Jumat, 06 Juni 2014

BLUE FLAME BAND 2 (part 16)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Xi Luhan (Exo-M)
·        Choi Sulli (F(x))
·        Choi Minho (SHINee)
·        Im Yoona (SNSD)
·        Kim Himchan (B.A.P)
·        Cha Hackyeon ‘N’ (VIXX)
Genre               : romance
Length              : part

***

        Saat membuka mata, orang pertama yang dilihat oleh gadis itu adalah seorang leader band terkenal. Lee Joon. Mungkin untuk sebagian orang, hal tersebut hanyalah sebuah mimpi di siang bolong. Tapi tidak untuk seorang Hye Ra. Karena pemuda tersebut tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya.
        “Ku pikir dia sudah tidak ingin menemuiku lagi.” Gadis itu tersenyum bisa melihat pemudanya dari dekat. Sesuatu yang sudah sangat lama ia rindukan. Wajah mereka bahkan hanya berjarak kurang dari setengah meter.
        Hye Ra mengulurkan tangannya. Ia ingin menyentuh wajah Joon yang tertidur sangat pulas. Namun hanya tersisa beberapa senti lagi, gadis itu langsung menarik tangannya. Ada yang janggal dari apa yang ia alami saat ini.
        “Tidak mungkin Joon bisa….” Ucapan Hye Ra menggantung begitu saja saat ia menyadari tempat ia berada sekarang. Kamarnya. Ia dan Joon berada dalam satu ranjang yang sama. Dan… “Joon! Bangun!” jerit Hye Ra sedikit histeris mendapati tangan Joon melingkari pinggangnya. Tanpa sadar gadis itu bahkan sampai mendorong tubuh Joon.
        “Huaaa!” teriak Joon sama nyaringnya karena ia nyaris saja terguling ke bawah dari atas tempat tidur.
        Hye Ra buru-buru membuat jarak antara dirinya dan Joon. Sementara Joon sendiri langsung panik mendapati dirinya berada di sana. Joon bahkan tidak sempat melakukan protes atas perlakuan Hye Ra padanya tadi.
        “Kenapa kau mendorongku?” tanya Joon dengan nada polos. Tentu saja ia mengetahui tempat tersebut adalah kamar kekasihnya, Hye Ra. Namun ia juga baru menyadari sesuatu. “Kenapa aku bisa ada di sini?” tanyanya karena merasa ada yang janggal.
        “Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu!” protes Hye Ra.
        “Seingatku, aku masih berada di mobil. Dan mobilkua juga masih terparkir di tempat kita bertemu tadi,” jelas Joon.
        “Aku juga masih berada di sana,” balas Hye Ra tak mau kalah.
        Ke duanya kini saling tatap. Ada hal yang tidak beres terjadi pada mereka hari ini.
        “Apa kau yang merencanakan hal ini hanya untuk bisa bertemu denganku?” tuduh Joon dengan tatapan menyelidik.
        Hye Ra menatap Joon, meremehkan. “Jangan terlalu percaya diri tuan leader yang terhormat. Aku tidak akan menggunakan cara kampungan seperti ini untukmu!” desis gadis itu tak mau kalah.

***

Flashback…
        Siwan dan Doojoon mengendap-endap menyusul sampai mobil Yong Hwa. Dan tanpa sepengetahuan Hye Ra juga Sulli, dua member ‘Blue Flame’ tersebut berhasil membuat Yong Hwa menghampiri mereka. Ketiganya bersembunyi di balik mobil lain yang juga terparkir di sana.
        “Hubungan Hye Ra dan Joon semakin tak sehat,” ujar Siwan memulai.
        “Tapi memang tak ada perjuangan juga dari Joon untuk mempertahankan Hye Ra.”
        Doojoon menggeleng tegas, menolak pernyataan Yong Hwa tadi. “Bukan itu! Tapi karena Joon memang tak ingin melawan Minhyuk. Tapi ia juga tak mau melepas Hye Ra begitu saja.”
        “Sebenarnya kurasa yang memegang kendali adalah Hye Ra. Semua keputusan ada padanya,” sahut Siwan menimpali pernyataan Doojoon.
        Yong Hwa menatap bergantian dua member ‘Blue Flame’ tersebut. “Bukankah katanya Joon tidak mau berbicara dengan Hye Ra?” serunya untuk memastikan kebenaran berita dari dua belah pihak.
        Siwan sontak mengangguk cepat. “Joon mungkin hanya kecewa. Dan ia juga ingin mengetahui sikap Hye Ra jika ia memperlakukannya seperti itu.” Siwan sempat memberi jeda sesaat dalam kalimatnya. “Mungkin saja Minhyuk akan beraksi dengan cepat. Dan di situ pula kita bisa melihat respon Hye Ra untuk Minhyuk.”
        Kali ini Yong Hwa tampak menggeleng. Bukan karena tidak sependapat dengan apa yang dikatakan Siwan. “Ke duanya saling mengandalkan. Hye Ra tidak akan bicara pada Minhyuk jika Joon belum memaafkannya.”
        “Apa kita harus merencanakan pertemuan mereka berdua?” usul Doojoon sedikit tidak sabar dengan akhir cerita leadernya itu.
        “Pasti akan sangat sulit,” kata Siwan.
        “Bukan rencana. Tapi paksaan,” ujar Yong Hwa yang sukses mengundang beribu pertanyaan dibenak Doojoon juga Siwan. Ia sempat mengawasi sekitar sebelum ada yang mencurigai mereka. “Memang cukup sedikit kasar, namun itu cara tercepat untuk merealisasikan rencana kalian.”
        Doojoon dan Siwan bersiap untuk mendengarkan dengan serius strategi yang mungkin telah disusun oleh Yong Hwa. Siwan juga sempat menangkap sosok Luhan yang tampak sedang menelepon seseorang.
        “Bagus! Luhan masih mengalihkan Joon!” pekik Siwan cukup bersemangat.
        “Aku akan pastikan obat yang Sulli berikan pada Hye Ra akan membuatnya cukup tidur,” jelas Yong Hwa akhirnya. “Dan lakukan hal yang sama pada Joon. Aku akan mengambilkannya di bagasi,” lanjutnya kemudian.
        Lalu Yong Hwa tampak menegakkan badan dan berusaha bersikap senormal mungkin. Setelah itu, ia melangkah menuju mobilnya dan membuka bagasi belakang mobil sedannya. Tentu berusaha tak menimbulkan kecurigaan untuk dua gadis yang sudah menunggu di dalam mobil.
        Mulanya Siwan yang menghampiri Yong Hwa lebih dulu. Seolah terlihat seperti hanya melintas, padahal Yong Hwa memberikan sesuatu secara diam-diam pada pemuda itu.
Sementara Doojoon tampak mendahului Siwan. Namun salah satu tangan pemuda itu menggenggam selembar sapu tangan. Kemudian Siwan terlihat mengikutinya sampai tempat mobil Joon berada. Doojoon sedikit mengulurkan tangan, sementara Siwan akan meneteskan cairan dari dalam botol kecil pemberian Yong Hwa.
        Doojoon mengetuk pintu Joon dengan sikap senormal mungkin. Joon sendiri juga terlihat membuka pintu tanpa ada rasa curiga. Tentu, karena mereka adalah anggota ‘Blue Flame’.
        “Kalian…” ucapan Joon terputus tepat saat ia menoleh ke tempat Siwan berada. Dan Doojoon tak membuang waktu untuk membekap mulut Joon dengan sapu tangannya hingga pemuda itu seperti tak sadarkan diri.
        “Cepat bawa Joon masuk,” seru Siwan yang menangkap tubuh Joon. Setelah ia dan Doojoon berhasil membawa Joon masuk ke dalam mobil, Siwan langsung mengambil alih kemudi. Sementara Doojoon juga ikut masuk ke dalam mobil Joon, namun ia sambil menelepon Luhan dan menceritakan rencananya tersebut.
        Di sisi lain, Yong Hwa juga sudah menjalankan aksinya meski Sulli sempat memprotesnya. Tapi setelah ia menjelaskan alasan mereka melakukan itu, Sulli akhirnya menurut bahkan mendukung rencana tunangannya tersebut.
Flashback end…

***

        Luhan sampai menguap karena bosan menunggu. Siwan yang duduk di sampingnya bahkan sudah tertidur. Tapi tidak untuk Doojoon, Nichkhun, Yong Hwa, juga Sulli. Mereka semua kini berada disebuah ruangan yang sama. Ruang tamu dikediaman keluarga Minho.
        Lalu Yoona muncul dari arah dapur. “Kita makan malam dulu,” ajak wanita itu sambil mengulurkan tangan pada Sulli. Tentu karena Sulli juga seorang wanita sepertinya. “Bangunkan Siwan dan Luhan,” ujarnya lagi seraya mengingatkan. Luhan bahkan sampai benar-benar tertidur tadi.
        “Apa Hye Ra dan Joon melakukan sesuatu?” tanya Minho khawatir. Ia memang sudah lebih dulu duduk di kursi makan.
        “Luhan yang terakhir kali memeriksa sebelum tertidur tadi,” kata Nichkhun.
        Minho sontak melempar tatapan pada Luhan yang hanya dijawab gelengan kepala oleh guitarist ‘Blue Flame’ tersebut. “Tidak ada, hyung. Kurasa obat yang diberikan Doojoon pada Joonnie hyung tadi cukup banyak,” desisnya yang kini melempar kesalahan pada Doojoon.
        Tentu Doojoon tidak terima begitu saja dengan tuduhan Luhan terhadap perlakuannya tadi. “Bukan aku yang menuangkan cairannya ke sapu tangan,” serunya untuk membela diri. Luhan kemudian melempar tatapan untuk Yong Hwa dan takut-taku ia menunjuk pemuda yang duduk berseberangan dengannya itu. “Yong Hwa hyung.”
        Yong Hwa sontak menahan tangan Doojoon yang kemudian ia alihkan hingga kini mengarah ke Siwan yang duduk di sampingnya. Sementara Doojoon hanya tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya.

***

        “Pasti Doojoon, Siwan, dan yang lain yang telah merencanakan ini,” desis Joon yang baru teringat dengan kejadian terakhir kali sebelum ia pingsan. Pemuda itu bertemu Doojoon dan Siwan di mobilnya.
        Hye Ra sendiri hanya memutar bola matanya, malas. “Jangan menuduh orang lain sembarangan,” seru gadis itu dengan nada dingin sambil beranjak menuju pintu. Meski ia sangat ingin berbaikan dengan Joon, namun gadis itu membatalkan niatnya. Karena melihat sikap Joon yang sepertinya tidak berusaha untuk memperbaiki itu semua.

        Apa kalian menikmati malam, eh, maksudnya siang pertama kalian? Hahaha… Kami harap kalian bisa menyelesaikan semua kesalah pahaman yang terjadi. Dan jangan khawatir, kami juga sudah menyediakan makanan dan minuman untuk kalian berdua. Tapi jangan harap kalian terbebas dari sana sebelum benar-benar berbaikan…!
From : Blue Flame members dengan bantuan Yong Hwa dan Sulli, juga dengan persetujuan Minho hyung dan Yoona noona ^_^

        Hye Ra menatap kesal secarik kertas yang tertempel rapih didaun pintu kamarnya. Dan setelah menyelesaikan membaca, gadis itu menarik paksa kertas tersebut. Kemudian ia menoleh ke atas meja riasnya. Benar saja, di sana sudah tersedia bungkusan yang bisa dipastikan berisi makanan. Serta botol-botol minuman yang juga masih terbungkus rapih.
        Melihat itu, Hye Ra meremas kertas ditangannya lalu membuang sembarangan ke lantai. Ia kemudian mencoba membuka pintu yang ternyata memang benar terkunci.
        “Kau kenapa?” seru Joon yang juga mulai mencurigai sesuatu karena melihat sikap aneh yang ditunjukkan Hye Ra. Pemuda itu lalu melangkah mendekat saat Hye Ra dengan kasar menggedor pintu kamarnya sendiri.
        “Oppa! Minho Oppa! Buka pintunya!” teriak Hye Ra sekeras mungkin agar suaranya bisa terdengar sampai luar. Dan tentu diiringi dengan gedoran keras pada daun pintunya.
        “Apa yang terjadi!” pekik Joon dengan suara tak kalah keras.
        Hye Ra masih senantiasa berteriak. “Oppa, buka!”
        Joon yang sudah tidak sabar, mencoba menghentikan tangan Hye Ra agar berhenti memukuli pintu. “Hye Ra, cukup!”
        “Tapi kita terkunci!” Gadis itu membalas dengan suara yang kini terdengar panik. Entah apa yang harus ia khawatirkan.

***

        Terlihat sangat kontras dengan keadaan di ruang makan. Semua yang berada di sana terlibat dengan pembicaraan seru dan terasa hangat. Luhan dan Siwan bahkan sampai tertawa keras dan melupakan rasa kantuk mereka tadi.
        “Dan kau harus melihat ekspresi wajah Joon saat itu, hyung?” ujar Doojoon saat bercerita seru. “Siapa yang berani membuka pakaianku?”
        Luhan menertawai ekspresi wajah Doojoon saat pemuda itu mempraktikan gaya Joon waktu ketahuan tidur di dalam bathtub dan hanya menyisakan celana jins yang menempel ditubuhnya. Doojoon bahkan benar-benar mengkhayati perannya tersebut. Luhan sampai memukul-mukul meja dan matanya mulai berair.
        Tak kalah keras tawa Nihckhun juga Siwan yang saat itu juga berada di tempat kejadian.
        “Doojoon, hentikan!” seru Siwan yang belum bisa menghentikan tawanya. “Perutku sakit,” ujarnya lagi kali ini sambil memegangi perutnya.
        “Kenapa diam?” tegur Yoona pada Sulli yang duduk di sampingnya.
        “Hah?” Sulli tampak terkejut dengan suara Yoona. Gadis itu terlalu sibuk memperhatikan para member ‘Blue Flame’ yang berada di sana. “Eonnie. Aku hanya bingung harus berekspresi seperti apa. Melihat bahkan makan semeja dengan ‘Blue Flame’ rasanya bagai mimpi.” Sesaat, Sulli tampak mengawasi sekitar lalu sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Yoona. “Aku juga sedikit tak enak dengan Hye Ra karena member favoritku, Lee Joon, ternyata kekasihnya.”
        Yoona terkekeh pelan mendengar pengakuan Sulli. “Hye Ra bahkan menyukai Siwan. Dan kau harus tahu perbedaan kagum dan cinta. Perasaan Hye Ra pada ke dua pemuda itu jelas berbeda.”

***

        “Tidak ada kata ‘minum’ untukmu Lee Minhyuk!”
        “Him…!” ucapan Minhyuk terputus karena tangan Himchan dengan mudahnya merebut gelas minuman di tangan pemuda itu.
Himchan bahkan kini sudah mengambil satu tempat di samping Minhyuk tanpa ada rasa bersalah. Dan Hackyeon yang ternyata datang bersama Himchan, duduk di sisi lain tempat Minhyuk.
        “Kau melarangku ‘minum’, tapi justru kau yang ‘minum’!” protes Minhyuk yang bahkan sudah merebut kembali gelas dari tangan Himchan. Ia kemudian meletakkan gelas itu di atas meja bar tempat mereka berada sekarang.
        “Tolong singkirkan ini dan ganti dengan soft drink biasa,” kata Hackyeon pada bartender di sana. Ia juga tadi yang menjauhkan gelas minuman Minhyuk ke arah bartender tadi.
        Karena tidak ada yang ia lakukan, Minhyuk akhirnya hanya menopang dagu dengan tangan kanannya. Pemuda itu bahkan hanya menatap kosong ke depan. “Hackyeon pasti sudah bercerita padamu tentang kejadian hari ini?”
        Himchan menoleh cepat setelah mendengar suara Minhyuk. Meski pemuda itu tidak menatapnya, namun bisa dipastikan pertanyaan Minhyuk memang ditujukan pada Himchan. Himchan sendiri terdengar menghela napasnya, berat. Ia kemudian meletakkan satu tangannya ke pundak Minhyuk.
        “Aku benar-benar tidak percaya jika kau dan Lee Joon hyung ternyata terlibat dalam sebuah cinta segitiga tanpa kalian ketahui sebelumnya.” Himchan tampak tidak melanjutkan ucapannya karena Minhyuk menggeser gelas minuman untuknya yang baru diberikan oleh bartender tadi.
        “Aku juga ingin meminta maaf padamu tentang…”
        Minhyuk buru-buru mengangkat tangannya sebagai tanda agar Hackyeon tidak melanjutkan ucapannya. “Kau sama sekali tidak salah,” ujarnya sambil mengaduk-aduk tak minat pada minumannya.
        Himchan menarik kembali tangannya dari pundak Minhyuk. “Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini?”
        “Tidak ada,” seru Minhyuk pendek.
        “Lebih baik kau coba lowongan pekerjaan di tempat sepupuku,” kata Hackyeon menyarankan. “Setidaknya kau bisa sedikit mengalihkan pikiranmu untuk sementara.”
        Kali ini Minhyuk yang terdengar mendesah. Ia juga belum ingin memikirkan hal lain. “Hye Ra tidak akan mau bicara padaku jika Changsun hyung belum memaafkannya. Dan aku tidak tahu sampai kapan.”
        “Apa kau tidak mencoba bicara pada hyungmu?”
        Minhyuk hanya menggeleng sebagai jawabannya. “Tidak akan semudah itu.”
        Hackyeon menenggak minumannya sebelum kembali bicara. “Jika kau mau, aku bisa pinjami kau apartmen. Aku sudah jarang pulang ke sana.”
        “Terima kasih kalian berdua selalu membantuku. Tapi kurasa, itu hanya akan semakin memperkeruh suasana jika aku ke luar dari apartmen Changsun hyung.” Minhyuk menolak tawaran Hackyeon dengan baik-baik.
        “Kami akan selalu mendukung keputusanmu.”
        Kali ini Minhyuk mencoba melemparkan senyumnya pada Himchan.

***

        Setelah tidak ada harapan untuk siapa pun membukakan pintu, Hye Ra lebih memilih mengalah dan duduk di depan meja belajarnya. Sementara Joon tampak bersandar di tempat tidur sambil membuka-buka dengan malas sebuah majalah yang tak sengaja ia temukan di kolong tempat tidur.
        Hye Ra yang semula sibuk dengan gambar desainnya, kali ini tampak menyerah menyelesaikan sebuah rancangan gaun pengantin. Ia meletakkan begitu saja pensilnya sambil menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Kemudian tatapan Hye Ra jatuh pada sebuah bungkusan yang tidak jauh dari sana. Ia lalu menarik bungkusan itu mendekat padanya.
        Melihat itu, Joon menutup paksa majalah di tangannya sambil menegakkan badan. “Kau makan sendiri? Tidak mengajakku?” Joon terdengar melancarkan protes keras.
        “Aku tidak bicara pada orang yang tidak ingin bicara padaku,” seru Hye Ra cuek. Meski merasa bersalah, namun ia tak ingin begitu saja mengalah pada pemuda seperti Joon. Setidaknya ia ingin Joon menyadari bahwa sikapnya juga tidak bisa dibilang benar.
        Joon hanya menatap datar punggung gadis di hadapannya tersebut. “Hye Ra, bagaimana jika kita menikah?”
        Mendengar itu, Hye Ra sama sekali tidak merasa tersentuh. Ia justru mendengus merendahkan. Hye Ra menolehkan sedikit wajahnya, namun tidak sampai melihat Joon. “Kau saja yang menikah dengan Minhyuk.” Selanjutnya, gadis itu kembali melanjutkan aktifitas makannya.
        Joon sendiri sama sekali tidak merasa sakit hati mendengar jawaban Hye Ra. Ia lalu menjatuhkan kepalanya ke samping hingga mendarat di atas bantal. Sementara tangannya kembali menyambar majalah tadi. Pemuda itu ingat, dalam majalah tersebut terdapat foto dirinya juga beberapa member ‘Blue Flame’ yang lain. Joon langsung membolak-balikkan halaman majalah. Ia bahkan sampai memutar tubuhnya hingga kini berposisi terlungkup. Dan ia tersenyum saat mendapati foto dirinya di sana.
        Sekilas, Joon sempat kembali melirik pada Hye Ra. Sejujurnya ia sangat merindukan kekasihnya itu. Kemudian Joon  menatap cincin yang melingkar disalah satu jarinya. Ia mendesah berat saat menatapnya. Sampai akhirnya, tatapan Joon kini jatuh pada foto dirinya di atas nakas tempat tidur Hye Ra. Sementara tanggannya yang lain berusaha membalikkan lagi halaman pada majalah tadi. Namun ada yang aneh.
        Joon tertunduk dan mendapati halaman pada majalah tersebut ternyata sengaja diberi solasi untuk menutupi halaman berikutnya. Joon dengan jahilnya mengintip pada halaman yang terisolasi tersebut. Ia bahkan sampai kembali menegakkan tubuhnya. Saat halaman tersebut sudah berhasil ia buka, Joon menyambar fotonya yang berada di atas nakas tadi. Foto yang bagian kacanya diberi sebuah tulisan tangan oleh Hye Ra.
        Sementara itu, merasa ada yang aneh, Hye Ra sontak memutar tubuhnya hingga kini menghadap Joon. Ia mendapati pemuda itu terkekeh sendiri dengan 2 gambar di hadapannya. Foto Joon dalam bingkai, serta foto Doojoon dalam majalah yang semula telah diisolasi oleh Hye Ra.
        “Apa?” tanya Joon galak saat menyadari Hye Ra sedang menatapnya. “Bukankah kita tidak sedang saling bicara? Habiskan saja makananmu.”
        Hye Ra hanya menatap malas, kemudian ia berbalik kembali untuk meneruskan makannya. Tak lupa, ia membuka laci meja belajarnya dan mengambil kabel handsfree lengkap dengan mp3 playernya. Kemudian ia memasang benda kecil itu pada telinganya. Dan tentu lagu yang terdapat dalam benda kecil itu semuanya karya milik ‘Blue Flame’.

***

        “Oiya, Sungmin hyung ke mana? Aku baru ingat dia tidak ikut ke sini.” Suara Luhan menginterupsi kegiatan yang lain. Saat itu mereka memang masih di meja makan dan baru saja menyelesaikan makan malam.
        Doojoon sontak melempar tatapan pada Yong Hwa. Sejak masalah ‘asmara’ Yong Hwa dan Hye Ra terselesaikan, ia sudah tidak bersikap sinis lagi pada pemuda itu. “Sudah seberapa jauh persiapan pernikahan Sungmin hyung?” tanyanya.
        “Waahh… menejer kalian itu sudah ingin menikah juga?” seru Yoona, kagum.
        “Hanya tinggal beberapa bagian saja yang masih harus diurusi,” jelas Yong Hwa. “Oiya, sepertinya kami harus pulang. Sulli ada dinas malam hari ini.”
        “Oh, iya.” Yoona langsung menyetujui diiringi anggukan Minho dan yang lainnya.
        “Kami pamit ya,” ujar Sulli untuk member ‘Blue Flame’ yang lain. Ia tak lupa untuk menyalami mereka satu-persatu.
        “Yong Hwa hati-hati!” seru Doojoon. Mengingatkan saat ia sering bersikap ‘ptotective’ pada Hye Ra saat gadis itu bersama Yong Hwa.
Kemudian Yoona dan Minho mengantar Yong Hwa juga Sulli ke luar rumah.
        “Calon istrinya Sungmin hyung itu yang tadi bersamanya, kan?” Siwan tampak mengajukan pertanyaan untuk memastikan tebakannya benar. Ia masih melanjutkan pembahasan yang tadi sempat tersita beberapa menit lalu.
        “Ji Yeon?” Nichkhun balik bertanya.
        “Iya, hyung!” Luhan langsung membenarkan. “Mereka berduaan saat kami melakukan pengukuran tadi.” Ucapan Luhan membuat yang lain tertawa.
        “Diantara kalian siapa lagi yang ingin menyusul?” terdengar Minho bersuara. Ia baru saja kembali dari mengantar Yong Hwa dan Sulli yang akan pulang.
        “Suruh Joon untuk cepat-cepat melamar adikmu, oppa!” goda Yoona. Dan kembali menyulut kekehan orang-orang di sana.
        Mendengar ucapan Yoona yang seperti itu, membuat Nichkhun sontak menyadari sesuatu. “Oiya, bagaimana Joon dan Hye Ra di dalam?” Pertanyaan Nichkhun membuat yang lain juga langsung teringat dua orang yang masih mereka kuncikan di dalam kamar itu. “Luhan, coba sana lihat,” serunya memerintah. 
        Luhan menoleh cepat dengan tatapan tajamnya. “Apa karena aku yang paling muda di sini?” protesnya.
        “Atau kau ingin aku yang memeriksa?”
        Luhan buru-buru melambaikan tangannya untuk menolak saran dari Yoona tadi. “Tidak noona. Biar aku saja.” Dan sebelum Yoona atau yang lain merespon, Luhan lebih memilih untuk segera melesat pergi dari sana. Menuju kamar tempat Hye Ra dan Joon berada.
        Begitu sampai di sana, Luhan langsung menghela napas. “Apa jadinya kalau Yoona noona yang ke sini?” Pemuda itu langsung berpikir jauh karena masa lalu yang pernah ada antara Joon dan Yoona.

***

        Hye Ra berdiri saat Joon sudah berada di sampingnya. Pemuda itu ingin mengambil jatah makanan miliknya. Saat Hye Ra meninggalkan kursinya, Joon yang menggantikan duduk di sana. Leader ‘Blue Flame’ tersebut tidak tahu jika di belakang, Hye Ra sedang meminum obatnya. Hye Ra memang baru saja ke luar paksa dari rumah sakit tadi pagi.
        Hye Ra berhati-hati membaringkan tubuhnya ke kasur. Berusaha memejamkan matanya agar obat bisa berfungsi lebih baik.
        Sementara itu, dari luar jendela kamar Hye Ra terdengar suara deru mesin mobil. Joon yang juga mendengar itu sontak langsung melesat ke arah jendela. Ia ingin memastikan siapa yang mengendarai mobil tersebut dan mungkin akan meninggalkannya yang masih terkunci.
        “Jadi Yong Hwa dan tunangannya juga terlibat di sini?” seru Joon. Ia juga menyempatkan diri menoleh pada Hye Ra yang mungkin saja mau meresponnya. Namun yang ia dapat, gadis itu justru meringkuk di atas kasur dengan mata terpejam. Lalu tanpa sadar, mata Joon menangkap bungkusan kecil di atas nakas yang berisi obat-obatan. “Hye Ra!”
        Joon melesat cepat dan duduk di tepi tempat tidur. Tangan pemuda itu juga mendarat dikening Hye Ra yang mengeluarkan keringat dingin. Joon panik seketika melihat kondisi Hye Ra. “Kau kenapa Hye Ra?” tanyanya sambil menggenggam tangan Hye Ra dengan erat.
        Dengan lembut, Hye Ra menyingkirkan tangan Joon. “Aku baik-baik saja,” ujar gadis itu yang kemudian berusaha bangkit. Ia duduk dan bersandar di kepala tempat tidur.
        Joon sendiri juga ikut merubah posisi duduknya yang kini menempatkan diri di samping Hye Ra. Ia bahkan sampai memaksa Hye Ra masuk ke dalam rangkulannya. Joon juga sempat mencium puncak kepala kekasihnya itu penuh rasa sayang.
        “Kenapa kau merahasiakan padaku tentang kondisimu?” Joon semakin erat memeluk Hye Ra. Seakan tak ingin melepaskan sedikit pun gadis itu dari sisinya.
        “Aku…” Hye Ra tak begitu saja melanjutkan ucapannya karena kini Joon justru membuatnya berhadapan dengan pemuda itu. “Joon, maaf. Aku sungguh tidak tahu jika kau dan Minhyuk…”
        Joon menangkup wajah Hye Ra dan menatapnya lembut. “Aku dan mungkin juga Minhyuk tidak ada yang tahu jika diantara kami mengenalmu. Maaf karena aku egois selama ini.”
        Hye Ra menggeleng lemah. Tak sedetik pun ia mengalihkan tatapannya pada sosok Joon sudah cukup lama ia rindukan.
        “Aku belum bisa membuatmu bahagia. Dan aku juga tidak sanggup untuk melawan Minhyuk.” Joon terdengar sekuat tenaga untuk mengatakan hal tersebut.
        Air mata sudah tampak menggenang dipelupuk mata gadis itu. Hye Ra tidak bisa menahan perasaan harunya. Dan saat ia mengedip, cairan bening itu tidak sanggup terbendung lagi. Dengan sangat lembut, Joon menyeka air mata Hye Ra langsung dengan tangannya sendiri. Seakan tidak ingin menyakiti gadis itu sedikit pun.
        “Joon aku mencintaimu,” kata Hye Ra akhirnya dengan nada lirih.
        Joon sontak tersenyum lebar. Itu kata-kata yang sudah lama sangat ia ingin dengar langsung dari bibir gadis itu. “Itu kata-kata terindah yang pernah ku dengar.” Joon menarik Hye Ra ke dalam pelukannya dengan senyuman yang sama sekali tidak pudar sedikit pun.
        Mereka masih berada di posisi yang sama dalam waktu yang cukup lama. Joon bahkan seperti tidak ingin kehilangan sedikit pun moment seperti itu. Keduanya bahkan tidak menyadari jika Luhan sudah mengawasi mereka di sana beberapa menit yang lalu.
        “Tidak ingin ke luar dari kamar ini?”

***


1 komentar:

  1. Joon aku mencintaimu,” kata Hye Ra akhirnya dengan nada lirih.
            Joon sontak tersenyum lebar. Itu kata-kata yang sudah lama sangat ia ingin dengar langsung dari bibir gadis itu. “Itu kata-kata terindah yang pernah ku dengar.” Joon menarik Hye Ra ke dalam pelukannya dengan senyuman yang sama sekali tidak pudar sedikit pun.

    -> So sweet banget bagian ini.. hehehe

    Oh jadi yang nyulik Joon siwan sama Dojoon.. hahaha
    Bagus lah itu idenya.. dan main salah2an lagi pas yang naro obat bius kebanyakan.. wkwkwkwk

    Terus ini ada lanjutannya lagi gak??

    BalasHapus