Minggu, 28 Desember 2014

FC LOVE (chapter 14)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        B2ST/Beast Lee Gikwang
·        Infinite Lee Howon (Hoya)
·        SNSD Im Yoona
Support cast     :
·        Other member B2ST/Beast, Infinite and SNSD
·        Yong Hwa, Lee Jonghyun CN Blue
·        Siwan Ze:a
·        Jonghyun, Minho and other member Shinee
·        Member Super Junior, A-Pink, F(X)
Genre               : romance, family, friendship
Length              : chapter

***

        Eun Ji melirik arlojinya. Sudah hampir setengah 4 sore. Namun ia tetap berat untuk melangkah ke luar taman. Banyak hal yang menjadi pertimbangannya. Lalu beberapa menit kemudian, ada sepasang kaki yang berhenti tepat di hadapannya. Buru-buru Eun Ji mendongak. Dan saat mendapati Howon di sana, cewek itu segera bangkit. Tak lupa juga Eun Ji menyodorkan bungkusan di tangannya dengan sedikit paksaan.
        “Ini boleh jadi yang terakhir kalinya,” kata Eun Ji yang terburu-buru untuk segera pergi dari hadapan Howon. Cewek itu masih tak sanggup bertemu Howon lama-lama. Jika saja bukan karena masih ada hutang tugas mengantar seragam, cewek itu pasti lebih memilih untuk tidak di sana.
        “Kak Hoya!” seru suara nyaring yang sukses membuat Howon membatalkan niat untuk melangkah mengejar Eun Ji.
        Howon menoleh sambil merendahkan tatapannya karena yang memanggil tadi adalah sahabat ciliknya yang ia kenal di taman tersebut. Yoogeun dan Leo. Tentu setelah Eun Ji sudah tidak terlihat di sana.
        “Kok Kak Hoya baru dateng, sih? Padahal kan pacarnya kakak udah dari tadi duduk di situ,” seru Yoogeun dengan mimic lucunya.
        “Ikh, Yoogeun! Kakak tadi bukan pacarnya Kak Hoya.” Leo tampak memprotes karena ia tidak sependapat dengan Yoogeun.
        “Biarin aja. Kakak tadi kan cantik, dan Kak Hoya juga ganteng. Mereka cocok kalau pacaran.” Yoogeun juga tak mau kalah untuk membela diri.
        “Tapi kan belum tentu juga,” Leo masih membalasnya. Membuat Howon sukses sakit kepala karena mereka.
        “Yoogeun, Leo!” seru Howon berusaha melerai keduanya. “Udah, ya. Jangan berantem.”
        “Iya, Kak. Kita nggak berantem lagi,” sahut Leo menurut dan langsung disetujui oleh Yoogeun.
        “Kita main bola lagi kan, Kak?” seru Yoogeun penuh semangat.
        Kali ini Howon dibuat bungkam karena pertanyaan Yoogeun yang sangat berharap mereka bisa bermain bersama lagi. “Maaf ya Yoogeun… Leo…. Kakak ada latihan sama temen-temen kakak.”
        Terlihat wajah kecewa dari dua bocah laki-laki itu.
        “Tapi sebagai gantinya, kakak akan beliin kalian es krim, mau kan?” Howon tak kehabisan akal untuk membujuk mereka.
        “Iya, Kak. Mau…” seru keduanya dengan kompak. Tentu mereka tidak akan melewatkan jika ada yang ingin memberikan es krim secara gratis.
Mereka kemudian berjalan meninggalkan taman dengan Howon menggandeng Yoogeun dan Leo di ke dua sisinya. Ia mengajak dua bocah kecil itu menuju mini market yang tidak jauh dari sana. Howon bahkan juga membeli es krim untuk dirinya sendiri. Setelah itu mereka kembali ke taman untuk menikmati es krim.

***

        Setelah beberapa hari saling diam, Yoona akhirnya mengalah. Kembali ke mejanya semula di barisan paling belakang bersama Gikwang. Dan saat cowok itu tiba di kelas, Yoona terlihat menggeser sebuah kotak bekal hingga berada di area meja milik Gikwang.
        Gikwang tidak langsung duduk dikursinya. Setelah melihat perlakuan Yoona tadi, ia menoleh ke meja tempat Yoseob duduk dengan Tiffany untuk memastikan sesuatu. Suasana sudak kembali seperti sebelumnya.
        Yoona sedikit tertunduk. Menghindari pandangan dengan Gikwang yang kini sudah kembali menatap cewek itu. Sesaat terdengar suara helaan napas, berat. Lalu kemudian Gikwang berujar, “gue minta maaf, Yoon.”
        “Lo nggak salah, Kwang.” Yoona menyelak cepat.
        “Tapi lo putus sama cowok lo, kan?”
        Suara Gikwang sempat menyita perhatian beberapa teman sekelas mereka yang lain. Terutama Tiffany yang langsung melempari Yoona tatapan penuh tanya. Seolah memastikan ucapan Gikwang tadi.
        Yoona berusaha untuk tidak terlihat panik. Ia juga berusaha memberikan kode pada Gikwang untuk segera duduk melalui tatapan matanya. Namun saat melirik ke tempat Tiffany berada, cewek itu belum menyerah sampai ia mendapatkan apa yang ia mau. Jawaban kepastian tentang pertanyaan Gikwang tadi.
        Belum sempat Yoona menjelaskan, bel masuk sudah lebih dulu berdentang. Memaksa Tiffany untuk sementaramenahan rasa penasarannya. Sementara Yoona akhirnya bisa bernapas, lega.
        “Kalau masalah cowok gue, lo tenang aja. Gue sama dia memang udah saatnya buat pisah.” Yoona mencuri-curi kesempatan untuk bicara pada Gikwang setelah guru mereka masuk tadi.
        “Masalahnya kan kita kepergok di rumah gue. Dan cuma berduaan pula.”
        “Ya udahlah, nggak usah terlalu ngerasa bersalah.” Yoona sambil mengeluarkan beberapa buku dari matapelajaran terkait. “Lo cuma nggak tahu aja apa yang gue sama Jonghyun alamin akhir-akhir ini.”
        Sesaat Gikwang tidak membalas lagi ucapan Yoona. Ia sibuk mengendalikan perasaannya sendiri. Padalah tidak hanya hitungan hari saja ia mengenal Yoona. Meski belum bisa dibilang terlalu lama juga.
        “Ada kesempatan buat gue ngedeketin lo dong, ya?” seru Gikwang yang sudah sekuat tenaga melawan rasa gugupnya.
        Yoona menoleh cepat. Namun Gikwang justru lebih cepat untuk menghindari tatapan cewek itu. “Bukannya kita emang deket, ya? Ini aja di kelas duduknya satu meja.” Yoona bicara tak kalah gugup.
        “Kalau emang mau lebih deket lagi, sambil motongin rumput di lapangan bola sepertinya seru.”
        Yoona dan Gikwang langsung membeku karena ada suara orang lain diantara pembicaraan mereka berdua. Keduanya sama-sama saling melempar tatapan. Sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi setelah ini. Guru mereka, Ryeowook, sudah berdiri di samping Gikwang dan mendengar semua obrolan cowok itu dengan Yoona.

***

        “Hati-hati!”
        Siwan menahan tangan Seulong yang memegang pundaknya. “Nggak pa-pa, Om.”
        Tentu Seulong ingin membantu Siwan karena cowok itu berjalan dengan kondisi kaki yang sedikit pincang akibat kecelakaan beberapa waktu lalu. Kecelakaan yang sukses mengubur impian Siwan bermain sepakbola.
        Saat ini, Seulong dan Siwan baru tiba di bandara setelah melakukan perjalanan melalui udara dari Surabaya. Seulong membantu Siwan untuk membawakan koper. Namun Siwan tentu menolaknya. Belum bisa menerima sepenuhnya perlakuan Seulong karena ia memang menghormati pria itu.
        Siwan sempat melirik jam di tangan kirinya saat tengah menunggu Doojoon yang akan menjemput mereka. “Jam segini Yoona pasti masih di sekolah.”
        Mendengar Siwan berujar, Seulong ikut melihat arlojinya. Baru jam 9 pagi. “Sore ini bisa langsung ke klub ‘Running Boys’? Biar nanti sekalian dijemput Doojoon.”
        “Bisa kok, Om. Tapi nanti minta anterin Chunji aja.”
        Seulong sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ia tentu ingin memperhatikan anaknya. Tapi mungkin Siwan yang justru tidak ingin merepotkan Seulong. “Ya sudah terserah kamu saja,” seru Seulong akhirnya.

***

        Mereka benar-benar menikmati ‘hukuman’ yang diberikan guru mereka, Ryeowook. Yoona dan Gikwang. Ke duanya sedang menyapu tribun penonton. Sambil mengobrol seru, mereka terkadang tertawa bersama tanpa melupakan tugas mereka.
        “Myungsoo tuh kadang-kadang konyol. Gue bener-bener dianggep kembarannya cuma gara-gara punya nama sama. Padahal mah muka beda jauh.”
        Sambil tertawa, Gikwang mengajak Yoona untuk menyingkir dan beristirahat sebentar. “Iya iya gue tahu kalau Myungsoo itu punya kembaran cewek. Cuma, semenjak Yonna meninggal, Myungsoo jadi sering main sama gue, Sunggyu, sama temen-temen gue juga. Tapi lo nggak pacaran sama Myungsoo?”
        “Nggak lah. Myungsoo udah naksir salah satu temen sekolahnya gitu,” jelas Yoona. “Eh, Kwang.” Yoona menginterupsi sesaat obrolan seru mereka karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya. “Itu ada bola. Lo nggak mau main bentar?”
        Gikwang sempat melihat bola sepak yang Yoona maksud, tergeletak di salah satu sudut tribun. Namun Gikwang sempat menatap Yoona lagi. Mempertimbangkan saran Yoona yang jelas-jelas tidak terlalu menyukai sepakbola.
        “Hmm… soalnya gue sempet denger dari Tiffany, sekolah kita bakal ada pertandingan ke dua lawan sekolahnya Myungsoo. Lo terdaftar jadi pemain di sini, kan?” seru Yoona lagi.
        Hening kemudian. Gikwang tidak menjawab pertanyaan Yoona yang terakhir tadi. Lalu beberapa saat berlalu, Gikwang tampak berdiri. Membuka kemeja seragam sekolah sebelum akhirnya memungut bola sepak tadi dan membawanya ke tepi lapangan sepakbola.
        Yoona menunggu dengan semangat untuk melihat permainan Gikwang yang sempat membuatnya terpesona saat pertama kali bertemu cowok itu. Namun tiba-tiba, ada seseorang yang duduk di samping Yoona. Saat menoleh, Yoona mendapati Eun Ji di sana dengan tatapan kurang bersahabat padanya.
        “Nanti sore balik lo lagi aja yang ngurusin baju-bajunya Hoya.” Ucapan Eun Ji sukses membuat Yoona melebarkan matanya.
        “Kenapa…”
        “Lo masih nanya kenapa?” desis Eun Ji menyelak ucapan Yoona. “Jelas-jelas Hoya lebih milih lo dari pada gue.”
        Yoona mendesah, berat. Namun ia atau pun Eun Ji tidak ada yang menyadari kalau suara keras Eun Ji sukses mengalihkan Gikwang dalam permainan sepakbolanya.
        “Ji.. Perkenalan gue sama Hoya itu sama sekali nggak terduga. Dan kedekatan kami sama sekali nggak seperti yang lo pikirin.”
        “Lo mungkin nggak, tapi Hoya…?”
        “Sekarang gini aja,” tegas Yoona. “Apa yang lo mau gue lakuin biar lo nggak berpikir gue punya perasaan ke Hoya? Lo mau gue nunjukin ke lo kalau gue udah punya cowok?”
        Tepat saat Yoona mengakhiri ucapannya, Gikwang sampai di tengah-tengah ke dua cewek tersebut. Termasuk pula Howon yang tiba tak lama kemudian setelah Sungyeol yang sudah melihat kejadian Eun Ji dan Yoona, memberi tahu Howon tentang kejadian tersebut.
        Yoona sempat menyadari keberadaan Howon. Namun tatapannya berakhir pada sosok Gikwang yang berdiri berseberangan dengan Hoya. “Bukannya waktu itu lo pernah ngasih satu permintaan ke gue?” seru Yoona untuk memastikan kejadian saat Gikwang mendadak harus berlatih di klub ‘Running Boys’.
        Gikwang tampak berpikir sesaat. Ia juga sempat melempar tatapan pada Eun Ji serta Howon secara bergantian. Namun akhirnya ia mengingat dengan jelas kalau ia memang memberikan Yoona sebuah permintaan yang tidak boleh ia tolak sama sekali apapun yang Yoona pinta. Saat itu juga Eun Ji berada di sana dan mendengar semuanya.
        Yoona mempertegas tatapannya pada Gikwang. “Gue belom pakai dan itu masih berlaku, kan? Gue juga bisa minta apapun, kan?”
        “Iya, Yoon. Lo bisa minta apa aja ke gue,” kata Gikwang akhirnya.
        Yoona menghela napas, lega. Sementara Howon diam-diam mengepalkan ke dua tangannya. Howon sama sekali tidak melirik Eun Ji. Ia hanya fokus pada Yoona dan Gikwang. Belum lagi masalah saat di rumah sakit yang membuat Howon semakin menatap tak suka pada Gikwang.
        “Kwang!” seru Yoona hingga Gikwang mengembalikan tatapan padanya. “Kita pacaran. Mulai hari ini.” Belum selesai keterkejutan Gikwang dengan perkataan Yoona tadi, cewek itu sudah lebih dulu meraih salah satu tangan Gikwang dan menautkan jari-jari mereka. Yoona lalu menatap Eun Ji untuk memastikan sesuatu. “Sekarang udah lebih tertutup kan celah untuk gue ngerebut Howon dari lo. Karena gue udah sama Gikwang. Apa pun kondisinya sekarang.”
        Tanpa menunggu respon dari siapa pun, Yoona menarik tangan Gikwang untuk meninggalkan tempat tersebut. Howon dan Gikwang saling melempar tatapan sebelum Gikwang benar-benar sudah menjauh dari sana. Dan tak lama kemudian, Howon menyusul pergi. Meninggalkan Eun Ji di sana seorang diri.
        Tidak, masih ada Sungyeol yang tadi berdiri cukup jauh dari kerumunan. Saat ingin berbalik dan pergi, Eun Ji menahan cowok itu.
        “Tunggu,” seru Eun Ji menghentikan langkah Sungyeol.

***

        Sesudah ada kejadian di lapangan sepakbola tadi, Yoona dan Gikwang kembali saling diam. Yoona yang bingung harus bersikap seperti apa dihadapan Gikwang. Sementara Gikwang tidak ingin merusak suasana jika ia menanyai tentang permintaan Yoona yang ingin ia menjadi pacar dari cewek itu.
Yoona sama sekali tidak bersuara. Kecuali saat ia memberikan sebuah bekal makan yang memang ia bawa untuk Gikwang. Sisanya, sama sekali tidak ada sepatah kata pun yang meluncur dari bibir Yoona. Sampai akhirnya, bel pulang membubarkan kelas. Termasuk Yoona yang secepat mungkin berusaha meninggalkan kelas.
        Namun Yoona sempat berpamitan sesaat pada Gikwang selayaknya yang biasa dilakukan teman sekelas. “Gue duluan.”
        Di depan kelas, Yoona mendapati tubuh tinggi Sungyeol menghalangi jalannya. Saat mendongak, ternyata Yoona sudah mendapati sebuah tas karton yang diulurkan Sungyeol padanya.
        Sungyeol hanya menggerakkan tas karton ditangannya sebagai tanda agar Yoona menerima benda itu. Namun Yoona belum bereaksi apa-apa. Membuat Sungyeol yang tidak sabar, meraih salah satu tangan cewek itu dan menyerahkan paksa tas tersebut pada Yoona.
        “Yeol!” seru Yoona menghentikan langkah Sungyeol yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
        Merasa tidak ada harapan untuk Sungyeol merespon teriakannya, Yoona lebih memilih mengalah. Dan tepat kemudian, Gikwang muncul bersama Yoseob serta Tiffany. Tidak hanya sampai di sana, ternyata Minho juga berada di sana. Tentu untuk menemui Tiffany.
        Suasana sontak sedikit menegang setelah Minho memunculkan diri tadi. Yoona juga semakin tidak mengeluarkan kata-kata. Namun tidak ada satu pun yang berniat meninggalkan tempat itu. Terlebih Minho dan Gikwang yang saling melempar tatapan karena pengaruh kejadian saat di rumah sakit.
        “Sore ini latihan di sekolah. Jam 4, dan jangan terlambat.” Setelah menyelesaikan ucapannya pada Gikwang, Minho mengulurkan tangan sebagai tanda agar Tiffany ikut pergi dengannya.
        Yoona tampak mendesah pelan. Setelah itu, ia ikut melangkah meninggalkan Gikwang beserta Yoseob sambil membawa serta tas karton pemberian Sungyeol padanya tadi.

***

        Kedua pemuda itu saling berhadapan. Howon masih dengan mempertahankan tatapan tak sukanya. Sementara Gikwang, menatap Howon dengan sorot mata yang sulit untuk diartikan. Meski kemungkinan besar cara Howon menatap mewakili perasaannya yang tak suka melihat Yoona meminta Gikwang menjadi pacarnya tadi. Dan kini mereka hanya berdua, berdiri berhadapan di area parkiran.
        “Ada perlu apa lo sama gue?” desis Howon tajam. Ia masih di sana karena memang tadi Gikwang menghentikannya.
        Gikwang menghela napas berat sesaat sebelum mengulurkan sebuah tas karton ke hadapan Howon. “Seragam bola milik lo.”
        Howon merebut dengan gerakan sedikit kasar. Kemudian, tanpa berkata apa-apa lagi, cowok itu membalikkan badan dan berniat untuk meninggalkan Gikwang di sana.
        “Bagusnya lo juga balikin seragam milik gue secara langsung.” Suara Gikwang sukses membuat Howon menghentikan langkah. “Bukan dengan nitip ke Yoona.”
        Howon masih mempertahankan posisinya. Keringat dingin kini justru membasahi wajah tampan Howon. Napasnya terlihat sedikit memburu. Beberapa kali Howon tampak memejamkan matanya. Namun tidak berhasil membuatnya merasa sedikit lebih baik.
        Gikwang tanpa sadar melangkah mendekat. Tapi langkahnya terhenti karena tiba-tiba ada seorang siswi berseragam SMA berjalan sedikit tergesa-gesa mendahului Gikwang untuk mendekati Howon.
        “Mas Hoya masih sakit? Mas Minho mana? Jangan bilang dia udah pulang duluan sama ceweknya?” cecar cewek itu yang ternyata adalah Sulli. Adik bungsu Howon dan Minho tersebut menatap kakaknya dengan sangat khawatir. Ia bahkan sampai mencari-cari sebuah sapu tangan untuk menyeka kening Howon.
        Howon menggenggam tangan Sulli yang masih menempelkan sapu tangan tersebut ke keningnya. “Gue nggak-papa, kok. Kita pulang.”
        “Emang Mas Hoya masih kuat nyetir? Kita cari taksi aja, ya? Mobilnya bisa ditinggal dulu di sekolah.” Secara tidak langsung, Sulli melarang Howon untuk menyetir. Dan dari cara Sulli memperlakukan Howon, membuktikan bahwa kondisi cowok itu tidak dalam kondisi baik.
        Gikwang sendiri masih berada di sana. Mengawasi cara Sulli memperhatikan Howon. Sesuatu yang belum pernah ia alami dalam hidupnya. Dan ia merasa iri akan hal tersebut.
        “Tenang. Gue bisa, kok.” Howon memaksakan kakinya bergerak. Namun ia justru tidak bisa mengimbangi berat badannya. Beruntung Sulli dengan sigap menahan tubuh Howon yang lebih besar darinya.
        “Mas Hoya!” jeritan Sulli bersamaan dengan gerakan Gikwang yang ikut membantu menopang berat badan Howon.
        “Hoya,” gumam Gikwang. Ia bisa melihat wajah pucat Howon dari jarak yang sangat dekat.
        Tanpa sepengetahuan Gikwang, ternyata Sulli memperhatikan cowok itu dan teringat sesuatu.

Flashback…
        Sungmin menatap Howon yang menurutnya cukup kurang ajar. Namun sama sekali nggak bisa ia luapkan secara lepas emosinya itu. Ia kini hanya mampu melirik Ga In dengan tatapan meremehkan. “Ajarin anak kamu sopan santun!” desisnya tajam.
        “Yoon,” gumam Gikwang yang masih belum melepaskan tatapan dari Yoona. Cewek itu juga berdiri tak jauh di belakang Ga In dan Howon.
        “Gikwang, ayo!” Kali ini Sungmin benar-benar menyeret Gikwang untuk pergi dari sana.
        “Nanti gue telpon deh,” kata Gikwang akhirnya karena ia nggak mungkin melawan perintah ayahnya meski sebenarnya ada hal yang sangat ingin ia tanyakan pada cewek itu.
        Yoona hanya sempat mengangguk sebagai jawabannya karena Gikwang sudah lebih dulu dibawa pergi oleh Sungmin. Tepat di samping Yoona, Sulli melirik cewek itu dengan tatapan iri. Sejak pertama kali bertemu di UKS sekolahnya, Sulli memang tampak menyukai Gikwang. Namun belum ada satu pun yang mengetahui hal tersebut.
Flashback end…

        Sulli sibuk dengan pikirannya sendiri. Kejadian saat di rumah sakit membuatnya bingung. Terutama saat Gi Na mengatakan bahwa ia adalah ibu kandung Gikwang. Dan itu besar kemungkinan jika ia dan Gikwang bersaudara. Tentu Sulli tidak bisa terima semuanya dengan mudah. Karena ia.. menyukai Gikwang.
        “Kamu aja yang nganterin Mas Hoya pulang!” seru Sulli. Bahkan sebelum Gikwang sempat meresponnya, cewek itu sudah lebih dulu meninggalkan Gikwang bersama Howon yang sedang dalam kondisi sakit.
        “Hei! Kamu!” teriak Gikwang untuk menghentikan Sulli. Namun ia kesulitan untuk menyebut nama cewek itu karena ia memang belum mengenal Sulli secara langsung. Namun saat kembali melihat kondisi Howon, Gikwang tersadar. Keselamatan cowok itu lebih penting. Gikwang kemudian melingkarkan salah satu tangan Howon ke pundaknya.

***

        “Jadi lo udah beneran putus sama si Jonghyun itu?” pekikan suara Myungsoo membuat Yoona menyumpal mulut cowok itu dengan roti panggang miliknya.
        Yoona menatap Myungsoo, jengkel. “Nggak usah bahas itu lagi, bisa?” desisnya yang kemudian kembali menyeruput jus melon pesanannya.
        Myungsoo tidak langsung merespon karena ia sibuk menghabiskan roti dalam mulutnya. “Ya terus, kenapa lo malah bête gitu?” Myungsoo menelan sisa roti dalam mulutnya. “Bukannya lo emang udah nggak nyaman sama hubungan kalian?”
        Yoona mendesah berat sebelum menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan sedikit kasar. “Lo kenal lama sama Gikwang?”
        “Lumayan. Udah sejak SMP. Bang Gikwang juga temenan sama Bang Sunggyu.” Myungsoo menjawab dengan jelas. Ia bahkan tidak menyadari ekspresi Yoona saat Myungsoo menjelaskan kedekatannya dengan Gikwang. “Tapi diantara temen-temen Bang Sunggyu yang lain, gue sih emang lebih deket sama Bang Gikwang. Mungkin karena dia anak tunggal juga, jadi dia nganggep gue kayak adik sendiri,” lanjutnya membuat Yoona semakin tidak nyaman dengan kondisi seperti sekarang ini.
        Yoona membersihkan tenggorokannya. “Kalau masalah cewek…” Yoona sengaja menggantungkan ucapannya. Ia tidak ingin Myungsoo kembali menyerangnya tentang alasan Yoona menanyai masalah Gikwang.
        Myungsoo nampaknya tidak terlalu ingin ambil pusing dengan nada bicara Yoona yang bisa saja membuatnya curiga. Myungsoo sedikit berpikir tentang pertanyaan Yoona yang terakhir tadi. “Hmm.. yang gue inget sih Bang Gikwang lagi nggak punya cewek kalau sekarang-sekarang ini.”
        Kemudian, mereka saling diam karena Yoona tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu. Namun nyatanya tidak berlangsung lama. Saat Myungsoo sedang sibuk menghabiskan makan siangnya, Yoona kembali berujar. “Kalau cewek yang dia suka?”
        Myungsoo mendongak cepat. Tentu Yoona sudah mengantisipasi hal tersebut. Maka saat Myungsoo menoleh padanya, Yoona sudah lebih dulu mengalihkan tatapannya agar tidak saling bertemu. Dan akhirnya, Myungsoo menyadari kejanggalan yang terjadi sejak tadi. Cowok itu menatap Yoona, intens.
        Ragu-ragu Yoona melirik Myungsoo untuk memastikan cara cowok itu menatapnya. Dan, benar. Kini Myungsoo sudah mencurigainya. Adik dari Sunggyu itu bahkan sampai sedikit memajukan posisi duduknya agar bisa lebih dekat menatap Yoona.
        “Lo suka juga sama Bang Gikwang?” desis Myungsoo mempertahankan kecurigaannya.
        “Suka juga?” Yoona justru melemparinya pertanyaan juga.
        Myungsoo menarik kembali punggungnya hingga berposisi seperti semula. “Kayaknya sih Bang Gikwang suka sama lo, deh.”
        Yoona sukses tersedak mendengar ucapan Myungsoo tadi. Tapi nampaknya Myungsoo sendiri tidak menganggap hal tersebut sesuatu yang harus dibesar-besarkan. Bahkan cowok itu tidak melakukan apa-apa untuk membantu Yoona yang tersedak.
        “Apa dia bakal bisa sesantai itu kalau gue bilang gue nembak Gikwang secara nggak langsung?” Yoona kini justru menatap kesal pada Myungsoo yang memang benar-benar terlihat santai.

***

        Gikwang membantu Howon untuk berbaring diranjangnya. Lalu tidak lama kemudian, Ga In datang dengan sebuah baskom berisi air dingin di tangannya. Melihat cara Ga In merawat Howon, membuat Gikwang teringat ayahnya. Sungmin juga akan langsung turun tangan jika dirinya terkena demam.
        Kemudian, Ga In membawa Gikwang untuk makan siang di rumahnya. Mereka duduk berseberangan. Sementara Ga In menyendokkan nasi ke piring yang ia berikan pada Gikwang.
        “Apa Sungmin memperlakukanmu dengan baik?”
        “Papa bahkan bikin aku lupa kalau aku sebenarnya masih membutuhkan sosok seorang ibu.”
        Mendengar itu, Ga In melepaskan sendok ditangannya dan terjatuh tepat di atas piring kosong. Bunyi nyaring tersebut sama sekali tidak menggoyahkan perasaan Gikwang. Ia sama sekali tidak bergerak saat Ga In seakan hilang keseimbangan. Tapi untungnya, wanita itu bisa langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi dengan aman.
        “Ibu!” Howon berseru lemah. Ia melihat kejadian tadi dari ambang pintu dapur. Perlahan Howon melangkah menghampiri ibunya. Duduk di samping Ga In dan merangkul wanita itu penuh kekhawatiran. “Ibu nggak-papa?”
        Ga In memandang Howon dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Ini pertama kalinya Howon terlihat begitu lembut. Terutama di hadapan Ga In. Karena selama ini Howon memang terkenal cukup bandel dan kerap kali membuat ibunya sakit kepala dengan sikap jahilnya.
Rahang Gikwang tampak mengeras menyaksikan perilaku Howon terhadap Ga In. Tentu ia tidak sekejam itu memperlakukan Ga In. Ia hanya tidak ingin menunjukkan kelemahannya terhadap Ga In. Meski Gikwang sendiri belum tahu masalah apa yang pernah terjadi antara Sungmin dan Ga In dulu, tapi ia juga bisa merasakan jika Ga In sendiri sama sekali tidak memperkenalkan atau memberi tahu Howon tentang Sungmin. Dan itu membuatnya menjadi sedikit sakit hati. Ga In seperti tidak menginginkan keberadaannya.
        “Apa itu yang diajarin bokap lo?” desis Howon dengan tatapan menusuk. Lurus dan tepat ke dalam mata Gikwang.
        “Memang ini kenyataannya.” Gikwang tetap mempertahan posisinya saat ini. “Sekarang gue yang balik nanya ke lo.” Gikwang memberi jeda sesaat pada ucapannya. “Apa yang lo tahu tentang bokap kandung lo?” lanjut Gikwang.
        Howon membeku. Sementara Ga In menatap khawatir Howon dan Gikwang secara bergantian. Terutama pada Howon, karena kenyataannya apa yang ia lakukan pada Howon hampir serupa seperti apa yang diterima Gikwang. Sungmin dan Ga In tidak pernah menceritakan apapun pada anak yang ada pada mereka.
        “Aku dan Sungmin tidak saling mencintai.” Ga In yang tidak bisa menahan gemuruh di dadanya, lebih memilih mengatakan semua. Namun tatapannya tampak kosong. Ga In menghela napas sebelum memulai kembali ucapannya. “Aku bahkan sama sekali tidak ingin memiliki anak dari Sungmin. Tapi kenyatannya, hadirlah kalian berdua.”
        Kali ini Gikwang dan Howon saling melempar tatapan, bingung. Tidak bisa begitu saja percaya dengan apa yang diucapkan Ga In.
        “Namun saat bercerai, baik aku atau Sungmin tidak tahu jika saat itu aku tengah mengandung Hoya.” Ga In melanjutkan ceritanya. Sekarang terserah kalian mau marah padaku dan Sungmin atau apapun. Kalian sudah besar, dan kalian pasti bisa memutuskan baik buruknya sesuatu.”
Selanjutnya, Ga In memilih meninggalkan meja makan sambil beruraian air mata. Karena apapun yang terjadi, hati seorang ibu tidak bisa dibohongi. Ia sangat merindukan Gikwang selama ini.

***

        Myungsoo menahan tangan Yoona yang tampak terburu-buru meninggalkan café tempat mereka bertemu tadi. “Gue bakal gangguin terus sampe lo mau ngaku!”
        Yoona tentu saja berusaha melepaskan genggaman erat perlakuan Myungsoo. “Malu akh, Myung.” Yoona sudah tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya. Ia bahkan sedikit menyesal telah membahas Gikwang dengan Myungsoo tadi.
        “Yaelah, gitu aja malu.” Dengan jahilnya, Myungsoo mendekatkan wajah untuk bisa melihat ekspresi lucu yang ditunjukkan Yoona karena malu padanya. “Jangan-jangan kalian udah jadian, ya?” tebaknya asal. Myungsoo justru semakin tidak bisa menahan tawanya karena Yoona semakin menunjukkan wajah kesalnya.
        Melihat itu, Myungsoo terpaksa berhenti tertawa. “Lo lagi nggak seru, Yoon.” Ia bahkan sampai melepaskan begitu saja tangan Yoona. “Besok lagi kita main lagi. Oke.” Myungsoo mengacak gemas puncak rambut Yoona sebelum meninggalkan cewek itu di sana.
        Sesaat Yoona masih menatap punggung Myungsoo yang semakin menjauh. “Di depan Myungsoo aja gue udah kacau gini, gimana kalau di depan Gikwang juga nanti?” Yoona mengeluh seorang diri. “Nggak mungkin gue ngindarin dia ‘kan besok?”
        Perlahan Yoona memutar badannya kembali. Namun ia tidak buru-buru melangkah karena ternyata ia melihat Sulli berdiri tidak jauh dari tempatnya berada. Cewek itu ternyata tadi berada di café yang sama dengan Yoona dan Myungsoo.
Sulli sendiri tidak langsung merasa tertangkap basah saat Yoona melihatnya. Karena ia sendiri juga dalam posisi menatap ke arah Yoona. Tapi kemudian, Sulli akhirnya bergerak menjauh seolah tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Yoona.
        Merasa memang tidak pernah memiliki masalah apapun, Yoona sendiri akhirnya melangkah ke arah yang berlawanan dengan Sulli. Ia berniat segera meninggalkan tempat itu setelah mengambil motornya di parkiran.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar