumah Zelo.”
        Mendengar nama Zelo disebut, membuat Himchan menoleh. Menatap penuh minat pada adik bungsunya itu. Namun itu justru membuat Jongup menjadi salah tingkah.
        Jongup tampak menggaruk keningnya sambil memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan sesuatu pada Himchan, dan juga Bomi tentunya. Tidak mungkin ia menceritakan tentang Namjoo. Tiba-tiba, Jongup jadi teringat tentang potongan kue tar yang tidak sengaja pernah ia dan Zelo bawa ke sekolah. Dan yang membingungkan adalah tulisan yang terbawa oleh mereka membentuk nama ‘Youngjae’.
        “Gue nemuin foto yang sama persis kayak gini.” Jongup memaksa diri memberikan foto usang yang sempat sedikit ia sembunyikan tadi.
        Himchan berusaha mengendalikan diri untuk tidak terlalu merasa terkejut saat melihat foto pemberian Jongup. “Zelo ngomong apa aja ke lo?” desaknya tanpa sadar.
        Jongup menggeleng. “Zelo nggak tahu apa-apa. Dia cuma bilang, kalau yang nyimpen foto itu kakaknya. Tapi kakaknya Zelo itu lagi ke luar kota. Jadi, gue nggak bisa dapet informasi apa-apa tentang itu.”
        Bomi menggenggam tangan Himchan yang memegang foto karena tangan cowok itu bergerak seakan ingin meremas foto di tangannya. “Gue tahu kalian kecewa. Tapi nyokap kalian harus melewati masa-masa paling sulit dihidupnya.”
        “Harusnya ibu berbagi kesedihan ke anak-anaknya.”
        Bomi menatap Himchan, lembut. Berusaha menenangkan pemuda itu. “Tante G.Na udah nyesalin perbuatannya, kok.” Bomi merebut foto di tangan Himchan. Ia juga sempat melirik Jongup dan mengisyaratkan agar cowok itu berpindah duduk ke sampingnya. “Ini pasti mengejutkan. Tapi kalian akhirnya memang harus tahu.” Bomi menunjuk gambar seorang pria dalam foto tersebut. “Ini ayah kalian. Jang Hyunseung.”
        Jongup menjadi yang paling bersemangat melihat foto tersebut. Itu adalah hal yang sangat ia inginkan sejak lama. Namun berbeda dengan Himchan. Ia sulit mengekspresikan diri saat menatap Bomi dari jarak sedekat ini. Ternyata Himchan justru lebih memperhatikan Bomi. Bukan foto yang berada di tangan cewek itu.
        Bomi menghela napas, berat. “Tante G.Na punya masa lalu dengan seorang pria. Lalu setelah adik kalian, Junhong, lahir. Terjadi sebuah bencana untung rumah tangga orang tua kalian. Junhong bukan anak kandung Om Hyunseung. Pria mana yang bisa terima jika istrinya…”
        Jongup merangkul Bomi dan mengusap pundak cewek itu yang tampak tidak sanggup lagi melanjutkan ucapannya. Di sisi lain, Himchan hanya mampu mengepalkan tangan melihat perlakuan Jongup pada Bomi. Himchan sendiri juga tidak bisa untuk menyingkirkan tangan Jongup dari pundak Bomi.
        “Apa akhirnya ayah menceraikan ibu?” Jongup tidak bisa menahan rasa penasarannya.
        Bomi mengangguk lemah. “Singkatnya seperti itu. Lalu Om Hyunseung pergi dan hanya sempat membawa Youngjae yang sedang sendiri karena harus di rawat di rumah sakit. Sementara Junghong juga di bawa pergi oleh seseorang beberapa hari setelah lahir. Dan tante G.Na meyakini bahwa itu adalah perbuatan ayah kandung Junhong.”
        “Jadi, ibu udah cerita semua ke lo?” tanya Himchan yang sama sekali tidak merubah posisinya. Sontak membuat Bomi menoleh dan membuat wajah mereka begitu dekat.
        “Mas!” pekikan suara Jongup membuyarnya semuanya. Himchan dan Bomi terhindar dari suasana canggung antara mereka. Jongup sendiri tampak tidak menyadari yang terjadi dengan Bomi dan kakaknya tersebut. “Apa jangan-jangan, ayah udah nikah lagi. Terus mereka punya anak. Dan itu Zelo?” seru Jongup berspekulasi sangat jauh.
        Bomi juga tentu terbawa suasana penasaran dengan ucapan Jongup. Karena hal tersebut bisa saja terjadi. Namun nyatanya, Himchan justru menggeleng tegas.
        “Bokapnya Zelo beda sama orang di foto itu,” kata Himchan akhirnya.
        Sedetik kemudian, semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Terutama Bomi yang mendadak terbayang Youngjae dan Daehyun. Keduanya kerap kali terlibat suasana panas sejak SMA. Sementara Jongup masih membayangkan jika ia dan Zelo bersaudara. Tapi berakhir dengan Jongup menggeleng kuat untuk menolak kenyataan tersebut.
        Berbeda dengan Himchan. Ia lalu terbayang saat ia bertemu ibunya di dalam kamar rawat Youngjae. Tatapan wanita itu begitu hangat. Jika memang benar Youngjae adalah anak G.Na yang hilang, berarti wanita itu benar-benar sudah menemukannya.
        “Apa ibu udah tahu tentang keberadaan Youngjae?” Himchan bertanya dengan tatapan kosong ke depan.
        “Sama sekali belum tahu,” jawab Bomi. Hal tersebut sekaligus menegaskan kalau ia memang benar-benar telah tahu semua hal tentang masa lalu keluarga G.Na.
        Kali ini Himchan menoleh tegas ke arah Bomi. Apa yang ia lihat berbeda dari kenyataannya. Saat itu G.Na benar-benar menatap Youngjae dengan penuh perasaan. “Apa itu yang disebut naluri seorang ibu?”
        “Kayaknya kalian perlu istirahat. Mas Yongguk bakal butuhin bantuan kalian untuk acara pernikahannya. Lebih baik gue pulang dulu.” Bomi berdiri dengan sebelumnya menyesap teh yang ia buat. “Dan jangan lupa tehnya diabisin.”
        Jongup dan Himchan hanya menatap kepergian Bomi dari tempat mereka berada. Lalu kemudian, Jongup juga tampak berdiri sambil membawa gelas teh miliknya. Meninggalkan Himchan sendiri di sana. Mata Himchan pun akhirnya menangkap tas karton yang di bawa Bomi dari toko pakaian milik Hayoung tadi.

***

Beberapa hari kemudian. Kediaman keluarga Himchan tampak sepi. Hanya tersisa pemuda itu di sana. Ia sudah bersiap dengan pakaiannya yang dibeli di toko pakaian keluarga Hayoung. Saat menatap pantulan wajahnya dicermin, Himchan teringat dengan ucapan Hayoung saat di sekolah kemarin.

Flashback…
        Himchan mendongak cepat saat ada seseorang meletakkan tangan di atas mejanya. Bukan sekedar meletakkan tangan, orang tersebut ternyata meninggalkan selembar kertas. Saat mendongak, Himchan mendapati Hayoung di depannya.
        “Itu tagihan belanja Pak Himchan kemarin,” jelas Hayoung yang mengerti maksud tatapan Himchan padanya.
        Himchan mengangguk mengerti. Ia kemudian tampak mengeluarkan dompetnya. Tentu berniat melunasi pakaian yang dibelinya.
        “Termasuk punya Mba-Mba yang dateng sama Bapak kemarin.”
        Mendengar itu, Himchan mendongak cepat. Hayoung tampak tidak ingin tahu apapun alasan Himchan. Yang ia inginkan hanya Himchan melunasi kewajibannya.
        “Bapak kan yang ngajak Mba itu ke toko aku. Kan nggak lucu juga kalau Bapak nyuruh pacarnya bayar sendiri.”
        Himchan mendesah, pasrah. Mau tidak mau ia harus membayar semuanya. Melihat ekspresi Himchan tersebut, Hayoung tersenyum puas. Itu untuk menyembunyikan ekspresi sebenarnya yang tengah menertawai Himchan.
        Hayoung pun tentu langsung menerima uang pemberian Himchan. “Senang berbisnis dengan Bapak. Dan ini bonusnya.” Ternyata Hayoung mempersiapkan sesuatu lagi untuk Himchan. Foto cowok itu bersama Bomi saat mencoba pakaian di toko Hayoung. “Cepet nikah ya, Pak.” Hayoung langsung melesat pergi setelah berucap seperti itu sebelum Himchan sempat menahannya karena mengerjai gurunya sendiri.
Flashback end…

        Himchan membuka laci salah satu meja belajar di sana. Ternyata cowok itu menyimpan fotonya bersama Bomi di sana. Melihat foto tersebut, tanpa sadar membuat bibir guru tampan itu terangkat hingga membentuk sebuah senyuman tipis. Kemudian Himchan menoleh ke samping dan menyambar sebuah tas karton. Ia membawa benda itu ke luar kamar.
        Setelah memastikan semua pintu telah terkunci, Himchan kemudian menuju rumah Bomi. Himchan bahkan sudah tidak canggung untuk langsung menerobos masuh hingga pintu utama. “Bom, lo udah siap?”
        Tidak ada yang menjawab teriakan Himchan. Namun Bomi ternyata memunculkan diri. Cewek itu juga telah rapi dengan dress merah muda yang membalut tubuhnya.
        “Kok Mas Himchan masih di rumah?” Bomi bertanya dengan tatapan heran.
        Himchan tidak langsung merespon. Ia harus mengendalikan dari keterpanaannya melihat Bomi sore itu. “Ini.” Himchan menyodorkan paksa tas karton di tangannya. “Karena ini udah gue bayar lunas, jadi lo harus pakai ke acaranya Mas Yongguk. Nggak ada penolakan.”
        Belum sempat Bomi mengeluarkan sepatah katapun, Himchan sudah lebih dulu memaksa Bomi untuk kembali masuk ke dalam. Tentu maksudnya untuk Bomi mengganti pakaiannya. Dan Himchan benar-benar tidak ingin ada penolakan dalam bentuk apapun.
        “Nggak pakai lama! Taksi kita udah dateng!” teriak Himchan memperingati.

***

        Lift tersebut berhenti di lantai 7. Doojoon yang berada di dalamnya, segera melesat ke luar saat pintu lift terbuka. Pria tersebut tampak cukup tergesa-gesa. Dengan cepat Doojoon melangkahkan kaki menelusuri koridor dan berhenti tepat di depan sebuah pintu kamar yang terletak paling ujung.
        Doojoon menekan rangkaian tombol dengan tidak sabar. Ia lalu menerobos masuk tanpa memeriksa keadaan di dalam terlebih dulu.
        “Akh! Om Doojoon!” jerit Youngjae yang dengan kalap menarik sprei tempat tidurnya untuk menutupi tubuh. Kehadiran Doojoon yang sangat tiba-tiba sukses membuat cowok itu panik. Belum lagi kondisi Youngjae yang baru saja selesai mandi. Saat Doojoon datang, ia masih hanya mengenakan sebuah boxer. Dan yang ia tahu, Doojoon sedang tidak berada di kota tersebut.
        “Kamu udah pulang?” Doojoon justru melemparkan pertanyaan. Dan sama sekali tidak terpengaruh dengan kondisi Youngjae saat ia datang. “Harusnya kan kamu…”
        “Kerjaan aku udah selesai semua, Om.” Youngjae sedikit menyelak ucapan Doojoon.
        Doojoon menutup pintu di belakangnya dan melangkah masuk tanpa melepaskan tatapan curiga pada keponakannya itu. “Semua?” serunya menegaskan dan hanya dijawab anggukan oleh Youngjae. “Kamu mau pergi, ya? Ke mana?”
        Youngjae menoleh ke arah sebuah kursi tempat ia meletakkan pakaian bersih yang rencananya ingin ia kenakanan nanti. Dan bisa dipastikan Doojoon sudah menyadari hal tersebut. Youngjae belum mengatakan apa-apa. Sementara Doojoon mengarah ke sebuah nakas kecil dan mengambil sebuah dokumen yang berada di atas sana.
        Seteleh memeriksa isi dokumen tersebut, Doojoon melirik ke tempat Youngjae berada. Cowok itu tampak resah di tempat ia berdiri sejak tadi.
        “Tapi nanti malam aku langsung balik lagi ke sini kok, Om.” Buru-buru Youngjae seperti memberi janji bahwa ia akan tetap bertanggung jawab atas pekerjaan yang dibebankan Doojoon padanya.
        “Lusa kamu ke Jogja aja. Om pikir kamu bisa lebih berkreasi di sana. Ada acara fashion besar. Dan itu juga salah satu proyek terbaru kita.”
        Sesaat Youngjae seakan tidak bisa berkata apa-apa. “Aku pikir perusahaan kita cuma…”
        Doojoon mengangkat tangannya sebagai tanda agar Youngjae tidak perlu pusing-pusing memikirkan hal tersebut. “Mendingan kamu siap-siap aja. Nggak enak kan kalau Eun Ji kelamaan nunggu,” goda Doojoon.
        Youngjae meneguk ludahnya. Lagi-lagi ucapan Doojoon sukses mengejutkannya. “Kok Om bisa tahu?” seru Youngjae dengan nada pelan.
        “Asal tebak.” Ucapan polos Doojoon kali ini membuat Youngjae mendesah, sedikit kesal karena seperti dipermainkan omnya sendiri.

***

        Yongguk tercengang melihat sosok wanita di depannya. Jelas ia terpesona. Wanita itu terbalut gaun pernikahan yang cantik. Namun wajah wanita itu menyiratkan sebuah beban besar. Wanita itu Chorong. Ia dan Yongguk akan segera melaksanakan resepsi pernikahan mereka. Yongguk sendiri juga sudah siap dengan stelan jas yang membuatnya terlihat sangat tampan dan gagah.
        Dengan langkah pasti, pemuda itu melangkah masuk seiring dengan dua orang yang merias Chorong mulai menyingkir. Yongguk melingkarkan tangannya ke pinggang Chorong yang berdiri di depan cermin.
        “Apa yang bikin kamu masih terasa terbebani dengan pernikahan kita?” bisik Yongguk. Pemuda itu juga tampak meletakkan dagunya di atas pundak Chorong. “Ini udah takdirku dan takdirmu. Takdir kita berdua yang harus kita terima. Kita tetap ditakdirkan berjodoh, meski harus ada Changsub dulu yang sedikit memberikan cerita pahit.”
        Suasana hening langsung menguasai mereka. Yongguk dan Chorong bahkan tidak menyadari jika sudah ada dua orang yang mengawasi keduanya.
        “Mereka bikin ngiri aja,” seru Naeun gemas. Suara cewek itu membuat Yongguk dan Chorong menoleh dan terkekeh bersamaan.
        “Kalau kalian masih mau di sini, berarti aku sama Naeun ya yang gantiin kalian di luar?” cetus Daehyun seenaknya.
        “Enak aja,” sergah Yongguk tidak terima, namun dengan nada bercanda. Tentu ia tidak ingin merusak pestanya sendiri malam ini. Yongguk menarik lembut tangan Chorong. Tapi istrinya tersebut seperti menahannya. Yongguk menoleh untuk memastikan keadaan Chorong. “Kenapa nggak mau aku gandeng? Minta digendong, ya?” serunya asal. “Akh!”
        Chorong menunjukkan tatapan tajam sekaligus memberikan sebuah cubitan keras di pinggang Yongguk hingga membuat cowok itu meringis kesakitan. Hal tersebut ia lakukan karena ternyata Daehyun dan Naeun belum benar-benar pergi dari sana.

***

        Suasana ramai sudah terasa di sebuah gedung tempat Chorong dan Yongguk menggelar resepsi pernikahan mereka. Sesekali Yongguk tampak merangkul Chorong. Itu dilakukannya untuk sekedar mengingatkan Chorong bahwa ini adalah hari bahagia mereka.
        Deretan tamu undangan sudah berbaris cukup panjang untuk memberikan ucapan selamat kepada pasangan yang sedang berbahagia. Terlihat pula diantara para tamu, Junhyung bersama istri dan anak laki-lakinya, Ilhoon. Mereka baru saja tiba.
Saat Hyuna dan Ilhoon ingin melangkah menuju pelaminan, Junhyung justru menghalangi mereka. “Kakakmu sudah sampai mana?” seru Junhyung. Tentu ia tujukan kepada Ilhoon.
        Ilhoon sempat sedikit memutar bola matanya. Sedikit malas menghadapi ayahnya jika sedang membahas masalah Eun Ji. Belum lagi kakaknya itu memang belum ada di tengah-tengah mereka. “Kak Eun Ji kan lagi nyobain baju pengantin, Pa.”
        “Bukannya itu udah beberapa hari lalu?”
        Hyuna menyentuh lengan Junhyung agar suaminya itu bisa sedikit lebih tenang. “Pa, udahlah. Eun Ji pasti ingin yang terbaik untuk hari bahagianya.”
        Ilhoon sendiri bisa langsung bernapas lega karena Junhyung tampak lebih tenang setelah mendengar ucapan Hyuna. Namun kelegaan Ilhoon hanya bertahan sesaat.
        “Setelah ini cepat kamu hubungin Eun Ji. Sudah sampai di mana dia?” Junhyung sempat memerintahkan Ilhoon sebelum akhirnya merangkul Hyuna untuk ikut bersamanya.
        Ilhoon menghembuskan napas sekeras-kerasnya. Dan disaat yang hampir bersamaan, terlihat Jongup menghampiri cowok itu.
        “Hoon!” seru Jongup menepuk pelan pundah Ilhoon. Namun itu cukup untuk membuat Ilhoon sedikit terkejut.
        “Eh, Jong!”
        “Kenapa, lo?”
        “Biasalah. Yang mau nikah kakak gue, tapi yang ribet semuanya.”
        Jongup terkekeh kecil mendengar curhatan dadakan Ilhoon. Ia lalu berinisiatif untuk merangkul Ilhoon, atau sekedar menghibur teman yang ia kenal di klub malam tersebut. “Mendingan kita makan aja dulu. Nanti lo gue temenin ketemu Mas Yongguk sama Mba Chorong.” Jongup membawa Ilhoon ke arah yang berlawanan.
        Setelah berbalik, Ilhoon menahan Jongup untuk berhenti. Ia melihat sososk Namjoo di sana. Datang bersama Zelo. Dan yang paling merasa senang melihat kedatangan cewek itu tentu saja Jongup. Jongup bahkan tidak menyadari jika Hayoung berada didekatnya.
        “Gue ngiri sama mereka. Serasi banget.”
        Jongup hanya tersenyum tipis saat mendengar suara Hayoung di sana. “Nggak usah cemburu. Zelo sama Namjoo nggak punya hubungan khusus apapun selain bertetangga.” Dengan bangganya  Jongup berujar. Membuat Ilhoon yang kini terkekeh karenanya.
        “Lo beneran jatuh cinta sama Kak Namjoo?” ledek Ilhoon yang bicara tepat ditelinga Jongup. Entah apa yang membuatnya menangkap seperti itu.
        Namun nyatanya berbeda dengan apa yang dipikirkan Jongup. Hayoung bukan sedang membicarakan Zelo. Tapi Himchan dan Bomi yang muncul dengan pakaian mereka yang sangat kompak.
        Namjoo dan Zelo sudah melangkah semakin dekat dengan tempat Jongup berada sekarang. Namjoo dan Jongup saling melempar senyum. Meski demikian, Namjoo juga menyempatkan menyapa Ilhoon. Tapi tidak halnya dengan Zelo. Cowok tinggi itu menenggelamkan ke dua tangannya ke dalam saku celana. Menatap tak suka ke arah Hayoung yang entah sengaja atau tidak, pergi dari samping Jongup. Tepat saat Zelo benar-benar sudah semakin dekat dengan mereka.
        Berbeda juga dengan ekspresi Ilhoon saat ini. Dengan sedikit panik, Ilhoon menoleh ke belakang. Tepat saat Junhyung dan Hyuna sudah turun dari pelaminan dan berjalan ke arahnya. Kemudian Ilhoon membalikkan badan lagi. Di pintu masuk, ia melihat Eun Ji datang bersama Peniel.
        “Cari penyakit nih kakak gue!” pekik Ilhoon membuat heran orang-orang disekitarnya. Lalu secepat mungkin Ilhoon melesat ke tempat Eun Ji dan Peniel berada. Menghadang dua orang tersebut sebelum Junhyung memergoki mereka. “Sorry, kalian nggak bisa masuk berdua.”
        “Ilhoon!” Eun Ji sedikit meneriaki adiknya itu. “Apa-apaan, sih! Lo ngagetin aja!”
        “Kakak mendingan masuk ke dalemnya sendirian aja. Papa bisa ngamuk kalau liat kakak dateng sama Mas Peniel!”
        Peniel menepuk pelan pundak ke dua kakak-adik tersebut. “Gue ngerti posisi kalian, kok. Bagus Ilhoon ngingetin lagi.”
        “Terus?” Eun Ji meminta pertimbangan.
        “Kalau Eun Ji sama gue, nggak masalah dong?”
        Ilhoon, Eun Ji, bahkan Peniel sontak menoleh bersamaan karena tiba-tiba ada seseorang yang menyelak pembicaraan mereka. Seorang cowok dengan penampilan cukup sedikit berantakan. Karena sepertinya cowok itu datang dengan tergesa-gesa ke sana.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar