Minggu, 13 April 2014

PERFECT LOVE (chapter 9)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae,
  Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast     : A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo,
                          Hayoung), G.Na (Soloist), B2ST (Doojoon), BtoB
Genre               : romance, family, brothership
Length              : chapter

***

Flashback…
        Chorong menyodorkan selembar kertas yang terdapat bekas lipatan ke hadapan Eun Ji. Sebuah desain gaun pengantin. Eun Ji yang sangat mengenali gambar itu sebagai salah satu desainnya, tentu saja langsung menyambarnya.
        “Mba dapet ini dari mana?” desak Eun Ji.
        Chorong tak langsung menjawab. Matanya menatap Eun Ji namun dengan pandangan kosong. “Dari Namjoo. Kalau bisa, aku ingin yang itu saja. Jadi kita nggak perlu buang waktu lebih banyak.”
        Eun Ji sedikit melebarkan matanya. “Tapi…” Eun Ji menahan diri untuk mengatakan sesuatu. “Ini gaun pernikahan impian Namjoo,” gumam Eun Ji dengan suara pelan.
        “Kamu cuma perlu ngukur badanku. Setelah itu, kita selesai.”
        Chorong tampak berdiri, kemudian Eun Ji mengikuti wanita itu dan memulai pekerjaannya. Eun Ji melakukan pekerjaannya dalam diam karena Chorong yang memulai suasana dingin tersebut. Dan setelah semuanya selesai, tanpa diduga Chorong menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa lalu menangis di sana.
        Eun Ji yang panic melihatnya, langsung memeluk Chorong. “Mba kenapa?”
        “Kenapa harus Changsub! Kenapa bukan Yongguk!”
        Mendengar saura pilu Chorong yang bercampur tangis, Eun Ji semakin mengeratkan pelukannya. “Cowok tadi bukan seseorang yang kamu cintai?” tanya Eun Ji meski sebenarnya ia tidak ingin terkesan ikut campur dengan masalah Chorong.
        Perlahan Chorong menjauhkan tubuhnya. Eun Ji langsung menyodorkan tempat tissue ke hadapan Chorong. “Dikeluargaku, jika seorang perempuan belum menikah sampai usia 25 tahun, dia akan langsung dijodohkan. Aku memaksa Yongguk untuk menikahiku bukan karena egoku sendiri. Tapi karena keadaan. Jika tidak seperti ini, aku akan tetap menunggu Yongguk.”
        Eun Ji menggenggam ke dua tangan Chorong. “Maaf, boleh aku tau kenapa kekasihmu nggak mau kalian segera menikah?”
        “Yongguk udah nggak punya ayah. Dan dia punya tiga orang adik. Ibunya menjadi kurang perhatian pada mereka karena frustasi pernah kehilangan dua orang anaknya.”
        “Mirip cerita Daehyun,” gumam Eun Ji dalam hati.
        “Boleh aku minta tolong kamu?”
        Eun Ji mengangguk cepat. “Kalo bisa, pasti aku bantu.”
        “Tolong temuin Yongguk. Dan sampein rasa maaf aku sebesar-besarnya. Karena… nggak bisa menjadi kekasih yang baik buat dia. Aku bahkan akan menikah dengan cowok lain.” Chorong kembali terisak di sana. “Aku juga nggak akan sanggup kalo harus ngomong langsung ke Yongguk.”
Flashback end…

        Yongguk tampak mencengkeram gelasnya. Ia kini duduk berhadapan dengan Eun Ji di sebuah café. Eun Ji yang memang sengaja menemui Yongguk di Bank.
        “Mba Chorong nggak mau ngasih Mas Yongguk undangan. Karena dia nggak mau Mas ngeliat kesedihannya,” ujar Eun Ji.
        Yongguk terdengar menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia juga sempat memejamkan mata untuk mengendalikan perasaannya. “Harusnya Chorong mengatakan hal itu dari awal.”

***

        Sore itu, Himchan tampak sibuk dengan lembaran-lembaran tugas anak didiknya. Ia lebih suka menyelesaikan semuanya di rumah dari pada harus berlama-lama di sekolah. Himchan yang memilih ruang tamu untuk bekerja, sesekali melempar tatapannya ke luar jendela rumah yang bisa melihat langsung ke arah rumah Bomi.
        Merasa tidak ada tanda-tanda kehadiran atau aktivitas apapun yang dilakukan pemilik rumah itu, Himchan kembali sibuk dengan pekerjaannya. Beberapa saat kemudian, Himchan menerima sebuah pesan dari salah satu pacarnya, Gayoon.

        Nanti malem temenin aku jalan. Kita makan di resto.

        Himchan tampak mendengus membaca kalimat tersebut. “Padahal Bomi aja sering ke luar sama Jongup. Tapi mereka cuma beli wedang ronde aja, tuh.”

        Aku masih sibuk ngurusin nilai murid-muridku.

        Himchan membalas cepat pesan dari kekasihnya tersebut. Namun baru beberapa saat pesannya terkirim, sudah ada pesan lain yang masuk. Kali ini dari kekasihnya yang lain. Yookyung. Dengan isi yang nggak jauh berbeda seperti Gayoon tadi. Dan jawaban Himchan pun sama.
        Guru muda itu langsung menyingkirkan ponselnya jauh-jauh agar tidak terlalu mengganggunya. Himchan sempat menyesap kopinya yang sudah disediakan oleh Jongup tadi. Namun belum sempat ia menyentuh kertas tugas muridnya lagi, suara seseorang sudah menginterupsinya kembali.
        “Assalamu’alaikum… Daehyun!” teriak seseorang dari luar.
        “Bomi ngapain pake teriak segala, sih! Biasanya juga langsung nyelonong masuk,” cibir Himchan mengenai kebiasaan Bomi. Namun harusnya ia sadar, Bomi hampir selalu meneriaki namanya meski yang sebenarnya ingin ia temui bukanlah Himchan.
        “Daeh….” Ucapan cewek itu terpotong karena mendapati Himchan membuka pintu utama rumah tersebut. “Hmm… Mas Himchan, ya?” tebak cewek itu yang ternyata adalah Naeun.
        Himchan menatap datar ke tempat Naeun berada. “Oh, iya. Kamu cari Daehyun?” tanyanya basa-basi karena tebakannya kali ini salah. Cewek itu bukan Bomi seperti apa yang ia pikirkan tadi. Himchan juga sudah membukakan pagar untuk Naeun. “Saya panggilin Daehyun dulu, ya.”
        Naeun hanya mengangguk menanggapi ucapan Himchan tadi.

***

        “Hah! Mas Himchan!” pekik Jongup yang terkejut dengan kehadiran kakaknya di kelab tersebut. Ia yang ingin mengantarkan pesanan pelanggan, langsung kembali melesat masuk ke dalam. Jongup mendapati Himchan di meja bar.
        “Mas Himchan ngapain di sini? Bisa ‘abis’ gue kalo ampe ketauan terus dilaporin Mas Yongguk,” gumam        Jongup yang tampak mengintip Himchan dari balik tembok.
        Jongup melebarkan pandangan ke sekitar. Dan tatapannya jatuh pada salah satu pelayan di sana juga. “Tolong gantiin gue dulu dong sebentar. Gue mules banget, nih.” Jongup memulai aksinya sambil memegangi perut seolah mengalami sembelit.
        “Oh, iya.”
        Setelah baki di tangannya berpindah, Jongup diam-diam tersenyum. Namun ia kembali gelisah karena Himchan masih berada di sana. Jongup tidak mungkin bertahan di dalam karena ia harus bekerja. Tapi resikonya kemungkinan besar Jongup akan bertemu Himchan.
        “Lho, Jong! Masih di sini?”
        Jongup menoleh cepat dan mendapati Ilhoon di sana. Ilhoon belum sepenuhnya menyadari kepanikan Jongup karena ia sedang sibuk membereskan pakaiannya.
        “Bukannya lo udah nggak ada hutang sama orang yang kameranya lo rusakin itu?” Ilhoon menatap Jongup intens. Ucapannya nggak salah karena Jongup masih mengenakan seragam pelayan di sana. Terlebih Jongup juga menceritakan masalahnya pada Ilhoon.
        Mendengar itu, Jongup menunduk memastikan pakaiannya. Ia lalu tersenyum sampai menunjukkan deretan giginya. Sementara satu tangannya mengusap tengguk, gugup.

***

        Aku lagi nemenin mama belanja.

        Himchan tersenyum pahit membaca pesan balasan dari Gayoon. Padahal saat ini gadis itu sedang berada di tempat yang sama dengan Himchan. Saat melirik ke samping, cowok menemukan salah satu pacarnya bersama dengan pemuda lain. Hanya berdua dan sedang asik bermeseraan.
        Himchan menenggak sampai habis soft drink-nya. Setelah itu ia bangkit dan berjalan ke tempat Gayoon berada. Tanpa ada basa-basi apapun, Himchan meraih leher Gayoon dan mendaratkan bibirnya tepat di bibir cewek itu. Gayoon sendiri hanya mampu melebarkan mata karena terlalu terkejut mendapati perlakuan seperti itu. Namun karena yang melakukan adalah Himchan, tentu saja Gayoon tidak mungkin menolaknya karena ia juga sudah menyadari siapa cowok itu.
        “Heh! Apa-apaan lo berdua!” seru cowok yang bersama Gayoon tadi. Ia berusaha menjauhkan tubuh Himchan dari Gayoon. Namun ke duanya seakan tidak ingin melepaskan ciuman panas mereka.
        Wajah Gayoon mulai memerah menerima perlakuan Himchan yang memang sudah sangat ia harapkan sejak lama. Namun Himchan yang hampir selalu menolaknya.
        Himchan mengakhiri ciumannya. Ia menyeka bibirnya dengan tangan sambil terus menatap Gayoon yang sudah tersipu malu.
        Sementara beberapa meter dari sana, ternyata Jongup juga menyaksikan aksi nekat Himchan yang mencium seorang cewek di depan umum. Jongup bahkan sampai menutupi matanya dengan ke dua tangan. “Aduh. Mata gue tercemar.”
        Ilhoon yang ternyata berdiri tepat di samping Jongup, hanya terkekeh mendengar ucapan temannya itu. “Emang selama ini lo nggak pernah liat orang ciuman?”
        Jongup melirik Ilhoon dari sela-sela jarinya. “Pernah. Tapi bukan abang gue sendiri, Hoon!”
        Mendengar itu, Ilhoon melebarkan matanya. Tentu saja terkejut dengan pengakuan Jongup.
        “Aku nggak nyangka kamu mau melakukan ini sama aku,” ujar Gayoon masih dengan nada malu-malu.
        “Sayang…!” seru cowok bersama Gayoon tadi yang kesal karena diabaikan Gayoon dan Himchan.
        Himchan sendiri masih senantiasa menyunggingkan senyumannya. Seakan ia juga menginginkan hal tersebut. “Karena aku ingin ada perubahan dihubungan kita.” Ucapan Himchan membuat Gayoon semakin merasa di atas angin. “Dari pacar menjadi…”
        Cowok tadi menarik kerah pakaian Himchan. “Lo nggak bisa ngelamar cewek orang sembarangan!” protesnya.
        “Kamu mau ngelamar aku?” desak Gayoon dengan kepercayaan diri yang cukup tinggi.
        Himchan sama sekali nggak terganggu dengan perlakuan cowok tadi. Ia hanya sempat menyingkirkan tangan cowok itu tanpa menatapnya. “Gue mau perubahan hubungan kita. Dari pacar menjadi…” Himchan sengaja mengulur waktu untuk membuat Gayoon seakan terbang melayang. “MANTAN PACAR! Gue mau kita putus!” tegasnya. Dan tanpa menunggu respon apapun lagi dari Gayoon, Himchan bergegas balik badan lalu meninggalkan Gayoon bersama cowok itu.
        “Himchan tunggu!” jerit Gayoon. Namun Himchan sengaja tak mendengarnya.
        Melihat kakaknya pergi, Jongup juga langsung balik badan. “Gue harus nemuin bang Minhyuk dulu,” ujarnya pada Ilhoon.

***

        “Namanya Youngjae. Dia temen sekolahnya Bomi dan Eun Ji juga. Dan setau gue, dia suka sama Naeun.”
        Mendengar ada yang menyebut namanya, Youngjae menghentikan langkah. Cowok itu kini berada di parkiran kelab malam milik Minhyuk. Dan tujuannya datang ke sana memang ingin mengetahui tentang Minhyuk. Namun tak disangka, Minhyuk justru juga tengah membicarakannya bersama Eunkwang.
        “Bisa cari tau tentang dia? Rumahnya mungkin. Gue pengen ketemu dan kasih perhitungan ke tuh anak,” seru Minhyuk dengan penuh kilatan kebencian atas Youngjae. Tentu saja karena Minhyuk merasa Youngjae akan membantu Daehyun menjauhinya dari Eun Ji.
        “Nggak perlu susah-susah. Gue ada di sini sekarang.” Tanpa diduga, Youngjae justru menampakkan dirinya dihadapan Minhyuk dan Eunkwang.
        Minhyuk yang sedang duduk di ujung kap mobilnya, langsung menegakkan tubuh saat melihat sosok yang dianggap mengganggu kedekatannya dengan Eun Ji. Ia bahkan sampai mengepalkan tangannya. Sementara Youngjae tampak tak mengurangi irama langkahnya. Meski ia sendiri sudah tahu kalau Minhyuk menguasai salah satu ilmu bela diri. Dan ke duanya kini sudah berdiri saling berhadapan.
        Tidak butuh waktu lama untuk Minhyuk menghabisi Youngjae. Mereka juga tak luput jadi tontonan orang-orang yang kebetulan melintas di sana. Eunkwang bahkan sudah berusaha melerai mereka. Namun ia justru juga mendapat pukulan dari Minhyuk. Hingga akhirnya, Youngjae sudah tidak mungkin melawan. Bahkan dari awal pun Youngjae memang tak melakukan perlawanan.
        “Lo bakal dapet yang lebih parah dari itu kalau masih berani ngalangin gue ngedeketin Eun Ji!” ancam Minhyuk serius. Ia yang melihat kunci mobil Youngjae yang tergeletak di aspal, langsung saja merampasnya. “Gue bakal balikin mobil lo, kalau Eun Ji bener-bener udah jadi milik gue!”

***

        “Brengsek!” pekik Himchan ketika sudah berada di luar kelab. Ia menjadi kesal sendiri. Tujuan datang ke sana ingin menenangkan diri, cowok itu justru dikejutkan dengan kelakuan kekasihnya sendiri. Kini Himchan mencoba menghubungi kekasihnya yang lain. Yookyung.
        Di salah satu arah, ada seorang cewek mengenakan topi, kacamata dan masker yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Cewek itu melangkah mundur. Ia tidak menyadari keberadaan Himchan. Begitu pula Himchan. Hingga akhirnya, punggung mereka berbenturan. Cewek itu langsung diam seketika.
        “Jalan pake mata, dong!” seru Himchan dengan nada tinggi sampai membuat cewek itu berbalik. Suasana hatinya kian memburuk.
        “Maaf, gue…. Loh? Mas Himchan kakaknya Daehyun, kan?” tanya cewek itu. Karena Himchan menatapnya bingung, cewek itu akhirnya mau membuka masker. Ternyata itu Eun Ji.
        “Berani-beraninya dia ngedeketin Eun Ji!”
        Belum sempat Himchan merespon ucapan Eun Ji, suara seseorang sudah lebih dulu terdengar di antara mereka. Minhyuk dan Eunkwang tampak melangkah mendekat. Dan ketika melihat itu, Eun Ji langsung melingkarkan tangan ke pinggang Himchan dan menenggelamkan wajahnya ke dada bidang milik guru muda tersebut. Tentu saja tujuan Eun Ji melakukan itu adalah untuk menghindari Minhyuk mengetahui keberadaannya. Dan beruntung pula Himchan tidak protes. Sementara Minhyuk berhasil dikelabui cewek itu.
        Setelah di rasa aman, Eun Ji melepaskan diri. Dan tentu saja rasa bersalah kini menghantuinya. “Mas Himchan. Maaf yang sebesar-besarnya. Aku ngelakuin itu terpaksa biar nggak ketemu Minhyuk.”
        “Gapapa, kok.” Himchan berujar tanpa menatap Eun Ji. Karena ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya saat itu. Beberapa meter di depan sana, seorang pemuda tampak berjalan dengan sedikit pincang sambil bertumpu pada mobil-mobil yang berjejer di sana.
        “Jadi dia alasan kamu mutusin aku.” Suara cempreng seseorang sukses membuat Himchan dan Eun Ji menoleh ke belakang. Itu Gayoon. Ia masih mengejar Himchan. Dan tadi ia datang tepat saat Eun Ji memeluk Himchan.
        Kali ini giliran Himchan yang merangkul Eun Ji. “Kalau emang bener, kamu mau apa?” Dan kembali, tanpa menunggu Gayoon merespon, Himchan berbalik sambil membawa serta Eun Ji untuk ikut pergi bersamanya. “Sekarang kita impas, kan?” bisik Himchan.
        Eun Ji hanya mengangguk menanggapinya. Di sisi lain ia juga lega karena tidak terlalu merasa bersalah pada Himchan. Dan selama beberapa langkah mereka masih dalam posisi yang sama. Sampai akhirnya Himchan menghentikan langkah karena pemuda yang ia lihat kini berada di hadapannya. Eun Ji yang berinisiatif bergerak duluan untuk menghampiri cowok tersebut.
        “Youngjae?” seru Eun Ji.
        Mendengar nama yang cukup ‘sensitiv’ dikeluarganya itu, Himchan buru-buru menghampiri. Cowok itu memang benar Youngjae. Namun bercak-bercak darah menghiasi wajahnya.
        “Young, lo kenapa?” tanya Eun Ji tanpa sanggup menatap Youngjae lama-lama. Ia sudah membekap mulutnya menahan mual karena melihat darah. Itu menjadi salah satu faktor terbesarnya sulit menjalani niat ayahnya yang ingin Eun Ji juga menjadi seorang dokter.
        “Bawa ke rumah sakit,” seru Himchan.

***

        Yongguk tampak meregangkan tubuh-tubuhnya. Ia masih berada di  kantor penerbit sampai malam. Di atas meja kerjanya, terpampang foto Youngjae bersama Zelo yang ia buka melalui laptop. Diam-diam Yongguk mengkopi foto-foto tersebut dari kartu memori yang sempat ia pinjam dari Jongup.
        “Belom mau pulang, Yong?” sapa salah satu teman kerja Yongguk dari balik sekat pembatas meja kerja mereka.
        Yongguk tersenyum tipis sambil menutup layar laptopnya. “Lagi mikir aja. Temennya Jongup ada yang punya bakat fotografi. Dan gue pengen foto-fotonya dia dijadiin kayak semacam foto book.”
        Teman Yongguk tadi tampak ikut berfikir. Sementara Yongguk sambil merapihkan beberapa barang-barang kantor miliknya.
        “Tergantung temanya juga, Yong.”                                             
        “Gue rasa dia itu anak yang merindukan kasih sayang ibunya. Karena kebanyakan foto-fotonya tentang ibu bersama anak.”
        Cowok tadi menepuk pundak Yongguk pelan. “Coba lo ajuin aja,” serunya karena ia juga tampak sudah bersiap untuk pulang. “Gue duluan, ya?” pamitnya.
        “Oke,” jawab Yongguk, pendek. Tak lama kemudian, ia juga segera menyusul temannya meninggalkan kantor.
        Yongguk meninggalkan parkiran kantornya menggunakan motor. Dan setelah beberapa meter, Yongguk menghentikan motornya karena ada kerumunan yang sebenarnya berada di seberang jalan. Yongguk langsung turun dari motornya dan justru menghampiri sebuah mobil yang terparkir beberapa meter di depannya. “Mobilnya Hyunsik?”

***

        “Pernikahan kita cuma tinggal hitungan Minggu! Setelah itu lo bakal jadi milik gue! Harusnya lo seneng bisa bareng-bareng sama gue!” seru Changsub dengan nada tinggi. Sementara Chorong hanya bisa terisak di depannya. Cewek itu menolak untuk diajak pergi dengan calon suaminya tersebut.
        “Mba Chorong!” teriak Hyunsik yang ternyata melihat kakaknya berada di pinggir jalan. Ia datang dari arah seberang.
        Changsub seperti tidak mempedulikan kalau perlakuannya mengundang keingintahuan orang-orang yang kebetulan berada di sana. cowok itu menatap malas ke arah kedatangan Hyunsik. “Lo ngapain, sih?” Changsub tampak tak suka saat Hyunsik ingin menyambar tangan Chorong. Ia bahkan sampai menyingkirkan tangan Chorong.
        Hyunsik sedikit mengabaikan keberadaan Changsub karena yang ia pedulikan hanya kondisi Chorong. Kakaknya itu tampak cukup tersiksa bersama Changsub. Hyunsik sudah mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Chorong, namun Changsub kembali menepisnya.
        Hyunsik yang sudah kesal dengan Changsub, tentu saja sudah mengantisipasi perilaku Changsub. Dan dengan mudahnya Hyunsik menangkap tangan Changsub. Ia lalu memukul wajah Changsub hingga cowok itu tersungkur.
        “Hyunsik!” jerit Chorong yang semakin histeris. Ia bahkan berusaha menahan tubuh Hyunsik yang sudah ingin kembali menghajar Changsub.
        Tentu saja Changsub tidak terima dengan perlakuan Hyunsik. Ia ingin membalas perlakuan Hyunsik. Dan akhirnya, perkelahian pun tak bisa terelakkan lagi. Bahkan jeritan Chorong tidak bisa menghentikan keduanya.
        Merasa diabaikan, Chorong memilih menyingkir dari sana. Bersama sisa-sisa air matanya, cewek itu menyeberangi jalan raya.

***

        Zelo tampak tergesa-gesa menuju garasi rumahnya sambil menggerutu, “Mas Youngjae ada-ada aja, sih. Ngapain pake berantem? Biasa juga nggak pernah.”
        Cowok tinggi itu membelah jalan raya dan memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Tentu saja Zelo sangat panik dengan berita tentang Youngjae. Beberapa saat lalu Himchan yang menghubunginya menggunakan ponsel Youngjae.
        Zelo yang mendadak sedikit kehilangan konsenterasinya, nyaris saja menabrak seseorang. Chorong. Cewek itu sedang menyeberang jalan dan sama-sama kurang waspada. Beruntung Zelo bisa menghindarinya. Lalu Hyunsik dan Changsub tampak sempat mendorong tubuh Chorong.
        Chorong terdorong cukup jauh. Tubuhnya jatuh tepat di dalam pelukan seseorang yang berdiri dengan posisi tepat. Mata mereka kemudian bertemu dan saling bertatapan cukup lama. Bahkan suara-suara teriakan orang-orang di sana seakan tidak menembus gendang telinga mereka. Dan suara benturan yang sangat keras yang akhirnya menyadarkan Chorong dan… Yongguk. Chorong sekuat tenaga membalikkan badan.
        “Hyunsik!” jeritnya melihat dua orang pemuda yang sudah terkapar penuh darah di atas aspal. Salah satunya adalah Hyunsik. Dan tentu saja Chorong lebih mengutamakan adiknya di bandingkan calon suami yang tidak diharapkannya. Changsub. Pemuda itu juga menjadi korban tabrakan yang baru saja terjadi. Tepat setelah tubuh Chorong bisa diselamatkan lebih dulu oleh ke dua cowok tadi.

***

        “Kak Eun Ji…!”
        Eun Ji dan Himchan yang menunggu Youngjae di rumah sakit, sama-sama menoleh saat mendengar suara Ilhoon menggema sampai ke ujung koridor tempat mereka berada. Kemudian sosok Ilhoon datang mendekat.                   
        “Kakak gapapa? Siapa yang sakit?” tanya Ilhoon. Cukup cemas saat diminta menjemput kakaknya di rumah sakit. Belum lagi wajah Eun Ji yang terlihat sedikit pucat. Ia juga sempat melirik ke tempat Himchan berada untuk menuntut penjelasan.
        Himchan sendiri nggak langsung menjawab karena ia sibuk memutar otak untuk memberikan jawaban yang logis. Masalahnya, ia sendiri nggak mengenal sosok Youngjae dengan cukup baik. Bahkan sepertinya ini pertemuan pertama mereka.
        “Kamu inget cowok yang pernah nemuin kakak di apartmen?”
        Ilhoon kembali menoleh ke tempat Eun Ji berada.
        “Dia tadi kita temuin udah dalam keadaan babak belur di depan kelab malam tempat kamu kerja,” jelas Eun Ji kemudian.
        “Mas Youngjae?” seru Ilhoon memastikan. Eun Ji hanya mengangguk menanggapinya. Mereka juga tidak ada yang menyadari perubahan raut wajah Himchan saat Ilhoon menyebut nama Youngjae tadi. “Tapi ngapain kakak bisa ada di kelab?”
        “Mama mau ke apartmen. Bisa mati gaya gue kalo nggak ada kamu juga.”
        Perhatian ke tiganya kemudian teralih karena seorang perawat memasuki sebuah kamar tempat Youngjae berada. Tentu saja Himchan mengenali perawat tersebut yang juga ibu kandungnya.
        “Hmm… kalian bisa pulang. Biar gue yang di sini,” kata Himchan. Sejak melihat ibunya masuk ke sana, ia merasa ada sesuatu hal yang aneh. Dan ia ingin membuktikan sendiri apa yang terjadi. Tentu saja setelah Eun Ji dan Ilhoon tidak ada di sana.
        “Beneran gapapa, Mas?” ujar Eun Ji untuk memastikan. Hati kecil cewek itu ingin tetap di sana. Namun kondisinya yang sedang dalam keadaan kurang baik.
        “Tenang aja. Lagian, kayaknya kamu perlu istirahat.”
        Eun Ji menatap Ilhoon seakan meminta pendapat. Dan Ilhoon sendiri hanya mengangguk. Ia lebih mengkhawatirkan kondisi kakaknya tentu saja.
        “Kita pamit ya, Mas,” kata Eun Ji akhirnya.
        Setelah Ilhoon dan Eun Ji sudah tidak tampak di matanya, Himchan segera saja melesat ke dalam kamar tempat Youngjae berada sekarang. G.Na juga sudah berada di sana. Menatap Youngjae dengan sangat penuh kasih sayang. Membuat Himchan yang menyaksikan kejadian itu tentu saja merasakan sebuah rasa sakit di dadanya. Wanita itu tidak sekali pun pernah melakukan hal yang sama untuk dirinya, Yongguk, Daehyun bahkan Jongup, adik bungsunya.
        Himchan menggenggam knop pintu dengan kencang. Hal itu ia lakukan sekaligus untuk mengendalikan perasaannya yang sedikit terguncang. Himchan kemudian membalikkan badan karena sudah tidak sanggup melihat perlakuan ibunya pada seseorang yang baru ia kenal.
        “Himchan!”


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar