Jumat, 04 April 2014

BLUE FLAME BAND 2 (part 15)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
·        Choi Sulli (F(x))
·        Lee Sungmin (Super Junior)
·        Cha Hackyeon ‘N’ (VIXX)
Genre               : romance
Length              : part

***

        “Waah… kau sudah sadar?”
        Hye Ra buru-buru menoleh dan mendapati Sulli mendekat sambil membawakan nampan makanan. “Sejak kapan aku di sini?” tanya Hye Ra yang baru menyadari dirinya berada di rumah sakit. “Dan siapa yang membawaku?”
        “Hackyeon.” Sulli menggenggam tangan Hye Ra. “Tapi kau tenang saja. Dia tidak akan mengatakan apapun pada Minhyuk tentang kondisimu saat ini.”
        Mendengar itu, Hye Ra bernapas lega. Namun ia masih tetap menatap Sulli penuh arti. “Apa kau sudah tau kalau aku dan Yong Hwa….”
        Belum selesai Hye Ra berbicara, Sulli sudah lebih dulu menganggukkan kepalanya. “Dan aku tidak mempermasalahkan itu.”
        “Tapi hubungan kami hanya sebatas itu. Aku nyaman bersama Yong Hwa seperti saat aku bersama oppaku, Minho.” Hye Ra merasa sedikit tak enak hati pada Sulli. Terlebih gadis itu yang kini merawatnya secara pribadi di rumah sakit.
        Sulli tampak berubah canggung. “Aku percaya kalian tidak akan menjalin hubungan lagi seperti dulu. Apalagi, ada dua pemuda yang sangat mencintaimu saat ini.”
        Hye Ra membulatkan mata, tepat ketika Sulli sudah lebih dulu melepaskan pandangannya terhadap Hye Ra.
        “Yong Hwa memang meminta bantuanku untuk menjagamu. Dan aku yakin itu semua dia lakukan untuk menjaga perasaanku juga daripada dia yang menjagamu secara langsung.”
        Pergerakan dari genggaman tangan Hye Ra membuat Sulli menoleh padanya. “Jadi… kau Sulli kekasih Minhyuk?”
        Sulli tidak menjawab apapun. Namun untuk Hye Ra, itu sudah cukup memberikannya sebuah jawaban.
        “Sulli, maaf. Aku juga tidak bermaksud mendekati Minhyuk…”
        “Kenapa kau harus meminta maaf?” Sulli memotong ucapan Hye Ra dengan penuh penekanan agar Hye Ra berhenti merasa bersalah. “Aku tau kau dan Minhyuk sudah cukup lama hilang komunikasi. Dan aku yakin, pertemuan kalian setelah aku sudah bersama Yong Hwa oppa.”
        Hye Ra tidak berkata apa-apa lagi setelah itu. Namun tatapannya pada Sulli belum berubah.
        “Ku mohon berhenti merasa bersalah,” ujar Sulli. “Karena setidaknya, sudah tidak ada rahasia lagi antara kau dan Yong Hwa oppa padaku.”
        Hye Ra menarik lengan Sulli lalu memeluk gadis itu. “Aku senang bisa bertemu denganmu. Dan aku sangat berterima kasih untuk itu.”
        Sulli menjauhkan tubuh mereka. Ia tersenyum tulus pada Hye Ra. “Jangan sungkan untuk datang padaku. Kau dan Yong Hwa oppa sudah seperti saudara. Dan sudah sepantasnya juga aku memperlakukan hal yang sama padamu.”
        Perlahan, Hye Ra pun mengukir senyuman pada wajah pucatnya.
        “Sekarang kau istirahat, nanti aku akan segera kembali. Dan mulai saat ini juga, kau berada dalam pengawasanku,” ujar Sulli seperti mengancam namun jelas itu hanya gurauannya hingga membuat Hye Ra terkekeh pelan.

***

        “Setelah ini, jangan coba merebutku dari Joon. Dan aku juga tidak sudi bicara padamu sebelum Joon mau memaafkanku.”
        Perkataan Hye Ra yang seperti itu masih terputar jelas di telinga Minhyuk. Semua ucapan itu bahkan nyaris tak pernah hilang dari pikirannya meski hanya sesaat. Bisa dipastikan, hubungan gadis itu dengan Joon memang dalam kondisi yang kurang baik. Sementara tangan pemuda itu mencengkeram erat sebuah majalah dengan wajah para member ‘Blue Flame’ yang menghiasi bagian cover-nya.
        Pintu utama apartmen Joon tempat Minhyuk saat ini berada, terdengar terbuka. Bisa dipastikan itu Joon karena caranya membuka pintu sangat berbeda dengan Hyorin.
        Minhyuk buru-buru berdiri sambil melempar majalah di tangannya kesembarang tempat. Namun ia tidak ingin repot-repot untuk membalikkan badannya.
“Masalahmu denganku, hyung. Jadi, kau tidak perlu menyiksa Hye Ra seperti itu.”
Mendengar itu, Joon tersenyum meremehkan. “Dia mengatakan apa saja padamu?” tantangnya.
        Minhyuk sedikit menolehkan kepalanya, namun tidak sampai menangkap sosok Joon dalam matanya. “Apa harus menunggu Hye Ra bercerita dulu untuk aku bisa mengetahui masalahnya?” Minhyuk balas menantang.
        Joon tidak ingin langsung menjawab. Ia melangkah lebih dalam sambil melempar jaketnya ke sandaran sofa terdekat. Lalu berhenti tepat di belakang Minhyuk dengan sofa yang membatasi mereka.
        “Sebenarnya aku tidak ingin mengakui ini.” Joon sempat memberikan jeda dalam kalimatnya. “Tapi, aku sadar. Darah lebih kental dari pada air. Kita mencintai gadis yang sama. Dan itu semua di luar kendali kita berdua.”
        Minhyuk masih diam di tempat ia berdiri saat ini.
        “Jujur ku akui. Aku tidak akan sanggup melawanmu. Tapi, aku juga tidak ingin melepaskan Hye Ra begitu saja. Karena itu, sekarang terserah apapun caramu untuk mengalahkanku.”
        Kali ini giliran Minhyuk tersenyum meremehkan. Meski Joon tidak bisa melihat itu. “Apa kau sudah memikirkan dengan baik semua keputusanmu? Itu sama saja kau memberikan peluang secara cuma-cuma padaku.”
        Joon menghela napasnya, kasar. “Awal pertemuanku dengannya bukan dalam keadaan yang baik. Namun takdirlah yang mempersatukan kami.” Joon sempat diam sesaat sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya. “Kebersamaan kami membuatku belajar banyak hal. Hye Ra melepaskan cintanya untuk Doojoon. Dan Yong Hwa juga melepaskan cintanya untuk Hye Ra.”
        Joon memejamkam matanya sesaat. Sementara tangannya mengepal kuat. Bukan ingin membalas pukulan Minhyuk padanya waktu itu. Tapi, Joon hanya berusaha mengendalikan perasaannya saat ini.
        Senyuman-senyuman Hye Ra. Sikap menyebalkan gadis itu. Ekspresi polosnya saat tertidur. Bahkah kepanikannya saat mengkhawatirkan Joon. Semuanya terekam jelas dalam hati dan pikiran Joon. Dan rasanya lebih menyakitkan melepaskan itu semua dari pada saat ia merelakan Yoona untuk Minho dulu.
        “Jika kau bisa membahagiakan Hye Ra lebih dari diriku…” Joon menggantungkan ucapannya sesaat. “Aku akan berusaha melepasnya untukmu.”
        Minhyuk sudah ingin tersenyum mendengar ucapan Joon. Namun terasa sedikit berat. Seperti ada yang menahannya melakukan itu.
        “Tapi jika yang terjadi justru sebaliknya….” Joon membuat Minhyuk menahan napas. “Siapkan pernikahan kami.” Setelah berujar seperti itu, Joon berbalik dan melesat masuk ke dalam kamarnya.
        Sebuah kalimat singkat, namun penuh dengan makna terpendam. Dan tentu saja itu sebuah kalimat yang paling menyakitkan untuk Minhyuk.

***

        “Hye Ra…” seru Sulli dengan riang. Ia bahkan menggoda Hye Ra dengan mengintip gadis itu dari balik pintu.
        Hye Ra terkekeh pelan menanggapi sikap lucu gadis itu. “Sini…” desaknya agar Sulli segera masuk dan menemuinya.
        Sulli tersenyum sambil menutup pintu di belakangnya. “Oh, iya. Yong Hwa oppa sudah menemuimu?” tanyanya sambil duduk di tepi tempat tidur Hye Ra. Jika sudah bersama gadis itu, Sulli akan benar-benar mencopot semua hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Ia akan bersikap lebih santai selayaknya memperlakukan teman, bukan pasien.
        Mendengar nama Yong Hwa disebut, Hye Ra langsung merubah ekspresinya menjadi sedikit terkesan enggan membahas pemuda itu. “Kekasihmu itu menyebalkan sekali tadi,” ujarnya kesal. “Lihat itu,” seru Hye Ra sambil melirik sesuatu dari sudut matanya.
        Sulli mengikuti arah pandangan Hye Ra dan menemukan sebuket bunga di atas meja. Kini ia menatap prihatin ke arah Hye Ra. “Kau benar. Harusnya Yong Hwa oppa membawakanmu buah atau roti.”
        Hye Ra tampak menahan tawanya mendengar ucapan Sulli. “Apa selama ini Yong Hwa tidak pernah bersikap romantis padamu?” Hye Ra justru melemparkan sebuah pertanyaan.
        Sementara Sulli menatap Hye Ra dengan tatapan polos. “Aku tidak tau hal apa yang menurutku romantis dari sikap Yong Hwa oppa.”
        “Cepat ambil,” seru Hye Ra dan terdengar sedikit memerintah. “Bunga itu untukmu dari Yong Hwa.”
        “Benarkah?” ujar Sulli untuk memastikan. Wajahnya juga tampak sedikit berbinar menanggapi hal tersebut.
        Sementara Sulli menghampiri bunga untuknya, Hye Ra menggembungkan pipi. “Membuatku iri saja.” Namun kekesalan gadis itu langsun teralih karena sebuah pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Dari salah satu rekannya sesama desainer. Jiyeon.

        Kita mendapat proyek besar dari salah satu band terkenal. Mereka akan mengenakan pakaian kita. Nanti sore kita bertemu mereka untuk melakukan pengukuran jam 4 di studio.   
     
      Hye Ra membaca pesan itu secara sembunyi-sembunyi sambil mengawasi keberadaan Sulli. Ia tidak ingin gadis itu mengetahuinya.

***

        Ke lima pemuda tampan dari ‘Blue Flame’ terlihat mendatangi sebuah studio. Tentu saja Sungmin juga ikut terlibat di sana. Mereka direncanakan untuk bertemu dengan para desainer-desainer muda yang akan membantu membuatkan kostum untuk salah satu ‘Video Musik’ mereka nantinya.
        “Kenapa kau baru datang? Kita harus melakukan briefing dulu karena melibatkan band besar. Ayo cepat ke atas!”
        Beberapa member ‘Blue Flame’ sempat menoleh ke arah sumber suara. Namun ke dua gadis yang terlibat sudah lebih dulu berjalan ke arah yang berlawanan dengan mereka.
Joon tampak paling menatap lekat gadis yang sedikit lebih pendek dari gadis di sebelahnya. Perasaannya mencurigai sesuatu. Terlebih gadis tadi membawa sebuah file yang cukup familiar di mata Joon.
“Joon!” tegur Nichkhun untuk mengingatkan Joon karena pintu lift sudah lebih dulu terbuka.
        Setelah ke enam pemuda itu menghilang dari balik lift, gadis yang tadi dicurigai Joon menoleh ke belakang. Gadis itu adalah Hye Ra.
        “Kita akan segera bertemu mereka nanti,” seru gadis bersama Hye Ra tadi. Ia bahkan sampai menggamit lengan Hye Ra.
        “Jiyeon!” seru Hye Ra yang bahkan membuat langkah mereka berdua terhenti. “Kenapa tak bilang jika kita akan bekerja sama dengan ‘Blue Flame’?”
        Gadis bernama Jiyeon tersebut justru menatap Hye Ra bingung. “Bukankah seharusnya kau senang? Aku hanya ingin memberikanmu kejutan karena aku tau kau sangat menyukai ‘Blue Flame’.” Jiyeon berujar dengan cukup semangat. Namun semangat itu tidak berimbas pada Hye Ra.
Masalahnya, hubungan Hye Ra dengan Joon sedang tidak dalam kondisi baik. Setidaknya Hye Ra hanya tidak ingin menambah kekacauan jika harus bertemu Joon sebelum pemuda itu memaafkannya. Tapi Jiyeon seakan tidak membiarkan Hye Ra menghindar.

***

        “Hye Ra tidak bersamaku. Bukankah seharusnya dia masih di rumah sakit?”
        Minhyuk menghentikan gerakan tangannya yang menyusuri deretan album-album music di hadapannya saat mendengar suara seseorang di belakangnya. Saat ini ia sedang berada di sebuah toko kaset untuk mencari album terbaru ‘Blue Flame’.
        “Bagaimana bisa dia tidak ada di kamarnya? Kau bilang dia belum diperbolehkan pulang.”
        Merasa orang di belakangnya seperti akan bergerak, Minhyuk sontak membalikkan badan dan secara tidak langsung juga menghalangi langkah orang tersebut. Hackyeon.
        “Kau?” gumam Hackyeon dengan nada panik.
        Minhyuk menatap Hackyeon seakan menuntut penjelasan atas apa yang ia dengar. “Hye Ra dirawat? Di mana? Tempat Sulli bekerja?” tanya Minhyuk dengan nada datar. Sebenarnya pertanyaan itu hanya untuk memastikan maksud ucapan Hackyeon. Minhyuk sudah hampir sepenuhnya bisa menebak suasana.
        “Minhyuk, maaf. Bukan kemauanku untuk tidak mengabarimu.” Dan ucapan Hackyeon tersebut sudah mewakili semua pertanyaan Minhyuk. “Kau mau ke mana?” tanya Hackyeon karena Minhyuk langsung melesat pergi.

***

        Di ruangan tersebut ‘Blue Flame’ berada. Masing-masing dari mereka bersama seorang gadis yang bertugas untuk melakukan pengukuran untuk kostum yang akan ‘Blue Flame’ kenakan. Namun tersisa Joon yang memilih duduk di ujung ruangan karena masih menunggu desainer yang akan mengurusinya.
        Tak lama, pintu ruangan tampak terbuka dan memunculkan Jiyeon di baliknya. Jiyeon langsung disambut oleh Sungmin. Namun Sungmin terlihat cukup terkejut dengan seseorang yang datang bersama Jiyeon tersebut.
        “Kau sakit?” tanya Sungmin untuk Hye Ra tentunya. Tapi ia tidak mengenali gadis itu.
        Jiyeon yang bingung dengan pertanyaan Sungmin, langsung menoleh ke belakang. Sontak saja Jiyeon sedikit terkejut mendapati Hye Ra yang sudah mengenakan masker dan kacamata. “Sejak kapan kau menggunakan…”
        “Maaf, aku tiba-tiba flu.” Hye Ra segera menyelak ucapan Jiyeon.
        Jiyeon sendiri sudah hampir membuka mulut, namun Sungmin sudah lebih dulu mencegahnya. “Kau bisa langsung temui Lee Joon saja. Dia di sana.” Sungmin bahkan menunjukkan posisi Joon berada saat itu.
        Hye Ra hanya mengangguk sebelum akhirnya melangkah. Gadis itu hanya mampu tertunduk untuk menutupi penyamarannya. Ia bahkan hanya sempat mengangguk sekilas saat berpapasan dengan Siwan.
        “Hati-hati dengan Joon,” canda Siwan.
        “Hyung! Jangan menggoda terus. Ingat Soo In,” tandas Luhan yang saat itu bahkan berada di posisi yang cukup jauh dari tempat Siwan berada. Namun sukses sedikit mencairkan suasana.
        Hanya Joon yang tidak terpengaruh dengan candaan Siwan atau Luhan. Dan saat Hye Ra sudah berada dalam jarak beberapa meter darinya, Joon lebih dulu berdiri sambil melepaskan jaketnya untuk membantu mempermudah pekerjaan gadis itu.
        Hye Ra tidak berniat untuk menyapa atau sekedar basa-basi atas keterlambatannya. Sementara Joon sendiri juga hanya diam. Namun Joon mengawasi lekat-lekat gadis itu. Tidak salah lagi, gadis itu yang ia lihat di lantai bawah tadi.
        Hye Ra mencengkeram sebuah meteran di tangannya saat ia menatap punggung kekar milik Joon hanya hanya dilapisi sebuah kaos putih polos. Tubuh pemuda yang sangat dirindukannya.
        Joon sempat menolehkan wajahnya, namun tidak sampai menatap Hye Ra yang berdiri tepat di belakangnya. “Kenapa diam?” tegurnya.
        Hye Ra hanya mengangguk sekilas. Dan tanpa bicara, mulai melakukan tugasnya. Namun kembali ada sesuatu yang menghambatnya. Hye Ra kembali diam. Ia bahkan tidak sadar jika Joon mengawasinya dari sebuah cermin kecil di atas meja.
        Joon sendiri sudah tampak tidak sabar dengan sikap Hye Ra. Pemuda itu lalu membalikkan badan sambil menahan ke dua tangan Hye Ra yang sedang bekerja. Ia menatap Hye Ra seakan berkata bahwa ia tidak bisa dibohongi dengan penyamaran gadis itu.
        “Joon!” seru Doojoon dari kejauhan yang kebetulan sedang mengarahkan tatapan ke tempat Joon berada. Hampir semua orang di sana langsung menoleh ke tempat Joon bersama Hye Ra karena teriakan Doojoon.
        Sementara Hye Ra sendiri tampak berusaha melepaskan tangan Joon dari tangannya. Namun ia sama sekali tak melepaskan pandangan dari wajah tampan Joon yang sangat ia rindukan.
        Joon menarik salah satu tangan Hye Ra ke depan wajah gadis itu. Sebuah cincin yang melingkar di sana seolah menjadi ‘tanda’ antara mereka. Kebetulan Joon juga mengenakan cincin di tangan itu.
        Sungmin tampak sudah hampir melangkah. “Joon…”
        Joon langsung saja menarik tubuh Hye Ra ke dalam pelukannya tempat sebelum Sungmin bisa melanjutkan ucapannya. “Kau tidak bisa membohongi keberadaanmu dariku,” bisik Joon.

***

        Sulli berusaha mengimbangi langkah Minhyuk dan Hackyeon di depannya. Mereka bertiga sudah berada di gedung studio tempat Joon dan ‘Blue Flame’ berada. Tujuan mereka tentu saja untuk menemui Hye Ra. Terlihat jelas dari ponsel Hye Ra yang berada di tangan Sulli. Gadis itu meninggalkannya sebelum kabur dari rumah sakit. Dan bisa dipastikan, keberadaan Hye Ra dapat langsung terlacak.
        Minhyuk tampak melesat paling depan. Saat tiba di depan sebuah pintu, Minhyuk langsung menerobos masuk karena sekilas ia memang sempat melihat sosok Sungmin dari sebuah jendela kecil pada daun pintu.
        Tentu saja kehadiran Minhyuk, Hackyeon dan Sulli memberikan sebuah kejutan untuk orang-orang yang berada di dalam. Namun mereka bertiga juga mendapat kejutan setimpal. Terutama untuk Minhyuk karena kedatangan mereka tepat ketika Joon masih dalam keadaan memeluk Hye Ra.
        Sementara Sulli langsung menatap ke tempat Jiyeon berada. “Aku kehilangan seorang pasienku di sini,” kata Sulli dengan sedikit terbata.
        Tanpa ingin menatap Minhyuk, Joon melepaskan pelukannya. Dilihatnya Hye Ra yang hanya bisa tertunduk. Joon membuka masker yang menutupi sebagian wajah Hye Ra hingga ia bisa melihat rona pucat di sana. Itu menandakan bahwa yang dimaksud ‘pasien’ oleh Sulli adalah Hye Ra.
        Joon melirik ke tempat Minhyuk berada. Adiknya itu justru memandang lurus ke arah Hye Ra dengan tatapan khawatir. Lalu tanpa berkata-kata lagi, Joon menyambar jaketnya dan segera melangkah pergi dari sana.
        “Joon!” seru Nichkhun berusaha mencegah kepergian Joon.
        “Samakan saja ukuran pakaianku dengan Siwan.” Hanya itu jawaban Joon tanpa menghentikan langkah sedetik pun. Ia bahkan seperti tidak mengenali sosok Minhyuk di sana dan tetap berlalu begitu saja. Joon juga tampak tidak menyadari siapa pemuda yang baru saja ia tabrak bahunya saat melewati pintu.
        Doojoon berinisiatif mendekat ke tempat Hye Ra berada. Sementara yang lain tidak ada yang berani bergerak. Termasuk para desainer di sana yang hanya diam mematung karena mereka memang tidak tahu apa-apa.
        Hye Ra sudah hampir ambruk jika Doojoon tidak sigap menahan tubuhnya. Di saat Minhyuk melangkah mendekat, Doojoon justru melempat tatapan tajam untuk pemuda yang berdiri paling dekat dengan pintu. Yong Hwa.
        Merasa ada sesuatu masalah yang rumit di sana, Sungmin mengambil keputusan untuk menyuruh Jiyeon membawa rekan-rekannya meninggalkan ruangan tersebut.
        “Apa kau juga terlibat di sini?” desis Doojoon untuk Yong Hwa tentunya saat hanya menyisakan mereka, Minhyuk, Sulli, Hackyeon, Nichkhun, Luhan, Siwan serta Sungmin juga yang harus tetap mengawasi anggotanya meski masalah yang terjadi saat ini adalah masalah pribadi.
        Yong Hwa membalas tatapan Doojoon sama tajamnya. “Jika memang iya, aku tidak akan melibatkan Sulli juga di sini.” Tampak ia tidak ingin begitu saja disalahkan.
        Minhyuk yang tidak ingin ambil pusing dengan perdebatan antara Yong Hwa dengan Doojoon, lebih memilih mendekati Hye Ra. Ia sudah ingin meraih tangan gadis itu, namun Hye Ra sudah lebih dulu menepis tangan Minhyuk sambil menatap tajam pemuda itu.
        “Harus berapa kali kubilang…”
        Minhyuk memotong ucapan Hye Ra. “Sampai kapan?”
        “Tapi Joon kakak kandungmu. Apa kau tidak bisa mengalah padanya?” seru Hye Ra dengan nada tinggi. Gadis itu sudah hampir menangis, namun masih ia tahan kuat-kuat.
        “Jika sikapnya tidak seperti tadi, mungkin aku bisa mempertimbangkannya! Tapi apa yang baru saja Changsun hyung lakukan?”
        “Kau hanya tidak tau apa tujuan Joonie hyung melakukan itu!” Luhan yang merespon ucapan Minhyuk tersebut. Untuk masalah yang ini ia memang cukup tahu banyak.
        “Biarkan Hye Ra pulang.”
Semua mata menoleh pada Yong Hwa yang tadi berbicara. Yong Hwa bahkan sudah melangkah. Namun Doojoon buru-buru merangkul pundak Hye Ra dengan tatapan yang menegaskan kalau ia benar-benar menolak usulan Yong Hwa tadi.
        Yong Hwa tampak tersenyum meremehkan. Di luar dugaan, ia juga turut menarik dengan lembut tangan Sulli. “Kondisinya sudah tidak seperti dulu. Kau tidak perlu khawatir.”
        Seakan mengerti maksud ucapan Yong Hwa, Sulli tampak mengulurkan tangan untuk mengajak Hye Ra pulang bersamanya. Tidak sampai ada penolakan dari Hye Ra untuk menyetujui ajakan Sulli tadi.
        “Kau!” seru Yong Hwa saat merasakan Minhyuk berniat melangkah. “Jangan temui Hye Ra dulu,” desisnya tajam.

***

        Joon menjawab panggilan dari Luhan. Tepat sesaat setelah ia masuk ke dalam mobilnya. Joon menghela napas, berat. “Minhyuk yang sudah lebih dulu mengenal Hye Ra. Dia mungkin tahu lebih banyak tentang Hye Ra. Jika memang ia bisa lebih membahagiakan Hye Ra dari pada aku…” Joon tampak berat menlanjutkan ucapannya. “Aku hanya ingin melihat Hye Ra bahagia. Kau pasti mengerti maksudku.”
        “Kau yakin, hyung?” Terdengar suara Luhan merespon.
        Cukup lama Joon terdiam. Ia melirik kaca spion mobilnya dari balik jendela yang tertutup penuh. Di sana Joon melihat bayangan sosok Hye Ra yang berjalan bersama Sulli. Sementara Yong Hwa mengikuti mereka dari belakang. Joon juga sempat menangkap sosok Hye Ra yang tengah menatapnya. Gadis itu seakan tahu kalau Joon tengah melihat ke arahnya.
        “Mari kita bertemu di dorm setelah ini. Tapi yang pasti, kau jangan dulu melepaskan Hye Ra begitu saja. Jangan pernah melakukan itu!” tegas Luhan melalui telepon.
        Tanpa berkata-kata lagi, Joon mematikan sambungan teleponnya dengan Luhan. Belum sempat Joon menyalakan mesin mobil, seseorang mengetuk jendela mobil Joon. Joon sendiri langsung menuruti untuk ke luar dari mobilnya tanpa ada rasa curiga.
        “Kalian…” Sontak saja tubuh Joon terasa melemas. Ia tidak tahu jika salah seorang yang berdiri di belakangnya membekap hidung Joon menggunakan sapu tangan yang sudah ditetesi sesuatu hingga membuat Joon pingsan.
        “Cepat bawa Joon masuk,” seru salah satu dari mereka. Yang lain seakan menuruti lalu membuka pintu mobil Joon.


***

1 komentar:

  1. Ayo dong Joon jangan menyerah gtu ajah.. kau tidak ingat berapa besar pengorbananmu untuk memperjuangkan Hye Ra?? Ingattt.. itu buruh proses dan waktu yang lama dan cukup panjang.. jadi jangan menyerah dengan membiarkan Minhyuk adik kandungmu sendiri diberi harapan..

    Joon di culik?? Di culik siapa??

    BalasHapus