Sabtu, 28 Juni 2014

Oh My School (chapter 8)


“My Choice”
Author      : N-Annisa (@nniissaa11)
Cast          :
·        Jung Hyerim (A-Pink)
·        Kim Seok Jin (BTS)
·        Kim Himchan (BAP)
·        Jung Taekwoon (VIXX)
Genre       : Life school, teen romance, tragedy
Length      : Chapter

***

        Himchan baru kembali ke kelas saat suasana kelasnya sudah cukup ramai. Cowok itu sedang ingin menyendiri setelah selesai menikmati makan siangnya bersama Hyerim juga Minhyuk. Bahkan siswa dari kelas 2 pun juga tampak bergabung di sana.
        “Lo ke mana aja, Him? Dicariin juga dari tadi,” seru Seungyeol yang menjadi orang pertama yang menyapa Himchan. “Nih minum dulu.” Tak lupa ia menyodorkan sekaleng ‘soft drink’ ke hadapan Himchan.
        Himchan tak langsung menerima minuman di tangan Sungyeol. Ia justru menatap Sungyeol dan kaleng minuman secara bergantian. Himchan bahkan sempat menatap berkeliling. Dan hampir semua yang ada di sana mendapat minuman yang sama.
        “Kim!” jerit Hyerim saat tangan Himchan sudah terulur pada kaleng minuman tersebut. Hyerim hanya menggeleng saat Himchan menoleh padanya. “Badan lo nggak bisa terima minuman ‘soft drink’,” ujarnya susah payah mengingat Himchan masih mengalami amnesia.
        “Gitu, Rim?” ujar Sungyeol untuk memastikan. Pasalnya, untuk hal seperti itu ia kurang tahu.
        “Nggak kok, Yeol.”
        Saat Sungyeol menoleh, ternyata Himchan sudah lebih dulu menyambar kaleng minuman tersebut. Kini bahkan Himchan sudah membuka penutup kaleng dan meneggaknya sekali. Sebelum sempat ada yang bisa mencegahnya. Melihat itu, Hyerim hanya bisa meneguk ludahnya. Perasaan cewek itu berubah tak tenang. Bahkan suasana di sana berubah sunyi.

***

        Seok Jin sontak membalikkan badan. Taekwoon bahkan sampai melesat ke belakang tubuh Jungkook sambil tetap merapihkan kemeja sekolahnya.
        “Kok lo nggak bilang-bilang sih kalo di sini rame?” desis Taekwoon setengah protes.
        “Gue juga nggak tau Kak kalo di sini banyak orang,” kata Jungkook membela diri. Ia kemudian melempar tatapan pada Yuri yang menjadi satu-satunya siswa SMA Destiny yang masih bertahan di sana. Tatapan cewek itu terlihat penuh senyum saat bertemu dengan tiga cowok yang kini berada di hadapannya.
        Sedikit di belakang Yuri, Hackyeon tampak kembali karena ia menyadari salah satu teman sekelasnya masih bertahan di sana. Dan ternyata benar. Yuri bahkan tak berpindah tempat satu senti pun dari posisi sebelumnya. “Yuri,” ujar Hackyeon pelan.
        Jungkook menyikut bagian belakang pinggang Taekwoon yang masih berdiri di belakangnya. Namun tatapannya tak berpaling dari Yuri yang juga terus memandang Taekwoon. Di sisi lain, Seok Jin juga menatap pemandangan di hadapannya dengan sorot wajah khawatir.
        Yuri memaksakan senyumannya saat perlahan Taekwoon memunculkan diri dari balik tubuh Jungkook yang lebih pendek dari cowok itu. “Apa kabar, Taek?”
        Taekwoon membeku melihat senyuman Yuri. Cewek itu tersenyum namun sorot matanya berbeda. Seperti menyembunyikan sebuah kesedihan. Yuri seperti merindukannya. Namun tidak bisa ditunjukkan secara terang-terangan oleh cewek itu. Tentu karena ada Hackyeon di sana. Dulu Yuri sempat memiliki hubungan dengan Taekwoon. Tapi kini cewek itu sudah bersama Hakcyeon.
        Yuri tidak sanggup berlama-lama menatap Taekwoon. Sambil menghela napas berat, cewek itu mengalihkan tatapannya. “Mulai besok gue bakal balik ke sini,” kata Yuri berusaha terlihat ceria. Dan sedetik kemudian Yuri sudah membalikkan badan lalu melangkah. Ia bahkan sampai melewati Hackyeon begitu saja.
        “Hack,” seru Seok Jin sebelum Hackyeon sempat menyusul Yuri. “Yong Hwa, Gikwang, Yoseob, dan Tiffany juga bakal balik ke sini, kan?” Seok Jin bertanya sekaligus untuk mengalihkan suasana yang sempat menegang tadi.
        Dengan pasti Hakcyeon tersenyum dan mengangguk. “Sampai ketemu besok, ya. Jangan lupa kabarin yang lain.” Hackyeon kemudian balik kanan dan melangkah pergi. Seiring itu, senyuman Hackyeon sontak memudar.
        Taekwoon memejamkan mata beberapa saat untuk menengkan diri. Dan saat itu, ia justru terbayang wajah salah satu siswi di kelas 2. Hayoung. “Gue duluan ke kelas,” putusnya sambil berbalik saat Jungkook dan Seok Jin justru masih mengawasi kepergian Yuri dan Hackyeon.

***

        Himchan meletakkan kaleng ‘soft drink’ ke atas meja terdekat dengan sedikit kasar. Bahkan hingga menimbulkan percikan air memuncrat ke luar lubang pada kaleng. Sedangkan ia sendiri baru meminumnya setenggak.
        Hyerim tampak bangkit dengan kasar. Suasana yang semua sedikit ramai, kini langsung kembali senyap karena beberapa terdengar menggumamkan nama Himchan. Cowok itu kini juga tampak mencengkeram erat tepi meja. Sementara tubuhnya terlihat sedikit bergetar dengan tatapan kosong.
        Beruntung Ho Seok dan Yoongi berdiri tepat di belakang tubuh Himchan. Hingga saat cowok itu mulai kehilangan keseimbangannya tidak sampai terjatuh ke lantai.
        “Himchan!” Hyerim menjerit melihat keadaan Himchan dan langsung melesat ke tempat Himchan berada.
        “Bawa Himchan ke UKS!” putus Yongguk yang terdengar seperti memerintah. Ia juga sudah bergerak menghampiri Himchan untuk membantu Ho Seok juga Yoongi.
        Melihat Himchan digotong, Hyerim tampak menggamit lengan Minhyuk. Cewek itu nyaris saja kehilangan keseimbangan jika tidak bergantung pada tubuh Minhyuk. Dan cukup banyak siswa yang ikut ke luar kelas.
        “Rim, lo gapapa?” tanya Hyorin tampak simpatik pada teman sekelasnya itu.
        “Maaf ya, Rim. Gue nggak tau…”
        “Gapapa, Yeol.” Minhyuk sedikit menyelak ucapan Sungyeol yang seperti merasa bersalah. Kemudian Minhyuk membawa Hyerim untuk duduk kembali.
        Kibum tampak menghampiri Hyerim dengan membawakan air mineral untuk Hyeri. “Nih, minum dulu.”
        “Gue cari Bu Victoria dulu buat liat keadaan Himchan,” kata Minhyuk yang nyaris saja berdiri jika Myungsoo tak mencegahnya.
        “Gue sama Youngjae aja yang cari Bu Victoria.” Myungsoo menawarkan diri. Dan sedetik kemudian ia dan Youngjae sudah melesat pergi dari ruang kelas 3 tersebut.

***

        “Kak Jin! Jungkook! Kak Taekwoon!”
        Suara keras Youngjae menghentikan langkah tiga cowok itu yang baru saja ingin melangkah ke lantai 2. Namun dari atas tangga, Minhyuk tampak muncul bersama Hyerim dengan langkah tergesa-gesa. Di sana juga Youngjae sudah bersama Bu Victoria juga Myungsoo.
        “Ibu duluan ke ruang kesehatan,” kata Victoria. Sebelum melesat pergi, guru cantik itu tampak menyerahkan sebuah amplop cokat dengan isi cukup tebal ke tangan Myungsoo.
        “Ada apa, Rim?” Seok Jin bertanya dengan nada sedikit khawatir karena melihat ekspresi Hyerim yang terlihat kosong. “Min?” Karena tak mendapat respon, Seok Jin lalu beralih pada Minhyuk.
        “Himchan….” Belum sempat Minhyuk melanjutkan ucapannya, Hyerim sudah lebih dulu menubruk pundaknya sambil melintas begitu saja. Dan kejadian tersebut sukses membuat tubuh Minhyuk menjadi kehilangan keseimbangan. Lalu akhirnya, Minhyuk justru menabrak tubuh Myungsoo hingga bungkusan di tangan cowok itu terlepas hingga membuat isinya berceceran.
        Jungkook dan Youngjae langsung berinisiatif untuk membantu Myungsoo membereskan kembali isi map coklat itu yang ternyata berisi undangan. Sementara Seok Jin menahan tubuh Minhyuk yang tampak ingin membantu adik kelasnya tersebut.
        “Himchan kenapa?” seru Seok Jin seolah mengingatkan jika Minhyuk belum sama sekali menlanjutkan ucapannya.
        “Sungyeol bawain ‘soft drink’ buat anak-anak. Dan otomatis, Himchan juga kebagian jatah. Gue sama yang lain nggak tau kalau badannya Himchan ternyata nggak bisa terima kandungan minuman kayak gitu,” jelas Minhyuk akhirnya.
        “Tapi Hyerim pasti tau itu, kan?” desak Taekwoon yang juga tak bisa menahan rasa penasaranya.
        Minhyuk mengangguk cepat. “Dia udah bilang. Tapi Himchan ngelak.”
        “Jadi… Himchan…” Seok Jin tampak kehilangan kata-katanya.
        “Waah… Pak Doojoon mau nikah?” seru Jungkook dengan nada riang sambil menatap kartu undangan di tangannya. “Dan kita diundang, Kak.” Ia berujar lagi. Kali ini sampai menunjukkan kartu undangan tersebut ke hadapan Seok Jin dan Taekwoon.
        Seok Jin tampak menyambar benda tipis tersebut karena tertera namanya sebagai tamu undangan. Sementara Taekwoon justru melempar tatapan pada Minhyuk untuk memastikan kebenaran undanga tersebut.
        “Minggu depan.” Minhyuk berujar sambil mengangguk cepat.
        “Krystal patah hati, dong?” seru Yougjae asal.
        Ucapan Youngjae tersebut sontak membuat Seok Jin mendongak cepat. Beda hal dengan Minhyuk yang tampak menolak tegas ucapan Youngjae.
        “Masih ada gue. Nanti gue yang bikin Krystal nggak patah hati lagi,” ujar Minhyuk dengan rasa percaya diri tinggi.
        “Inget, ada Woohyun juga,” goda Youngjae yang membuat Minhyuk semakin kesal padanya.
        Seok Jin kembali menatap undangan ditangannya dan mengabaikan ocehan tak penting di sana. Lalu sedetik kemudian, ia melirik ke arah anak tangga yang menuju lantai atas. Seolah ada hal yang menarik di atas sana. Dan kemudian, Seok Jin mulai meminjakkan kaki di sana tanpa bisa ada yang mencegahnya.
        “Jin! Mau ke mana lo!” Teriakan Taekwoon bahkan tak bisa menghentikannya.

***

        Hyerim menerobos masuk ke dalam ruang kesehatan. Namun ia justru terdorong kembali ke luar. Karena tindakannya bersamaan dengan kemunculan Yongguk, Yoongi, Ho Seok, Woohyun, juga Changsub yang tadi membawa Himchan ke sana.
        “Himchan gimana?” tanya Hyerim pada siapa saja yang berada di sana. Yoongi dan Yongguk terlihat saling melempar tatapan. Begitu pula dengan yang lainnya.
        “Himchan masih pingsan. Dan rencananya kita mau bawa dia ke rumah sakit,” jelas Yoongi.
        “Gue sama Yoongi mau lapor ke Pak Doojoon dulu buat minjem mobil,” lanjut Yongguk.
        Changsub tampak membukakan pintu lebih lebar lagi. “Kalo mau, lo ke dalam aja.”
        Tanpa pikit panjang, Hyerim mengangguk cepat. Ia kemudian melangkah masuk setelah Yongguk dan yang lain menggeser tubuh untuk memberikan jalan pada Hyerim. Cewek itu hanya mendapati Bu Victoria di sana bersama Himchan yang terbaring tak sadarkan diri di tempat tidur.
        “Kenapa nggak dicegah kalo kau udah tau Himchan nggak bisa minum ‘soft drink’?” tegur Victoria dengan nada lembut.
        Hyerim hanya mampu tertunduk dan meremas tangannya. Cukup merasa bersalah karena tidak benar-benar bisa mencegah Himchan. Dan di sisi lain, ternyata Ho Seok menyusul Hyerim ke dalam.
        “Kak Hyerim udah ngelarang kok, Bu.” Suara Ho Seok membuat Hyerim menoleh cepat. Namun Ho Seok hanya membalas dengan senyuman. “Tapi Kak Himchannya yang susah dilarang,” belanya.
        Victoria kemudian tampak berdiri. “Ya sudah. Kalian jaga Himchan dulu,” ujarnya sebelum meninggalkan ruangan tersebut.

***

        Seok Jin melesat memasuki ruang kelas 2. Ia tidak menyadari jika Taekwoon ternyata menyusulnya. Langkah cowok itu terhenti bahkan sebelum ia sempat memijakkan kaki di dalam ruang kelas tersebut. Seok Jin justru membalikkan badan. Jelas karena tidak ada siapa-siapa di sana.
        “Kak Jin. Kak Taekwoon.”
        Dua pemuda yang disebutkan namanya tersebut sontak berbalik. Mereka mendapati Hayoung di sana. Cewek itu baru saja kembali ke kelasnya diikuti beberapa siswi kelas 2 lainnya.
        “Kerja sosial bikin kita jarang ketemu,” desis Taekwoon yang bahkan sudah menarik tangan Hayoung. “Untung Jin ngingetin.” Ia membawa cewek itu menjauh dari kelasnya. Seok Jin juga tampak menyusul ke duanya dengan tatapan heran.
        “Ada apa sih, Kak?” tanya Hayoung dengan nada serius. Karena bisa dipastikan, Taekwoon dan Seok Jin pasti akan melibatkannya untuk sesuatu yang penting.
        “Sungjae masuk sekolah, nggak?”
        “Krystal masuk sekolah, nggak?”
        Seok Jin dan Taekwoon sontak saling melempar tatapan. Mereka bertanya bahkan hampir diwaktu yang bersamaan. Dan itu sukses membuat Hayoung sedikit jengkel.
        “Mau nanyain Krystal atau Sungjae, sih?” protes Hayoung.
        Taekwoon masik menatap Seok Jin. “Bukannya kita mau bahas Sungjae? Waktu itu kan nggak jadi, Jin.” Ia juga berusaha mengingatkan Seok Jin tentang sesuatu. “Minho mau balik loh ke sini. Inget. Kasusnya Minho berkaitan dengan Himchan, Eun Ji, dan Sungjae. Mungkin Hyerim juga,” kata Taekwoon terdengar seperti tak ingin kalah.
        Seok Jin sudah hampir membuka mulut, namun langsung ia bungkam kembali. Berusaha menahan diri untuk tidak membicarakan Krystal terlebih dulu. Dan semua yang diucapkan Taekwoon memang benar. “Iya sorry gue baru inget,” ujar Seok Jin akhirnya.
        “Memangnya Sungjae kenapa?” tanya Hayoung untuk menetralisir keadaan di sana.
        “Apa aja yang lo tau tentang dia?” Taekwoon balik bertanya.
        Hayoung sempat berpikir sesaat. “Jungkook bilang, dia punya masa lalu sama Kak Eun Ji. Terus kalo kata Ho Seok, dia pernah mergokin Seungjae manggil Kak Hyerim itu Eun Ji.”
        “Apa?” Taekwoon dan Seok Jin sukses dibuat terkejut.
        “Lo tau dari mana, Young?” desak Taekwoon tanpa bisa mengendalikan rasa penasarannya.
        “Nyogok Ho Seok pakai informasi tentang makanan kesukaan Kak Hyerim,” ujar Hayoung dengan nada polos.
        “Gila lo ngejual kakak kelas sendiri,” Seok Jin tampak memprotes adik kelasnya itu. Terlebih Hyerim adalah sahabatnya.
        “Jin!” Taekwoon berusaha menengahi. Namun ia ragu atas apa yang ia lakukan.
        “Tapi bukan yang benerannya, kok.” Buru-buru Hayoung seperti meralat ucapannya. Ia tak ingin melihat amukan Seok Jin karena ia bersikap seenaknya. “Cuma ngarang aja,” ujarnya takut-takut.
        Taekwoon terdengar mendengus mengejek. “Sekarang malah ngebohongin temen sendiri.” Sementara Hayoung hanya mencibir, kesal. Melihat itu, sontak Taekwoon terkekeh sambil mengacak rambut Hayoung yang membuat cewek itu semakin murka.
        Seok Jin kini justru terlihat tersenyum simpul menyaksikan tingkah salah satu teman sekelasnya tersebut.

***

        Setelah jam istirahat berakhir, seluruh siswa kelas 2 dan kelas 3 kembali melanjutkan kegiatan mereka sebagai seorang pelajar. Terlebih, Doojoon kini tampak memasuki ruang kelas 3. Meski jabatannya sebagai seorang kepala sekolah, Doojoon juga menjalani kewajibannya sebagai seorang guru juga.
        Doojoon berdiri sambil menatap satu-persatu muridnya dari balik meja. Dan mata pria itu jatuh pada meja terdepan di kelas. Milik Minhyuk juga Hyerim yang tampak kosong. “Meski hari ini teman kalian tidak lengkap. Kita tetap harus melanjutkan pelajaran,” ujar sang kepala sekolah tersebut sambil memulai membuka buku referensi yang ia bawa untuk mengajar.
        Sementara di tempatnya berada, Seok Jin tampak menghela napas. Sesekali ketua kelas 3 tersebut melirik jam ditangannya dengan gusar. Salah satu penyebabnya adalah karena ia tidak bisa bergabung dengan Hyerim dan Minhyuk yang menemani Himchan ke rumah sakit. Tepat saat ia merasakan ponselnya bergetar, Seok Jin membukanya secara sembunyi-sembunyi sambil mengawasi Doojoon agar ia tidak ketahuan bermain ponsel di kelas. Sebuah pesan masuk dari Krystal.

Gue nggak masuk. Tapi kak Jin tetap harus nepatin janji. Tepat pulang sekolah nanti, gue tunggu di café tempat kemaren kak Jin bilang.

Seok Jin sempat menoleh ke kanan. Ke tempat Taekwoon berada. Dan ternyata, Taekwoon juga menyadari tatapan Seok Jin. Seperti menyadari sesuatu, Taekwoon justru menuliskan sesuatu di halaman terakhir buku tulisnya. Kemudian ia menyobek kertas berisi tulisan tersebut, lalu ia gumpalkan sebelum akhirnya ia lemparkan tepat ke arah Seok Jin.

Lo urus aja rencana lo sama Krystal. Nanti biar gue dan Hayoung yang nyusul Minhyuk sama Hyerim ke rumah sakit.

        Seok Jin meremas kembali kertas di tangannya tersebut. Ia memang sempat menceritakan janjinya pada Krystal. Namun tak disangka, Taekwoon seperti mengetahui Krystal benar-benar menagih janji pada Seok Jin. Dan cowok itu lalu menoleh kembali ke arah Taekwoon. Seolah memastikan sesuatu, Taekwoon mengangguk tegas. Setelah itu, Seok Jin kembali menghadap ke depan.

***

        “Rim!” dengan sengaja, Minhyuk menyenggol lengan Hyerim yang duduk di sampingnya. Mereka sedang menunggu Himchan dikursi sebuah koridor rumah sakit. Dan sejak tiba di sana, Hyerim selalu bungkam.
        “Hmm?” Hanya itu tanggapan Hyerim.
        Minhyuk hanya bisa menghela napas, pasrah. Dan lebih memilih menyandarkan tubuhnya lebih dalam. Belum lagi mereka sudah menunggu cukup lama di sana. “Lo nggak laper, apa?” usaha Minhyuk untuk membuat Hyerim tak mengabaikan keberadaannya di sana.
        Hyerim akhirnya menggerakan kepala. Menoleh ke arah Minhyuk namun tatapannya justru jatuh ke tempat lain. Cewek itu melihat sepasang suami istri yang melangkah tergesa-gesa. Hyerim langsung berdiri untuk menegaskan pandangannya. Setelah semakin dekat, Hyerim justru membalikkan badan.
        “Lo kenapa sih, Rim?” tegur Minhyuk yang sontak langsung khawatir. Ia bahkan sampai ikut berdiri.
        “Orang tuanya Himchan. Gue cabut dulu, Min.” Sambil menyambar ranselnya, Hyerim langsung melesat pergi. Ia bahkan seperti tak memberi kesempatan Minhyuk untuk menghalanginya. Belum lagi pria dan wanita tadi kini sudah semakin dekat ke tempat Minhyuk berada.
        “Kamu teman sekolah Himchan?”
        Minhyuk menarik kembali tangannya yang sudah terulur untuk berusaha mencegah kepergian Hyerim. Tentu karena pria tadi bicara padanya. Minhyuk menoleh sambil menangguk sebagai jawabannya.
        “Bagaimana keadaan Himchan?” kali ini wanita itu yang bertanya dengan nada khawatir.

***

        “Nih, ketinggalan.” Taekwoon sempat menghalangi langkah Seok Jin saat ingin melintasi pintu kelas. Salah satu tangan cowok itu terulur dengan sebuah kartu undangan dalam genggamannya.
        Sambil melangkah ke luar, Seok Jin memasukkan undangan miliknya tersebut ke dalam ransel. Sementara di depan sana, tampak Hayoung melangkah mendekat.
        “Gue jadi kepikiran Krystal waktu liat undangan itu,” kata Hayoung saat ia berhenti tepat di hadapan Sok Jin juga Taekwoon.
        “Jin mau ketemu Krystal,” ujar Taekwoon. Terutama untuk Hayoung.
        Hayoung yang terlihat cukup terkejut, sontak langsung melempar tatapannya pada Seok Jin seolah meminta penjelasan. “Bener gitu, Kak? Krystal aja hari ini nggak masuk sekolah,” tegasnya sekali lagi.
        Bukannya langsung menjawab, Seok Jin justru kembali melirik Taekwoon seakan meminta saran atau persetujuan. “Tapi Hyerim…” Seok Jin menggantungkan ucapannya. Di sisi lain, ia masih memikirkan Hyerim. Cewek itu pasti tertekan melihat Himchan menderita.
        Taekwoon meletakkan salah satu tangannya ke atas pundak Seok Jin. Berusaha menenangkan Seok Jin, seraya memikirkan kata yang tepat untuk Seok Jin menghadapi masalahnya. “Gue pikir, ucapan Hayoung ada benernya. Krystal juga pasti menderita dengan berita pernikahan Pak Doojoon. Dan Krystal menganggap lo bisa bantuin dia agar bebannya berkurang.” Taekwoon sempat memberi jeda pada kalimatnya. “Tapi untuk urusan Hyerim, dia di sana sama Minhyuk. Lo percaya sama Minhyuk, kan?”
        “Kak Jin jangan khawatir,” ujar Hayoung ikut bicara. “Andai Krystal minta gue buat nemuin dia, Kak Jin pasti bisa nemuin Kak Hyerim. Tapi kali ini, gue mohon Kak Jin hibur temen sekelas gue itu. Jadi, gue yang gantiin Kak Jin ngehibur Kak Hyerim.”
        Seok Jin menghela napas, berat. Mempertimbangkan keputusan terbaik untuk semua. “Kalo gini jadinya, gue berharap perasaan gue ke Hyerim nggak berubah dari dulu. Bener-bener cuma nganggep dia sahabat.”

***
Flashback…
        Hyerim sudah ingin mendorong pintu kamar rawat disebuah rumah sakit. Namun seseorang sudah lebih dulu membukanya dari dalam. Membuat Hyerim sontak termundur beberapa langkah. Mereka adalah kedua orang tua Himchan. Dan Hyerim memang ingin menjenguk cowok itu di sana. Tapi sepertinya, ayah dan ibu Himchan tidak memperkenankan anaknya dijenguk oleh Hyerim.
        Belum sempat ada yang bicara, beberapa teman Himchan yang lain tampak muncul di sana. Yoona, Gikwang, Yong Hwa, Yuri dan Hackyeon yang bahkan masih mengenakan seragam milik SMA Paradise. Tanpa perlu mengatakan apa-apa, kelima orang tadi dengan mudahnya diberi jalan masuk oleh orang tua Himchan. Terutama tuan Kim yang bahkan sampai ikut mengantar ke dalam.
        Hyerim masih berdiri di sana. Sedikit menunduk karena ia hanya berhadapan dengan nyonya Kim. Hackyeon tadi sempat menatap Hyerim penuh simpatik, namun tak bisa berbuat apa-apa untuk cewek itu.
        “Saya tahu siapa kamu,” desis nyonya Kim dengan nada merendah. “Dan sesungguhnya saya sangat tidak berharap kamu ada di sini. Apalagi untuk menjenguk anak saya, Himchan.”
        Mendengar itu, Hyerim hanya bisa meneguk ludahnya yang terasa pahit. “Jadi… saya tidak boleh menjenguk Himchan?” tanya Hyerim dengan suara tercekat. Ia bahkan semakin tidak berani menatap nyonya Kim.
        “Apa ucapan saya tadi kurang jelas?” Tanpa memberi kesempatan Hyerim menjawab, nyonya Kim sudah lebih dulu melesat ke dalam dan meninggalkan Hyerim begitu saja.
        Hyerim mengepalkan tangannya untuk menahan rasa sakit dihatinya. “Harusnya gue sadar sejak awal dengan kondisi gue yang sulit diterima di keluarga Himchan.” Sambil berusaha menahan tangis, Hyerim membalikkan badan dan menyeret langkah menjauh dari sana.
Flashback end…

        Hyerim seorang diri di tepi trotoar jalan. Bersandar dipagar pembatas sebuah taman dengan jalan raya. Menatap hampa lalu lintas yang ramai dihadapannya kini. Kejadian beberapa bulan itu masih terekam jelas dibenaknya. Bahkan sampai menimbulkan seperti rasa trauma. Yang akhirnya membuat Hyerim tak berani bertemu langsung dengan kedua orang tua Himchan.
        Cewek itu melirik jam ditangan kirinya. Sudah hampir jam 3 sore. Namun ia seperti enggan untuk meninggalkan tempat itu. Tapi Hyerim tetap memaksa diri untuk berdiri. Ia sempat mendongak sedikit untuk menatap gedung rumah sakit tempat Himchan dirawat saat ini. Mengingat sudah ada anggota keluarga cowok itu, bisa dipastikan kondisi Himchan akan baik-baik saja.
        Hyerim melangkah ke tepi jalan saat sebuah taksi berhenti dan menurunkan seorang siswi SMA sepertinya namun dengan seragam milik SMA Destiny. Cewek itu hendak ingin menyeberang jalan. Karena lalu lintas yang ramai, membuatnya sedikit mengalami kesulitan. Hyerim berdiri di dekat cewek tadi karena ia ingin menunggu bus di sana.
        Dari arah kanan, tampak mobil yang melaju cukup kencang di saat lalu lintas ramai. Dan ketika mendapat sedikit celah, cewek tadi sudah ingin melangkah. Namun buru-buru Hyerim menariknya ke tepi. Kejadian yang sangat cepat. Tanpa sadar justru membuat Hyerim terpental ke belakang karena sekuat tenaga menarik cewek tadi agar tidak tertabrak mobil.
        Terlihat dari papan nama diseragam sekolahnya, cewek tadi bernama Kim Yura. Dan ia cukup histeris mendapati Hyerim sudah dalam posisi terkapar di atas aspal. Selain itu, salah satu penumpang mobil tadi tampak memunculkan diri dan langsung menghampiri Yura yang sedang mengangkat kepala Hyerim yang sudah mengeluarkan darah.
        “Astaga! Hyerim!” pekik cewek pemilik mobil tadi yang ternyada adalah Eun Ji. Buru-buru Eun Ji berjongkok di samping Yura. “Kita bawa ke rumah sakit,” putusnya.
        Yura justru hanya menatap Eun Ji. Tentu karena ia melihat kemiripan antara Eun Ji dan Hyerim yang membuatnya cukup kebingungan.

***

        Seok Jin melangkah masuk ke dalam sebuah café yang terlihat cukup mewah. Tentu kedatangannya cukup menarik perhatian beberapa orang. Terutama para pelayan di sana. Namun Seok Jin justru menempelkan jari telunjuknya ke bibir agar mereka semua bungkam. Terlihat jelas jika Seok Jin sepertinya sudah tidak asing di sana.
        Tanpa mengalami kesulitan yang berarti, Seok Jin bisa dengan mudah menemukan Krystal yang sudah di sana. Duduk sendiri sambil mengaduk-aduk gelas minumannya tanpa minat. Cewek itu bahkan mengenakan seragam sekolahnya yang sukses membuat Seok Jin berpikir, kemana cewek itu seharian ini.
        Nampaknya Krystal seperti menyadari kehadiran Seok Jin. Ia mendongak dan sukses membuat Seok Jin cukup terkejut. Cowok itu langsung mengambil tempat di samping Krystal.
        “Lo kenapa, Krys?” seru Seok Jin khawatir.
Krystal yang selalu terlihat cerita, kita justru seperti tak memiliki semangat untuk hidup. Wajah cantiknya bersih dari make-up. Sementara rambutnya dibiarkan begitu saja bahkan setelah tertiup angin di jalan. Dan itu justru yang menjadi pertanyaan besar. Bahkan bukan hanya Seok Jin saja jika melihat Krystal dalam kondisi seperti itu.
        “Udah denger berita baik dari Pak Doojoon, kan?” Krystal tersenyum. Namun justru sukses membuat rasa sakitnya semakin terlihat jelas.
        Seok Jin sama sekali tak melepaskan tatapannya pada Krystal. Terlebih saat senyuman Krystal memudar sampai akhirnya bibir cewek itu tampak bergetat dan matanya mulai berkaca-kaca. Tangan Seok Jin bergerak-gerak, seakan ingin menarik cewek itu ke dalam pelukannya. Namun ada hal yang seperti menahannya untuk melakukan itu.
        Krystal sudah tak kuat menahan air mata yang akhirnya pecah. Ia ingin menyeka pipinya menggunakan ujung blazer sekolahnya. Tapi tangan Seok Jin sudah lebih dulu menahannya. Cowok itu justru yang mengusap lembut pipi Krystal dari air mata.
        “Kak Jin…” Bibir Krystal tampak berujar samar. Ia dan Seok Jin saling melempar tatapan. Namun Krystal seperti tak bisa menghentikan tangisnya. Dan hal itu yang membuat Seok Jin akhirnya kalah. Kalah karena tak bisa membiarkan Krystal seperti itu lebih lama lagi. Seok Jin menarik cewek itu ke dalam pelukannya untuk sekedar meredakan tangisan Krystal.
        Aksi Seok Jin membuatnya kembali menjadi sorotan. Namun hanya para pelayan di sana yang melihat dengan tatapan menggoda. Seok Jin sendiri langsung memberikan tatapan membunuhnya untuk para pelayan-pelayan tersebut. Bahkan Seok Jin terlihat seperti mengusir dan mengancam jika mereka ada yang berani menganggunya lagi.

Flashback…
        “Kayaknya tadi Kak Hyerim gandengan sama Ho Seok? Eh, sekarang pelukan sama Kak Jin,” komentar Krystal yang berdesak-desakan dengan beberapa teman sekelasnya yang mengintip dari jendela. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani menghampiri secara langsung. “Jadi ngiri. Kapan ya, gue sama Pak Doojoon bisa begitu?” ujarnya lirih. Tentu saja ia sambil sedikit mengkhayal.
        “Tunggu sampe Pak Doojoon ngasih lo undangan pernikahannya sama cewek lain,” sahut Namjoon jahil. Ia adalah teman semeja Jungkook.
Flashback end…

        Mengingat kejadian itu, Krystal dengan sekuat tenaga menjauhkan tubuhnya dari dada bidang milik Seok Jin. Ucapan Namjoon benar-benar terjadi. Hanya saja yang membedakan adalah orang yang memeluknya. Seok Jin sendiri tidak memprotes apa-apa. Dan kini keduanya saling diam, canggung. Krystal juga langsung menyeka sisa air mata dipipinya yang kini justru terasa panas karena perbuatan Seok Jin tadi.
        Seok Jin buru-buru menyambar buku menu dihadapannya. “Krys, lo mau pesen apa?”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar