Minggu, 08 Juni 2014

Oh My School (chapter 7)


“The Paradise”

Author      : N-Annisa (@nniissaa11)
Cast          :
·        Jung Hyerim (A-Pink)
·        Kim Seok Jin (BTS)
·        Kim Himchan (BAP)
·        Jung Taekwoon (VIXX)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Krystal Jung (Fx)
·        Oh Hayoung (A-Pink)
Genre       : Life school, teen romance, tragedy
Length      : Chapter

***

        “Jin! Tunggu, Jin!” seru Taekwoon sambil mengimbangi langkah cepat Seok Jin.
        Seok Jin sendiri seperti tidak mendengar teriakan Taekwoon. Ia tetap melesat secepat mungkin ke luar daru gedung A, menuju gedung B. Mereka menaiki tangga ke lantai 2, dan Seok Jin langsung berbelok ke kelasnya.
        Namun tidak untuk Taekwoon karena Ho Seok menghalangi langkahnya. “Kak Taekwoon!” seru Ho Seok yang bahkan sudah menahan tangan Taekwoon. Tentu ia melakukan itu karena ia merasa ada gelagat aneh yang ditunjukkan Seok Jin tadi.
        Taekwoon sendiri tidak menjelaskan apa-apa. Ia hanya menepuk lengan Ho Seok dan memberikan isyarat dengan lirikan mata agar Ho Seok mengikutinya mengejar Seok Jin. Beruntung sekolah memang masih sangat sepi. Terlihat hanya segelintir siswa di dalam kelas 2, tapi bisa dipastikan mereka tidak menyadari apa yang dilakukan Seok Jin dan yang lainnya tadi.
        Di sisi lain, ruang kelas 3 juga baru Hyerim yang datang. Cewek itu belum sempat duduk di kursinya karena Seok Jin sudah lebih dulu menahan tangannya.
        “Kenapa lo ngerahasiain itu dari gue? Kita temenan udah lama, Rim!” cecar Seok Jin. Namun semua ucapannya justru membuat Hyerim hanya menatapnya, bingung.
        “Rahasia apa, Jin?” Hyerim balik melemparkan pertanyaan.
        Seok Jin memeriksa setiap saku diseragam sekolahnya. “Mana, ya?” gumamnya pelan. Sementara Hyerim tampak menunggu dengan sabar. Kemudian, Seok Jin melirik ke tempat Taekwoon berada bersama Ho Seok yang ternyata benar-benar menyusulnya. Seperti teringat sesuatu, Seok Jin lantas bergegas ke tempat Taekwoon berada. “Foto yang tadi, Taek!” serunya menagih.
        Taekwoon masih diam. Ia sempat menangkap wajah Hyerim yang terlihat semakin bingung. “Eh, Jin!” protesnya karna Seok Jin kini sampai menggeledah jas sekolahnya. “Apa-apaan sih, lo!”
        Seok Jin berhenti bertindak. Ia menatap Taekwoon, tajam. “Foto yang tadi,” tegasnya sekali lagi.

***

        “Ruangan lain nggak ada yang bisa dipake apa?”
        “Jangan ke SMA Paradise, kek!”
        “Iya, ke sekolah lain lah kalo mau numpang.”
        “Gila! Nggak elit banget numpangnya di Paradise! Anak-anak Paradise aja pada ngungsi ke sini!”
        Cheondung menyikut Minho di tengah-tengah kerumunan siswa SMA Destiny yang berkumpul di lapangan utama gedung sekolah. Tepat di depan gedung yang kemarin terbakar.
        “Gedung di SMA Destiny kan banyak! Masa’ iya nggak bisa nampung murid-murid di sini!” ocehan salah seorang siswi SMA Paradise kembali membuat suasana semakin ramai. Belum lagi sahutan-sahutan suara siswa yang lain menambah riuh suasana pagi itu.
        “Bener, kita bakal dipindahin ke SMA Paradise?” bisik Cheondung pada Minho. Ia juga berusaha tidak menghiraukan kicauan teman-temannya yang melancarkan protes keras.
        Minho sempat mengangkat bahu. Ia tak peduli dengan protes keras teman-temannya. Namun ia peduli jika rumor yang terjadi mereka akan dipindahkan ke SMA Paradise benar-benar terlaksana. Dan mungkin hanya dia yang mendukung keputusan itu.
        “Itu Yuri sama Hackyeon!” seru Cheondung sambil menepuk pundak Minho seperti memberi tahu.
        “Anak kelas 3-8, kita kumpul.” Cowok bernama Hackyeon tadi bicara sambil melintas di hadapan Minho dan Cheondung.
        “Kabarin yang lainnya juga,” timpal seorang cewek yang tadi datang bersama Hackyeon. Yuri.
        Cheondung dan Minho sendiri terlihat mengikuti arah Yuri dan Hackyeon serta beberapa siswa lain yang termasuk di kelas 3-8 tersebut. Itu pun karena Cheondung sudah lebih dulu menyikut lengan Minho sambil memaksanya untuk ikut.

***

        “Jin!” pekikan keras Taekwoon tetap tak mampu mengalihkan apa yang dipikirkan Seok Jin. Justru Ho Seok yang tampak terganggu dengan suara cowok itu.
        “Nah, ini dia!” seru Seok Jin yang sumringah mendapati benda yang sejak tadi ia cari dari dalam seragam sekolah Taekwoon. Buru-buru ia berpaling kembali ke hadapan Hyerim. Namun kali ini ia menunjukkan ekspresi seriusnya. Tentu saja sambil menunjukkan foto yang membuatnya seakan mendapat kemenangan.
        Di tempatnya berada, Ho Seok menusuk-nusuk pinggang Taekwoon dengan jari telunjuknya. Jelas saja ia ingin tahu atas apa yang sedang terjadi antara Seok Jin dan Hyerim. Namun Taekwoon dengan tegas menolak untuk menjelaskan.
        “Itu foto apa, Jin?” Hyerim bertanya dengan tatapan polos.
        Seok Jin berdecak dengan tatapan meremehkan. “Ini foto lo jaman SMP. Dan kenapa bisa sama Sungjae?” tanya Seok Jin akhirnya karena tidak ingin menunggu sampai Hyerim menjawabnya sendiri.
        “Apa?” Hyerim tanpa sadar menyambar foto di tangan Seok Jin agar ia bisa leluasa melihatnya. Cewek dalam foto itu memang sangat mirip dengannya. Namun Hyerim justru melemparkan tatapan penuh tanya pada Ho Seok yang sangat menguntungkan baginya.
        Merasa ada gelagat yang aneh, Taekwoon juga ikut menatap Ho Seok. Begitu pula dengan Seok Jin. Tapi justru karena tatapan mengintimidasi dari Taekwoon yang membuat Ho Seok melesat ke arah Hyerim.
        “Kenapa sama Sungjae?” tanya Ho Seok. Sementara tangannya menyambar foto di tangan Hyerim.

Flashback…
        “Nggak mungkin Eun Ji ada di sini? Nggak mungkin dia sekolah di sini juga,” pekik Sungjae dengan napas yang memburu.
        “Emang nggak ada siswi yang namanya Eun Ji di sini.”
        Salah satu bilik toilet di belakang Sungjae tampak terbuka. Tentu Sungjae langsung mendongak dan mendapati Ho Seok muncul. Ia dapat melihat cowok itu melalui pantulan di cermin.
        “Ngapain lo ikut campur urusan gue?” seru Sungjae tak terima.
        Ho Seok tampak terkekeh. Ia tak menatap Sungjae karena masih sibuk membereskan seragam sekolahnya. “Nggak ikut campur,” tantangnya. Ia masih berdiri di ambang pintu toilet. “Cuma sekedar ngasih informasi aja. Karena gue kenal sama seluruh siswi di sekolah ini. Tak terkecuali. Dan termasuk juga, ‘Himchan’. Anak yang lagi dihebohin hari ini.”
Flashback end…

        Ho Seok menggeleng tegas. Tentu setelah ia mengingat kejadian yang melibatkan Sungjae. “Ini Kak Eun Ji,” serunya kemudian dengan tatapan tegas untuk Seok Jin. “Gue beberapa kali mergokin Sungjae nyebut nama Kak Eun Ji. Bahkan ke Kak Hyerim pun gitu.”
        “Jin… Jin…!”
        Seok Jin sontak menoleh ke tempat Taekwoon berada. Namun cowok itu justru sedang melihat ke luar kelas dengan tatapan paniknya.
        Taekwoon sempat melihat Jungkook melintas. Dan itu membuatnya kembali teringat akan tugas ‘kerja sosial’ yang masih harus ia jalani. “Jin, ayo Jin ke gedung B lagi.” Taekwoon lalu menatap Seok Jin. “Masalah ini bisa diselesain nanti lagi, kan?”
        Belum sempat Seok Jin merespon. Beberapa siswa kelas 3 mulai bermunculan memasuki kelas. Kibum, Chorong, Yongguk, Sunggyu, bahkan Himchan dan Minhyuk.
        “Kenapa sih, Taek?” tanya Minhyuk saat teman-teman yang lainnya sudah menuju meja mereka masing-masing. Kebetulan Minhyuk juga memang berjalan paling akhir. Dan ia juga menangkap ekspresi tak tenang di wajah Taekwoon.
        “Nanti aja deh ya, Min.” Taekwoon bicara tanpa menatap Minhyuk. “Kalo ampe ketahuan Pak Hyunseung, gue nggak mau bantu ya!” ancamnya serius. Dan sedetik kemudian, Taekwoon sudah balik badan dan melesat pergi dari sana. Ia bahkan nyaris saja menabrak Bomi yang baru saja sampai.
        “Taekwoon!” jerit Bomi. Namun Taekwoon sudah lebih dulu meninggalkan kelas.
        Seok Jin kini terlihat bingung. Ia seperti meminta penjelasan dari Hyerim dan Ho Seok. Tentu tidak ada yang tahu apa yang dimaksudkan oleh Taekwoon tadi.
        “Susul Taekwoon aja sana!”
        Mendengar ucapan Hyerim tadi, Seok Jin baru lah bergerak. Ia menyusul Taekwoon ke gedung B karena akhirnya ia ingat kalau tugas ‘kerja sosial’-nya masing menunggu.

***

        “Taeyeon sayang, renovasi sekolah nggak bakal maksimal kalau masih dipake buat proses belajar-mengajar,” ujar Yuri mencoba memberi pengertian pada salah satu teman sekelasnya. Terlebih cewek itu adalah ketua kelas di sana.
Siswa kelas 3-8 sudah berkumpul seperti apa yang diintruksikan Hackyeon tadi. Mereka memisahkan diri dari siswa lain yang juga berkumpul sesuai kelas mereka masing-masing. Dan tentu saja tak mengurangi keramaian di sana.
        “Jadi lo setuju kalo kita pindah ke ‘Paradise’?” protes siswi lain di kelas itu. Yoona. Ia bahkan sampai memberi tekanan saat menyebut kata ‘Paradise’.
        “Gue sebagai ketua kelas di sini, harus bikin keputusan berat. Tolong jangan pada mojokin gue,” balas Yuri berusaha menahan emosinya.
        Hackyeon tampak merangkul Yuri untuk menenangkan cewek itu. “Kita belum pasti ke Paradise juga, kok. Bisa aja ke Two Moons, Deportivo atau Sun Moon,” jelas cowok itu sekaligus untuk menangahi juga. “Kita harus kompak mau pindah ke mana. Masalahnya siswa di kelas ini nggak mungkin di pisah.”
        “Pokoknya gue nggak mau balik ke Paradise,” kata Taeyeon tegas. Ia bahkan sampai memberi tatapan membunuh pada beberapa temannya yang sama-sama pindahan dari SMA Paradise agar mereka juga mengikuti keputusannya.
        “Gue juga nggak mau lah, Yeon.” Hyoyeon juga tampak menyetujui ucapan Taeyeon. Karena ia juga salah satu pindahan dari SMA Paradise ke SMA Destiny.
        “Ke Deportivo aja, ya? Lokasinya juga nggak terlalu jauh dari sini. Kalo Ke Sun Moon, akses kendaraan umumnya agak sulit,” kata Yuri menyarankan. Ia memang harus memberikan keputusan yang bijak sana, terutama untuk teman-temannya.
        “Oke,” seru Hackyeon. “Nggak ada yang keberatan kan kalo kita pindah ke Deportivo?” tanyanya.
        Hampir semua saling melempar tatapan. Namun diamnya mereka menegaskan kalau memang tidak ada yang ingin melancarkan protes. Cheondung juga sempat melirik cewek yang memiliki kepiripan wajah dengannya. Dan mereka saling mengangguk.
        “Lo gapapa kan, Min, kita ke SMA Deportivo?” Kali ini Hackyeon melemparkan pertanyaan pada Minho.
        “Kalian anak-anak kelas 3-8 buruan lapor sana mau pindah ke mana,” seru seorang cowok salah satu siswa SMA Destiny. Namun ia dari kelas berbeda. “Gue dari kelas 3-7 bakal pindah ke SMA Two Moons. Dan anak kelas 3-2 udah pasti dimasukin paksa ke SMA Paradise. Kalian tahu kan kelas itu terkenal susah diatur.”
        “Thanks ya, Woo.” Yuri sontak bereaksi cepat. “Kita bakal lapor dulu,” ujarnya yang kemudian mengajak Hackyeon dan yang lain untuk mengikutinya.
        Cheondung yang memang cukup dekat dengan Minho, tidak melupakan temannya itu. Namun Minho justru seperti enggan untuk melangkah.
        “Gue mau balik ke Paradise!” desis Minho yang cukup mengejutkan. Sontak sikapnya mendapat ptores keras dari hampir seluruh teman sekelasnya. Termasuk Gikwang yang bahkan sampai menariknya hingga ke luar kerumunan.
        “Lo yakin mau baik ke sana?” desak Gikwang. Tentu ia bersikap seperti itu karena ia dan Minho sebelumnya bersekolah di SMA Paradise.
        “Himchan ada di sana, Kwang.” Mendengar ucapan Minho tersebut, Gikwang sontak melebarkan mata. “Ini kesempatan gue balik. Dan gue takut Sungjae masih ngincer Himchan.”
        “Gikwang!” seru Yoona sebelum Gikwang sempat melangkah untuk menyusul Minho. “Jangan ikut-ikut Minho!” pekiknya dengan nada mengancam.

***

        Hyunseung menutup buku pelajaran yang ia gunakan saat mengajar di kelas 3. “Kita lanjutkan dipertemuan berikutnya. Selamat berisitrahat.”
        Sementara di tempatnya berada, Seok Jin terlihat menyandarkan punggungnya ke kursi. Lalu ia menoleh ke kanan, tempat Taekwoon duduk cukup jauh darinya. Mereka saling mengangguk malas. Ke duanya lalu berdiri hampir bersamaan sambil melepaskan jas masing-masing. Seok Jin melangkah ke luar dari kursinya. Namun saat berada di depan kelas, Hyerim menghalanginya.
        “Jangan lupa makan dulu,” ujar Hyerim dengan nada datar. Ia masih kesal dengan tuduhan Seok Jin tadi pagi. Sementara tangannya menyodorkan kotak bekal untuk cowok itu.
        Seok Jin menghela napas kasar sebelum menerima kotak pemberian Hyerim. Cewek itu kemarin memang sudah menjanjikan untuk membawakan bekal makan.
        Setelah Seok Jin meninggalkan kelas, Hyerim duduk kembali di kursinya. “Makan di kelas aja, Min.” Cewek itu lalu mengeluarkan kotak makan miliknya. Ia jadi enggan meninggalkan kelas karena Seok Jin tidak bisa bergabung.
        Hyerim mendongak karena ada seseorang yang berdiri di sampingnya. Himchan. Cowok itu berdiri sambil tersenyum gugup dengan kotak bekal di tangannya. “Boleh gabung lagi, kan?”

***

        Hackyeon menghentikan mobilnya yang sudah terparkir aman di halaman sekolah SMA Paradise. Ia lalu melirik Yuri yang kebetulan memang datang ke sana bersamanya. Tak jauh dari sana juga terparkir sekitar 3 mobil mewah, berjejer dengan mobil milik Hackyeon yang tak kalah mewahnya juga.
        “Kita balik lagi ke sini, Hack.” Yuri bicara tanpa melirik Hackyeon. Ia sibuk melempar tatapannya ke luar jendela mobil yang kebetulan menghadap ke gedung utama SMA Paradise.
        “Yang lain udah pada turun,” kata Hackyeon mengingatkan.
        Yuri menghembuskan napasnya, kasar. Cewek itu tampak terkejut karena ternyata Hackyeon sampai rela membukakan pintu untuknya. Mau tidak mau, Yuri terpaksa ke luar dari mobil.
        “Yuri! Hackyeon!” seru seorang cewek yang berlari-lari kecil menghampiri mereka. Cewek dengan gaya ‘fashion’ yang cukup ‘stylish’. Dan tentu dengan gaya make-up yang cukup mencolok untuk ukuran anak SMA. Rambut panjangnya berwarna kecoklatan. Chaerin.
        “Apaan sih, Rin?” tanya Yuri.
        “Toilet di mana, Yur?” desak Chaerin. “Lo kan dulu pernah sekolah di sini.”
        “Gedung sebelah kiri. Masuk aja. Ada di bawah, kok.” Hackyeon yang menjelaskan.
        Tanpa pikir panjang lagi, Chaerin sudah lebih dulu melesat pergi. Ia bahkan masih sempat mengajak salah satu adik kelasnya untuk menemani ke toilet.

***

        Taekwoon dan Seok Jin duduk bersila di atas meja kelas kosong di gedung B yang sedang mereka bersihkan. Tentu hal tersebut masih ada hubungannya dengan ‘kerja sosial’ mereka. Seok Jin sendiri tampak sudah menghabiskan makanannya.
        “Semangat ya! Tinggal dua kelas lagi, nih!” seru Taekwoon menyemangati. Mereka lalu mulai kembali membersihkan kelas tersebut. Dimulai dengan mengangkati kursi-kursi ke atas meja untuk memudahkan mereka menyapu lantai.
        “Jin? Taekwoon?”
        Sontak saja ke dua cowok itu menghentikan pekerjaan mereka saat mendengar suara kepala sekolah mereka, Doojoon. Kepala sekolah tampan tersebut bahkan sampai sengaja masuk ke dalam kelas.
        “Kemarin, AC di kelas ini sudah diganti belum ya?”
        “Nggak diganti, Pak. Ternyata masih nyala,” jelas Taekwoon.
        “Mau ada tamu ya, Pak?” tanya Seok Jin yang kebetulan berada di dekat jendela luar. Ia melihat ada beberapa siswa berseragam asing yang muncul dari dalam-dalam mobil mewah. “Dari sekolah lain?”
        Doojoon sempat melirik sekilas ke luar gedung untuk memastikan ucapan Seok Jin tadi. “Akh, iya. Kalian dengar berita SMA Destiny mengalami musibah? Salah satu gedung mereka terbakar. Dan sementara murid-murid di sana akan dipindahkan ke beberapa sekolah. Salah satunya di sini. Ada sekitar 6 kelas yang akan menumpang di sini.”
        Mendengar ucapan Doojoon panjang lebar tadi, Taekwoon dan Seok Jin saling melempar tatapan. Samar-samar, mereka sama-sama menyebutkan nama ‘Minho’.
        “Setelah ini kalau ada masalah, lapor aja ke Bu Victoria. Saya mau menemui anak-anak dari SMA Destiny tadi,” kata Doojoon yang ternyata ia juga meletakkan sebuah bungkusan di atas meja. “Ini juga ada papan kelas. Nanti tolong di tempel di atas pintu.”
        Taekwoon tampak mendekat saat Doojoon mulai mengeluarkan satu-persatu papan yang bertuliskan kelas-kelas. “Katanya cuma ada 6 kelas, Pak? Kok ini banyak banget?”
        “Mereka akan gabung parallel kelas sama kalian. Jadi, besok kalian juga akan pindah lagi ke gadung B.” Doojoon tampaknya tidak menyadari perubahan raut wajah dua muridnya itu. “Ya sudah. Tolong langsung di pasang dulu papan kelasnya.” Setelah itu, sang kepala sekolah memilih meninggalkan Taekwoon dan Seok Jin di sana.
        “Ayo, Taek.” Seok Jin berinisiatif menurunkan kursi dari salah satu meja. Kemudian ia membawa meja tersebut ke luar kelas dengan bantuan Taekwoon juga.

***

        “Aduuh… Gyuri. Di mana sih toiletnya?” keluh Chaerin.
        “Itu ada OB, Kak!” seru Gyuri penuh semangat karena mendapat sedikit pencerahan. “Ayo tanya aja.”
Chaerin sontak menarik Gyuri ke arah dua pemuda yang sedang melakukan sesuatu di depan sebuah kelas. Tentu yang mereka maksud adalah Seok Jin dan Taekwoon. Dua siswa kelas 3 tersebut sedang melakukan tugas yang diberikan oleh Doojoon.
        “Permisi, Mas.”
        Taekwoon yang kebetulan berdiri di atas meja, sampai menghentikan kegiatannya memasang paku. Sementara Seok Jin mempersiapkan apa yang dibutuhkan oleh Taekwoon di atas sana. Mereka sama-sama menoleh ke tempat 2 cewek asing di sana.
        “Toilet di mana, ya?” desak Chaerin tak sabar. Karena ia memang sudah sangat ingin menuju tempat tersebut.
        “Di ujung sana,” jawab Seok Jin sambil menunjuk ke ujung koridor di sana.
        “Terima kasih, Mas.” Chaerin langsung melesat dari sana. Ia juga tak lupa menarik paksa Gyuri yang justru sejak tadi hanya menatap kagum ke dua cowok tampan milik SMA Paradise tersebut.
        “Jin. Pakunya satu lagi,” kata Taekwoon yang langsung melanjutkan pekerjaannya. “Berapa lagi papannya?”
        Seok Jin memeriksa benda di hadapannya. “Dua lagi, buat ruang kelas 1.”

***

        “Yeol, cepet!” pekik Howon yang dengan terburu-buru menaikin anak tangga. Padahal ke duanya masing-masing sibuk membawa sebuah dus minuman.
        “Nyantai, Won!” Sungyeol terdengar memprotes sambil berusaha mengimbangi langkah Howon.
        “Apa-apaan sih lo berdua!” seru Bomi heboh saat Sungyeol dan Howon dengan tidak sabar melesat masuk ke dalam kelas.
        Tidak ada yang menghiraukan suara cempreng Bomi. Howon dan Sungyeol meletakkan dus yang mereka bawa di atas meja terdepan milik Hyerim juga Minhyuk.
        “Min, lo kan ketua OSIS. Ada berita apa dari sekolah? Gue sama Sungyeol ngeliat banyak mobil mewah yang asing banget untuk masuk sini.”
        “Bahkan ‘police line’ di lapangan lagi dibongkar,” ujar Howon menimpali ucapan Sungyeol tadi.
        Perbuatan Howon dan Sungyeol tadi menyulut rasa penasaran teman-temannya. Tak terkecuali. Mereka langsung berkumpul di depan karena tidak ingin teringgal sedikit saja berita yang sepertinya menghebohkan. Termasuk Jimin yang berada di kelas itu. Tentu saja untuk menemui Luna, pacarnya.
        “Yang gue tau Jungkook, Kak Jin sama Kak Taekwoon lagi ‘kerja sosial’…”
        “Semua juga udah tau, Jim!” Yoongi terdengar menyelak ucapan Jimin yang sebenarnya belum tuntas.
        “Bukan gitu, Kak. Mereka lagi beresin kelas-kelas di gedung B. Katanya bakal dipake lagi. Tapi nggak tau buat apa,” jelas Jimin akhirnya.
        “Jimin bener.” Dasom tampak menyetujui ucapan Jimin. “Gue juga pernah nanya ke Taekwoon. Cuma dia juga masih kurang tau mau digunain buat apa kelasnya.”
        “Kok pada ngumpul gini, sih?” suara seseorang menginterupsi perkumpulan siswa kelas 3 tersebut. Termasuk Jimin yang ikut bergabung. Mereka hampir bersamaan berbalik dan mendapati para siswa kelas 2 mengunjungi kelas mereka. Tentu anak kelas 2 itu kompak ke luar bersama karena mereka semua sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba cerdas cermat.
        Youngjae selaku ketua kelas 2 tampak maju memimpin. “Gue udah terima berkas balasan dari pendaftaran kemarin. Kita bisa dipastiin bakal ikut berpartisipasi.” Youngjae bicara sambil mencari sesuatu di dalam halaman buku yang ia bawa. Setelah dapat, ia menyodorkan benda itu ke arah siswa kelas 3.
        Yongguk yang kebetulan berada di posisi terdekat dengan Youngjae tampak meraihnya. Yang kemudian ia serahkan lagi pada Yoongi selaku siswa kelas 3 yang ikut membantu Taekwoon untuk bertanggung jawab dalam ‘persiapan’ tersebut.
        “Yang Biologi di kelas ini aja. Taekwoon udah bawain buku referensi lain untuk kalian. Sisanya bisa langsung ke perpus,” putus Yoongi yang langsung dituruti oleh semua yang ada di sana.
        Tersisa Changsub, Hyorin, Luna dan Jonghyun dari kelas 3. Serta Jimin, Daehyun, Yookyung, Ilhoon juga Namjoon dari kelas 2. Sementara sisanya langsung kompak meninggalkan kelas tersebut untuk menuju perpustakaan.
        Jimin tentu langsung mendekat pada Luna. Diiringi dengan tatapan jahil untuk pacarnya tersebut. Perbuatan Jimin sontak membuat Changsub menatapnya semakin kesal.
        “Nggak ada yang pacaran dulu di sini!” seru Changsub. Tentu itu untuk menyunggung pasangan Jimin dan Luna. “Yookyung pindah ke deket Luna. Atau Jimin beneran gue diskualifikasi,” tegasnya. Bahkan sebelum Jimin sempat melancarkan protes.

***

        Yuri, Hackyeon dan beberapa temannya dari SMA Destiny baru saja bertemu dengan kepala sekolah SMA Paradise, Doojoon. Hackyeon serta Yuri yang sebelumnya memang pernah ke sana, mengajak teman-temannya untuk mengunjungi gedung B. Tempat mereka melanjutkan pendidikan besok.
        Mereka langsung menuju lantai 3 untuk ruang kelas 1. Hongbin, dan Yura tampak memeriksa ruang di kelas 1-A yang akan menjadi kelas mereka nantinya. Sementara Chanyeol dan Bora menuju ruang kelas lainnya. Kelas 1-B.
        “Nggak terlalu buruk,” komentar Hongbin setelah beberapa menit memeriksa kelas. Ia langsung kembali ke tempat kakak kelasnya menunggu di koridor. Namun ternyata yang tersisa hanya Hackyeon dan Yuri.
        “Tapi tetap nggak sebagus di Destiny.” Yura menunjukkan wajah kecewanya.
Lalu setelah Chanyeol juga Bora muncul, mereka langsung menuruni tangga menuju lantai bawah. Hongki bersama Gyuri tampak memunculkan diri dari kelas 2-C. Dan Jinyoung bersama Ji Yoon juga ke luar bersamaan dari ruang kelas 2-B. Namun tanpa ada yang berkata-kata, mereka mengikuti Hackyeon, Yuri juga siswa dari kelas 1 untuk segera menuju lantai 1 tempat ruang kelas 3 berada.
        “Gue nggak nyangka bakal sekolah di tempat kayak gini.”
        Hackyeon dan Yuri sontak menghentikan langkah saat mendengar Chaerin berkata seperti tadi. Mereka berusaha menyembunyikan ekspresi wajah saat Ji Yoon, Hongki dan Hongbin menatap mereka sambil mendului keduanya.
        “Tapi untung aja OB di sini cakep-cakep,” seru Gyuri memecah suasana. Tentu saja ucapannya menarik perhatian yang lain. “Ya kan Kak Chaerin?”
        “Iya, untung aja.” Chaerin mengangguk terpaksa meski sebenarnya ia mengakui hal tersebut.
        “OB?” Hackyeon mengulangi ucapan Gyuri untuk memastikan. Sementara tatapan juga tampak melempar pertanyaan pada Yuri.
        “Mereka yang masang ini.” Gyuri menunjuk papan nama kelas di atas pintu. “Pasti OB kan yang ngelakuin?”

***

        Seok Jin dan Taekwoon tampak membasuh wajahnya di toilet. Seok Jin bahkan sampai membasahi sedikit rambutnya. Sementara Taekwoon kini sudah membuka kaosnya untuk mengeringkan wajah. Memperlihatkan lekuk tubuhnya yang bagus.
        “Sebagian siswa SMA Destiny bakal balik ke sini. Kemungkinan besar masih ada yang dulu pernah sekolah di sini juga dan bakal balik lagi ke sini.” Taekwoon berujar sambil menatap pantulan wajahnya dan Seok Jin dari cermin.
        Seok Jin sempat menghela napas, kasar. “Gue berharap Minho yang balik ke sini. Hackyeon, Yuri, Gikwang, Yoseob. Tiffany dan Yong Hwa juga.”
        Taekwoon menoleh cepat dan menatap Seok Jin penuh minat. Membuat cowok bersamanya itu ikut balik menatapnya. “Eun Ji udah balik. Minho juga di sini. Apa semuanya bakal balik kayak dulu?” Taekwoon sempat diam sesaat. “Hyerim dan Himchan…”
        Seok Jin sampai menahan napas beberapa saat ketika Taekwoon menggumamkan nama Hyerim dan Himchan. Namun sekuat tenaga Seok Jin mengalihkan perasaannya di hadapan Taekwoon. Ia lalu mengusap sekali lagi wajahnya yang masih sedikit basah. Saat itu Seok Jin juga hanya mengenakan kaos polos. Setelah menyambar jas dan kemeja sekolahnya, ia bersiap meninggalkan toilet.
        Taekwoon menyusul sambil memakai kembali kaosnya yang setengah basah karena ia gunakan untuk mengeringkan wajah. Setelah itu ia menyambar kemeja juga jasnya sebelum menyusul Seok Jin ke luar toilet sambil memakai kemejanya.

***

        “Akh, iya. Mungkin sekarang sekolah ini udah punya OB.” Yuri mengalihkan pikiran temannya yang mungkin akan menjatuhkan SMA Paradise. Apa pun keadannya, ia pernah bersekolah di sana.
        Setelah itu, tidak ada lagi yang membahas perihal OB ganteng seperti yang ditemui oleh Gyuri dan Chaerin. Namun sebenarnya, Hackyeon masih terkekeh memikirkan hal tersebut. Membuat Yuri menatapnya aneh.
        Hackyeon mendekatkan wajahnya ke telinga Yuri. “Gue yakin Pak Hyunseung masih kayak dulu. Dan gue penasaran siapa yang dimaksud OB ganteng sama si Gyuri itu,” bisiknya. Masih mempertahankan pikiran gelinya.
Tapi kemudian, Hackyeon justru dibuat benar-benar bungkam karena melihat seorang cowok ke luar dari ruang kelas paling ujung koridor. Cowok itu mengenakan seragam SMA Destiny. Tentu tanpa jasnya. Dengan ke dua tangan dipenuhi alat-alat kebersihan. Cowok itu Jungkook yang langsung menghentikan langkah karena mendapati orang-orang dihadapannya menatap dengan wajah tak biasa.
        Jungkook menoleh ke arah toilet karena dari sana juga muncul dua orang pemuda tampan yang tadi dibilang OB oleh Gyuri. Taekwoon dan Seok Jin. Tanpa ada rasa bersalah, Taekwoon merapihkan seragamnya sambil berjalan. Jelas saja karena ia tidak tahu jika di sana telah banyak orang. Seok Jin sendiri bahkan sedang memasang sabuknya setelah melakukan hal yang sama seperti Taekwoon.
        Seluruh siswa SMA Destiny di sana membeku melihat Taekwoon juga Seok Jin yang muncul dengan rambut basah. Dan Jungkook yang terlihat mempesona dengan wajah penuh peluh. Terutama untuk para cewek tentunya.
        Hackyeon tersadar jika teman-teman cewek dari sekolahnya tengah menikmati ‘pemandangan’ indah dihadapan mereka. “Sorry, ladies. Mereka bukan tontonan!” seru Hackyeon sambil berusaha mengalihkan pandangan cewek-cewek itu. Hackyeon membalikkan satu-persatu badan mereka semampunya. “Sekarang kita balik ke Destiny!”
        “Jadi mereka bukan OB?” seru Gyuri untuk memastikan. Namun yang ia dapat justru paksaan dari Hongki untuk menuruti Hackyeon yang sudah menyuruh mereka untuk pergi dari sana.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar