Jumat, 27 Juni 2014

My Dream Wedding Dress (1/3)


Author              : N-Annisa (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        Lee Hongbin (Vixx)
·        Krystal Jung (Fx)
·        Yook Sungjae (BtoB)
Support Cast     :
·        Kwon Yuri (SNSD)
·        Park Cheondung (M-Blaq)
·        Son Naeun (A-Pink)
·        Park Hyungsik (Ze:a)
·        Other member VIXX
Genre               : romance, friendship, yaoi
Length              : 3 shoot
Summary          :
“Hongbin selalu bikin aku cuma bisa ngagumin dia diam-diam… Aku lupa kalau nggak cuma ada 1 Hongbin di dunia ini…”

***

        Cewek itu tampak buru-buru. Dengan membawa setumpuk buku, cewek tersebut melangkah cepat sambil berusaha mengimbangi sling-bag yang tersampir apa adanya di pundak. Saat berbelok, cewek itu menghentikan langkah saat melewati sebuah toko yang memajang sebuah gaun pengantin yang sangat cantik.
        Sesaat, cewek itu seperti melupakan keterburu-buruannya tadi. Ia menatap lekat seolah mengkayal dirinyalah yang menjadi manekin beruntung tersebut. Mengenakan gaun pernikahan yang sangat cantik. Cewek itu bahkan tidak menyadari saat seorang cowok mendekat dan memperhatikannya.
        Cowok tadi tersenyum geli melihat wajah si cewek. “Cepat suruh si Cheondung ngelamar kamu,” godanya jahil.
        Cewek itu sontak menoleh cepat. “Sungjae!” pekiknya nyaring. Bahkan sampai membuat cowok yang ia panggil Sungjae tadi menjauhkan wajahnya.
        “Apa?” seru Sungjae. Namun cewek itu tampak diam. “Ayo cepet temenin aku.” Dengan sedikit paksaan, Sungjae menarik tangan cewek itu.
        “Sungjae, lepas! Aku mau kerja.”
        “Krystal!” Sungjae menghentikan langkah, namun ia tak melepaskan genggaman tangannya. “Kemarin kamu bolos check-up rutin. Apa bedanya kalo kamu hari ini bolos kerja?”
        Cewek bernama Krystal tadi langsung bungkam mendengar ucapan Sungjae seperti tadi. “Tapi…”
        “Atau mau aku temenin ke rumah sakit?” sela Sungjae diiringi dengan ucapan menantangnya. Membuat Krystal semakin bungkam. “Mendingan kamu temenin aku nyari hadiah untuk pacar aku.”
        “Hadiah? Untuk Naeun?” tanya Krystal sedikit bersemangat. Ia bahkan sudah tidak memberontak lagi saat Sungjae kembali menarik tangannya. Namun kini justru Sungjae yang terlihat diam. Dan diamnya Sungjae membuat Krystal mengerti. “Masih pacaran sama cowok itu? Mau sampai kapan, Jae? Kasian kan Naeun?”
        Sungjae terdengar menghela napas saat ia membawa Krystal masuk ke dalam sebuah toko. “Aku masih takut buat bener-bener pacaran sama cewek. Jadian sama Naeun juga kan terpaksa karena kami dijodohin.”
        Krystal hanya menatap punggung Sungjae yang semakin menjauh setelah cowok itu melepaskan tangannya tadi. Ia teringat kejadian dua tahun lalu saat Sungjae mengalami masa-masa sulit dikehidupan percintaannya.
        Cowok itu pernah tanpa sadar melakukan hal yang terlarang hingga membuat pacarnya hamil. Tentu Sungjae sudah ingin bertanggung jawab. Namun pacarnya tersebut justru lebih memilih mengakhiri hidup. Semenjak itu, Sungjae seperti merasakan sebuah terauma jika menjalin hubungan dengan seorang cewek. Hingga akhirnya, Sungjae yang frustasi justru berpacaran dengan seorang cowok. Dan hanya Krystal yang mengetahui hal itu meski Sungjae sendiri masih menutupi identitas asli cowok tersebut.
        Krystal berniat menghampiri Sungjae. Namun ia membawa serta sebuah jepit rambut kecil. Terlihat sangat cantik dan mewah dengan taburan berlian kecil di atasnya. Sungjae sedang melihat-lihat syal yang terpajang di sana. Lalu Krystal meraih salah satu tangan Sungjae dan meletakkan jepit rambut pilihannya ke tangan cowok itu.
        “Kasih ini buat Krystal,” ujar Krystal saat Sungjae menoleh padanya.

***

        “Hongbin… kakak pinjem mobil kamu dong, dek.”
        Cowok bernama Hongbin tersebut membatalkan niat untuk menyuapkan potongan roti panggang yang menjadi menu sarapannya pagi itu. Hongbin menggeser kunci mobilnya di atas meja makan ke dekat posisi kakak perempuannya itu duduk.
        “Kak Yuri mau ke mana, sih?”
        “Mau jenguk temen. Soalnya mobil aku kan cuma muat untuk ber-5 aja. Kita tukeran dulu, ya.” Yuri kemudian terlihat menyambar gelas susunya. Yuri melirik kegiatan Hongbin yang sibuk menikmati sarapannya. Masih sambil menenggak minumannya, kali ini tatapan Yuri menangkap ponsel miik Hongbin. Dengan jahil cewek itu menyambarnya. “Foto pacar kamu, ya?” goda Yuri.
        Hongbin melirik cepat. Dan baru menyadari ponselnya kini berada di tangan Yuri. “Apaan sih, Kak!” protes Hongbin sambil menyambar kembali ponselnya.
        Yuri hanya terkekeh menanggapi kepanikan adiknya itu. “Cantik juga. Kenalin dong ke kakak.”
        Hongbin justru tersenyum pahit menatap foto pada layar ponselnya tersebut. Dan tak lama kemudian, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Hongbin. “Dari semalem nggak ada kabar, pagi ini cuma ngirim SMS doang?”
        “Kakak berangkat ya, Hong.” Yuri tampak berpamitan sambil menyambar tas tangannya.
        Hongbin hanya melirik sekilas pada Yuri yang sudah tampak menjauh. Cowok itu lalu kembali menatap layar ponselnya. Membaca sebuah pesan masuk.

Aku mau ngasih kamu sesuatu. Kita ketemu jam 2 di tempat biasa.

        Hongbin sama sekali tidak membalas pesan tersebut dan hanya ia biarkan begitu saja. Sementara ia sendiri kini memilih untuk melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda.

***

        Baru saja turun dari mobil, Hongbin sudah langsung menjadi sorotan. Terutama dari para cewek-cewek di kampusnya tersebut. Tak mungkin ada yang bisa menolak pesona cowok tampan tersebut. Selain tinggi, putih, tampan, Hongbin juga seorang model. Termasuk Krystal yang kebelutan melintas di sana tak melepaskan pandangan dari cowok itu.
        Sementara tak jauh dari sana, Sungjae tampak ingin menghampiri Krystal. Namun saat melihat ada Hongbin, cowok itu justru langsung membatalkan niatnya.
        “Hongbin selalu bikin aku cuma bisa ngagumin dia diam-diam.” Krystal sengaja mengalihkan tatapannya dari Hongbin. Dan tak disangka ia justru menangkap tubuh tinggi Sungjae yang berjalan menjauh. “Sungjae!” pekiknya.
        Hongbin menoleh cepat saat mendengar ada yang menyebut nama Sungjae. Namun ia tak menemukan cowok yang dimaksud di sana. Hongbin kemudian lebih memilih pergi dari sana. Mengabaikan cewek-cewek yang masih terpesona karenanya.

***

        Sungjae memasuki cafeteria kampusnya. Duduk di semuah kursi yang masih kosong. Sementara Krystal juga mengikutinya duduk di meja yang sama.
Krystal menatap Sungjae penuh tanya. “Nggak denger apa dari tadi aku manggilin kamu? Kenapa sih, Jae?”
        Sungjae yang terkejut dengan kedatangan Krystal, semakin tak bisa menjawab pertanyaan cewek itu. “Oh, kamu manggil? Maaf, aku nggak denger.” Sungjae mengusap tengkuknya, gugup. “Oh, iya. Tadi aku ketemu Chendung. Dia nyariin kamu.”
        Krystal hanya mengangguk menanggapinya. “Iya, tadi aku juga udah ketemu dia.” Cewek itu berkata lirih. Lalu mendesah pelan tanpa menatap Sungjae. Namun tatapan Krystal justru jatuh pada sebuah tas karton di dekat kursi Sungjae. “Itu kado yang kemaren?”
        Sungjae menoleh ke arah benda yang dimaksud Krystal. Ia kemudian tampak mengangguk. “Nanti aku mau ketemu dia. Kamu mau ikut?”
        “Ikut?” ulang Krystal. Sementara Sungjae mengangguk, cewek itu justru menatap ngeri sahabatnya tersebut. Tak terbayangkan jika cowok tinggi, tampan, seperti Sungjae bertemu dengan pacarnya yang juga seorang cowok. Krystal hanya meneguk ludah memikirkan hal itu. “Aku harus kerja, Jae. Lembur juga, gara-gara kemaren aku bolos.”
        Mendengar itu, Sungjae menunjukkan cengiran khasnya. Itu semua karena ia sedikit merasa tak enak menjadi penyebab Krystal harus bolos kerja. “Maaf ya, Krys. Habisnya aku bingung banget. Mama maksa aku buat ketemu sama Naeun. Padahal aku udah punya janji sama Hongbin. Dia pasti marah. Makanya aku berinisiatif ngasih hadiah.”
        Krystal sedikit terkejut mendengar nama yang disebutkan Sungjae tadi. Namun belum sempat ia memastikannya, Sungjae sudah lebih dulu sibuk dengan ponsel di tangannya. Wajah cowok itu berubah menjadi sedikit suram.
        Setelah mengakhiri pembicaraannya, Sungjae menatap Krystal. “Aku harus pergi. Dan sebagai pengganti rasa bersalah aku yang kemarin, aku pesenin kamu makan ya.” Tanpa menunggu persetujuan Krystal, Sugnjae sudah lebih dulu berdiri dan meninggalkan mejanya bersama Krystal. Sungjae bahkan tak lupa membawa serta bungkusan miliknya.
        Krystal sampai harus sedikit memutar badannya. Ia melihat Sungjae menuju konter makanan. Cowok itu bahkan sampai terlihat membayarnya langsung. Dengan terpaksa Krystal bertahan di sana. Sementara pikirannya sibuk dengan nama Hongbin yang tadi diucapkan Sungjae. “Apa mungkin....” Krystal langsung membayangkan sosok Hongbin yang ia kenal. Ia bahkan baru melihatnya beberapa saat lalu. Cowok itu juga seorang model disebuah majalah fashion terkenal. Dan tentu ia memiliki koleksi  foto-foto Hongbin tersebut di apartmennya.
        “Hongbin…”
        Krystal menoleh cepat saat mendengar seseorang menyebutkan nama Hongbin juga. Namun yang ia dapati bukanlah Hongbin yang selama ini ia tahu. Krystal mendesah lega saat melihat itu. “Aku lupa kalau nggak cuma ada 1 Hongbin di dunia ini.”

***

        Sungjae menaiki tangga menuju lantai atas sebuah restoran mewah. Ia lalu menuju bagian balkon dan tersenyum melihat seseorang yang ia cari di sana. Duduk sendiri di bagian ujung balkon. Area yang cukup sepi dari pengunjung lain. Dengan langkah cepat, Sungjae melesat ke sana. Ke meja yang dihuni oleh seorang cowok, putih, tinggi, tampan. Dan itu adalah Hongbin. Sang model, idola kampus yang digilai banyak cewek. Termasuk Krystal didalamnya.
        Sungjae lalu menarik kursi di depan Hongbin dan duduk di sana. Namun senyumannya perlahan memudar saat menyadari ada asap rokok di sekitar sana. Dan pelakunya adalah Hongbin sendiri yang bahkan belum menoleh saat Sungjae tiba di sana.
        “Aku udah di sini. Dan sekarang matiin rokoknya,” kata Sungjae yang terdengar seperti memerintah.
        Tanpa bicara atau pun menoleh, Hongbin menegakkan tubuhnya lalu mengulurkan tangan untuk mematikan api rokoknya di atas asbak. “Mau ngejelasin apa untuk yang kemarin?” seru Hongbin dingin. Masih belum mau menatap Sungjae sedikit pun.
        “Kalo nggak karena hidup ditakdirkan untuk menikah dengan pasangan yang berbeda jenis. Mungkin aku akan tetap bertahan sama kamu.” Sungjae meletakkan tas karton yang ia bawa ke atas meja.
        Hongbin akhirnya menoleh dengan tatapan datar. Terkadang ia memang memikirkan apa yang tadi dikatakan Sungjae. “Jadi, kamu udah yakin sama cewek yang dijodohin sama kamu itu?”
        Sungjae menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. “Nggak tau, deh.” Ia mengangkat kedua bahunya, ragu dengan jawabannya sendiri. “Tapi yang pasti, aku nggak akan ninggalin kamu sendirian. Kita harus bangkit bersama-sama. Kalau aku jadi nikah sama Naeun, aku mau kamu juga nikah sama cewek lain.”
        Mendengar itu, Hongbin tersenyum sinis. “Dengan ganjaran disakitin lagi, dimanfaatin, dan lebih parah cuma pengen dapetin harta keluarga aku aja? Gitu?”
        “Walau kemungkinannya kecil, tapi aku yakin masih ada cewek yang nggak kayak gitu,” ujar Sungjae berusaha menenangkan.
        Hongbin tampak menahan diri untuk tidak begitu saja terpengaruh dengan semua ucapan Sungjae. Ia hanya diam sambil melempar tatapannya ke arah luar balkon.
        Sungjae mendorong tas karton yang ia bawa ke hadapan Hongbin. “Ini hadiah kecil sebagai tanda permintaan maaf aku ke kamu.”
        Tanpa pikir panjang, Hongbin meraih benda itu dan membuka tas karton. Tangan Hongbin menelusup ke dalam sana lalu mengambil sebuah topi di sana. Ternyata isinya masih ada sebuah syal serta kacamata. Hongbin menatap Sungjae penuh arti atas barang-barang yang dibawakan Sungjae untuknya.
        “Kamu udah makin terkenal. Aku suka kesel kalo banyak cewek yang ngeliatin kamu di kampus.”
        Hongbin terkekeh kecil mendengar perkataan Sungjae membuat lesung pipinya terbentuk dan membuatnya semakin terlihat tampan. Namun senyuman Hongbin luntur saat kembali mengintip ke dalam tas karton tersebut dan mendapati sebuah jepit rambut untuk perempuan di dasarnya. “Lagi belajar mencintai Naeun?” seru Hongbin dengan tatapan sinis sambil menunjukkan benda tersebut ke hadapan Sungjae.
        Melihat itu, Sungjae mengacak rambutnya. Kesal karena ia tak langsung memisahkan benda itu. “Itu idenya…”
        “Sahabat leukemia kamu itu?” Hongbin menyelak ucapan Sungjae dengan nada tak suka. “Kirain mau balas dendam gara-gara aku ngerjain kamu nyuruh jadi cewek? Tapi kan udah 1 sama.”
        Sungjae hanya menunjukkan cengiran khasnya karena sama sekali tak bisa membalas perkataan Hongbin tersebut.

***

        Kamu pasti masih tidur? ^_^ Aku udah di depan apartmen kamu… cepet bukain pintu…

        Krystal terlonjak setelah membaca pesan dari kekasihnya, Cheondung. Cewek itu bahkan masih berbaring di tempat tidurnya. Karena terlalu terkejut, Krystal merasakan sedikit pusing dikepalanya. Sesaat Krystal masih bertahan diposisinya sekarang. Setelah dirasa sudah lebih baik, cewek itu lalu menyingkap selimutnya lalu turun dari tempat tidur.
        Krystal menatap wajah ngantuknya dicermin. Dengan mata yang masih sesekali terpejam, cewek itu membuka laci meja riasnya. Merasa tidak menemukan apa yang ia cari, Krystal menunduk dan menatap isi laci tersebut. Hanya ada botol-botol kecil berisi butiran obat, dan selembar kertas tentang riwayat kesehatan yang dimiliki cewek itu.
        Ting tong!
        Mendengar bel apartmennya berbunyi, Krystal menoleh cepat ke arah pintu kamarnya. “Dia bener-bener udah di sini?” Dengan langkah berat, Krystal bergegas ke luar kamar yang tidak terlalu luas tersebut. “Ya ampun!” pekik Krystal yang mendapati seorang cowok sudah duduk santai di sofa apartmen sederhana tersebut. Apartmen tersebut bahkan hanya berisi barang-barang sepentingnya.
        Cowok itu tersenyum penuh arti melihat penampilan Krystal yang benar-benar apa adanya. Dengan piyama dan rambutnya sedikit masih berantakan. Cewek itu memang belum sempat memperbaiki penampilannya sedikit pun.
        “Kamu lama banget, sih?” protes Cheondung sambil berdiri dan melangkah ke tempat Krystal berada. “Untung aku hapal kode kunci apartmen kamu ini.” Dengan tatapan menggoda, Cheondung melirik Krystal. Cowok itu menempatkan diri di belakang Krystal lalu memeluk cewek itu dari belakang.
        “Kenapa nggak bilang kalo mau dateng pagi-pagi? Emang kamu mau ke mana udah rapih gitu?”
        Cheondung menempelkan kepalanya pada kepala Krystal. “Pengen ke sini aja.” Cowok itu lalu mengecup singkat puncak kepala Krystal. “Kamu bau, ikh. Mandi sana. Abis itu kita ke luar.”
        Krystal buru-buru memutar badannya menghadap Cheondung, sesaat setelah cowok itu melepaskan pelukannya. “Tapi aku harus…” ucapan Krystal terhenti karena ia ingat perkataan Sungjae kemarin bahwa ia harus melakukan check-up ke rumah sakit. Belum lagi obat-obatan dalam lacinya tadi yang semakin menegaskan ingatannya tersebut. “Aku harus kerja,” ujarnya beralasan.
        Cheondung menatap kecewa pada pacarnya tersebut. Untuk masalah penyakit yang diderita Krystal, tentu saja Cheondung belum mengetahuinya. Dengan terpaksa, Cheondung mengalah dan lebih memilih kembali duduk di sofa.
        “Yaudah, aku tungguin kamu di sini. Kita ke luar bareng. Sekalian aku yang anter kamu ke restoran.”
        Krystal hanya mengangguk cepat tanpa memprotesnya sedikit pun. Dan kemudian, ia berbalik lalu melesat cepat ke dalam kamarnya. Saat di kamar, cewek itu justru lebih dulu menyambar ponselnya dan mengirimi sebuah pesan singkat pada seseorang.

***

        Cheondung ada di apartmenku sekarang. Dan aku janji bakal ke rumah sakit hari ini. Jadi, kalau mau nganter aku, jemputnya di resto aja.

        Belum sempat Sungjae membalas pesan Krystal tersebut, pintu mobilnya sudah lebih dulu terbuka. Hongbin tampak masuk lalu duduk di kursi penumpang.
        “Nggak kuliah? Kok ngajak ketemuan di mobil? Mobilnya juga di luar gerbang kampus gini!” Hongbin tampak melakukan protes keras.
        “Mau nganter Krystal check-up. Kalo nggak aku yang maksa, dia nggak bakal jalan.”
        Jelas saja ucapan Sungjae sukses membuat Hongbin kesal. “Kenapa nggak nikah sama si berlian itu aja sekalian!”
        “Berlian? Maksudnya Krystal?” ujar Sungjae untuk memastikan.
        “Iya,” seru Hongbin dengan terpaksa.
        Sungjae hanya menghela napas, berat. Wajar jika Hongbin memiliki sedikit kecemburuan pada Krystal yang memang sudah sangat dekat sejak lama. Meski Hongbin sendiri tidak pernah tahu seperti apa wajah Krystal. Bukan Sungjae yang tak ingin mengenalkan mereka, tapi Krystal yang hampir selalu menolak hal tersebut.
        “Maaf, kalo kesannya aku kayak ketergantungan sama Krystal. Soalnya cuma dia yang tahu kalo aku punya pacar cowok.”
        “Oke, jangan bahas itu dulu.” Hongbin seperti menghindari sesuatu. “Nanti kita ketemu lagi kalo urusan kamu sama Krystal udah beres. Aku masuk kelas dulu.” Hongbin buru-buru melesat ke luar sebelum Sungjae sempat menahannya untuk pergi dari sana.

***

        “Makasih ya, Jae.” Krystal merendahkan posisi berdirinya saat bicara pada Sungjae yang berada di dalam mobilnya.
        “Pulang jam berapa? Biar aku jemput sekalian,” tawar Sungjae.
        Krystal menggeleng cepat. “Cheondung yang jemput. Aku rasa dia kesel gara-gara tadi nggak jadi pergi,” ujarnya yang geli sendiri mengingat raut kesal yang ditunjukkan Cheondung tadi pagi.
        “Dia udah tahu tentang…”
        “Jangan, Jae.” Krystal memotong ucapan Sungjae. “Aku akan cari cara lebih halus buat lepas sama dia.”
        Sungjae mengangguk, pasrah. “Aku cuma nggak mau kamu yang sakit hati, Krys. Soalnya yang aku tau, Cheondung agak sedikit playboy. Dan lagi, kalian pacaran udah cukup lama. Menurut aku itu aneh. Apa mungkin Cheondung punya maksud…”
        “Aku nggak peduli, Jae.” Krystal membungkam mulut Sungjae dengan ucapan tegasnya. “Udah ya… jangan bahas itu. Aku harus langsung kerja lagi. Bye Sungjae.” Krystal dengan sengaja seperti menghindari Sungjae dengan keterburu-buruannya. Ia bahkan tak menunggu Sungjae membalas ucapannya.
        “Semoga kamu dapet yang terbaik, Krys.” Sungjae hanya mampu mendoakan cewek itu. Ia tahu bagaimana keadaan Krystal. Dan yang diinginkan cowok itu hanya melihat senyuman sahabat terbaiknya. Seorang cewek yang bahkan tidak menjauhi meski sudah tahu jika Sungjae mengalami sedikit ‘kelainan’ dalam urusan percintaannya.

***

        “Jiyeon, aku duluan!” Krystal berteriak semangat sebelum meninggalkan restoran tempat ia bekerja. Meski suasana di resto masih cukup ramai, tapi jam kerja Krystal sudah selesai. Dan cewek itu masih memiliki pekerjaan lain yang harus ia jalani.
        “Dari jadi kasir, langsung berubah jadi fotografer. Keren deh,” goda Jiyeon sebelum Krystal benar-benar meninggalkan resto.
Krystal sendiri hanya terkekeh menanggapinya sebelum melesat ke balik pintu resto. Krystal langsung menuju tepi jalan raya untuk menyetop taksi yang akan membawanya pergi ke suatu tempat.
        “Studio ‘Big Star’,” kata Krystal pada supir tersebut.
        Setengah jam kemudian, Krystal tiba di tempat yang ia maksud. Dengan langkah riang, cewek itu memasuki gedung tersebut. Tempat pertama yang ia tuju adalah meja informasi. “Saya Krystal Jung. Bisa bertemu Park Hyungsik?”

***

        Hongbin menghentikan mobilnya dipelataran parkir sebuah studio. Setelah mematikan mesin mobil, cowok itu langsung melesat ke luar. Dengan langkah lebar, cowok itu bergegas memasuki gedung. Sambil sesekali melirik jam tangannya, Hongbin menuju lift. Cepat-cepat Hongbin menekan tombol agar pintu bisa kembali terbuka.
        Cowok itu menuju lantai 4. Dan setelah sampai, Hongbin langsung menuju sebuah ruangan yang cukup ramai. “Maaf, telat.” Hongbin berseru sambil melangkah masuk di sana. Kehadiran Hongbin di sana langsung disambut oleh seorang cowok yang sama-sama tinggi sepertinya.
        “Hong, kita lagi nyoba bakat fotografer baru. Dan yang sekarang satu-satunya cewek yang berhasil aku rekrut,” kata Hyungsik terdengar sangat bangga. Hongbin hanya tersenyum saja menanggapinya. “Kamu langsung ganti baju ya,” ujarnya setengah memerintah.
Setelah menyerahkan Hongbin pada salah seorang karyawan di sana yang memang bertugas menyiapkan perlengkapan yang akan dipakai model mereka, Hyungsik tampak menuju area untuk pengambilan gambar. Di sana ada seorang cewek di balik kamera yang sedang mencoba memotret tempat yang akan menjadi latar dalam pemotretan hari itu.
        “Krys.” Hyungsik menepuk pundak cewek itu dan mengalihkan perhatian Krystal dari acara memotretnya. “Jangan gugup, ya. Soalnya kamu bakal motret seorang model yang ya… bisa dibilang cukup terkenal.”
        “Aku justru semangat banget, Kak.” Krystal sama sekali tidak terlihat gugup seperti apa yang dikhawatirkan Hyungsik.
        Hyungsik ikut terkekeh karena melihat tingkah Krystal.
        “Kak Hyungsik yang cobain duluan ya jadi model aku,” goda Krystal. Ia bahkan tak tanggung-tanggung untuk menyeret Hyungsik ke dalam set.
        “Krys, apa-apaan sih!” protes Hyungsik. Namun ia tak berani memberontak lebih keras pada cewek itu. “Nggak mau, akh.”
        “Sekali aja,” paksa Krystal sambil mendorong pelan tubuh tinggi Hyungsik ke dalam set yang didominasi warna putih tersebut dan hanya terdapat satu kursi kecil di sana. “Kapan lagi nyobain jadi model.” Krystal langsung bergegas kembali ke tempatnya untuk memotret Hyungsik.
        Beberapa kali Krystal berhasil mengabadikan gambar diri Hyungsik. Namun setelah itu, Hyungsik sudah benar-benar menyingkir dari sana dan sukses membuat Krystal sedikit cemberut.
        “Itu model-model yang aslinya udah pada dateng.”
        Krystal sontak menoleh ke arah yang dimaksud oleh Hyungsik untuk memastikan. Sudah ada sekitar 4 cowok tampan di sana. Tinggi, putih, dan benar-benar menunjukkan bahwa mereka adalah seorang model.
        “Kenalkan ini Krystal Jung. Fotografer kita hari ini,” kata Hyungsik memperkenalkan Krystal pada 4 cowok tampan tersebut. Tak lupa, Hyungsik juga memperkenalkan nama cowok-cowok itu pada Krystal. Mulai dari cowok berkulit paling eksotis di sana. “Itu Hackyeon, lalu Sang Hyuk, Taekwoon dan Jaehwan.”
        Setelah berkenalan secara resmi dengan Krystal, ke-4 cowok tadi langsung bersiap menuju set. Dan Krystal sendiri langsung bersiap di tempatnya.
        Hyungsik berdiri di samping Krystal, namun tatapannya terlihat tertuju pada Hackyeon. “Won Sik mana sama Hong…”
        “Jangan mulai dulu!” protes Sang Hyuk karena Krystal tampak mulai memutar-mutar lensa kameranya. “Kita belum lengkap.” Bahkan saat Sang Hyuk belum menyelesaikan kalimatnya, lampu blitz pada kamera sudah lebih dulu berkedip. Tepat saat posisi Sang Hyuk sangat buruk dengan tangan melambai ke depan.
        Krystal hanya menunjukkan deretan giginya karena terkesan terlalu terburu-buru. “Maaf.”
        “Itu Hongbin sama Won Sik,” seru Jaehwan memberitahu.
        Krystal menoleh perlahan. Ia bahkan sampai melupakan kegiatannya tadi yang ingin menghapus foto Sang Hyuk. Ada dua cowok yang melangkah mendekat. Namun salah satu dari mereka terhalang cowok yang berjalan didepannya.
        “Ini Won Sik dan…” Hyungsik terdengar memperlambat ucapannya seiring cowok di belakang Won Sik tadi mulai menampakkan wajah tampannya. “Hongbin.”
        Freze… Krystal membeku mendapati cowok tampan idola cewek-cewek dikampusnya ada di sana. Ia bahkan terlibat sebuah pekerjaan dengan seorang Lee Hongbin yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Mungkin untuk sekedar bisa menyapa Hongbin di kampus pun rasanya Krystal tak sanggup membayangkan hal itu.

***

        Krystal membereskan peralatannya yang ia gunakan selama melakukan pemotretan tadi. Dengan hati berbunga, cewek itu kembali melihat foto Hongbin di dalam kameranya. Hasil karya dirinya sendiri. Belum lagi Hongbin tampak tersenyum lepas di dalam foto tersebut.
        Kebahagiaan Krystal saat menatap foto-foto Hongbin tadi, harus sedikit terganggu karena sebuah pesan masuk pada ponsel Krystal. Dari Sungjae. Langsung saja Krystal membaca pesan Sungjae tersebut.

        Cheondung nggak jemput, kan? Aku juga udah di depan studio nunggu kamu. Kalau udah selesai langsung ke luar ya…

      Krystal memainkan jarinya di atas layar sentuh ponsel. Namun matanya justru teralih pada 6 cowok tampan yang tadi jadi modelnya sedang berjalan bersama ke luar ruangan tersebut. Tentu setelah mereka berganti pakaian dulu sebelumnya. Terutama pada Hongbin. Hanya karena cowok itu memang sudah menarik perhatiannya sebelum ini. Tapi karena syal dalam genggaman Hongbin yang sangat familiar baginya. Syal pilihan Sungjae yang katanya akan ia berikan pada ‘kekasih’ laki-lakinya. Dalam hati, cewek itu meyakini bahwa bukan hanya ‘pacarnya’ Sungjae saja yang memiliki benda seperti itu.
        Hyungsik menyodorkan sebuah album foto berukuran sedang. “Hasil karya kamu. Udah termasuk yang akan terbit di majalah bulan depann nantinya.”
        Krystal sempat terkejut dengan kedatangan Hyungsik. Namun saat melihat benda ditangan cowok itu, tatapan Krystal sontak berubah. Dengan senang hati Krystal menerima benda itu. Lalu setelah urusannya di sana benar-benar selesai, cewek itu segera berpamitan untuk pulang. Sambil memeluk album foto karyanya, Krystal langsung meninggalkan gedung studio dan melesat menuju mobil Sungjae yang ternyata sudah terparkir tak jauh dari sana.
        Tanpa memastikan terlebih dulu, Krystal tampak membuka pintu penumpang di mobil tersebut. Tentu saja ia nggak akan keliru tentang kendaraan pribadi milik sahabatnya tersebut. “Jae… makasih udah…” ucapan Krystal sukses terputus karena ternyata Sungjae tidak sendiri di sana. Tapi bersama… Hongbin.
        Hongbin tak kalah terkejutnya dengan Krystal. Ia baru mengenal cewek itu. Dan hari itu pula rahasia terbesarnya terbongkar. Belum lagi posisi tangan Hongbin yang sedang mengusap rambut Sungjae dan tangan Sungjae sendiri menggamit lengan Hongbin. Tentu hal itu membuat semuanya jelas. Tentang hubungan ‘terlarang’ Hongbin dan Sungjae.
        “Jadi… Hongbin…” lirihnya. Dengan cepat Krystal menutup pintu mobil Sungjae lalu berlari menjauh.

*_to_be_continue_*


1 komentar: