Jumat, 25 April 2014

FC LOVE (chapter 12)



Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        B2ST/Beast Lee Gikwang
·        Infinite Lee Howon (Hoya)
·        SNSD Im Yoona
Support cast     :
·        Other member B2ST/Beast, Infinite and SNSD
·        Yong Hwa, Lee Jonghyun CN Blue
·        Siwan Ze:a
·        Jonghyun, Minho and other member Shinee
·        Member Super Junior, A-Pink, F(X)
Genre               : romance, family, friendship
Length              : chapter

***

        “Yoon! Yoona!”
        Mendengar teriakan dari luar rumah, Yoona buru-buru melesat pergi. Tak peduli suara keras Lee Jonghyun yang meneriaki namanya. Lee Jonghyun bahkan sempat melirik Doojoon, namun cowok itu hanya mengangkat bahu lalu menyusul Yoona ke depan. Sementara di luar rumah, tampak Eun Ji menunggu Yoona dengan sedikit gelisah.
        “Ada apaan, Ji?” tanya Yoona ikut panik melihat Eun Ji.
        “Yoon, bokapnya Hoya meninggal. Sekarang kita ke rumahnya, yuk.”
        Tanpa berpikir dua kali, Yoona langsung mengangguk. Saat berbalik, ia mendapati Doojoon bersama Lee Jonghyun yang sudah berada di sana mengawasinya.
        “Yoona mau ke luar dulu,” pamit cewek itu. Setelah Doojoon mengangguk, ia melesat ke dalam. Dan tidak lama kemudian kembali ke luar sambil mengenakan jaket dan menenteng kunci motornya. “Ayo, Ji!”

***

        Sungmin membawa Gikwang menyingkir dari depan kamar rawat Siwon. “Kamu sadar, siapa wanita yang kamu peluk tadi?” desis Sungmin dengan nada tajam. Saat kembali bertemu dengan mantan istrinya tersebut, entah mengapa pria itu justru sama sekali nggak menginginkan Gikwang untuk bertemu dengan Ga In.
        “Aku aja baru tadi ketemu,” jawab Gikwang seadanya.
        “Terus kenapa kamu mau dipeluk sama dia?” Lagi, Sungmin seakan menunjukkan ketidak sukaannya. Namun Gikwang sama sekali tidak menyadari hal tersebut.
Cowok itu terdiam tanpa bisa membalas ucapan ayahnya.
        “Papa peringatin sama kamu, jangan menemui wanita tadi lagi.”
        “Emangnya kenapa?” Gikwang mengerutkan kening. Bingung dengan permintaan ayahnya yang di luar dugaan. “Lagian, aku juga nggak kenal kok, Pa. Kemungkinannya kecil kalo ketemu lagi sama ibu-ibu tadi.”
        Sungmin menghela napas, berat. “Papa cuma nggak nyangka kamu bisa ketemu sama dia di sini.”

***

        “Itu Yoseob,” seru Yoona pada Eun Ji saat ia melihat salah satu teman sekelasnya berada di ujung koridor rumah sakit.
Yoseob di sana bersama Sungyeol dan Dongwoon juga menemani Howon yang sedang berduka. Mereka duduk di sebuah kursi panjang. Sementara Minho duduk di seberang mereka dan tampak membantu menenangkan Sulli dibantu pula oleh Tiffany.
        Eun Ji tampak berusaha sekuat tenaga menghampiri Howon. Cowok itu kini tampak mengeluarkan air mata. “Hoya,” ujarnya pelan.
        Mendengar namanya disebut, Howon mendongak. Namun tatapannya justru jatuh pada sosok Yoona yang lebih memilih menghampiri Minho. Cewek itu tak canggung memeluk Minho sebagai ungkapan belasungkawa darinya. Sama seperti Howon, Minho juga masih mengenakan seragam sepakbolanya.
        “Yang sabar ya,” kata Yoona pada Minho yang dibalas anggukan oleh cowok itu. Yoona juga sempat memeluk Sulli. Sementara untuk Tiffany, mereka hanya saling tatap. Cewek itu juga tidak tampak cemburu saat Yoona memeluk Minho karena ke duanya memang menjadi teman dekat saat Tiffany dan Minho berpacaran.
        Ditempatnya berada, Howon sama sekali nggak merespon Eun Ji sedikit pun. Dan hanya Sungyeol yang menepuk-nepuk pelan pundak Eun Ji agar cewek itu tidak terlalu ambil pusing dengan sikap Howon. Eun Ji hanya mengangguk mengerti.
        “Jadi kamu mau misahin Gikwang dengan ibu kandungnya?” Suara Ga In yang berdiri didekat persimpangan koridor sukses menyita perhatian semua pasang mata di sana. Tak terkecuali.

***

        “Emangnya dia siapa, Pa?”
        “Sudahlah, kamu nggak perlu tau. Lebih baik kita pulang sebelum kamu ketemu ladi sama wanita tadi.”
        Gikwang hanya mampu menuruti ucapan Sungmin tanpa bisa membantahnya. Mereka siap berbalik, namun sudah ada Ga In yang menghalangi langkah ke duanya.
        “Jadi kamu mau misahin Gikwang dengan ibu kandungnya?” tanya Ga In dengan nada sedih bercampur kecewa. Di sisi lain, ia juga tengah dalam keadaan berduka.
        Sungmin dan Gikwang sontak saling melempar tatapan. Gikwang tampak melebarkan mata tanda ia cukup terkejut sambil menuntut penjelasan dari ucapan Ga In. Sementara Sungmin hanya ingin mengawasi perubahan raut wajah anaknya.
        Sungmin menarik Gikwang agar berdiri sedikit di belakangnya seperti ingin melindungi anaknya dari orang jahat. Tentu saja maksud Sungmin adalah dari seorang Ga In, mantan istrinya yang ia curigai kemungkinan besar ingin merebut Gikwang darinya.
“Bukannya selama ini kamu yang nggak menginginkan kehadiran Gikwang? Lalu kamu mau apa lagi sekarang? Gikwang sudah cukup menderita selama ini. Dan aku harap kalian nggak akan pernah lagi bertemu setelah ini,” seru Sungmin panjang lebar. Sebuah peringatan yang sekaligus tersirat ancaman di dalamnya.
        Sungmin tampak menarik tangan Gikwang agar ikut pergi bersamanya. Namun Ga In juga tak kalah cepat dengan menyambar sisi lain tangan Gikwang. Sementara Howon juga sudah memegangi ke dua pundak Ga In, tapi tatapannya justru jatuh pada Gikwang.
        Hal yang sangat teringat jelas oleh Gikwang adalah saat melihat Howon berboncengan sepeda dengan Yoona. Dan mengingat kembali hal tersebut justru membuat Gikwang menjadi sedikit kesal dengan Howon. Belum lagi, akhirnya Gikwang menemukan sosok Yoona juga sudah berada di sana.
        “Lepas!” tegas Sungmin yang bahkan sampai melepaskan tangan Ga In dari tangan Gikwang dengan sedikit paksaan. Gikwang sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.
        “Hei, Pak! Tolong jangan kasar dengan perempuan!” protes Howon yang nggak terima melihat ibunya disakiti.
        “Hoya, jangan!” cegah Ga In karena Howon seperti ingin menghampiri Sungmin.
        Sungmin menatap Howon yang menurutnya cukup kurang ajar. Namun sama sekali nggak bisa ia luapkan secara lepas emosinya itu. Ia kini hanya mampu melirik Ga In dengan tatapan meremehkan. “Ajarin anak kamu sopan santun!” desisnya tajam.
        “Yoon,” gumam Gikwang yang masih belum melepaskan tatapan dari Yoona. Cewek itu juga berdiri tak jauh di belakang Ga In dan Howon.
        “Gikwang, ayo!” Kali ini Sungmin benar-benar menyeret Gikwang untuk pergi dari sana.
        “Nanti gue telpon deh,” kata Gikwang akhirnya karena ia nggak mungkin melawan perintah ayahnya meski sebenarnya ada hal yang sangat ingin ia tanyakan pada cewek itu.
        Yoona hanya sempat mengangguk sebagai jawabannya karena Gikwang sudah lebih dulu dibawa pergi oleh Sungmin. Tepat di samping Yoona, Sulli melirik cewek itu dengan tatapan iri. Sejak pertama kali bertemu di UKS sekolahnya, Sulli memang tampak menyukai Gikwang. Namun belum ada satu pun yang mengetahui hal tersebut.
        Nggak lama kemudian, seorang dokter menghampiri Ga In. Melihat itu, Minho langsung berinisiatif menghampiri dan meminta Tiffany untuk menjaga Sulli.

***

        Sungmin membawa Gikwang langsung pulang ke apartmen yang mereka tempati sekarang. Dan tanpa berbicara apa-apa lagi, Sungmin segera melesat menuju kamarnya. Gikwang sendiri langsung berusaha mencegak ayahnya untuk masuk ke dalam kamar.
        “Kali ini aku biarin Papa nenangin diri. Tapi besok pagi, aku menuntut penjelasan dari Papa tentang semuanya,” ujar Gikwang yang sedetik kemudian mendahului Sungmin untuk masuk ke dalam kamarnya yang tepat bersebelahan dengan kamar Sungmin.
        Sungmin sendiri sama sekali nggak merespon ucapan Gikwang dalam bentuk apa pun. Ia hanya menatap punggung putranya yang kini menghilang di balik pintu. Sungmin menghela napasnya, kasar. Tidak menyangka bahwa Gikwang ternyata juga berada di rumah sakit tempat Siwon dirawat sebelum meninggal.
        Pria itu masuk ke dalam kamarnya dan menghempaskan tubuh ke atas kasur. Pikirannya kembali melayang saat berada di rumah sakit tadi. Yang sedang menggelayuti pikiran Sungmin saat ini justru bukanlah masalah Gikwang yang bertemu Ga In. Tapi tentang Howon. Dengan jelas Ga In memanggilnya dengan nama ‘Hoya’. Sebuah nama yang dulu ingin ia berikan untuk Gikwang dan akhirnya menjadi nama panggilan untuk Howon.
        Belum lagi dengan tatapan Howon padanya tadi. Meski Howon juga menunjukkan ketidaksukaannya, entah mengapa Sungmin justru tak bisa membencinya.
        “Kenapa akhirnya hatiku meyakini kalau Hoya bukan anak Ga In dengan Siwon,” gumam Sungmin. Memang awalnya ia menyangka jika anak bernama Hoya itu mungkin adalah anak dari pernikahan Ga In dengan Siwon. Tapi kini semuanya berubah.

***

        Seulong tampak mendorong kursi roda yang ditempati Siwan ke tepi lapangan. Ia memang ada jadwal melatih hari ini. Dan berhubung Siwan juga sudah diperbolehkan ke luar dari rumah sakit, Seulong akhirnya membawa pemuda yang ternyata anak kandungnya itu untuk menemaninya ke stadion.
        Siwan sendiri tampak antusias menerima ajakan Seulong. Meski nggak bisa dipungkiri kalau hati kecilnya ingin menjerit melawan takdir. Ia sudah tidak bisa bermain sepakbola lagi seperti dulu. Harusnya ia marah karena dibawa ke tempat yang bisa menyakiti hatinya, namun cowok itu tentu saja tidak bisa melakukannya. Siwan kini terhanyut dalam cara melatih seorang Im Seulong.
        “Kalo nggak salah, om Seulong kan pelatih idolanya Gikwang. Tapi, gue nggak nyangka kalau itu bener-bener bokapnya Doojoon. Gue dulu jarang-jarang banget sih ketemunya. Dan sekarang ternyata bokap kandung gue juga.”
        Cowok itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan membuka fitur kamera. Ia memotret Seulong yang sedang berkonsentrasi memberikan materi latihan anak didiknya di klub sepakbola ‘Locket Boys’.
“Bisa buat pamer ke Gikwang, nih,” seru Siwan sambil terkekeh menertawai ide jahilnya. Namun kegiatannya sedikit terganggu karena sebuah panggilan dari Doojoon. “Kenapa, Jun?” seru Siwan.

***

        Gikwang membuka pintu kamarnya. Semalam ia tertidur sampai pagi. Ia kemudian melangkah menuju dapur. Tangannya terjulur ke atas meja makan dan membuka tudung saji. Tersedia sepiring nasi goreng di sana dan segelas susu.
        “Tumben papa pagi-pagi nyempetin sibuk di dapur,” gumam Gikwang sedikit heran. Namun ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Terselip sebuah kertas di bawah gelas. Gikwang buru-buru menyambarnya.

Papa ada urusan ke Surabaya. Mungkin selama seminggu. Itu sarapan untuk kamu. Jaga diri baik-baik. Dan tolong jangan temui wanita itu dulu sebelum papa pulang.

        Gikwang berdecak kesal membaca surat itu. “Masalah itu lagi yang di bahas.” Cowok itu masih berdiri di sana. Ia tampak mengacak-acak rambutnya. “Papa kan emang punya rencana ke Surabaya. Ternyata berangkat hari ini.”
Kemudian tatapan Gikwang jatuh pada jendela di dapur yang mengarah ke luar gedung apartmen. Baju milik Howon masih menggantung di sana. Memang belum sempat ia pindahkan sejak kemarin.
        Gikwang lalu melirik lagi kertas di tangannya. Dan tolong jangan temui wanita itu dulu sebelum papa pulang. Kalimat terakhir itu seperti menyimpan sebuah makna dibaliknya.
        “Apa artinya papa bakal ngijinin gue ketemu orang itu kalau papa udah pulang?”

***

        Eun Ji menyambar pashminanya dan siap bergegas menghadiri upacara pemakaman Siwon. Namun, belum sempat ia meraih kunci mobilnya, sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya. Mau tidak mau, Eun Ji memeriksa ponselnya terlebih dulu. Kontak dengan nama Kibum yang menelponnya.
        “Kenapa, Bum?” tanya Eun Ji tanpa ada rasa antusias sedikit pun.
        “Ji, sorry kalo gue ganggu. Naeun masuk rumah sakit lagi. Bisa tolong lo ke sini. Lo tau sendiri, kan? Naeun cuma mau sama lo.”
        Eun Ji merasakan jantungnya mencelos. Kibum, mantan kekasihnya. Itu alasan terbesar Howon sedikit menjaga jarak dengan Eun Ji. Namun tidak ada yang tau pasti kenapa Eun Ji tidak bisa benar-benar melepaskan diri dari baying-bayang seorang Kibum.
        Eun Ji mengepalkan tangannya untuk menguatkan diri menghadapi Kibum. Yang membuatnya lemah seperti ini memang bukanlah Kibum. Tapi seorang gadis bernama Naeun yang juga adik kandung Kibum. Ia dan Naeun sangat dekat. Bahkan Naeun sudah menganggap Eun Ji seperti kakaknya sendiri. Eun Ji pun mengganggap hal yang sama. Terlebih, mereka juga seumuran.

***

        “Bukannya dia janji mau nelpon gue,” gumam Yoona pelan. Beberapa kali ia tampak memeriksa ponselnya. Yoona seperti menunggu kabar dari seseorang.
        “Upacara pemakaman udah mau selesai. Tapi si Eun Ji masih belum bisa dihubungin juga. Gimana, nih?”
        Mendengar suara Sungyeol di dekatnya, Yoona sontak mendongak. Ia berdiri sejajar dengan posisi Howon berdiri. Meski di depannya berdiri beberapa orang, namun bisa dipastikan Howon dapat melihat keberadaannya. Dan dibalik kacamata hitamnya, Howon tak melepaskan pandangan pada Yoona.
        “Kemaren dia balik duluan, ya?” tanya Yoseob.
        “Gue jadi kasian sama Eun Ji. Kesannya Hoya jadi ngegantungin dia,” timpal Sungyeol.
        “Hoyanya juga, sih? Pake naksir cewek lain,” kata Dongwoon yang sukses mendapat cubitan kecil dipinggangnya dari Yosoeb. “Sakit, Seob!” serunya tak terima.
        Yoseob tampak memberikan tatapan membunuh untuk Dongwoon. Sungyeol bahkan sampai mengawasi keberadaan Yoona yang memang nggak jauh dari tempat mereka berada. Dan Dongwoon sendiri baru menyadari jika cewek yang ia maksud tadi ada di depannya sekarang. Padahal kemarin Eun Ji dan Yoona datang bersama ke rumah sakit.

***

        Ponsel  Yong Hwa mengeluarkan suara keras. Sementara sang pemilik, tampak mengulurkan tangannya dari balik selimut. Berusaha menyampar ponselnya yang tergeletak di atas kasur.
        “Siapa sih yang berani ganggu gue di hari libur gini?” kesal Yong Hwa. Namun saat melihat nama ‘Myungsoo’ yang tertera di layar, cowok itu mengerutkan kening. “Tumben nih anak,” komentarnya tepat sebelum menjawab panggilan dari adik salah satu sahabatnya tersebut.
        “Bang Yong Hwa…!” seru Myungsoo penuh semangat. Ia sendiri sedang berada di dalam kamar sebuah rumah sakit.
        Sontak saja Yong Hwa menjauhkan ponsel dari dekat telinganya karena suara keras Myungsoo tadi. “Apaan sih, Myung?” protesnya.
        Myungsoo tampak mengawasi Sunggyu yang kini terbaring di atas kasur rumah sakit tersebut. “Bang Sunggyu mencret-mencret. Sekarang lagi gue bawa ke rumah sakit.”
        “Heh! Bahasanya yang enak, kek. Bilang kalo gue kena sembelit parah. Bukan mencret-mencret!” Sunggyu melancarkan protes keras.
Sementara Myungsoo hanya memutar bola matanya, malas menanggapi reaksi Sunggyu yang menurutnya berlebihan. “Sama aja!”
        Sunggyu tampak berusaha menatap Myungsoo dengan tatapan tajam. Namun kondisi yang sangat tidak mendukung. Sunggyu justru semakin meremas perutnya. “Akh!” jerit Sunggyu yang sontak saja segera bangkit lalu melesat masuk ke dalam kamar mandi.
        Myungsoo sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kakaknya itu. “Ya udah. Kalo bisa tolong dateng ya, Bang. Ajakin Bang Gikwang sama Bang Jonghyun juga. Soalnya gue tadi teleponin mereka nggak ada yang jawab.”
        “Oke, Myung,” seru Yong Hwa singkat sebelum mereka mengakhiri pembicaraan. Selanjutnya, Yong Hwa langsung mengiri dua temannya—Gikwang dan Jonghyun—sebuah pesan singkat.

Sunggyu masuk rumah sakit. Kalian tengokin duluan aja. Gue baru bisa ke luar kalo sepupu gue yang dari Surabaya itu udah dateng.

***

        Yoona masih saja menatap ponselnya dengan gusar. “Kok Gikwang masih belum telpon gue, sih?” keluhnya. Ia bahkan sedikit kurang memperhatikan jalannya upacara pemakaman Siwon.
        “Yoon, lu nggak mau pulang?” tegur Yoseob dengan suara pelan. Namun tepat di dekat telinga cewek itu hingga sukses membuat Yoona sedikit terkejut. Yoona bahkan sampai menoleh cepat. Dan ia baru menyadari bahwa orang-orang sudah mulai meninggalkan pemakaman.
        Yoona kembali melirik layar ponselnya yang masih hanya menampilkan foto dirinya bersama Doojoon sebagai wallpaper. Bahkan sebuah pesan pun tidak ada yang masuk. Yoona lalu mendongak dan mendapati Minho bersama Tiffany yang masih berjongkok di hadapan pusara Siwon. Mereka dalam posisi membelakangi Yoona. Sementara di depannya, Ga In juga masih berjongkok di sana bersama Sulli.

Flashback…
        Hujan masih menemani Gikwang dan Yoona yang terjebak di dalam sebuah halte. Mereka berbincang seru tentang kehidupan mereka.
        “Orang tua gue udah lama cerai. Gue bahkan nggak pernah tau gimana wajah nyokap gue. Soalnya bokap nggak pernah cerita. Bahkan nunjukin fotonya aja, nggak.” Gikwang tampak bercerita tentang keluarganya.
        “Kenapa lo nggak nyoba buat cari tahu?”
        Gikwang menghembuskan napas, berat. “Nggak tau lah, Yoon. Di mata gue, bokap udah bisa ngasih gue semuanya. Kasih sayang, dan sebagainya. Juga orang-orang di sekitar gue yang bikin gue nggak pernah ngerasa kesepian.”
Flashback end…

        Kali ini tatapan Yoona hanya jatuh pada Ga In. “Nyokapnya Hoya ngaku sebagai ibu kandungnya Gikwang? Berarti Gikwang sama Hoya….” Cewek itu nggak melanjutkan ucapannya karena perlahan matanya mengawah pada sosok Hoya yang masih berdiri tegak. Bahkan tatapan cowok itu seakan tak lepas dari dirinya.

***

        Dengan pakaian serba hitam, Eun Ji harusnya menghadiri pemakaman Siwon. Namun pada akhirnya, ia justru melesat menuju rumah sakit untuk menemui Naeun, adik dari mantan kekasihnya, Kibum. Cewek itu kini duduk seorang diri di depan kamar Naeun.
        “Antara aku dan Kibum sudah selesai. Tapi kenapa kamu masih nyuekin aku? Aku di sini untuk Naeun, bukan karena Kibum,” gumam Eun Ji dalam hati. Sementara matanya menatap lurus ke layar ponselnya yang terpajang wajah Howon.
        “Eun Ji? Lo bener Eun Ji, kan?” tegur seseorang yang sukses membuat Eun Ji mendongak padanya.
        “Myungsoo?” balas Eun Ji.
        Myungsoo tersenyum lega karena tebakannya benar. Ia lalu duduk di samping cewek itu. “Setelah lulus SMP waktu itu, gue udah nggak pernah liat lo lagi.”
        Eun Ji berusaha memaksakan mengukir senyuman untuk Myungsoo yang juga teman lamanya saat di SMP. “Kita kan udah beda sekolah, Myung.”
        Mendengar itu, Myungsoo tertawa canggung. “Oiya, lu ngapain di sini? Siapa yang sakit?” tanya Myungsoo akhirnya untuk sedikit mencairkan suasana.
        “Adenya mantan gue, Myung.”
        “Adenya mantan?” Myungsoo tampak mengulagi ucapan Eun Ji. “Kok bisa lo yang di sini?”
        “Gitu deh, Myung. Kita emang deket banget. Mungkin karena seumuran juda. Tadi Kibum sempet cerita, dia bilang adenya nge-drop karena pisah sama pacarnya. Dan seharusnya juga sekarang ini gue ada di pemakaman bokapnya cowok gue,” ujar Eun Ji dengan nada sendu. Ia benar-benar ingin berada di samping Howon.
        “Lah, gimana ceritanya? Kenapa lo nggak…” Myungsoo nggak melanjutkan ucapannya karena pintu kamar di dekat Eun Ji duduk terbuka dan memunculkan seorang cewek yang mengenakan pakaian pasien rumah sakit tersebut.
        “Kak Eun Ji,” ujar cewek itu.
        Myungsoo dan Eun Ji sama-sama menoleh, namun Myungsoo yang tampak paling terkejut. Ia bahkan sampai berdiri untuk memastikan penglihatanya. “Naeun? Jadi lo yang di…” Lagi-lagi Myungsoo kehilangan ucapannya.

***

        Minho, Ga In, Sulli, Tiffany, bahkan Howon mulai meninggalkan pusara Siwon. Yoseob, Sungyeol serta Dongwoon pun tampak membalikkan badan untuk persiap meninggalkan pemakaman. Yoona sendiri akhirnya menyusul setelah Howon hanya tinggal berjarak beberapa meter lagi dari sana.
        “Gue langsung nganter Tiffany pulang,” kata Minho saat melewati Yoona. “Lo mau sekalian? Gue denger cowok lo dateng ya?”
        “Yoona balik sama gue,” seru Howon yang bisa mendengar suara Minho saat saudara tirinya itu menawari diri untuk mengantar Yoona pulang.
        “Gue sendiri aja, Min.” Yoona terdengar bersuara. Dan secara tidak langsung, ia juga menolak tawaran Howon yang ingin mengantarnya pulang. Yoona lalu melirik Tiffany sambil berujar, “sampe ketemu besok di kelas.”
        Tiffany mengangguk cepat. “Hati-hati, Yoon.”
        Howon sempat berhenti sesaat tepat di depan Minho dan Tiffany. Sedetik kemudian, ia mempercepat langkah untuk mengejar Yoona. “Gue nggak akan ngebiarin lo pulang sendiri,” putus Howon. Tanpa sungkan, Howon meraih pergelangan tangan Yoona dan sedikit menarik paksa cewek itu agar ikut bersamanya.
        “Eh! Hoya!” protes Yoona.
        Minho dan Tiffany yang melihat itu, segera bergegas mengikuti ke duanya. “Adik tiri kamu pemaksa juga ya?” cibir Tiffany dengan memasang tampang waspada saat melirik Minho. Mereka tetap dalam posisi berjalan cepat mengejar Howon dan Yoona.
        Minho melirik tajam. “Maksud kamu?”
        Tiffany justru terkekeh geli melihat ekspresi wajah Minho. “Sebelas dua belas sama kamu.”

***

        Eun Ji bergegas sekuat tenaga belari ke tengah area pemakaman tempat Siwon di makamkan. Rasa haru di dadanya bercampur aduk. Antara senang dan menyesal. Senang karena setidaknya ia bisa menghadiri acara pemakaman tersebut. Dan menyesal karena datang terlambar. Mungkin jika bukan karena Myungsoo, ia masih terjebak di koridor rumah sakit menunggui Naeun.

Flashback…
        Myungsoo yang sudah lebih dulu berdiri, sama sekali tak melepaskan tatapannya untuk cewek bernama Naeun tersebut. “Lo bisa perki ke pemakaman bokapnya cowok lo itu. Dan gue yang akan ngegantiin lo nemenin Naeun di sini,” ujarnya tanpa sedikit pun mengalihkan tatapan pada Naeun.
        Eun Ji buru-buru berdiri. Ia hampir tidak percaya dengan ucapan Myungsoo tadi. “Tapi, Myung….”
        “Na,” ujar Myungsoo untuk Naeun. “Eun Ji punya kehidupan sendiri. Taemin pun sama. Dan begitu pula dengan lo. Biarin mereka menikmati hidup mereka masing-masing. Karena kini Eun Ji udah bersama orang lain, bukan dengan kakak lo lagi.”
        Eun Ji sedikit terperangah dengan semua ucapan Myungsoo. Tentu saja cowok itu sudah bisa menarik sedikit kesimpulan tentang apa yang terjadi pada Eun Ji saat itu.
        “Tapi gue sama Eun Ji sekarang temenan,” protes Naeun.
        “Kenapa, nih? Kenapa Naeun ke luar kamar?”
        Semua yang ada di sana menoleh ke arah sumber suara. Kibum datang bersama seorang cewek. Mereka bahkan bergandengan tangan. Dan itu menegaskan pada semuanya jika Kibum sudah memiliki kekasih.
        Karena tidak ada yang menjawab pertanyaan Kibum, Myungsoo berinisiatif untuk mengambil alih suasana. “Eun Ji bakal ke sini lagi jengukin lo sebagai seorang teman. Tapi sekarang, tolong kasih dia kesempatan ketemu sama pacaranya,” pinta Myungsoo sungguh-sungguh. Tentu saja pada Naeun.
        Naeun sempat melirik Kibum dan Eun Ji bergantian. Mereka memang sudah tidak terlihat seperti sepasang kekasih yang dulu Naeun tau. Dan akhirnya cewek itu melunak. “Tapi janji temuin gue lagi ya di sini?”
        Eun Ji mendongak dengan tatapan cerah. Itu artinya, ia bisa segera menemui Howon di pemakaman. Semoga saja acaranya belum berakhir.
Flashback end…

        Namun semuanya baru saja berakhir. Eun Ji bahkan menemukan Sungyeol, Yosoeb dan Dongwoon yang berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.
        “Maaf gue telat. Hoya mana?”
        Ke tiga teman dekat Howon tersebut saling melempar tatapan. Merek tidak ada yang berani menjawab dengan gamblang kondisi yang sebenarnya terjadi. Eun Ji sendiri tampak menunggu dengan sabar.
        “Hoya, lepas!”
Dan suara keras milik Yoona menjawab semuanya. Howon sedang menarik paksa lengan cewek itu. Meski Yoona terlihat memberontak, tetap saja membuat Eun Ji mencelos melihatnya.
        “Hoya…” gumam Eun Ji pelan. Bahkan nyaris terdengar seperti bisikan.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar