Senin, 06 Januari 2014

WANNA BE LOVED YOU (part 20) end


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin), SNSD (Hyoyeon), BtoB (Hyunsik)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        Setelah Woohyun pergi, Hye Ra masih di sana menunggu sampai Sunggyu pulang beberapa saat kemudian. Gadis itu membukakan pagar rumah agar mobil Sunggyu bisa masuk.
        “Kau baru pulang? Dari mana saja?” omel Sunggyu yang mendapati adiknya masih berada di luar rumah tengah malam seperti ini.
        Hye Ra hanya menghela napas. Malas beradu argument untuk hal yang tak penting dengan Sunggyu. “Oppa, aku ingin bicara,” ujarnya setelah menutup pintu utama.
        Sunggyu yang sudah melangkah ke dalam, berhenti lalu menoleh dan menatap adiknya bingung. “Sejak kapan aku menyuruhmu meminta ijin dulu jika ingin bicara denganku?”
        Mendengar tanggapan Sunggyu yang seperti itu, Hye Ra memilih menghempaskan tubuhnya ke sofa. “Ceritakan padaku apa-apa saja yang oppa ketahui tentang hubungan antara Sungyeol oppa dan Haesa.”
        “Mereka saudara kandung. Sungyeol ikut ibunya, sementara Haesa ikut ayahnya setelah orang tua mereka berpisah. Sudah cukup lama. Kira-kira sekitar 7 sampai 8 tahun yang lalu. Setelah itu ayahnya Haesa menikah lagi dengan ibunya Sungjong,” jelas Sunggyu. Ia bahkan tak terlalu memperhatikan perubahan raut wajah Hye Ra.
        Gadis itu membeku mendengarkan setiap detail kata yang diucapkan Sunggyu. Pikirannya sontak melayang tentang kejadian-kejadian yang melibatkan Sungyeol. Atau terkadang ketika pemuda itu bersama Haesa. Salah satunya saat Sungyeol datang kesekolahnya dan sampai akhirnya terjadi sedikit insiden yang tidak diinginkan.
        “Jadi selama ini aku salah paham dengan mereka?” Hye Ra masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Bahkan sampai ia kembali ke kamarpun, sosok Sungyeol masih menghantuinya.
        Malam itu Hye Ra juga tidak bisa tidur. Hampir serupa seperti apa yang dialami Sungyeol. Namun setidaknya, masalah tentang Woohyun sudah teratasi. Meski tak semudah itu membuatnya tenang. Gadis itu mengacak rambutnya. Cukup terlihat frustasi tentang perasaannya saat ini.
        Gadis itu melihat ponselnya tergeletak manis di atas meja belajarnya. Hye Ra meraih benda hitam tersebut yang masih dalam keadaan mati. Saat dinyalakan, ternyata banyak pesan masuk dari Myungsoo dan Dongwoo yang menanyakan keberadaannya.
        Hye Ra melemparkan ponselnya ke atas kasur, namun benda itu seperti membentur sebuah benda. Saat dilihat, ternyata adalah novel yang akhirnya membongkar tentang pemuda yang 2 tahun lalu menyelamatkannya dari tenggelam.
        Tiba-tiba Hye Ra teringat Minwoo. Sepupunya yang mengingatkan tentang curhatannya di novel tersebut. Langsung saja ia menyambar ponselnya dan menghubungi Minwoo. Tidak peduli jika saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
        Cukup lama Hye Ra menunggu sambil menggenggam kalung berbandul cincin di lehernya, sampai akhirnya Minwoo menjawab setelah beberapa kali ia menghubungi. “Orang tuamu masih di luar kota, kan? Bisa tolong aku?” Pintanya.
        Setelah menghubungi Minwoo, Hye Ra langsung melesat ke luar kamar. Menuju kamar kakaknya yang tepat bersebelahan dengan kakaknya. Tanpa mengetuk pintu lebih dulu, Hye Ra menerobos masuk. Ia mengguncangkan tubuh Sunggyu tanpa rasa bersalah. Tak peduli bahwa kakaknya baru tidur beberapa jam saja.
        “Oppa, ayo temani ke rumah Myungsoo!”
        “Kau tidak tau ini jam berapa?” protes Sunggyu yang merasa jam tidurnya terganggu.
        “Oppa, aku harus mengejar cintaku pada Sungyeol oppa.”
        “Hmm?” Sunggyu akhirnya menoleh penuh minat meski dengan mata yang masih setengah terpejam. “Sungyeol?”
        “Kenapa? Tak suka? Jika kau tidak mau menolongku, jangan harap hubunganmu dan Haesa bisa berjalan lancar,” ancam gadis itu yang kemudian langsung melesat ke luar. Tentu saja membuat Sunggyu sedikit terperangah, dan mau tidak mau ia harus menyusul adiknya.

***

        “Minwoo! Buka pintunya!” Myungsoo menggedor, bahkan meneriaki rumahnya sendiri. Tepat dibelakangnya, berdiri Sungyeol yang menunggu dengan tidak sabar.
        “Apa kau tidak memiliki kunci cadangan?”
        Myungsoo hanya menoleh sesaat. Sama sekali tak berniat menanggapi ucapan Sungyeol. “Jika ada, aku tidak akan melakukan hal ini,” desisnya kesal. Kemudian ia kembali melanjutkan menggedor pintu rumahnya. “Minwoo!”
        Sementara di dalam, Hye Ra dan Minwoo langsung saling melempar tatapan setelan mendengar teriakan Myungsoo dari luar. Hye Ra bersiap bangkit, namun Sunggyu sudah lebih dulu menahannya.
        “Bagaimana jika Sungyeol tak datang?”
        “Anggap saja Sungyeol memang bukan jodohku,” kata Hye Ra santai merespon ucapan Sunggyu. Ia lalu melepaskan tangan Sunggyu dengan lembut sebelum akhirnya memilih melangkah ke bagian belakang rumah tersebut.
        Saat membuka pintu yang mengarah langsung ke arah kolam renang, Hye Ra semakin mengeratkan pegangannya ke badan pintu. Hye Ra sempat menoleh kembali ke belakang. “Akankah Sungyeol oppa juga datang?” Sempat ragu gadis itu untuk melanjutkan rencananya. Namun  ia meyakinkan diri bahwa jawaban dari semua kerisauannya itu hanya ada jika ia benar-benar menjalankan rencana.
        Sekuat tenaga, Hye Ra melangkah ke tepi kolam. Tujuannya adalah kursi kayu di depan sana. Baru beberapa langakah saja, Hye Ra sudah merasakan kakinya gemetaran. Gadis itu akhirnya berjongkok, bahkan akhirnya sampai merangkak di tepi kolam dengan mata tertutup. Bau kaporit yang menguar dari permukaan kolam mulai membuat Hye Ra pusing dan dihantui masa lalunya saat tenggelam.
        “Hye Ra!”
        Mendengar seseorang meneriaki namanya, Hye Ra berhenti kemudian menoleh. Ia melihat sosok Myungsoo yang mendekat. Di susul kemudian seorang pemuda bertubuh tinggi yang sukses membuat bibir Hye Ra tersenyum tipis.

***

        Myungsoo menyentuh pundak Hye Ra yang duduk di sampingnya. “Ku rasa kalian butuh waktu untuk bicara berdua,” ujarnya yang kemudian berdiri. Meninggalkan Hye Ra di kursi kayu dekat kolam renang hanya bersama Sungyeol.
        Sungyeol sendiri tampak menatap Myungsoo sampai pemuda itu menghilang ke dalam rumah. Suasana canggung menguasai keduanya. Sungyeol berinisiatif melepaskan jaketnya dan ia berikan pada Hye Ra. “Udaranya sangat dingin.”
        Hye Ra menerimanya dengan tatapan bingung. “Ini punyamu?”
        “Itu pemberian Hyunsik dan Hyoyeon,” jelas Sungyeol. Namun tampaknya bukan itu jawaban yang diinginkan Hye Ra. “Kau heran karena sama dengan milikmu?”
        “Dari mana kau tau jika aku juga memiliki benda seperti ini?”
        Sungyeol tersenyum penuh arti. “Myungsoo yang cerita.” Kembali hening mendominasi. “Aku juga awalnya tak percaya jika kita memiliki benda yang sama seperti itu. Semuanya di luar dugaan.”
        “Kenapa kau mau datang ke sini?”
        Sungyeol sempat membeku sesaat setelah mendengar Hye Ra bicara seperti tadi. Namun pemuda itu sama sekali tak menoleh sedikitpun ke arah Hye Ra. “Hanya membuktikan bahwa perasaanku sejak 2 tahun lalu masih ada. Meski aku sadar, itu semua sudah terlambat.” Setelah menyelesaikan kalimatnya, Sungyeol akhirnya melirik Hye Ra. Dan hal yang menyita perhatiannya adalah kalung yang kini berada di genggaman Hye Ra.
        “Masih ingat benda ini?”
        Sungyeol terkekeh kecil sambil meraihnya dari tangan Hye Ra. “Aku yang menemukannya di dasar kolam. Dan aku juga yang menjaganya selama 2 tahun ini.”
        Di saat Sungyeol seperti melepas rindu dengan kalung tersebut, Hye Ra justru menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan malas. “Apa semuanya akan berakhir begitu saja?” ujarnya seakan hilang harapan. Gadis itu bahkan tak sedikitpun melirik Sungyeol.
        “Semuanya memang sudah berakhir saat kau telah memilih Woohyun hyung.” Sungyeol menatap ke arah lain. Menutupi raut wajahnya dari kecurigaan Hye Ra. Harusnya gadis itu sadar jika hati dan ucapan Sungyeol sangat bertolak belakang.
        “Woohyun oppa bahkan bilang kalau hanya kau penangkal traumaku.”
        Suara Hye Ra terdengar sedikit jauh dari telinga Sungyeol. Dan ketika menoleh, pemuda itu justru mendapati Hye Ra sudah berdiri di tepi kolam. Kemudian, dengan santainya Hye Ra menceburkan diri di sana.
        “Hye Ra!” Teriak Sungyeol. Kejadian 2 tahun lalu benar-benar terulang. Tanpa berpikir 2 kali, Sungyeol sudah melesat bahkan ikut menceburkan diri ke kolam. Setelah itu tidak ada suara-suara teriakan Hye Ra yang terdengar meminta tolong. Saat mengedarkan pandangan ke seluruh permukaan kolam untuk mencari keberadaan Hye Ra, Sungyeol justru merasakan pelukan hangat di belakang tubuhnya.
        “Aku hampir frustasi saat melihat kau berpelukan dengan gadis lain di taman. Dan aku tidak tau bagaimana jadinya jika kau benar-benar dimiliki orang lain. Mungkin aku akan langsung menceburkan diri ke kolam renang sampai kau datang menolongku. Ingat, hanya kau yang bisa menyelamatkanku. Dan kau pasti akan tau akhirnya jika kau memang tak datang.”
        Sungyeol meneguk ludahnya ketika mendengar kata-kata Hye Ra. Perlahan ia melepaskan tangan gadis itu yang melingkar di pinggangnya. Sungyeol membalikkan badan di dalam kolam yang tingginya ternyata hanya sebatas dada Hye Ra.
        “Kau pikir aku tak ingin mati rasanya saat mendengar banyak pemuda yang dekat denganmu? Belum lagi ternyata kau bahkan menyatakan cinta pada Woohyun hyung.”
        “Oppa, maafkan aku. Aku bahkan tak tau jika telah terjadi sesuatu padamu. Tentang kecelakaan, hingga rumahmu yang di jual.”
        “Kau tau dari mana tentang itu?”
        “Aku mengancam Sunggyu oppa. Jika ia tak menceritakan tentang kau dan Haesa, aku tidak akan menyetujui hubungan mereka.”
        Sungyeol terkekeh geli sambil mengacak rambut Hye Ra dengan gemas. “Kenapa kau jadi sejahat itu?”
        “Jika mereka berjodoh, kau akan menjadi kakak iparnya Sunggyu oppa. Kita akan menjadi keluarga juga. Kemungkinan kita juga jadi sering bertemu. Kau pikir aku mau melihatmu bergandengan dengan gadis lain?”
        Sungyeol benar-benar di buat tak bisa berkata-kata di hadapan gadis itu.
        “Lagi pula, kau sudah merebut first kiss-ku dulu. Dan aku tak ingin melepaskanmu begitu saja.”
        “Jika aku mengatakan hal yang sama, apa kau juga akan bertanggung jawab?”
        “Bertanggung jawab seperti apa? Dengan menjadi kekasihmu?”
        “Hanya kekasih? Tak ingin menikah?”
        “Oppa!” seru Hye Ra yang tentu saja malu dengan pernyataan Sungyeol. Ia mencubit gemas lengan pemuda itu.
        “Akh, sakit!” Sungyeol meringis sambil mengusap lengannya yang memerah itu. Namun kemudian, ia menarik Hye Ra ke dalam pelukannya.

***

        3 tahun kemudian. Seorang pemuda tampak berdiri di depan cermin. Ia mengancingkan lengan kemeja putihnya. Kemudian menyampirkan jasnya di pudak. Ia mengabaikan dasi, dan membiarkan kancing teratas kemejanya terbuka.
        Tak lama, ponselnya yang tergeletak di atas kasus berbunyi. Sebuah panggilan dari Haesa. Pemuda itu, Sungyeol, langsung menjawabnya. “Kau sudah di Jepang?”
        “Oppa! Kau kapan menyusul ke sini?” desak Haesa yang baru saja mendaratkan kaki di bandara International Jepang. “Sungjong tak jadi datang. Dia ada ujian penting di kampusnya.” Tangan gadis itu sama sekali tak melepaskan gandengannya terhadap pemuda yang bersamanya itu. Sunggyu.
        Mereka juga datang bersama Donghyun dan istrinya yang baru menikah beberapa minggu lalu.
        “Kalian masih menunggu orang lagi?”
        “Aku akan menghubungimu lagi,” putus Haesa yang mengakhiri sambungannya secara sepihak. Di hadapannya kini, sudah berdiri seorang pemuda yang sudah 3 tahun tak ia temui. Teman semejanya saat SMA. Hoya.
        “Tidak ada. Haesa hanya menelpon Sungyeol tadi.” Sunggyu yang menjawab pertanyaan Hoya.
        Hoya tampak mengangguk mengerti. “Bisa kita berangkat sekarang?”
        Semuanya mengangguk kompak. Haesa dan istrinya Donghyun berjalan lebih dulu menyusul Hoya. Sementara Sunggyu serta Donghyun sendiri menyusul kemudian.
        “Kau tau? Takdir itu tidak ada yang bisa menebaknya,” ujar Sunggyu.
        “Termasuk kisah antara adikmu dan Sungyeol?” tebak Donghyun. Pemuda itu memang sangat dekat dengan Sunggyu dan keluarganya. Ia bahkan pernah dijodohkan oleh Sunggyu untuk Hye Ra. Tentu saja sebenarnya ia menolak karena sudah memiliki kekasih yang kini menjadi istrinya.
        “Iya. Dan jangan lupakan pertemuan kita di sini. Kau ingin berbulan madu, kan?” tebak Sunggyu.
        “Dan menghadiri pernikahan Hyunsik Hyoyeon,” sambung Donghyun seakan melengkapi pernyataan Sunggyu. Mendengar itu, Sunggyu menoleh cepat dengan tatapan penuh Tanya. “Hyunsik masih sepupuku.”
        “Benarkah?”
        Donghyun tampak tak ingin menjelaskan lebih lanjut.

***

        “Ibu guru hati-hati di jalan,” sapa anak-anak berseragam TK dengan riang pada seorang gadis yang berdiri di depan gerbang sekolah mereka.
        “Kalian juga. Belajar yang rajin ya,” balas gadis itu ramah sambil melambaikan tangan pada beberapa muridnya. Termasuk orang tua murid yang menjemput anak-anak mereka.
        Tak lama, berhenti sebuah mobil mewah tepat di depan gadis itu. Seseorang muncul dari dalamnya, dan langsung melesat mendekati gadis tadi.
        “Selamat siang ibu guru yang cantik,” seru Sungyeol pada kekasihnya, Hye Ra. “Sudah siap berangkat ke Jepang bersamaku?”
        Hye Ra tak langsung meresponnya.
        Sungyeol berdecak kesal melihat reaksi kekasihnya itu. “Hye Ra, ayo. Sebelum Haesa menerorku kembali dengan…” Sungyeol tak melanjutkan kalimatnya, karena ketika ia menunjukkan layar ponselnya, Haesa kembali menelponnya setelah itu.
        Hye Ra hanya terkekeh melihatnya. “Ayo pergi.”
        Sungyeol menahan tangan Hye Ra yang sudah ingin melangkah. “Jika bertemu Hoya, janji kau tidak akan berpaling dariku?”
        Hye Ra hanya memutar bola matanya, malas. “Sayangnya aku tak memiliki bahan untuk membalasmu.”
        Sungyeol tersenyum penuh kemenangan. Memang tidak ada gadis lain yang sempat mengisi hatinya sebelum ia dan Hye Ra resmi menjadi sepasang kekasih.

***

        Seusai pesta resepsi pernikahan Hyunsik dan Hyoyeon, mereka semua berkumpul di satu meja. Hye Ra, Sungyeol, Sunggyu, Haesa, Hoya, Donghyun dan istri, serta sepasang pengantin baru tersebut.
        “Kapan kau akan melamar Haesa?” goda Donghyun pada Sunggyu yang duduk tepat di sampingnya.
        “Tunggu Haesa lulus kuliah dulu, hyung.” Sunggyu menjawab setengah malu-malu, membuatnya ditertawakan yang lain.
        “Akh, iya. Oppa, ada undangan untukmu,” kata Hye Ra yang ditujukan untuk Sunggyu.
        “Jangan bilang itu undangan kau dan Sungyeol?” Tuduh Sunggyu. “Jadi kalian diam-diam sudah merencanakan pernikahan? Tidak bisa. Kau itu adikku. Harusnya aku dulu yang menikah.”
        “Hyung. Haesa juga adikku,” sela Sungyeol tak mau kalah. “Kalau aku juga tak mengijinkannya menikah lebih dulu dariku, bagaimana?”
        Hye Ra hanya geleng-geleng kepala melihatnya. “Jangan asal tuduh. Lihat dulu!” Hye Ra lantas menyodorkan sebuah undangan pada Haesa yang kemudian diteruskan untuk Sunggyu.
        Sambil menahan rasa kesal sekaligus malu, Sunggyu membukanya perlahan. Ia sempat membeku sesaat ketika melihat nama pasangan yang akan menikah. “Woohyun?” Pemuda itu melempar tatapan ke Hye Ra untuk memastikan.
        Hye Ra hanya menjawab dengan anggukan karena ia disibukkan dengan makanannya. “Minggu depan, kan?”
        “Apanya yang minggu depan? Ini tanggal untuk besok!” seru Sunggyu yang bahkan sudah mengembalikan undangan tersebut ke tangan Hye Ra agar gadis itu memeriksanya sendiri.
        Sungyeol mendekatkan wajahnya untuk ikut memastikan kebenaran tanggal pernikahan di kartu undangan milik Woohyun tersebut. Sungyeol bahkan sampai mencocokkan tanggal dengan yang tertera di ponselnya.
        “Astaga! Itu benar besok!” Ujar Sungyeol setengah panic. Ia dan Hye Ra bahkan sudah saling tatap.
        Haesa menyenggol lengan Hye Ra yang duduk di sampingnya. “Bagaimana ini?”
        “Kita harus beli tiket untuk pulang sekarang.” Hye Ra sontak berdiri. “Woohyun oppa bisa membunuh kita jika tidak datang ke pesta pernikahannya.”

***

        Hoya langsung memesan tiket kembali ke Korea. Termasuk juga untuk dirinya yang ingin menghadiri acara pernikahan Woohyun meski mereka belum terlalu dekat. Pemuda itu bahkan tidak membawa persiapan apa-apa selain ransel yang tak terlalu besar untuk menemani perjalanannya. Setidaknya di sana ada Dongwoo atau Myungsoo yang bisa meminjamkannya pakaian.
        Hoya, Hye Ra, Sungyeol, Sunggyu dan Haesa baru saja sampai di bandara setelah di antar langsung oleh Hyunsik dan Hyoyeon yang tidak bisa ikut ke Korea.
        Satu-persatu dari mereka perlahan menghentikan langkah. Mereka terpaku melihat 5 pemuda yang hanya berjarak beberapa meter saja di depan. Dua diantaranya memiliki wajah sama. Dan kini, 5 pemuda tersebut juga berangsur menghentikan langkah saat mendapati 3 pemuda bersama 2 orang gadis.
        “Myungsoo!” seru Hye Ra riang. Pemuda yang dimaksud langsung melesat memeluknya setelah menyadari gadis yang memanggilnya adalah orang yang ia kenal selama ini.
        Dongwoo, Myungsoo, Minwoo, Kwangmin dan Youngmin. Hoya yang melihat salah satu sahabatnya ada di sana, langsung saja mendekat dan memeluk Dongwoo. Sementara Minwoo menghampiri Sunggyu.
        “Sedang apa kau di sini?” Tanya Hye Ra setelah melepaskan pelukan Myungsoo.
        “Liburan!” Myungsoo berseru senang. Melihat orang-orang di hadapannya kini, pemuda itu langsung bersikap lebih tenang. “Kalian pasti sedang menjemput kami, kan?” tebaknya antusias. “Kenapa harus semuanya? Cukup Hoya dan Hye Ra, mungkin. Atau Hoya dengan Sunggyu hyung?”
        “Aku bahkan tak tau kalau kalian akan datang,” ujar Hoya membela diri dengan tatapan polos.
        Myungsoo menoleh ke arah Dongwoo seakan meminta pertanggung jawaban. Dongwoo sendiri hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
        “Aku ingin memberikan kejutan untuk kalian,” seru Dongwoo riang. Namun semangatnya tak berimbas ke Hoya ataupun yang lain.
        Sunggyu tampak bergerak untuk menengahi. “Hmm… Kita justru ingin kembali ke Korea.”
        “Kembali?” seru Myungsoo memastikan.
        “Ke Korea?” sambar Dongwoo.
        “Sekarang, hyung?” lanjut Minwoo sama terkejutnya dengan yang lain.
        “Tapi kita baru saja sampai?” ujar si kembar Youngmin dan Kwangmin dengan kompaknya.

***

        “Hyung…!”
        Seorang pemuda yang saat itu sedang sibuk di dapur rumahnya, menoleh saat mendengar teriakan dua pemuda lain dari arah luar. Dia Woohyun. Pemuda tampan itu hanya berdecak kesal saat menyadari siapa yang berani mengganggu ketentraman rumahnya siang itu. Siapa lagi kalau bukan mantan rekan kerjanya di café milik Sunggyu. Hyunseong dan Jeongmin.
        “Apa?” Tanya Woohyun sedikit malas ketika dua pemuda itu sudah memunculkan diri di hadapannya.
        “Ada tamu istimewa di luar,” kata Jeongmin.
        Woohyun mengerutkan kening. “Siapa?” tanyanya, namun tidak ada yang memberikan jawaban. Pemuda itu akhirnya memilih ke luar, diikuti Jeongmin dan Hyunseong kemudian.
        Tepat di depan rumah Woohyun, sudah berjejer dua mobil. Tak lama penghuni mobil tersebut memunculkan diri. Di mobil ke dua, tampak Hye Ra yang tidak sabar untuk menemui Woohyun. Gadis itu keluar dari mobil yang dikendarai Sungyeol. Muncul kemudian Dongwoo beserta adiknya yang kembar dari mobil yang sama.
        Sementara di mobil yang lain, muncul Sunggyu bersama Haesa serta Myungsoo, Hoya dan Minwoo.
        Woohyun sedikit menegang melihat orang-orang yang muncul di kediamannya siang itu. Terlebih tatapan mereka seperti ingin memakannya. “Hai…” sapanya canggung.
        Hye Ra melesat ke samping Woohyun. “Bukankah oppa akan menikah? Tapi kenapa…” gadis itu tentu saja tak melanjutkan kalimatnya karena melihat Woohyun yang masih mengenakan pakaian rumah.
        “Kan acaranya minggu depan.” Semua tatapan tertuju pada Hyunseong. Namun tanpa di duga Woohyun justru menyikut perutnya seperti memaksa Hyunseong untuk merahasiakan sesuatu.
        Tentu saja itu semua percuma. Hye Ra dan yang lain terlanjur menaruh curiga pada Woohyun. “Jadi oppa hanya mengerjai kita?”
        “Ini apa maksudnya?” Sunggyu bahkan sampai turun tangan dengan menyodorkan undangan ‘palsu’ yang di bawa Hye Ra ke Jepang.
        “Aku takut kalian lupa karena terlalu asik di Jepang.”
        “Hyung! Aku, Minwoo, Dongwoo dan si kembar bahkan baru saja sampai di Jepang, dan harus langsung kembali lagi ke Korea,” keluh Myungsoo mengingat ia dan 4 pemuda yang datang bersamanya belum sedikitpun menikmati keindahan negeri Sakura itu.
        “Aku juga butuh bantuan kalian semua.”
        Hye Ra dan yang lain hanya bisa menghela napas kasar mendengar ucapan terakhir Woohyun.
        “Ya sudah, hyung. Kami sudah terlanjur ada di sini. Apa yang bisa kami bantu untukmu?” Sungyeol akhirnya bersuara. Tentu saja langsung membuat Woohyun sumringah seketika.
        “Ayo ke dalam,” ajak Woohyun penuh semangat. Yang lain langsung mengikuti meski setengah ikhlas. Termasuk juga si kembar serta Minwoo yang tampaknya tak mengerti apa-apa. Dan hanya Sungyeol yang dengan senang hati membantu Woohyun.
        TINN… TINN…
        Semua langkah terhenti dan tak terkecuali setelah mendengar suara klakson sebuah motor sport yang berhenti tepat di belakang mobil yang tadi dikendarai Sungyeol. Mereka bertanya-tanya siapa pemuda yang wajahnya masih di tutupi helm tersebut.
        Haesa tampak memperhatikan dengan teliti pemuda tersebut. “Sungjong?” tebaknya dengan suara pelan. Namun karena Sunggyu berdiri tepat di sampingnya, bisa di pastikan pemuda itu mendengarnya.
        “Oh, iya. Hanya anak itu yang belum datang,” seru Sunggyu yang secara tak langsung mendukung tebakan Haesa.
        “Hai…” sapa pemuda itu akhirnya setelah membuka helmnya.
        “Sungjong!”
        “Sungjong hyung?”
        Hampir semua menyerukan nama pemuda itu. Sampai akhirnya kini Sungjong sudah menyapa secara pribadi satu-persatu dari mereka yang ada di sana.
        “Aku belum telat ke acara pernikahan Woohyun hyung, kan?” Tanya Sungjong polos. Padahal ia sudah bersalaman langsung dengan Woohyun tadi. Namun tak ada yang menjawab pertanyaannya. Woohyun justru kembali menginstruksikan untuk para tamunya masuk ke dalam tanpa mempedulikan apa yang terjadi pada Sungjong.
        “Kenapa kalian meninggalkanku? Acara pernikahannya belum telat, kan?” Masih tak ada yang berniat menjelaskan pada Sungjong. “Hyung!” Teriak pemuda itu sedikit terdengar frustasi.


*_E_N_D_*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar