Senin, 26 Agustus 2013

BLUE FLAME BAND (part 17)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun (2PM)
·        Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Yong Hwa (CN Blue)  
·        Yoona (SNSD)
·        Minho (SHINee)
·        Yunho (TVXQ)
·        Sungmin (Super Junior)
Genre               : romance
Length              : part

***

        Hye Ra menghela napas panjang saat mobil Joon berhenti di parkiran bandara. Ini akan benar-benar terjadi. Dan sekaranglah saatnya ia kembali ke Jepang.
        Hening beberapa saat. Tak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan. Bahkan Hye Ra juga tampak enggan untuk meninggalkan Joon di mobil tersebut.
        “Apa kau tidak ingin mengantarku ke dalam?” Tanya Hye Ra tanpa menatap pemuda di sampingnya.
        “Tidak akan,” ujar Joon dingin. Ia juga tak berniat melirik Hye Ra. “Sudah sana, cepat kau turun,” perintahnya.
        Hye Ra menoleh sambil melebarkan matanya. “Kau mengusirku?” protesnya.
        “Terpaksa,” seru Joon singkat. Ia lalu dengan berat hati menatap Hye Ra dan mendapati gadis itu juga tengah melakukan hal yang sama padanya. “Kau pikir aku rela kau pergi? Lebih baik kau masuk sendiri ke dalam, dari pada aku membuatmu kembali ketinggalan pesawat.”
        Dengan sangat terpaksa, Hye Ra membuka pintu mobil. Meski tak berniat mengantar ke dalam, setidaknya Joon berinisiatif melakukan sesuatu yang manis untuk Hye Ra. Mungkin bisa dengan membukakan pintu untuk Hye Ra. Tapi nyatanya, tak ada hal yang lain dilakukan Joon kecuali tetap diam di dalam mobil.
        Hye Ra pun ke luar dari mobil. “Bagaimana bisa aku menyukai orang seperti itu,” cibirnya.
        “Apa kau bilang?” seru Joon yang samar-samar mendengar ucapan Hye Ra. Ia juga membuat gadis itu membatalkan niat untuk menutup  pintu mobil. “Kau menyukaiku?” ulangnya untuk memastikan.
        Hye Ra tak langsung menjawab. Ia menutup pintu mobil dengan kasar, lalu membuka lagi pintu mobil bagian belakang untuk mengambil koper dan tasnya. Joon sendiri akhirnya mengalah dan ke luar dari mobil.
        “Kenapa memang jika aku menyukaimu? Masalah untukmu? Apa itu akan menghancurkan kariermu sebagai leader sebuah band besar. Dan atau itu…” Hye Ra langsung bungkam ketika bibir Joon mendarat kilat di pipinya. “Kau!” protesnya galak.
        “Apa? Masalah untukmu jika ku cium?” Balas Joon. “Apa itu akan membunuhmu? Atau setelah ini kau akan… Aww!” Joon meringis karena Hye Ra dengan tega menginjak kakinya.
        “Rasakan!” seru Hye Ra puas. Ia lalu melenggang pergi dan tak mempedulikan Joon masih meringis kesakitan.
        “Hye Ra!” teriak Joon, namun tak dipedulikan dengan gadis itu. Karena sudah bertekad untuk tidak masuk ke dalam bandara, Joon lebih memilih kembali ke mobil dengan susah payah dan dengan kaki yang sedikit pincang.

***

        “Hyung, kau baik-baik saja?” seru Nichkhun panic dan langsung menghampiri Joon saat pemuda itu baru saja sampai di dorm. Luhan yang baru muncul dari dapur juga langsung mendekat saat melihat Nichkhun membantu Joon duduk di sofa.
        “Hyung, kau kenapa?” Tanya Luhan, namun tak ada yang memberikan jawaban.
        Joon sibuk melepas sepatunya. Sesekali ia meringis karena jari-jari kaki kanannya masih terasa sedikit berdenyut karena aksi injak yang dilakukan Hye Ra padanya saat di parkiran bandara tadi.
        “Kakimu kenapa?” desak Luhan lagi. Ia semakin khawatir dengan kondisi leadernya itu.
        “Aku mendapat serangan cinta dari Hye Ra,” ujar Joon asal membuat Nichkhun menjitaknya. “Nichkhun!” protesnya.
        “Saat Hye Ra jauh, kau seperti orang gila. Dan saat kalian dekat…” Nichkhun tampak sedikit menggantung ucapannya sesaat. “Ku rasa kau benar-benar telah menjadi gila. Astaga… mimpi apa aku harus satu grup dengan orang sepertimu,” serunya seperti orang menyesal.
        “Kenapa dulu kau mau menanda tangani kontrak bersama ‘Blue Flame’?” serang Joon kesal dengan pernyataan Nichkhun.
        Sementara itu, Luhan hanya mampu menahan tawa melihat dua hyungnya saling serang seperti itu.

***

        Esoknya setelah Hye Ra kembali ke Jepang. Dan hari itu, member ‘Blue Flame’ tengah melakukan rekaman. Pengisi suara utama tentu saja sang vocalis mereka, Lee Joon yang ditemani oleh Doojoon di ruang rekaman.
“I’m searching where you are… Oh, shining down on me from where you are… I’ll always be right there, baby, always be right there, baby… Oh, please touch my body and my face…” Joon sungguh menghayati ketika merekam lagu itu.
        Sementara itu, Nichkhun dan Luhan yang sudah menyelesaikan tugas mereka, tampak menunggu Joon serta Doojoon yang belum selesai melakukan rekaman.
        “Aku curiga Joonie hyung menulis lagu ini waktu Yoona noona dan Minho hyung menyembunyikan keberadaan Hye Ra,” bisik Luhan yang duduk di samping Nichkhun.
        Nichkhun sendiri tampak terkekeh mendengar tebakan maknae mereka. “Oiya, di mana Siwan?”
        Luhan menoleh ke arah pintu. Belum sempat ia menjawab pertanyaan Nichkhun, pemuda yang mereka maksud sudah memunculkan diri. “Kau jadi mengambil contoh desain kostum untuk syuting MV kita, hyung?” Tanya Luhan.
        Siwan merebahkan diri di tengah-tengah antara Nichkhun dan Luhan. “Ini contoh yang aku bawa,” seru Siwan sambil membentangkan selembar kertas berisi contoh desain pakaian untuk kostum MV mereka.
        Dan dua minggu kemudian, mereka sudah mulai disibukkan syuting video music lagu yang akan menjadi single perdana di album baru mereka. Jadwal hari ini hanya syuting di dalam ruangan yang sudah disulap sedemikin rupa serta lengkap dengan peralatan music.
        Ke lima member ‘Blue Flame’ telah bersiap dengan tugas masing-masing. Siwan berada di balik drum, Nichkhun di belakang keyboard. Luhan yang berposisi sebagai gitaris berdiri sedikit ke tepi, dan di ujung sana, tampak Doojoon bersama bass-nya. Sementara itu, Joon yang berperan sebagai vocalis, berdiri di tengah-tengah dan sedikit berada di depan. Tak lupa Joon dilengkapi dengan standing mic.

I’m searching where you are
Can you see what I need is where you are
I’ll always be right there, baby, always be right there, baby
You know when I can be where you are
Only then I willl shine bright
(‘Where You Are’ : CN Blue)

***

        Siwan mempercepat laju mobilnya. Ia bersama Doojoon yang duduk di sampingnya. Siwan lalu menepi dan berhenti tepat di depan sebuah mobil. Ada seorang gadis yang menghampiri mereka. Di saat yang bersamaan, Doojoon pun ke luar dari mobil yang dikendarai Siwan.
        “Maaf kami telat,” ujar Doojoon merasa bersalah ketika ia berdiri di hadapan Soo In.
        “Kami juga belum lama,” balas Soo In tak enak hati karena Doojoon merasa bersalah padanya. Ia lalu duduk di kursi yang di tinggalkan Doojoon.
Sementara pemuda itu menuju mobil yang berhenti di belakang mobil Siwan. Doojoon menuju pintu kemudi, dan ada seorang gadis ke luar dari tempat yang akan diambil alih oleh Doojoon. Tentu saja itu semua rencana mereka agar Doojoon bisa pergi dengan Sung Hye, sementara Siwan akan berkencan dengan Soo In.
        “Akhirnya… aku bisa berdua dengan denganmu lagi.” Siwan tampak memperhatikan Soo In sejak tadi.
        “Memang susah memiliki kekasih seorang drummer band terkenal.”
        Siwan terkekeh mendengar ucapan Soo In. Gadis itu seakan menyesali keputusannya menerima cinta Siwan. Tapi pasti itu hanya untuk menutupi kenyataan sebenenarnya bahwa ia sangat bahagia bisa kembali merasakan keadaan seperti ini.
        “Oiya, ku dengar waktu Joon oppa mengantar Hye Ra ke bandara, sebelumnya mereka melihan sunset di tengah kota,” gumam Soo In seakan ia tengah mengajak Siwan ke sana meski tidak ia katakan secara langsung.
        Siwan berfikir sesaat. Joon memang pernah menceritakan hal itu pada member. Bahkan Joon sangat penuh semangat melakukannya. Namun sedetik kemudian, Siwan melirik Soo In dengan tatapan penuh antisipasi.
        “Kenapa?” Tanya Soo In melihat tingkah aneh Siwan.
        “Tapi kau tidak akan menginjak kakiku seperti yang Hye Ra lakukan pada Joon, kan?” Tanya Siwan takut-takut.
        Soo In justru tertawa menanggapinya. “Bulan depan kakakku akan menikah,” ujarnya mengalihkan pembicaraan mereka.
        “Dengan siapa?” Tanya Siwan polos.
        Soo In menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Siwan. “Yunho,” jawabnya singkat dan tentu saja Siwan terkejut mendengarnya. “Dia akhirnya bisa meyakinkan keluargaku.”
        “Ku rasa itu memang sudah takdir mereka.”

***

        Setelah memastikan semuanya berjalan lancar sesuai rencana. Joon akhinya bisa menginjakkan kaki di Jepang meski hari sudah gelap. Pemuda itu langsung menghentikan sebuah taksi yang akan mengantarnya ke sebuah hotel.
Jadwal ‘Blue Flame’ ke Jepang harus di undur. Maka dari itu, Joon sangat memanfaatkan waktu yang sempit ini untuk ke Jepang. Dan tentu saja untuk menemui Hye Ra. Mungkin besok ia sudah akan kembali lagi ke Korea. Mungkin pagi ia baru akan menemui gadis itu. Karena ini sudah cukup malam.
        Di tengah perjalanan, Joon sama sekali tak hentinya tersenyum. Ia sungguh menikmati suasana malam di Jepang sambil mempersiapkan diri. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan Hye Ra.
        Belum sempat Joon meneruskan khayalannya, tiba-tiba taksi berhenti mendadak. Joon sendiri langsung bergegas ke luar karena sekilas ia melihat ada seseorang yang melintas. Ada seorang gadis yang sedang berusaha bangkit. Joon berinisiatif untuk membantunya.
        Keduanya membeku saat menyadari siapa yang ada dihadapan mereka. “Joon?” pekik gadis itu cukup histeris dan langsung memeluk Joon.
        Tentu saja Joon balas memeluk gadis itu dan membelai rambut panjangnya karena gadis itu ternyata Hye Ra. “Kau baik-baik saja?” Tanya Joon khawatir. Khayalannya hancur. Dan mereka bertemu dalam susasana seperti ini. Hye Ra terlihat cukup kacau.
        Sebelum Hye Ra menjawab, Joon sudah lebih dulu membawa gadis itu ke dalam taksi. Ternyata Hye Ra memang terpaksa pulang sedikit malam karena ada yang harus ia lakukan di tempat kursus. Dan saat perjalanan pulang, ada kejadian yang tidak di inginkan. Ia di rampok. Tasnya di bawa kabur oleh preman-preman itu. Beruntung, gadis itu bisa melarikan diri.
        Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di apartmen tempat Hye Ra tinggal. Joon membimbing Hye Ra untuk duduk di sofa. Sementara pemuda itu menuju dapur dan membawakan Hye Ra segelas air hangat karena gadis itu masih terlihat cukup syok.

***

        Sudah lewat tengah malam. Hye Ra masih belum bisa memejamkan matanya. Ia masih resah. Cepat-cepat ia bangkit lalu turun dari ranjangnya sambil menarik selimut. Perlahan Hye Ra membuka pintu kamar. Suasana di luar cukup gelap. Tapi ada cahaya masuk dari arah dapur. Ternyata pintu yang mengarah ke balkon terbuka.
        Joon di paksa untuk menginap di sana. Tentu saja pemuda itu menyetujuinya. Terlebih ia sangat mengkhawatirkan kondisi gadis itu. Dan saat ini Joon tengah duduk seorang diri di balkon apartmen Hye Ra.
        “Kenapa belum tidur?” tegur Hye Ra sambil mengambil tempat di samping Joon.
        Joon yang sedikit terkejut, langsung menoleh dan mendapati Hye Ra sudah duduk di sampingnya sambil memeluk selimut. “Kau belum tidur?” Joon mengulangi pertanyaan Hye Ra namun tak di jawab oleh gadis itu. Joon tersenyum lalu mengusap puncak kepala Hye Ra. “Sudah lebih baik?”
        Hye Ra hanya mengangguk sekilas. Kemudian langsung mengarahkan pandangannya ke depan. “Sebenarnya, ada apa kau datang ke Jepang?” Tanya Hye Ra tanpa menoleh.
        “Ingin menemui kekasihku.”
        Hye Ra membeku mendengar pengakuan Joon. Saat melirik pemuda itu, Hye Ra mendapati Joon yang tengah menatapnya sejak tadi. Hanya sesaat. Hye Ra segera memutuskan kontak matanya pada Joon. Hatinya seperti hancur tiba-tiba. “Kau sudah menemukannya?” Hye Ra susah payah mengeluarkan pertanyaan itu.
        Tanpa sepengetahuan Hye Ra, Joon terkekeh. Ia yakin gadis itu pasti cemburu karena salah sangka. “Iya, aku sudah menemukannya.” Tak ada reaksi apapun dari Hye Ra. “Gadis itu ada di hadapanku sekarang.”

*flashback*
        “Aku tidak percaya Hye Ra berkata seperti itu padamu,” seru Siwan merendahkan cerita Joon sebelum insiden Hye Ra menginjak kakiknya.
        “Terserah kau,” balas Joon yang sudah enggan bertengkar perihal Hye Ra.
        “Lalu, apa kau juga mengatakan kau juga menyukainya?” Tanya Nichkhun penasaran.
        Joon pura-pura berpikir untuk mengulur waktu. “Tidak.” Terdengar decakan kecewa dari Luhan, Siwan serta Nichkhun. Tapi tak ada satupun dari mereka yang menyadari keberadaan Doojoon yang sudah mengawasi sejak beberapa saat yang lalu. “Tapi aku mencium pipinya.”
        “Apa!” pekik Doojoon bahkan sebelum yang lain meresponnya. Sedetik kemudian ia sudah menjadi pusat perhatian. “Jadi kau sudah resmi berpacaran dengan Hye Ra?”
        “Tapi kan Joonie hyung belum mengatakan apa-apa,” seru Luhan tampak membela Joon dan yang lain hanya mengangguk menyetujui.
        Doojoon bergegas untuk bergabung dengan yang lain. “Harusnya sudah. Meski tidak dikatakan secara langsung, tapi yang dilakukan Joon sudah mewakili perasaannya. Jadi mereka sudah berpacaran sekarang.”
        Joon yang sejak tadi mendengarkan perkataan Doojoon dengan serius, kini mengembangkan senyumannya.
*flashback end*

        “Benar seperti itu?” Tanya Hye Ra dengan polosnya menanggapi cerita Joon tadi. “Kenapa kau tidak pernah mengatakannya di telpon?” lanjutnya melancarkan protes.
        “Sudahlah. Apa kau tak senang mendengarnya?” rayu Joon mengalihkan pembicaraan.
        Hye Ra melirik Joon dengan tatapan ragu. “Berarti sudah selama 3 minggu, ya?” serunya sambil menunjukkan tiga jarinya. Joon hanya mengangguk, sementara Hye Ra kembali menatap ke depan dan tak mengatakan apa-apa.
        “Bagaimana kau kita pastikan lagi?”
        “Maksudmu?”
        “Tunggu sebentar.” Joon sibuk mencari-cari sesuatu di dalam saku jinsnya. “Aku memiliki sebuah cincin.” Tak lama ia mengeluarkan benda yang dimaksudnya. Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Joon meraih tangan kiri Hye Ra dan memasangkan cincin tersebut.
        Hye Ra terkekeh melihat aksi Joon yang berusaha mencari-cari jari yang tepat. “Cincin itu terlalu besar untukku.”
        “Kau benar,” seru Joon menyerah.
        “Sebenarnya untuk apa cincin itu?”
        Joon mengeluarkan sesuatu yang menggantung di lehernya. “Kau ingat ini?”
        Hanya melihat sekilas saja, Hye Ra sudah bisa memastikan ia mengenal cincin yang dijadikan liontin kalung oleh Joon. “Jadi benda itu ada padamu? Kenapa tak kau buang saja?” perintah Hye Ra.
        “Kenapa harus ku buang?” jelas-jelas Joon menolak perintah Hye Ra. “Cincin ini akan selalu ku pakai sebagai pengganti karena kau belum bisa benar-benar berada di sampingku.”
        “Tapi cincin itu pemberian Yong Hwa. Kau bisa memeriksanya karena terukir nama pemuda itu di dalamnya.” Hye Ra bersikeras meyakinkan Joon.
        “Kau saja yang memeriksanya.”
        Demi meyakinkan Joon tentang cincin itu, Hye Ra terpaksa melihat sendiri kebenarannya. Gadis itu mendekatkan tubuhnya karena kalung tersebut masih tergantung di leher Joon. Setelah melihatnya, Hye Ra langsung kembali menjauhkan tubuhnya dan mendongak untuk menatap Joon. “Bagaimana bisa ada namaku di sana?” Tanya Hye Ra bingung.
        “Mungkin Yong Hwa diam-diam menukarnya?” ujar Joon berspekulasi. Hye Ra masih diam, sibuk dengan pikirannya sendiri. “Kau memiliki kalung, kan?” Joon menarik kembali tangan Hye Ra lalu memasangkan cincin tadi di ibu jari gadis itu. “Ya sudah, kau pasang sendiri ya?”
        Hye Ra tersenyum geli melihat cincin yang melingkar di ibu jarinya. Tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Joon padanya.
        “Kapan Nichkhun hyung dan Minjung eonnie akan menikah?” Tanya Hye Ra setelah mereka diam beberapa lama.
        “Setelah Siwan dan Soo In bertunangan. Mungkin.” Jawaban Joon terdengar ragu dan belum pasti. “Tapi bisa jadi setelah Luhan bertunangan dengan Han Yoo,” lanjutnya.
        Hye Ra membualatkan matanya tanda terkejut. Namun kejutan bahagialah yang ia rasakan. “Aku ikut senang mendengarnya. Bahkan Luhan juga sudah berencana untuk tunangan. Dan sebentar lagi, satu-persatu dari kalian akan menikah.”
Namun berbeda dengan Joon. Reaksinya sangat bertolak belakang. “Apa kau akan memaksaku agar kita juga bertunangan?” Tanya Joon takut-takut. Karena sepertinya memang ada sesuatu yang ia hindari.
        Hye Ra mengusap tengkuknya, bingung. “Entahlah. Aku saja baru menyadari hari ini bahwa aku memiliki kekasih sekarang.”
        Joon melirik jam tangannya yang sudah menunjuk ke angka satu. “Ini sudah lewat tengah malam. Sebaiknya kau tidur,” perintah Joon yang tidak ingin ada penolakkan. Ia bahkan sudah menarik tangan Hye Ra dan mengajaknya ke dalam.
        Hye Ra melangkah menuju kamarnya, sementara Joon merebahkan diri di sofa yang sudah dilengkapi dengan bantal dan selimut karena di sana hanya tersedia satu kamar. Joon menoleh karena merasa Hye Ra masih memperhatikannya.
        “Kapan kau akan pulang?”
        Joon bangkit ke posisi duduk sambil berpikir. “Pesawatku akan terbang jam 7 pagi.”
        “Secepat itu?”
        Joon menghela napas sebelum menjawab. “Jadwalku tidak bisa di ubah sesuka hati,” seru Joon menyesal.
        “Apa kau keberatan jika kita mengobrol sampai pagi? Kebetulan hari ini hanya aka nada pameran desain di tempat kursusku. Dan waktunya akan di laksanakan sore hari.”
        Joon tak langsung menyetujuinya. Ia ingin sedikit menggoda kekasihnya itu. “Tapi kau memiliki sesuatu yang bisa di makan, kan?”
        “Kau tunggu di sana, aku akan memasakkan sesuatu untukmu.” Hye Ra buru-buru melempar selimutnya ke dalam kamar, lalu bergegas menuju dapur.
        “Aku ingin menemanimu,” ujar Joon yang kini sudah mengikuti langkah Hye Ra ke dapur.
        Sadar bahwa mereka akan tidak bertemu dalam beberapa minggu ke depan, Joon dan Hye Ra benar-benar memanfaatkan waktu mereka yang sempit ini dengan semaksimal mungkin. Meski harus tidak tidur sampai pagi.
        “Sepertinya harus ada yang ku pikirkan lagi mulai sekarang,” ujar Joon di sela-sela makan mereka.
        “Apa ada keinginanmu yang belum tercapai?” Hye Ra dengan serius menanggapi perkataan Joon.
        Joon tersenyum dan memberikan suasana misterius di balik senyumannya itu. “Tentu saja masih banyak sekali. Tapi untuk jangka waktu dekat, aku mungkin akan membeli apartmen.”
        “Kau ingin meninggalkan dorm?”
        “Yang lain juga pasti akan melakukan hal yang sama jika sudah menikah. Dan aku akan membelinya untuk kita tempati bersama nanti.”
        “Uhuk!” Hye Ra tersedak dengan perkataan Joon tadi.
        Joon menyodorkan gelas pada Hye Ra. “Aku tidak terlalu suka membuat berita yang menghebohkan. Karena itu, mungkin aku akan langsung melamarmu tanpa harus mengurus pertunangan terlebih dahulu.”
        “Apa kau sudah benar-benar yakin padaku?”
        “Kita tidak akan menikah besok, Hye Ra. Masih cukup banyak waktu. Kau tenang saja.” Joon berkata lembut sambil memegang salah satu tangan Hye Ra.
Beberapa saat kemudian, suasana hening mendominasi mereka.
        “Aku tak membayangkan jika berita dari mu akan menjadi yang paling menghebohkan di ‘Blue Flame’,” Hye Ra akhirnya memecah keheningan.
        “Kau benar. Luhan dan Siwan memberikan berita bahwa mereka ternyata memiliki kekasih. Sementara Doojoon dan Nichkhun membuat heboh karena berita pertunangan mereka. Maka dari itu, aku tak mau kalah dengan berita pernikahanku.”
        Hey Ra tertawa menanggapi ucapan Joon yang terlalu percaya diri. “Itu artinya, kau harus cepat membeli apartmen,” ujarnya memberi saran.
        “Tentu saja. Untuk lokasinya, kau yang pilihkan.” Dengan santainya Joon melemparkan beban pada Hye Ra.
        “Kau sudah pernah mengunjungi apartmenku, kan? Bagaimana menurutmu?”
        Joon diam sesaat sambil mengingat-ingat tempat itu. Karena ia baru sekali kesana. “Di bandingkan dengan yang ini, apartmenmu yang di Korela terlalu luas jika hanya kau tempati sendiri. Dan aku cukup nyaman berada di sana.”
        “Bagaimana kalau kau membeli apartmen itu saja?” saran Hye Ra penuh semangat. “Ada kenangan yang indah terjadi di sana.”
        “Maksudmu kenangan bersama Doojoon? Atau bersama Yong Hwa?” Joon bertanya dengan nada tak suka.
        “Apa aku harus mengatakannya?” Hye Ra menatap Joon ragu. Ia tak terlalu mempedulikan reaksi Joon yang bertolak belakang dengan apa yang dipikirkannya. “Karena, di tempat itulah pertama kalinya aku jatuh cinta padamu,” ujar Hye Ra pelan sambil tertunduk.
        Joon mendongak dan menatap Hye Ra. Ia terkekeh melihat gadis itu tampak malu-malu saat mengatakan hal tadi. Tiba-tiba, terbesit sebuah ide di benaknya. Joon melepaskan kalung lalu memakaikan cincin di jari manis Hye Ra. “Pasangkan cincin itu padaku,” pintanya sambil menunjuk ke arah ibu jari Hye Ra. Meski bingung, Hye Ra hanya menuruti permintaan Joon. Lalu pemuda itu mengajak Hye Ra berdiri. Dan tak lupa ia mengeluarkan ponsel dan membuka fitur kamera. “Tunjukkan cincinnya,” pinta Joon sambil mengangkat tangannya yang memegang ponsel, lalu mengabadikan momen tadi dalam sebuah foto.
        “Kau kenapa?” tegur Hye Ra yang heran melihat Joon sibuk dengan ponselnya sambil tersenyum.
Belum sempat Joon menjawab, ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan dari Minho.
        “Jangan main-main Joon!” teriak Minho. Joon bahkan mengaktifkan loadspeaker pada ponselnya. “Kalian tidak bisa melakukan pertunangan tanpa persetujuanku dan keluarga yang lain!”
        Klik! Joon dengan tidak sopannya mematikan telpon Minho.
       

***


2 komentar:

  1. why not just kiss her on the lips?

    ngakak banget pas bagian ini :
    "Aku mendapat serangan cinta dari Hye Ra,” ujar Joon asal membuat Nichkhun menjitaknya. “Nichkhun!” protesnya."

    hmmm.. kasian Hye Ra nya di rampok..
    dan Joon modus banget pengen nemenin Hye Ra masak.. wkwkwkwk

    ngakak banget, pas bagian ini :
    “Kau benar. Luhan dan Siwan memberikan berita bahwa mereka ternyata memiliki kekasih. Sementara Doojoon dan Nichkhun membuat heboh karena berita pertunangan mereka. Maka dari itu, aku tak mau kalah dengan berita pernikahanku.”

    Joon sotoy banget matiin telpon dari calon kaka iparnya sendiri.. hahahaha

    BalasHapus
  2. why not just kiss her on the lips?
    *because, Joon's lips, just my mine*

    joon itu emang lagi pengen jadi trouble maker... soalnya dia jg jarang2 ketemu ama Hye ra... dan lagi pengen bikin berita heboh...

    BalasHapus