Sabtu, 04 Januari 2014

WANNA BE LOVED YOU (part 19)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin), SNSD (Hyoyeon), BtoB (Sungjae, Hyunsik, Changsub, Eunkwang)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        “Bisakah kita mengikuti ke mana Hoya pulang?”
        Myungsoo dan Dongwoo yang mendengar itu, langsung menghentikan kegiatan mereka yang saat itu tengah memasang sabuk pengaman. Keduanya saling tatap seolah berbicara melalui mata. Dongwoo sempat menoleh ke tempat Hye Ra berada. Di susul Myungsoo kemudian.
        Di tatap seperti itu, Hye Ra tampak panic. Ia harus memutar otak agar mendapat alasan yang tepat untuk melancarkan keinginannya. “Hmm… Jam tangan lama milikku terbawa Hoya. Itu hadiah dari Sunggyu oppa,” serunya kemudian.
        “Biar ku coba telpon.” Myungsoo langsung merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel dari dalamnya. Ia langsung mengontak nomor Hoya. Sementara Dongwoo mulai menyalakan mesin mobilnya.
        Di tempatnya berada, Hye Ra semakin tak tenang. Pasalnya ia tak mungkin menceritakan bahwa ia bertemu kakaknya Hoya, dan Hyoyeon mengatakan bahwa nanti mereka akan pulang ke rumah Sungyeol. Bisa di pastikan gadis itu sangat ingin bertemu dengan Sungyeol. Pemuda yang sudah beberapa minggu tak ia ketahui keberadaannya.
        “Ponsel Hoya tidak aktiv,” kata Myungsoo yang tadi mencoba menghubungi Hoya.
        Mendengar itu, diam-diam Hye Ra menghela napas lega. Itu artinya kemungkinan besar ia akan segera mengetahui tempat Sungyeol tinggal sekarang.
        Myungsoo menoleh ke arah Dongwoo penuh arti. “Bukankah tadi Hoya sempat menanyakan sebuah alamat padamu? Kau masih ingat?”
        Dongwoo langsung berusaha mengingat-ingat. Sementara Hye Ra ikut menegang menunggu jawaban dari Dongwoo. “Seingatku itu dekat daerah rumahnya Jinyoung. Ya sudah, kita coba ke sana saja dulu. Mungkin nanti kita menemukan mobil yang dikendarai Hoya. Kau masih ingat, kan?” Dongwoo balik melempar pertanyaan pada Myungsoo untuk di ajak bekerja sama menemukan Hoya.
        Tanpa sepengetahuan Dongwoo serta Myungsoo, Hye Ra tak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum karena harapannya terkabul. Meski kemungkinan ia bisa bertemu dengan Sungyeol masih belum sepenuhnya bisa dipastikan.

***

        Di saat Hyunsik dan Sungyeol sedang berbincang seru di ruang tamu, Haesa tampak sibuk di dapur membuatkan minuman. “Akh, aku tampak seperti wanita yang sudah berumah tangga,” kekehnya seorang diri mengingat apa-apa saja yang sudah ia lakukan sejak menginjakkan kaki di rumah tersebut.
        “Kau sedang apa?”
        Haesa sedikit terlonjak mendapati suara Hyoyeon yang sedikit membuatnya terkejut. Saat menoleh, ia melihat gadis yang pernah sangat mencintai kakaknya—bahkan sampai saat ini—itu sudah berada di ambang dapur. Hyoyeon juga tampak telah berganti pakaian.
        “Oh, eonnie?”
        Hyoyeon maju beberapa langkah hingga akhirnya mendapati empat gelas coklat hangat di meja dekat Haesa berdiri. “Kau membuat minuman?”
        Haesa hanya mengangguk mendengarnya.
        “Biar aku yang bawa ke luar,” tawar Hyoyeon. Awalnya Haesa mencegah, namun Hyoyeon bersikeras ingin membawakannya ke luar, ke tempat Hyunsik dan Sungyeol berada.
        Haesa akhirnya hanya bisa mengalah. Membiarkan Hyoyeon membawa baki tersebut ke luar. Dan ia sendiri hanya bisa menyusul kemudian.
        “Kau yang membuatkan minuman?” seru Hyunsik riang ketika melihat kedatangan Hyoyeon yang membawakan baki berisi empat gelas minuman.
        “Bukan,” jawab Hyoyeon. “Aku bahkan tidak tau jika adiknya Sungyeol sedang sibuk di dapur.”
        Mendengar jawaban Hyoyeon, ke dua pemuda di sana langsung menatap penuh minat ke arah Haesa yang baru saja muncul dari arah dalam. Namun belum sempat ada yang mengeluarkan suara, sudah terlebih dulu terdengar suara deru mesin mobil yang berhenti tepat di depan rumah Sungyeol.
        “Ku rasa itu adiknya Hyoyeon,” tebak Hyunsik. Dan ucapannya membuat Sungyeol bergegas melesat ke luar untuk melihat. Diikuti yang lain kemudian.

***

        Hoya menghentikan mobil yang dikendarainya tepat di depan sebuah rumah. Setelah memastikan sekali lagi alamat rumah yang ia maksud, pemuda itu barulah memunculkan diri ke luar. “Hyung?” seru Hoya yang tampak lega melihat sosok Hyunsik yang berdiri tak terlalu jauh di belakang Sungyeol. “Ini kunci mobilnya, hyung.” Hoya menyodorkan benda di tangannya pada Hyunsik.
        Ragu-ragu Hyunsik menerimanya. Ia kemudian melirik ke arah Sungyeol yang masih berdiri menatap Hoya. “Sungyeol,” ujarnya pelan sambil menyenggol lengan Sungyeol.
        “Hmm…” Hanya itu yang di katakan Sungyeol. Bisa di pastikan pemuda itu juga mengawasi keberadaan mobil mewahnya yang sebelum ini ada di tangan Hyunsik.
        Hyunsik menarik salah satu tangan Sungyeol. “Ini ku kembalikan,” ujarnya yang sudah meletakkan kuncil mobil tersebut langsung ke telapak tangan Sungyeol.
        Sungyeol sontak menoleh ke arah Hyunsik. Lalu kemudian menatap benda dalam genggaman tangannya. Dan terkahir, tatapan Sungyeol jatuh pada Hoya yang tampak baru menyadari keberadaan Haesa di sana juga.
        “Kau di sini?” ujar Hoya sedikit kurang percaya jika ia bisa bertemu Haesa di tempat itu.
        Hyoyeon yang menyadari itu langsung menengahi keduanya. “Hoya, dia adiknya Sungyeol,” jelasnya.
        Hyoyeon memang sempat berkata kalau mereka akan menginap di rumah Sungyeol. Dan bahkan Hoya belum sempat menyapa sang pemilik rumah. “Hyung, terima kasih telah bersedia menampung kami di rumahmu.”
        “Akh, iya.” Sungyeol tampak sedikit tak siap dengan ucapan Hoya. “Terima kasih juga kau menolongku waktu itu,” ujar Sungyeol akhirnya sambil menjabat tangan Hoya.
        “Sama-sama, hyung. Kebetulan aku lewat,” kata Hoya sedikit merendah.
        “Ayo ke dalam,” ajak Sungyeol sambil merangkul Hoya dan mengajaknya untuk masuk. Sementara Hyoyeon dan Hyunsik sudah lebih dulu melesat ke dalam.
        Hanya Haesa yang tampaknya belum berniat untuk masuk. Matanya membulat melihat sesuatu di luar pagar. “Hye Ra?”
        Semua orang membeku di tempat tanpa terkecuali. Hoya dan Sungyeol langsung kembali membalikkan badan. Mereka menemukan seorang gadis yang berdiri membelakangi. Melihat itu, Haesa menerobos di antara Hoya dan Sungyeol.

***

        “Mobil itu belok kanan!” seru Dongwoo.
        “Tidak. Itu di depan sana!” balas Myungsoo tak mau kalah.
        Mereka berdebat tentang mobil Hoya yang tadi mereka ikuti. Dongwoo kini bahkan sudah berhenti di tengah persimpangan jalan sebuah perumahan.
        Di jok belakang, Hye Ra hanya bisa mendengus kesal mendengarkan perdebatan tak penting antara teman sekelas dan sepupunya itu. Tak satupun dari mereka yang mau mengalah.
        “Kau juga lihat, kan? Kalau mobil Hoya tadi belok sana!” Kali ini Dongwoo mencoba mencari dukungan dari Hye Ra.
        Tentu saja Myungsoo tak mau begitu saja mengalah. “Jelas-jelas mobilnya yang di sana itu,” tunjuk Myungsoo pada salah satu jalan.
        “Aku tak percaya pada kalian berdua,” putus Hye Ra yang lebih memilih ke luar dari dalam mobil.
        “Hye Ra!” pekik Myungsoo dan Dongwoo hampir bersamaan untuk mencegah gadis itu yang sudah lebih dulu menutup pintu dengan sedikit kasar dari luar mobil.
        Belum sempat salah satu dari Myungsoo dan Dongwoo mengejar Hye Ra, suara klakson mobil dari belakang lebih dulu mendesak mereka untuk menyingkirkan mobil. Karena yang menyetir adalah Dongwoo, tentu saja Myungsoo lebih memilih meninggalkan Dongwoo untuk mengejar Hye Ra. Tak peduli dengan teriakan Dongwoo yang kesal di teriakkan seperti itu.
        “Mereka benar-benar tak bisa di andalkan.” Hye Ra berdecak kesal. Ia memang sejak tadi memperhatikan mobil yang mereka ikuti. Dan mobil itu bertolak belakang dengan apa yang dilihat Myungsoo, apalagi Dongwoo. Maka dari itu ia lebih memilih untuk mengikuti kata hatinya sendiri.
        Dan itu dia. Hanya berjarak beberapa meter dari tempat Hye Ra berdiri saat ini. Gadis itu langsung mempercepat langkahnya. Samar-samar Hye Ra melihat beberapa orang berada di teras sebuah rumah.
        “Ayo, ke dalam.”
        Mendengar itu, Hye Ra membeku. Pendengarannya sama sekali tak salah. Bahkan meski 2 tahun tak bertemu, ia masih ingat dengan suara pemuda yang menolongnya dari tenggelam.
        Seorang pemuda tinggi tampak merangkul pemuda lain yang tingginya sedikit di bawahnya. Pemuda yang di rangkul itu mengenakan kemeja berwarna biru laut dengan lengan yang di gulung hingga bawah siku. Itu Hoya. Dan berarti pemuda tinggi itu adalah Sungyeol. Tidak salah lagi. Meski keduanya berada di posisi membelakanginya. Dan yang semakin membuat pandangannya tak salah adalah ketika ia melihat Haesa berada di antara mereka. Gadis itu juga menyadari keberadaannya. Buru-buru Hye Ra membalikkan badan.
        “Hye Ra!”
        Panggilan Haesa menghentikan langkah Hye Ra. Namun gadis itu tak langsung membalikkan badan. Hati dan pikirannya seakan tak sejalan. Ia tak siap bertemu Sungyeol, entah apapun alasannya. Tapi tak mungkin di pungkiri lagi, ia benar-benar merindukan mantan karyawan café kakaknya itu.

***

        Melihat kedatangan seorang gadis yang menurutnya adalah Hye Ra, tanpa buang waktu Haesa langsung melesat bahkan sampai menerobos jalan di antara Hoya dan Sungyeol. Namun langkahnya terhenti seiring munculnya sebuah taksi yang bahkan berhenti di hadapan mereka. Semua menunggu hingga penghuni taksi memunculkan diri.
        “Ibu?” seru Hye Ra dan Haesa hampir bersamaan. Hanya saja yang membedakan hanya nada suara mereka. Haesa berujar dengan sedikit keras karena ia memang merindukan sosok ibunya itu. Sementara Hye Ra hanya sebatas gumaman kecil bahkan nyaris tak terdengar.
        Hye Ra sudah ingin menghampiri ibunya Sungyeol yang bahkan sudah menganggapnya anak sendiri ketika mereka pertama kali bertemu. Namun kakinya terasa berat melangkah karena mendengar suara Haesa tadi. Belum lagi gadis itu sudah lebih dulu menghampiri ibu Sungyeol, bahkan memaksa untuk membantu membawakan tasnya.
        Mata wanita itu sempat bertemu dengan tatapan Hye Ra. Terlihat jelas bahwa ia juga merindukan gadis itu. Gadis pertama yang Sungyeol bawa ke rumah meski saat itu kejadiannya sangat tidak disengaja.
        Hye Ra seperti tak sanggup menerima perlakuan itu. Mendapat tatapan hangat yang sangat ia rindukan justru membuatnya beban saat ini. “Dia bahkan juga memanggilnya dengan sebutan ‘ibu’.” Gadis itu buru-buru menyingkir, bahkan tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Hye Ra melarikan diri dengan taksi yang baru saja beberapa meter meninggalkan tempat itu. Ia benar-benar perpikir bahwa antara Haesa dan Sungyeol pernah memiliki hubungan yang sangat dekat.
        Sungyeol sudah bergerak dan ingin mengejar taksi tersebut. Namun kenyataannya, ia tak mungkin mengejar karena Hye Ra meminta supir taksi untuk mengabaikan Sungyeol, dan berjalan lebih cepat lagi.
        Ketika di dalam taksi, Hye Ra menghubungi Woohyun yang sempat menelponnya beberapa kali, namun belum sempat gadis itu respon. “Oppa, aku sudah dalam perjalanan pulang. Iya, sebentar lagi sampai.”

***

        Dengan kecepatan tinggi, Sungyeol memacu motornya menuju rumah Hye Ra. Dari dalam rumah ia hanya sempat menyambar helm, kunci motor, serta jaket baru pemberian Hyoyeon yang masih tergeletak di sofa ruang tamu.
        Demi mengejar gadis yang ia cintai selama ini, Sungyeol sampai rela menahan rasa perih di hati, dan terutama di perutnya karena ia belum makan apa-apa sejak siang. Makan malamnya juga harus tertunda karena mengejar Hye Ra.
        Sungyeol sempat tersenyum lega karena ia melihat taksi yang di tumpangi Hye Ra berhenti tepat di depan rumah gadis itu. Namun itu hanya berlangsung sesaat, sebelum akhirnya taksi itu pergi dan menampakkan pemandangannya yang akan di benci pemuda itu.
        Hye Ra dan Woohyun berpelukan di depan matanya. Pemuda itu hanya bisa menatap nanar kedua orang tersebut. Woohyun yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri, bersama seorang gadis yang sudah menyita perhatiannya sejak lama.
Demi memastikan sendiri kebenaran antara keduanya, Sungyeol sampai meninggalkan motornya agar bisa mendekat tanpa di curigai Hye Ra maupun Woohyun. Sungyeol mengawasi dari balik sebuah pilar yang memungkinkan ia bisa mendengar pembicaraan keduanya.
        “Aku mencintaimu… Aku mencintaimu…”
        Sungyeol membeku mendengar kalimat itu langsung dari bibir Hye Ra. Semuanya hancur tak tersisa. Sudah tidak ada tempat lagi di hati Hye Ra untuknya. “Harusnya aku tak perlu menyusul mereka.” Sungyeol berujar menyesal. Tak ingin berlama-lama, Sungyeol memilih pergi dari sana. Ia melangkah kembali ke tempat motornya berada dengan pandangan kosong.
        Selama perjalananpun dua kata tadi masih sangat menghantui otaknya. Apakah setelah ini ia harus egois dan menentang hubungan Sunggyu dan Haesa hanya karena ia tak sanggup mendapati Hye Ra akan menjadi keluarga barunya kelak? Buru-buru Sungyeol menepiskan pikiran piciknya seperti itu.
        Kebahagiaan Haesa adalah kebahagiaannya juga. Jika ia benar menentang Sunggyu dan Haesa, itu sama saja melihat Hye Ra menderita karena Sunggyu juga pasti tak mendapatkan kebahagiaannya.
        Setelah beberapa menit, Sungyeol akhirnya sampai di rumahnya. Ia melangkah berat memasuki rumah. Di dalam sana telah berkumpul orang-orang yang menunggu kedatangannya. Haesa, Hoya, Hyoyeon, Hyunsik, bahkan Dongwoo dan Myungsoo juga berada di sana.
        “Hyung, kau menemukan Hye Ra?” cecar Myungsoo. Ia memang tampak yang paling khawatir karena Hye Ra adalah sepupunya. Meski yang lain juga tampak khawatir. Belum lagi sejak tadi Sunggyu terus menanyakan keberadaan Hye Ra. Sejak meninggalkan rumah Sungyeol, Hye Ra memang mematikan ponselnya.
        “Dia sudah pulang,” Jawab Sungyeol singkat. Ia lantas melesat ke dalam dan tak mempedulikan pertanyaan-pertanyaan lain yang terus dilemparkan padanya.
        Yang lainnya hanya mampu saling melempar tatapan penuh Tanya tanpa ada yang bisa menjawabnya walau hanya satu katapun.

***

        Sudah beberapa menit Woohyun menunggu di depan rumah Hye Ra dan Sunggyu yang masih tampak gelap. Itu artinya Sunggyu masih berada di café, sementara Hye Ra baru saja menghubunginya dan mengatakan sudah dalam perjalanan pulang. Pemuda itu duduk di atas motornya dan dengan sabar menunggu sampai sang pemilik rumah datang.
        Beberapa saat kemudian, tampak sebuah taksi muncul dari kejauhan. Woohyun langsung menegakkan badan. Ia yakin taksi itu pasti membawa Hye Ra. Tidak mungkin Sunggyu.
        Benar saja, Hye Ra muncul dari dalam taksi. Beberapa saat gadis itu tertegun menangkap sosok Woohyun dengan kedua matanya. Lega karena pemuda itu masih menunggunya di sana. Hye Ra langsung melesat memeluk Woohyun. “Aku mencintaimu… Aku mencintaimu…”
        Mendengar Hye Ra mengatakan hal itu dalam pelukannya, Woohyun bukannya senang justru merasa semakin terbebani. Tanpa sadar matanya seperti menangkap sosok pemuda tinggi yang berjalan menjauh. “Sungyeol?” gumamnya tanpa suara. Tak lama Woohyun merasakan pelukan Hye Ra merenggang, bahkan terlepas. Ia mengulurkan tangan untuk menyeka bekas air mata yang mengalir di pipi Hye Ra.
        “Pernyataan cinta itu bukan untukku, kan?”
        Hye Ra melemas mendengarnya. Ia kemudian memilih duduk di depan pagar rumahnya yang masih terkunci. Perlahan, Woohyun mendekat dan ikut duduk di samping gadis itu.
        “Kenapa oppa bisa bicara seperti itu?” Tanya Hye Ra seakan tak terima dengan ucapaan Woohyun tadi.
        Bukannya merasa bersalah, Woohyun justru terkekeh menanggapinya. “Mulutmu menggatakan itu, tapi hatimu tidak.” Setelah menyelesaikan kalimatnya, Woohyun menoleh. Tepat ketika Hye Ra juga perlahan memalingkan wajah padanya.
        Hye Ra menatap Woohyun nanar. Namun Woohyun justru menyunggingkan senyumannya. Membiarkan Hye Ra sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara pemuda itu tampak memeriksa tasnya, lalu mengeluarkan sebuah botol minum yang langsung ia sodorkan untuk Hye Ra. Gadis itu tak langsung menerimanya. Woohyun tak kehabisan akal. Ia menarik salah satu tangan Hye Ra dan memaksa gadis itu menerimanya.
        “Minum dulu.”
        Dengan malas Hye Ra membuka tutup botol. Dari aromanya saja sudah bisa di tebak. Itu sama seperti apa yang Woohyun berikan tadi pagi. Sambil menatap Woohyun sedikit curiga, Hye Ra menenggak minuman di tangannya dan hanya ia habiskan setenggak.
        “Kenapa oppa sering membawakanku minuman ini?”
        Woohyun tak langsung menjawab. Ia mengalihkan pandangan sementara Hye Ra justru menoleh padanya. “Bossku yang memberikannya. Dan kau juga tau kan kalau aku tak suka?” Kali ini Woohyun melirik Hye Ra di saat tatapan gadis itu semakin menyiratkan kecurigaan.
        Hye Ra menatap Woohyun tajam. “Bossmu? Siapa?”
        Kembali, Woohyun bungkam untuk beberapa saat. “Tak ingin menebak?”
        “Sungyeol oppa?” Hye Ra menjawab cepat.
        Mendengar itu, Woohyun merasa hatinya mencelos. Kecurigaannya seperti terjawab. Sungyeol dan Hye Ra. Keduanya seperti saling memiliki perasaan khusus.
        “Harusnya aku tidak memulai ini semua.” Woohyun kembali menyesali saat-saat ia menyatakan perasaannya pada Hye Ra. “Andai aku tau apa yang terjadi padamu waktu itu.”
        Sejak Woohyun mulai bicara, tanpa sadar Hye Ra sedikit demi sedikit kembali menyesap minuman kesukaannya itu. Pikirannya melayang ke saat sebelum ia bertemu Woohyun. Hye Ra nekat menyambangi rumah Sungyeol, namun tak menemukan pemuda itu di sana. Lalu ketika berada di taman, ia melihat pemuda yang ia yakini adalah Sungyeol sedang berpelukan dengan seorang gadis yang baru ia ketahui sebagai kakaknya Hoya.
        “Ku rasa aku frustasi karena patah hati,” ujar Hye Ra akhirnya.
        Terdengar helaan napas berat dari Woohyun. “Dan akhirnya, bukan hanya aku yang akan patah hati seperti apa yang kau takuti.”
        Hye Ra meletakkan botol minum di antara dirinya dan Woohyun. Ia menyunggingkan senyum seakan apa yang dikatakan Woohyun tidak mungkin terjadi. “Chorong eonnie kembali?” tebaknya.
        Woohyun menoleh cepat. Tidak ada keterkejutan sama sekali ketika mendengar ucapan Hye Ra. “Waktu itu aku hanya frustasi karena beberapa bulan Chorong tak memberiku kabar. Hingga aku bercerita padamu kalau kami putus. Tapi akhirnya, besok dia pulang.”
        Hye Ra mengangguk mengerti. “Ku rasa kita memang tidak berjodoh sebagai sepasang kekasih.”
        Woohyun terkekeh mendengarnya, di susul Hye Ra kemudian yang ikut terkekeh. “Kau benar,” serunya mendukung ucapan Hye Ra. Woohyun melirik arlojinya. Tak terasa sudah setengah jam ia duduk di sana bersama Hye Ra. Perlahan Woohyun bangkit, lalu membantu Hye Ra berdiri. “Ku rasa café sedikit ramai,” ujarnya ketika melihat suasana rumah Hye Ra yang masih gelap.
        “Sunggyu oppa pasti sudah dalam perjalanan. Kau tenang saja.”
        Woohyun mengangguk kecil. “Kalau begitu, kita akhiri semuanya?”
        “Setuju!” Tanpa pikir panjang, Hye Ra menyodorkan tangan sebagai tanda menyepakati keputusan mereka. Woohyun kembali terkekeh di buatnya sebelum akhirnya menyambut tangan Hye Ra.
        “Aku bekerja di restoran Sungyeol.” Woohyun menyadari perubahan raut wajah Hye Ra yang terkejut. “Semua berjalan tanpa rencana. Kau dipertemukan kembali dengan Sungyeol juga karena takdir.” Woohyun menatap lembut ke dalam bola mata Hye Ra. “Kejarlah Sungyeol. Hanya dia penangkal traumamu.”
        Awalnya Hye Ra tertegun dengan segala yang dikatakan Woohyun. Namun di akhir kalimat pemuda itu, Hye Ra kembali terpingkal. Cukup menggelikan jika teringat tentang traumanya dulu.

***

        Malam itu, di saat yang lain sudah terlelap, hanya Sungyeol yang masih terjaga. Pemuda itu menatap satu-persatu orang yang tidur memenuhi ruang tengah rumahnya. Mulai dari Hyunsik, Hoya, Myungsoo dan Dongwoo.
        Perlahan Sungyeol bangkit dan melangkahkan kaki menuju dapur. Ia baru ingat bahwa belum ada makanan yang masuk ke perutnya sejak sore. Beruntung masih ada jatah makanan miliknya. Belum sempat Sungyeol menikmati makan malamnya yang sudah lewat, pandangan pemuda itu tersita pada botol minuman milik restorannya.
        Sungyeol mengulurkan tangan untuk meraih benda itu. Tadi Dongwoo yang memberikannya. Dia bilang benda itu tergeletak di jalan. Dan Dongwoo juga mengaku sempat melihat benda itu di bawa oleh Hye Ra. Sungyeol menatap lekat-lekat botol itu. Masih ada sisa minuman di dalamnya. Ia membuka penutupnya dan mencoba menebak minuman tersebut dari aromanya.
        Dan… terjawab sudah. Milk shake stroberti, dan Woohyun. Yang artinya, minuman tersebut tidak di konsumsi oleh Woohyun. Melainkan diberikan kembali pada Hye Ra. Sungyeol mengacak rambutnya, frustasi.
        “Bagaimana aku bisa lupa? Woohyun hyung tidak menyukai ini!”
        Sungyeol meletakkan kembali botol itu ke atas meja. Ia juga tak berniat menyantap makanannya yang sama sekali belum ia sentuh sedikitpun. Nafsu makannya lenyap sudah. Semua karena Hye Ra dan Woohyun. Belum lagi pernyataan cinta yang dikatakan Hye Ra pada Woohyun beberapa jam yang lalu.
        “Harusnya aku sadar. Mereka sangat dekat seperti itu bukan tanpa alasan.” Sungyeol menatap nanar botol minuman tadi.
        Cukup lama Sungyeol merenung. Mengingat kembali masa-masa kebersamaannya dengan Hye Ra di café milik Sunggyu itu. Belum lagi gambaran-gambaran kedekatan Woohyun dan Hye Ra. Semua tampak jelas. Hingga tak terasa, sudah hampir jam 3 pagi Sungyeol berdiam diri di dapur. Matanya sudah sangat pedas, namun ia sama sekali tak ingin tidur.
        Kemudian, terdengar suara dering sebuah ponsel dari arah ruang tengah. Sungyeol sempat melirik sekilas dan mendapati tangan Myungsoo terjulur dari dalam selimut dan meraba-raba ke samping bantalnya.
        “Hmm…” terdengar suara berat milik Myungsoo menjawab panggilan Minwoo.
        “Hyung! Cepat pulang. Hye Ra ada di rumah kita sekarang.” Terdengar suara panic milik Minwoo.
        “Hye Ra tidak ikut menginap di rumah Sungyeol hyung,” jawab Myungsoo yang sama sekali tak menyimak apa yang dikatakan Minwoo.
        Mendengar Myungsoo menyebut nama Hye Ra, Sungyeol merasakan badannya seakan menegang.
        “Hye Ra noona ingin menceburkan diri di kolam!” seru Minwoo agar lebih meyakinkan kakaknya lagi.
        Kali ini bisa dipastikan Myungsoo mendengar dnegan jelas. Pemuda itu bahkan sampai bangkit, hingga membuat Sungyeol benar-benar menoleh padanya. “Bagaimana bisa Hye Ra tercebur di kolam renang rumah kita? Tadi dia sudah pulang ke rumahnya.”
        Myungsoo mendongak dan sedikit terkejut karena mendapati Sungyeol sudah berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Sungyeol dengan jelas menunjukkan kekhawatirannya.
        “Kau tidak bercanda, kan?” Sungyeol mendengar semua apa yang dikatakan Myungsoo pada Minwoo. Dan tatapan Myungsoo sudah mewakili semuanya. Tanpa pikir panjang lagi, Sungyeol segera melesat pergi.
        “Hyung! Tunggu!” teriak Myungsoo yang langsung mengejar Sungyeol.
        Tanpa sepengetahuan keduanya, ternyata Hoya belum sepenuhnya tertidur. Tatapannya sempat tertuju pada jaket milik Sungyeol yang tergeletak di sofa. Warna dan bentuknya sama persis seperti apa yang dilihat Hye Ra di toko tadi sore. Kemudian Hoya kembali menoleh ke arah Sungyeol pergi. Ia bahkan sempat bangkit untuk mengawasi kepergian Sungyeol dan Myungsoo dari balik jendela rumah.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar