Selasa, 03 September 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 7)



Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : (Boy Friend) Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        Sungjong berlari ke arah belakang sekolah. Di sana ada Dongwoo. Ia sempat sedikit menubruk pundak pemuda itu saat Dongwoo beranjak dari sana. Tentu saja Sungjong sedikit mengabaikan keberadaan Dongwoo karena tujuannya adalah menghampiri Hoya dan Haesa. Tentu saja Hoya yang lebih dulu menyadari kedatangan Sungjong. Tapi ia sama sekali tak merubah posisi mereka.
        Haesa dan Hoya berdiri berhadapan. Wajah mereka cukup dekat. Dari belakang, mereka terlihat seperti tengah berciuman.
        “Kalian gila! Ini masih di lingkungan sekolah!” bentak Sungjong membuat Haesa terlonjak hingga menjauhkan tubuhnya dari tubuh Hoya.
        “Apa kau juga mengira kami berciuman?” Tanya Hoya setengah menantang. Karena sebenarnya memang tidak ada yang terjadi pada mereka.
        Haesa menatap Hoya tajam sebelum Sungjong merespon apapun. “Ini sudah cukup keterlaluan. Dan ku harap, ini menjadi yang pertama dan yang terakhir.” Baik Sungjong maupun Hoya, tidak ada yang menghalangi langkah Haesa.
        “Apa aku benar sudah keterlaluan?” Tanya Hoya pada Sungjong karena ia cukup merasa bersalah.
        “Apa yang membuatmu melakukan itu?” Sungjong justru balik bertanya.
        Hoya tak langsung menjawab. “Karena…” Ia sedikit memperlambat ucapannya. “Hye Ra tadi bersama Dongwoo,” serunya penuh penekanan.

***

        “Noona, kau kenapa?” tegur Minwoo yang tersentak dengan kedatangan Hye Ra yang tiba-tiba di ruang kesehatan. Gadis itu menghempaskan tubuh ke atas sofa, tepat di samping Minwoo duduk saat ini. “Kau baik-baik saja?” Tanya Minwoo lagi, semakin khawatir dengan keadaan kakak sepupunya itu.
        Hye Ra menoleh dengan tatapan sendu. “Boleh aku memelukmu?” pintanya.
        Minwoo menautkan alisnya. Bingung dengan permintaan Hye Ra. Tapi melihat cara gadis itu menatapnya, Minwoo sadar bahwa ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu. Apa lagi kalau bukan karena pemuda bernama Hoya?
        Tanpa menunggu persetujuan dari Minwoo, Hye Ra sudah mendekap pemuda yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. “Maaf jika merepotkanmu. Myungsoo sudah memiliki dunianya sendiri.”
         “Noona, aku adikmu juga, bukan? Jangan sungkan padaku. Lagi pula, bukankah aku pernah berjanji padamu?” Minwoo mengusap punggung Hye Ra. “Maafkan Myungsoo hyung yang kini sedikit mengabaikan keberadaanmu.”
        Tak lama, pintu ruang kesehatan kembali terbuka. Minwoo dan Hye Ra sama-sama menoleh sambil melepaskan pelukan mereka.
        “Donghyun oppa?” gumam Hye Ra pelan.
        “Hye Ra? Akhirnya aku bertemu denganmu di sini,” balas Donghyun yang saat itu berseragam dokter lengkap. “Sebentar.” Ia lalu menatap Minwoo. “Sudah ku buatkan surat izin dan resep obat. Kau bisa hubungi kakaknya untuk mengantar mereka pulang.”
        Hye Ra mengalihkan pandangannya pada Youngmin dan Kwangmin yang masih tertidur di atas ranjang. “Kakaknya Youngmin dan Kwangmin? Siapa?” desaknya penasaran sambil menatap Minwoo menuntut. Ia tidak pernah tau jika si kembar temannya Minwoo itu memiliki kakak di sekolah mereka.
        Belum sempat ada yang menjawab, pintu kembali terbuka. Dongwoo muncul dengan raut wajah panic. Ia langsung mendekati Youngmin dan Kwangmin. Berdiri di tengah-tengah tempat tidur ke dua adiknya.
        “Bukankah sudah ku katakan sejak pagi agar kalian tidak usah ke sekolah hari ini?” omelnya.
        Hye Ra tiba-tiba menyeruak berdiri. “Kau kakaknya Youngmin dan Kwangmin?” seru Hye Ra. Tentu saja pada Dongwoo.

***

        Beberapa menit kemudian, ruang kesehatan hanya berisi Hye Ra, Donghyun dan Minwoo. Sementara Dongwoo sudah membawa pulang ke dua adiknya.
        “Oppa, kenapa kau ada di sini?” Tanya Hye Ra pada Donghyun.
        “Ada penyuluhan di sekolahmu untuk murid kelas 1. Dan kebetulan, aku yang diminta menjadi narasumbernya. Setelah itu, aku diminta memeriksa Youngmin dan Kwangmin yang sakit,” jelas Donghyun.
        “Noona, mau aku bawakan teh hangat?” tawar Minwoo. Ia baru ingat bahwa saat datang tadi, keadaan gadis itu cukup kacau.
        “Iya, tolong bawakan saja.” Hye Ra hendak menolak, namun Donghyun lebih dulu menyelaknya. “Kau sakit?” Tanya Donghyun setelah Minwoo pergi.
        “Tidak, oppa. Aku hanya ingin istirahat saja sebentar,” ujar Hye Ra beralasan. Tentu saja ia tidak akan mengatakan hal yang sesungguhnya tentang apa yang membuatnya seperti ini.
        Donghyun tidak ingin mendesak Hye Ra dengan berbagai pertanyaan. Ia anggap Hye Ra memang tidak ingin bercerita tentang alasan sesungguhnya. “Oiya. Kau tau siapa gadis yang tengah dekat dengan Sunggyu?”
        “Sunggyu oppa?” pekik Hye Ra memastikan. Ia cukup terkejut dengan apa yang dikatakan Donghyun. “Aku tidak pernah mendengarnya. Apa dia bercerita padamu?” Hye Ra tampak penasaran. Terlebih berita tersebut menyangkut kakaknya.
        “Waktu itu Sunggyu menemuiku. Dan dia bilang…” ucapan Donghyun terputus karena pintu ruang kesehatan kembali terbuka dengan sedikit kasar.
        “Hye Ra…!” teriak Myungsoo yang masih berdiri di ambang pintu. Pemuda itu langsung mendekat. Ia bahkan seakan tidak sadar saat sedikit menggeser tubuh Donghyun, lalu duduk di tengah-tengah antara Donghyun dan Hye Ra. “Minwoo bilang kau sakit. Kau sakit apa?” cecar Myungsoo yang khawatir. Ia bahkan sempat memeriksa kening Hye Ra.
        Tiba-tiba bel berdentang.
        Hye Ra sedikit bernapas lega karena tidak perlu membahas lagi tentang kejadian antara Hoya dan Haesa. “Jangan berlebihan. Ayo kembali ke kelas.” Gadis itu sudah berdiri dan tak lupa menarik tangan Myungsoo.
        “Noona teh mu,” seru Minwoo yang ternyata sudah kembali sambil membawa segelas air di tangannya.
        “Ah iya,” Hye Ra seperti teringat sesuatu. Ia lalu melirik Donghyung. “Minuman itu untukmu saja ya, oppa.”
        Donghyun sedikit tak siap dengan perkataan Hye Ra. Namun sedetik kemudian, ia mengangguk setuju lalu menerima gelas yang disodorkan Minwoo. “Terima kasih.”
        “Oppa, aku ke kelas dulu. Lain kali kita mengobrol lagi.”
        Donghyun hanya mengangguk. Kemudian Minwoo dan Myungsoo tampak sedikit membungkukkan badan pada Donghyun sebelum mereka meninggalkan dokter muda itu seorang diri di ruang kesehatan.

***

        “Aku akan segera kembali,” ujar Sungyeol yang langsung meninggalkan dapur. Ia diminta Woohyun untuk membelikan beberapa bahan makanan di supermarket.
Pemuda itu segera melesat menggunakan motornya. Sudah beberapa tempat yang ia kunjungin, namun tidak menjual barang yang dibutuhkan Sungyeol. Hingga akhirnya pemuda itu mencari ke tempat yang sedikit lebih jauh. Bahkan sampai harus melewati depan sekolah Hye Ra. Dan tiba-tiba saja pemuda itu menghentikan motornya. Tepat di depan sebuah halte saat ia pertama kali menjemput Hye Ra dari sekolah beberapa waktu lalu.
        “Hye Ra?” teriak Sungyeol. Pemuda itu menghentikan motor karena melihat keberadaan Hye Ra di sana.
        Hye Ra yang menyadari keberadaan Sungyeol di sana, langsung menegakkan badan lalu menghampiri pemuda itu dengan sangat khawatir. Ini bahkan belum waktu pulang sekolah.
        “Kenapa kau di sana?” tegur Sungyeol saat Hye Ra sudah berdiri di sampingnya. “Kau tidak sekolah?”
        “Tadi aku izin pulang,” ujar Hye Ra.
        “Kau sakit?” kali ini Sungyeol yang tampak khawatir melihat raut wajah Hye Ra yang sangat tidak bersemangat.
        Hye Ra menggeleng. “Aku hanya sedang tidak ingin berada di sekolah. Tapi aku janji ini untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya. Dan ku mohon jangan ceritakan hal ini pada Sunggyu oppa ataupun yang lain,” pinta Hye Ra penuh harap.
        Jika bukan Hye Ra yang meminta, tentu saja Sungyeol sama sekali tidak akan mengabulkan hal itu. “Ya sudah, kau mau ke mana sekarang? Biar ku antar.”
        Tepat setelah Sungyeol berkata demikian, sebuah mobil melintas lalu berhenti tak jauh di depan motor yang dikendarai Sungyeol.
        Hye Ra yang sudah menyadari bahwa mobil itu milik Donghyun, segera melirik Sungyeol. “Aku akan pergi dengan Donghyun oppa. Dia juga teman Sunggyu oppa. Dan ada yang ingin dia katakan tentang oppaku,” ujarnya panjang lebar, lalu segera melesan ke mobil Donghyun. Meninggalkan Sungyeol dengan terburu-buru.
        Baru saja Hye Ra membuka mobil Donghyun, ia kembali menatap ke tempat Sungyeol berada. Pemuda itu masih belum beranjak dari sana. Hye Ra hanya mampu menghela napas sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Entah kenapa, melihat tatapan Sungyeol tadi ia menjadi merasa sedikit bersalah. Jika bukan karena Donghyun yang membantunya ke pergi dari sekolah dan ada yang ingin pemuda itu bicarakan tentang Sunggyu, bisa dipastikan Hye Ra sudah akan pergi bersama Sungyeol ke manapun.

***

        Donghyun kembali ke mobil sambil membawakan kotak makanan yang baru saja di belinya. “Akan lebih aman dari Sunggyu jika kita makan di mobil saja.”
        “Aku mengerti, oppa.”
        Beberapa saat, baik Hye Ra ataupun Donghyun sibuk dengan makanan mereka masing-masing.
        “Apa yang ingin oppa bicarakan tentang oppaku?” Tanya Hye Ra tak lama setelah mereka selesai makan.
        Donghyun tak langsung menjawab. Ia menenggak minumannya terlebih dahulu. “Apa kau tau siapa kekasih Sunggyu?”
        Pertanyaan Donghyun membuat Hye Ra cukup tersentak. Pantas saja pemuda itu menyuruh Hye Ra menyelesaikan makan sebelum membahas tentang Sunggyu. Karena jika tidak, bisa dipastikan Hye Ra akan tersedak setelah mendengar pertanyaannya.
        “Gadis yang tengah dekat dengan Sunggyu oppa pun aku tidak tau.”
        Donghyun mengangguk mengerti dengan jawaban Hye Ra. “Ku rasa Sunggyu tengah dekat dengan seorang gadis.”
        “Jadi kau hanya ingin membahas itu?” Hye Ra mengerutkan keningnya. Bingung, kenapa Donghyun tiba-tiba membahas hal itu. Harusnya pemuda membiarkan saja jika Sunggyu memang sedang dekat dengan seseorang.
        “Bukan hanya itu,” ujar Donghyun cepat-cepat sebelum Hye Ra merasa dirinya tengah melakukan hal yang tidak penting. “Sunggyu juga ingin kau memiliki kekasih.”
        “Untuk apa? Selama ini Sunggyu oppa justru tidak pernah setuju ketika aku menyukai teman sekelasku.” Hye Ra bercerita dengan nada kecewa dengan perlakuan Sunggyu selama ini padanya.
        Donghyun menghela napas dengan kasar. “Karena dia ingin aku yang menjadi kekasihmu.”
        Mata Hye Ra membulat ketika menatap Donghyun. Cukup terperangah dengan apa yang baru saja ia dengar. “Apa oppa menyetujuinya?” tanyanya pelan dan sedikit ada rasa takut saat mengatakan hal tadi.
        “Tentu saja tidak. Aku yakin pasti sudah ada seseorang yang kau sukai. Lagipula, kau juga tau kan kalau aku sudah memiliki kekasih?”
        Hye Ra hanya merespon dengan anggukan. “Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan?”
        “Aku sudah sempat membahasnya dengan kekasihku. Dan dia menyarankan agar Sunggyu percaya bahwa aku benar-benar menjagamu seperti apa yang dia inginkan. Kalau perlu, jika kau memiliki kegiatan di luar namun tak ingin Sunggyu mengetahuinya, katakan saja kau pergi bersamaku.”
        “Tapi, apa maksud Sunggyu oppa ingin menjaodohkan kita?” Hye Ra masih tak habis pikir dengan niat Sunggyu.
        “Ku rasa maksud Sunggyu itu baik. Dia hanya ingin kau mendapatkan seorang pemuda yang tepat. Dan menurutnya, itu ada pada diriku. Tapi aku yakin ‘tidak’ menurut dirimu.”
        Hye Ra menghembuskan napasnya. Apa yang dikatakan Donghyun tidak sepenuhnya salah. Dalam beberapa saat, Hye Ra menghindari tatapan Donghyun dengan menatap ke luar jendela.
        “Apa yang harus kita lakukan, oppa?” Hye Ra menoleh setelah menyelesaikan pertanyaannya. Ia sudah tidak tau harus berbuat apa dan terpaksa menyerahkan beban ke pundak Donghyun.
        Donghyun tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk mengacak rambut Hye Ra. Gadis itu sudah bener-benar ia anggap sebagai adiknya sendiri. “Seperti yang ku katakan tadi. Jika kita sudah mengetahui kebenaran tentang Sunggyu, barulah kita sudahi sandiwara itu.”

***

        Sore itu Hye Ra tampak datang lebih terlambat dari biasanya ke café. Saat memunculkan diri dari balik pintu, tatapan Hye Ra langsung tertuju pada Sungyeol yang berdiri di balik meja bar. Pemuda itu juga tengah menghadap padanya.
        Hye Ra mengambil napas dalam sebelum melangkah masuk ke dalam café. Tujuan utamanya adalah meja bar tempat biasa ia menghabiskan waktu di sana. Hye Ra sempat berhenti sesaat saat berjalan di belakang Sungyeol. Aneh, pemuda itu seperti tak menyadari keberadaannya. Sambil menahan kesal, Hye Ra kembali berjalan ke ujung meja bar.
        Seperti biasa, setelah sampai café, Hye Ra akan langsung menyibukkan diri dengan pelajaran sekolahnya. Sesekali ia mengawasi Sungyeol melalui sudut matanya. Pemuda itu benar-benar tak merubah posisinya. Dan bahkan kini Sungyeol sudah kembali disibukkan dengan pekerjaannya.
        Tidak biasanya suasana canggung terjadi antara dua penghuni meja bar tersebut. Biasanya Sungyeol akan berinisiatif untuk menawari Hye Ra sebuah minuman. Tau mungkin Hye Ra yang akan mengganggu pekerjaan Sungyeol dengan beberapa pertanyaan tentang pelajaran yang kurang ia mengerti. Tapi semuanya sama sekali tidak terjadi sore itu.
        Beberapa menit kemudian, Hye Ra berusaha menyibukkan diri dengan pelajaran meski hasilnya benar-benar nihil. Saat menoleh, ternyata Sungyeol sudah tidak berada di tempatnya. Hye Ra menyapu pandangan ke penjuru café. Ternyata Sungyeol sedang melayani pelanggan.
Tak lama Sungyeol kembali, namun tatapan Hye Ra justru tak terlepas dari pelanggan yang baru saja di layani oleh Sungyeol. Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari dua anak laki-laki. Mereka tampak baru pulang dari tempat berenang. Terbukti dari rambut sang ibu yang terlihat masih basah serta anak mereka yang paling kecil masih memeluk erat ban renangnya.
        Jeongmin mendekat sambil memperhatikan Hye Ra. Beberapa kali ia bertukar tatapan ke arah Hye Ra dan keluarga itu. “Kau baik-baik saja?” tegur Jeongmin yang merasa ada sesuatu yang janggal dari Hye Ra. Hampir seluruh penghuni café mengetahui tentang phobia Hye Ra yang berhubungan dengan kegiatan berenang.
        Hye Ra hanya menatap Jeongmin sesaat lalu menoleh ke arah Sungyeol tepat saat pemuda itu juga memberikan tatapan padanya. Keringat dingin mengucur dari kening gadis itu. Sungyeol seperti malaikat penolongnya saat ia tengah mengalami phobia.
        “Kau ke ruangan Sunggyu hyung saja. Jika pelanggan itu sudah pergi, kau bisa kembali lagi ke sini,” ujar Jeongmin. Namun tak ada respon dari Hye Ra.
        Gadis itu masih menatap Sungyeol. Dengan cara itu, Hye Ra seakan bisa melupakan phobia-nya.
        “Jeongmin,” seru Woohyun yang sudah menyembulkan kepalanya pada jendela antara dapur dengan meja bar. “Bisa tolong kau belikan…”
        “Biar aku saja, hyung.” Sungyeol memotong ucapan Woohyun bahkan sebelum pemuda itu menyelesaikannya.
        Hye Ra memutar kembali badannya menghadap Jeongmin yang berdiri di luar meja bar.
        “Apa phobia mu dengan renang sudah berkurang?” Tanya Jeongmin yang nampaknya tidak terlalu menyadari ada sesuatu yang terjadi antara Hye Ra dengan Sungyeol.
        Hye Ra tidak menjawab. Ia malah justru disibukkan dengan pikiran-pikirannya tentang Sungyeol. Dua kali pemuda itu membuatnya melupakan phobia akan kolam renang. Tapi kenapa hanya Sungyeol? Bahkan selama ini Sunggyu, Myungsoo atau pemuda lain yang dekat dengannya saja tidak bisa membuatnya merasa setenang itu. Padahal mereka adalah orang-orang yang sangat ia percaya untuk menjaganya.

***

        Bel tanda istirahat. Seperti biasa setelah memiliki kekasih, Myungsoo akan selalu bersemangat untuk cepat meninggalkan kelas. “Nanti aku akan menyuruh Minwoo untuk menemanimu,” ujarnya pada Hye Ra sambil mengusap lembut puncak kepala gadis itu sebelum pergi.
        Myungsoo sama sekali tak bisa membaca suasana hati Hye Ra. Gadis itu tampak semakin suram dan kehilangan minat untuk meninggalkan kelas seperti apa yang dilakukan Myungsoo.
        Hye Ra menyandarkan badannya ke kursi dengan malas. “Kau pikir Minwoo tidak punya kesibukan lain?” seru Hye Ra pelan. Bahkan setelah beberapa saat Myungsoo pergi.
        Tak jauh dari tempat Hye Ra berada, tampak Dongwoo yang sedikit memperhatikan gerak-gerik Hye Ra. Ia bahkan sempat mendengar apa yang diucapkan Hye Ra tadi. “Keberatan jika pergi ke kantin bersamaku dan Sungjong?” Tanya Dongwoo yang masih duduk di kursinya. Sementara Sungjong yang sudah berdiri, hanya mengawasi Hye Ra dari tempatnya.
        “Ayo,” Hye Ra sudah menegakkan badannya. Setelah Dongwoo dan Sungjong mulai meninggalkan meja mereka, Hye Ra baru menyusul dari belakang.
        Biasanya Hye Ra akan menyempatkan diri melirik Hoya meski yang ia tau pemuda itu sudah berpacaran dengan salah seorang gadis di kelas mereka. Yang tak lain adalah teman semeja Hoya. Tapi kali ini berbeda. Gadis itu seperti sudah tidak ingin memikirkan Hoya lagi.
        “Sepertinya Hye Ra sudah mulai bisa menyingkirkanmu.”
        Hoya yang masih duduk di kursinya sama sekali tak menoleh sedikitpun saat Haesa berbicara. Kali ini bukan Hye Ra yang selalu menyempatkan diri melirik Hoya setiap kali ingin meninggalkan kelas, tapi kini justru Hoya yang selalu memperhatikan gerak-gerik Hye Ra kapanpun gadis itu tertangkap matanya. Meski sebenarnya sudah cukup lama ia telah melakukan hal itu.
        Merasa diabaikan, Haesa sedikit memutar badannya agar bisa menatap pemuda di sampingnya dengan leluasa. “Mau sampai kapan, Hoya?”
        Hoya hanya meresponnya dengan lirikan tajam. Hanya sesaat. Lalu pemuda itu kembali mengalihkan tatapannya ke depan.
        “Aku bukan hanya kasihan pada Hye Ra. Tapi padamu juga. Sesakit apapun, kau harus tetap mengungkapkan perasaanmu padanya.”
        Di tempat berbeda, Dongwoo, Hye Ra serta Sungjong berjalan beriringan menuju kantin.
        Dalam perjalanan, Sungjong sempat menatap Dongwoo. “Apa jika tidak ada kegiatan, kolam renang sekolah boleh di pakai untuk umum?”
        Hye Ra tampak menegang mendengar pertanyaan Sungjong. Dan Dongwoo langsung mengawasi perubahan sikap Hye Ra. Ia tidak menyangka Sungjong akan menanyai hal itu. Tapi wajar saja karena Sungjong belum mengetahui tentang phobia Hye Ra. Gadis itu bahkan pernah sampai pingsan meski baru sampai di depan pintu masuk ketika harus mengikuti kegiatan tersebut.
        Dongwoo sedikit menarik tubuh Hye Ra yang awalnya berada di tengah-tengah untuk bertukar posisi dengannya. “Bisa,” kata Dongwoo sedikit berbisik pada Sungjong ketika menjawab pertanyaan pemuda itu. “Untuk lebih jelasnya, kau bisa melihat jadwalnya di sana.”
        Hye Ra sendiri sama sekali tak berniat mendengar pembicaraan Dongwoo dengan Sungjong meski tanpa sengaja sekalipun. Ia sudah tau arah pembicaraan mereka. Dan gadis itu cukup berterima kasih karena Dongwoo sangat menjaganya dari rasa phobia tersebut.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar