Selasa, 17 September 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 10)



Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
  SNSD (Yoona, Taeyeon)
  B1A4 (Jinyoung, Sandeul)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

Myungsoo dan Hye Ra berjalan beriringan di koridor sekolah mereka yang sepi. Tentu saja karena ini hari libur. Kedatangan mereka ke sana hanya untuk mengerjakan tugas kelompok. Mereka juga sama sekali tidak mengenakan seragam.
        “Di mana kau akan mengerjakan tugas?” Tanya Myungsoo.
        “Perpustakaan,” jawab Hye Ra singkat.
        “Baguslah. Aku jadi tidak harus pergi sendiri ke sana.” Dari ucapan Myungsoo bisa langsung diartikan bahwa dia juga akan ke perpustakaan.
        Hye Ra berjalan mendahului Myungsoo lalu membuka pintu perpustakaan sekolah. “Maaf aku telat,” serunya.
Hari ini perpustakaan di kuasai oleh Hye Ra dan beberapa teman sekelasnya. Di dalam sana sudah lebih dulu hadir Sungjong, Sandeul, Haesa dan Taeyeon berkumpul di satu meja. Mereka teman sekelompok Myungsoo.
        Sementara itu, teman sekelompok Hye Ra berada di sisi lain perpustakaan. Cukup jauh dari tempat Mungsoo berada. Hye Ra sendiri langsung bergabung dengan kelompoknya. Ada satu kursi kosong di samping Hoya dan Dongwoo yang kala itu duduk berseberangan. Dan tentu saja Hye Ra lebih memilih bersama Dongwoo. Duduk di antara Dongwoo dan Yoona.
        “Maaf aku telat,” seru Hye Ra yang masih sedikit merasa bersalah.
        Dongwoo mendekatkan kepalanya ke arah Hye Ra. “Tidak masalah, sayang.” Pemuda itu mencoba merayu Hye Ra.
        “Berani bersikap seperti itu lagi, ku pastikan kau akan mati di tanganku!” desis Hye Ra tajam. Dongwoo sendiri hanya terkekeh mendengar ancaman membunuh dari Hye Ra.
        “Hye Ra, bisa bantu akau mencari buku untuk referensi?” pinta Yoona.
        “Tentu saja,” seru Hye Ra tanpa berpikir dua kali. Ini lebih baik dari pada ia habis di goda oleh Dongwoo. Dengan penuh semangat, Hye Ra menggandengan tangan Yoona dan membawanya ke deretan buku-buku yang tersusun rapi dalam rak.
        Hoya sendiri tampak sibuk membolak-balikkan buku di hadapannya. Bahkan saat Hye Ra datang, pemuda itu hanya melirik sekilas dan tidak mau lebih lama meninggalkan bukunya. “Akh, ini dia,” pekik Hoya sambil menunjukkan sebuah halaman buku yang sedang terbuka. Ia menunjukkannya pada Jinyoung.
        “Benar,” seru Jinyoung menyetujui apa yang Hoya pikirkan.
        “Jinyoung!” Pemuda itu menoleh ke arah Yoona dan Hye Ra yang tadi memanggilnya. “Ke sini sebentar.” Dua gadis itu sampai menggerak-gerakkan tangannya sebagai tanda agar Jinyoung datang pada mereka.
        “Kau bisa menggambarnya, kan? Aku ke sana dulu sebentar,” ujar Jinyoung pada Hoya.
        “Tentu saja,” jawab Hoya singkat.
        Sementara itu, Dongwoo tampak menyibukkan diri dengan membolak-balikkan halaman buku di hadapannya tanpa minat. Dan karena memang sedang tidak ada yang ia kerjakan saat itu. Sesekali Dongwoo mencuri pandangan pada kertas tempat Hoya menggambar sebuah bagan seperti yang ada pada buku.
        “Apa kau benar-benar ingin melepaskan Hye Ra?” Tanya Dongwoo, iseng.
        Hoya sama sekali tak terpengaruh dengan ucapan Dongwoo tadi. “Sudahlah. Jangan bahas itu. Dan kalau kau ingin mendekatinya, silahkan saja.” Hoya berbicara dengan tidak menatap Dongwoo sedikitpun. “Aku tidak akan melarangmu,” lanjutnya masih sambil sibuk menggambar.
        “Hanya itu?” Dongwoo tampak tak puas dengan jawaban Hoya.
        Dan kali ini Hoya benar-benar menghentikan kagiatannya. Ia mendongak dan menatap lurus ke arah Dongwoo. “Aku akan pindah ke Jepang. Meninggalkan kota ini, meninggalkanmu, Hye Ra, Myungsoo, juga yang lain. Dan kau harus ingat itu,” tegas Hoya.
        “Sekedar mengatakannya pun tidak?”
        “Tidak,” jawab Hoya penuh keyakinan.
        Dongwoo menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. “Kau harus tetap mengatakannya sebelum kau pindah. Setidaknya, biarkan Hye Ra tau bahwa cintanya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan.”
        Hoya tertegun dengan perkataan Dongwoo.
        “Jika kau tidak ingin melakukan itu, lantas untuk apa lagi kau berlama-lama di sini? Lebih baik besok kau pergi saja ke Jepang,” lanjut Dongwoo seakan mendesak Hoya. “Tapi kau jangan khawatir aku pasti akan tetap menepati janjiku. Jika ke Jepang, aku akan menemuimu.”

***

        Hyunseong masuk ke belakang meja bar. “Hyung, aku mau ke luar sebentar. Mengantarkan bekal makanan milik Hye Ra,” seru Hyunseong sambil melepaskan celemek di pinggangnya.
        Woohyun dengan terkejutnya menjulurkan kepala ke jendela dari dalam dapur. “Kau mau pergi? Bagaimana dengan pesananku?”
        Hyunseong menepuk keningnya seakan baru mengingat sesuatu.
        “Letak sekolah Hye Ra dan supermarket bertolak belakang. Kau pergi membeli belanjaanku saja. Dan biarkan Sungyeol yang mengantarkan makanan Hye Ra,” titah Woohyun.
        “Aku?” Sungyeol yang terkejut atas perintah dadakan tadi, hanya sanggup membalikkan badan sambil menunjuk dirinya sendiri.
        “Iya, sudah sana cepat!” tegas Woohyun sekali lagi agar Hyunseong dan Sungyeol segera menjalankan tugas mereka karena Woohyun sendiri juga harus kembali bekerja.
        Hyunseong menepun pundak Sungyeol. “Maaf merepotkanmu,” serunya sedikit merasa bersalah. Ia sendiri segera melesat meninggalkan café.
        “Aku titip meja bar sebentar, ya?” pinta Sungyeol pada Jeongmin yang kebetulan melintas. Setelah melepas celemeknya, Sungyeol segera mengukuti jejak Hyunseong yang sudah lebih dulu meninggalkan café.

***

        Hye Ra, Dongwoo, Hoya, Jinyoung dan Yoona kembali berada dalam satu meja. Mereka sibuk dengan tugas masing-masing. Dan sesekali mereka saling berdiskusi satu sama lain.
        Tak lama kemudian, Hye Ra tampak berdiri. “Aku ke toilet sebentar, ya.” Gadis itu berpamitan dengan yang lain, lalu segera ke luar dari perpustakaan.
        “Mau ke mana?” tegur Myungsoo yang menyadari kepergian Hye Ra.
        “Toilet, mau ikut?” Hye Ra membalas dengan pertanyaan jahilnya. Tentu saja Myungsoo menolak ajakannya itu.
        Dari kejauhan, Hye Ra melihat sosok Haesa yang baru keluar dari toilet. Ia tidak mengetahui jika gadis itu sudah lebih dulu ke sana. Dan dari arah yang berlawanan dengannya, Hye Ra melihat seorang pemuda bertubuh tinggi dengan sebuah kotak makanan di tangannya.
        “Sungyeol oppa?”
        Hye Ra tampak menggumamkan nama pemuda itu. Tapi bukan suaranya yang terdengar di sana. Melainkan suara Haesa yang juga menggumamkan nama Sungyeol.
        Jelas terlihat raut wajah kelegaan ditunjukkan Sungyeol. “Aku beruntung menemukanmu di sini,” seru pemuda itu.
        Tentu saja Haesa dengan penuh semangat menghampiri Sungyeol. Sementara Hye Ra langsung merapatkan tubuhnya pada dinding terdekat, tepat ketika Sungyeol dan Haesa berpelukan.
        “Apa sebenarnya yang kau mau, Haesa? Hoya, Sunggyu oppa atau Sungyeol oppa?” Hye Ra mengepalkan tangannya sambil berusaha menahan tangis. Ingin rasanya ia mengeluarkan kata-kata tadi tepat di depan wajah Haesa. Tapi ia sama sekali tak tega untuk benar-benar melakukannya.
        Hye Ra menjulurkan sedikit kepalanya untuk melihat keadaan terakhir yang terjadi antara Sungyeol dan Haesa. Kini pemuda itu mengacak rambut Haesa dengan penuh sayang. Mereka juga tampak terlihat sangat dekat.
        Sebutir Kristal beningpun akhirnya terjun bebas dari tepi mata Hye Ra. Gadis itu kembali menarik badannya sambil segera menyeka tepi matanya yang basah.
        “Kenapa aku justru menangis melihat Haesa dengan Sungyeol oppa? Bahkan ketika mengetahui Haesa berpacaran dengan Hoya, perasaanku tidak sesakit ini.”
        Semua yang terjadi sama sekali tidak bisa dimengerti oleh Hye Ra. Dan yang bisa dilakukan oleh gadis itu saat ini hanyalah pergi sejauh-jauhnya dari tempat Haesa berada bersama Sungyeol.

***

        “Jadi kau ke sini untuk mengantarkan makanan milik Hye Ra?” Haesa mengulangi ucapan Sungyeol yang langsung dibalas sebuah anggukan dari pemuda itu. “Ah, aku iri sekali dengan perhatian Sunggyu oppa padanya.” Gadis itu berbicara dengan nada sedikit sedih. Terlebih ia juga memiliki sebuah kedekatan khusus dengan seorang Sunggyu. “Ayo, ku antar untuk menemui Hye Ra,” ajak Haesa cukup bersemangat. Ia langsung merubah suasana hatinya dengan cepat. Tak lupa, Haesa juga menggandeng lengan Sungyeol tanpa canggung.
        “Ku lihat kau juga cukup dekat dengan Sunggyu hyung. Apa Hye Ra mengetahuinya?” Pertanyaan Sungyeol kembali membuat Haesa murung. Gadis itu menggeleng dan tentu saja mengundang pertanyaan di benak Sungyeol. “Kenapa?”
Haesa menghembuskan napas dengan cukup kasar. “Ada sesuatu yang membuat Hye Ra tidak menyukaiku.”
        “Memangnya apa yang kau lakukan?”
        “Aku hanya membantu temanku. Dan ku harap ketika semua sudah selesai, Hye Ra bisa memaafkanku.”
        “Iya, tapi ku mohon ceritakan padaku.” Sungyeol cukup mendesak adiknya. Terlebih, apa yang tengah mereka bicarakan kini adalah menyangkut tentang Hye Ra.
        Haesa menghentikan langkah lalu menghadapkan tubuhnya ke Sungyeol. “Aku janji nanti akan ku ceritakan. Karena sekarang kita telah sampai.” Tangan kiri Haesa menyambar knop pintu. Gadis itu langsung mengarahkan pandangan ke tempat kelompok Hye Ra berada. Tapi ia tidak menemukan gadis itu di sana.
        Sungyeol sendiri juga ikut mengintip ke dalam dari belakang tubuh Haesa.
        “Dongwoo, mana Hye Ra?” teriak Haesa yang membuat hampir seluruh penghuni ruangan menengok ke arahnya.
        Tak terkecuali Myungsoo. Pemuda itu bahkan sampai menegakkan badannya saat mendapati seorang Sungyeol juga berada di sana. Dan pikirannya pun mulai melayang ke mana-mana. “Untuk apa Sungyeol hyung ada di sini?”
        “Dia ke toilet, memang kau tidak bertemu dengannya di luar?” jawab Dongwoo yang langsung kembali melontarkan sebuah pertanyaan.
        Haesa menautkan alisnya, lalu menggeleng. Mata gadis itu sontak melebar saat mendapati kursi yang tadi ditempati Hoya kini kosong.

***

        Kolam renang. Tempat yang seharusnya sangat dihindari oleh seseorang yang memiliki phobia terhadapnya. Tapi tidak untuk Hye Ra. Entah apa yang membawa gadis itu kini sudah berada di sana. Tepatnya di kursi tribun paling atas area kolam renang sekolah.
        Sebenarnya sudah sejak lama tempat itu adalah tempat favorit Hye Ra untuk menyendiri karena tempatnya berada di dalam ruangan dan cukup tertutup di bandingkan dengan area olahraga yang lainnya. Tapi karena adanya insiden tak terlupakan dua tahun lalu, Hye Ra benar-benar telah menghindarinya.
        Gadis itu kini duduk sambil memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Kedua bahunya sudah bergetar karena menangis. Tak lama Hye Ra mendongak sambil menyeka wajahnya yang sudah basah karena air mata.
        “Oppa, maafkan aku.” Hye Ra teringat sikap dinginnya pada Sunggyu sejak kemarin sore. “Tapi kau harus menjauhi Haesa. Dia…” gadis itu tak sanggup melanjutkan ucapannya karena baru tersadar di mana keberadaannya saat ini. Gadis itu merapatkan punggungnya ke dinding. “SUNGYEOL OPPA…!” jeritnya cukup histeris, namun tak bisa berbuat apa-apa.

***

        Minwoo dan si kembar Youngmin Kwangmin, terlihat baru saja ke luar dari area lapangan bulu tangkis, lengkap dengan kostum dan perlatan terkait.
        Youngmin yang memiliki rambut berwarna pirang kecoklatan, tampak menyadari keberadaan Hoya yang muncul dari arah kantin. “Hoya hyung!” teriaknya penuh semangat sambil melambaikan tangan agar Hoya menyadari keberadaannya.
        Minwoo dan Kwangmin langsung menoleh ke arah Hoya berada. Hoya sendiri juga langsung menyadari bahwa ada yang memanggil namanya.
        “Sayang kau telah kelas 3, hyung. Kita jadi akan jarang berolahraga bersama lagi,” ujar Kwangmin saat mereka sudah berada di satu titik yang sama.
        Hoya tampak membeku dan tak bisa membalas ucapan adik kelasnya itu. “Bukan hanya jarang, tapi mungkin sudah tidak akan pernah lagi.” Pemuda itu akhirnya hanya bisa menunjukkan senyuman untuk menutupi kebenaran yang ada. Youngmin dan Kwangmin yang juga adik kandung dari Dongwoo. Tentu saja Hoya sudah menganggap mereka seperti adik sendiri. Bahkan kedekatan itu sudah terjalin sebelum si kembar sekolah di SMA tersebut.
        “Kau mau minuman?” Tanya Hoya seraya mengalihkan pembicaraan mereka. Apalagi, ia memang baru saja dari kantin untuk membeli beberapa jenis minuman. Hoya segera membuka bungkusan di tangannya yang langsung di sambut antusias oleh tiga adik kelasnya ini.
        “Apa setelah ini kau akan piknik, hyung?” Tanya Minwoo asal setelah mengambil sebuah botol minuman yang menjadi pilihannya.
        Hoya terkekeh mendengarnya. “Aku sedang mengerjakan tugas di perpustakaan dengan teman-teman kelas. Hyung kalian juga ada di sana.”
        “Tapi sepertinya aku ingin pulang duluan saja.”
        “Aku juga,” lanjut Youngmin dan Kwangmin bersamaan.
        Hoya sempat terkejut sesaat dengan kekompakan pada anak kembar di hadapannya itu. Sedikit takjub pada mereka. “Kalian akan pulang sekarang? Nanti aku akan katakan itu pada Dongwoo dan Myungsoo.”
        Ke empat pemuda itu berdiri beriringan ke arah yang sama, dan tepat sesaat sebelum terdengar sebuah teriakan dari suatu tempat.
        “SUNGYEOL OPPA…!”
        Hoya segera menghentikan langkah dan diikuti yang lainnya beberapa saat kemudian. “Kalian dengar sesuatu?” Tanya Hoya memastikan bahwa bukan hanya ia yang mendengar sebuah teriakan seseorang.
        “Sepertinya…” seru Minwoo yang terkesan tidak yakin. Namun pemuda itu sudah menunjuk ke arah belakangnya.
        Hoya dan yang lain langsung berbalik. Menghadap luruh ke arah yang menuju area kolam renang.
        “Noona?” gumam Minwoo pelan. Meski demikian, suara Minwoo masih bisa terdengar sampai ke telinga Hoya yang kebetulan benar-benar tengah berdiri di sampingnya.
        “Cepat temui Myungsoo di perpustakaan,” perintah Hoya secara sepihak. Ia sendiri kini sudah melesat ke arah kolam renang dan membiarkan kantong belanjaannya tergeletak begitu saja di aspal.
        Tanpa aba-aba, Youngmin dan Kwangmin sudah berlari bersama menuju perpustakaan. Sementara Minwoo masih bingung antara menyusul si kembar atau mengikuti Hoya yang kini bahkan sudah menghilang ke dalam kolam renang.

***

        Karena merasa Hye Ra tidak mungkin lama di toilet, Haesa meminta Sungyeol untuk menunggu gadis itu sebentar di perpustakaan. Sementara Haesa sendiri sudah kembali melanjutkan mengerjakan tugas bersama teman kelompoknya.
Sungjong sendiri hanya sedikit mengangguk ketika Sungyeol sudah menyadari keberadaannya. Walau belum terlalu dekat, tapi Sungyeol juga kakaknya meski status mereka hanya saudara ‘tiri’.
        Tersisa Myungsoo yang tampaknya tak bisa berkonsentrasi. Ia sedikit mencuri pandang ke arah Sungyeol dan Haesa bergantian. “Kenapa mereka bisa sangat dekat jika hanya bertemu di café Sunggyu hyung kemarin?” Myungsoo sibuk dengan pikirannya tentang Haesa dan Sungyeol.
        “Apa Hoya sudah tau hubungan pemuda itu dan Haesa?” Di sisi lain, Dongwoo juga sempat memikirkan hal serupa dengan Myungsoo.
        Sungyeol melirik jam tangannya. “Kenapa Hye Ra lama sekali?” gumamnya dalam hati dan kini pemuda itu mulai sedikit resah. Ia juga mulai tidak tenang sekarang. Dan tiba-tiba Sungyeol memegangi cincin yang tergantung di balik seragam café yang justru membuatnya semakin tak tenang.
        Tak lama, keributan sedikit terjadi karena pintu yang terbuka dengan kasar oleh si kembar Youngmin dan Kwangmin. “Hyung!” seru mereka kompak.
        Dongwoo langsung berdiri mendapati adiknya yang muncul dan sedikit membuat keributan. “Jangan buat keributan di sini! Kami sedang mengerjakan tugas!” omel Dongwoo yang secara tidak langsung sedikit merasa malu dengan kelakuan dua adiknya. “Kalian bisa pulang berdua, kan?”
        “Bukan itu hyung, tapi…” Youngmin berusaha menengahi, namun kemudian ia sendiri bingung untuk melanjutkan ucapannya.
        “Kwangmin! Katakan yang jelas!” cecar Myungsoo yang tak bisa hanya diam saja. Pasti ada sesuatu yang akan mereka sampaikan. Mungkin tentang Minwoo karena anak itu tidak bersama si kembar.
        “Hyung, aku Kwangmin!” protes pemuda itu karena Myungsoo salah menuduh.
        “Terserah kalian!” balas Myungsoo agak malas menanggapi perdebatan tak penting hanya karena ia salah menyebutkan nama. “Sekarang katakan, di mana Minwoo?”
        Youngmin dan Kwangmin saling melempar tatapan. “Memang kau tidak melihat ke mana Minwoo? Aku kan sudah lari duluan ke sini,” Kwangmin terdengar membela diri.
        “Mungkin Minwoo mengikuti Hoya hyung,” tebak Youngmin.
        “Kenapa kalian malah mengobrol berdua? Apa di luar kalian tidak melihat Hoya atau Hye Ra?” Dongwoo tampak melerai perbincangan si kembar sambil sedikit mengalihkan dari pembicaraan yang sebelumnya.
        Dengan kompaknya Youngmin dan Kwangmin menatap Myungsoo yang sukses membuat pemuda itu bingung di buatnya. “Hoya hyung memanggilmu,” seru mereka masih tetap bersamaan. Mereka seperti hanya terdiri dari satu orang.
        “Maksud kalian?” Myungsoo tampak tak mengerti.
        “Biar aku saja,” potong Youngmin saat Kwangmin sudah ikut membuka mulut. “Kami bertemu Hoya hyung di lapangan. Saat akan kembali, ada suara seseorang berteriak dan menyebut nama Chanyeol.”
        “Sungyeol!” Kwangmin buru-buru meralat ucapan Youngmin.
        Tepat setelah itu, Sungyeol yang merasa namanya di sebut, tanpa sadar melirik ke tempat Myungsoo berada. Dan ternyata pemuda itu juga melirik kepadanya.
        “Ah iya. Maksudku Sungyeol,” ujar Youngmin membenarkan ucapan Kwangmin.

***

        “Hye Ra!” Hoya berteriak hingga suaranya bergema ke seluruh penjuru area kolam renang. Entah kenapa perasaannya mengatakan yang tadi berteriak adalah suara Hye Ra.
        Di sudut tribun penonton, tampak Hye Ra mengangkat wajahnya dan melihat sosok Hoya yang sudah sampai di tepi kolam renang. “Hoya,” ujarnya pelan. Namun karena suasana yang sangat sepi, membuat suaranya terdengar sampai ke telinga Hoya.
        Hoya pun berbalik dan mendapati gadis yang ia cari ada di sana. “Hye Ra?” seru Hoya yang akhirnya bisa bernapas lega. Tanpa pikir panjang ia segera melesat ke tempat Hye Ra berada. “Kau tidak apa-apa?” Pemuda itu langsung khawatir melihat keadaan wajah Hye Ra yang sudah basah.
        Hye Ra hanya tertegun melihat Hoya ada di depan matanya. “Benarkah Hoya yang datang menolongku?” Gadis itu semakin terkesiap saat jari-jari Hoya dengan lembutnya menghapus sisa air mata di pipinya.
        “Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Hoya lembut.
        Hye Ra sudah membuka mulut, namun rasanya bibir itu kelu untuk mengeluarkan satu katapun. Kejadian ini terlalu di luar dugaan. “Jika ini hanya mimpi. Aku rela untuk tertidur selamanya.”
        Hoya sampai sedikit memiringkan kepalanya karena ia lihat Hye Ra justru melamun sejak kedatangannya. “Kau tak senang aku di sini?”
        “Bukan begitu,” akhirnya Hye Ra bersuara. “Hwaa… tentu saja aku senang. Sangat-sangat senang. Malah aku ingin kita bisa seperti ini terus tanpa ada Haesa dan Sungyeol oppa di antara kita.” Gadis itu hanya bisa mengungkapkan perasaannya dalam hati saja. Namun sedetik kemudian, Hye Ra tersentak akan apa yang dipikirkannya. “Kenapa Haesa dan Sungyeol oppa juga terlibat?”

***


        Myungsoo berdiri hingga membuat kursi dan meja yang ia tempati sedikit bergeser. “Di mana Hoya?” Tanya Myungsoo tak sabar. Pikirannya sudah melayang jauh. Jika memang harus, ia akan menemui Hoya sekarang. Mungkin saja ini ada sangkut pautnya dengan Hye Ra. Terlebih gadis itu tidak diketahui keberadaannya saat ini.
        “Sepertinya kolam renang,” ujar Youngmin ragu.
        Awalnya Myungsoo juga berdecak kecewa karena Youngmin memberikan berita yang masih abu-abu. Namun karena Sungyeol telah berdiri, pergerakan pemuda itu langsung menyita perhatiannya.
Myungsoo segera menoleh, dan mendapati Sungyeol juga menatapnya meski sedetik kemudian Sungyeol langsung memutuskan kontak matanya. Dan itu semakin menguatkan perasaannya bahwa Hye Ra juga terlibat.
        Tanpa pikir panjang lagi, Myungsoo melesat meninggalkan perpustakaan dan langsung diikuti oleh Sungyeol kemudian.
        “Oppa!” pekik Haesa yang heran karena Sungyeol mengikuti langkah Myungsoo. Karena tidak mendapat respon, gadis itu pun terpaksa mengejar kakaknya.
        Youngmin dan Kwangmin hanya menatap bingung orang-orang yang berjalan melewatinya. Tak lama mereka juga mendapati Dongwoo melintas di depannya. “Hyung, tunggu!” pekik mereka bersamaan, lalu mengejar Dongwoo.
        “Kau tidak ikut pergi?” Tanya Sandeul pada Sungjong yang sudah kembali menyibukkan diri dengan buku.
        Sungjong mendongak menatap salah satu teman kelompoknya itu. Ia juga sempat melirik Taeyeon sesaat, namun gadis itu tampak tak terlalu ikut campur. “Masalah itu belum melibatkanku,” ujar Sungjong untuk mengalihkan pikiran Sandeul karena pemuda itu tau bahwa ia dan Haesa saudara. Dan beruntung, Sandeul juga sudah tidak ingin membahas lagi.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar