Sabtu, 28 September 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 11)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        Myungsoo berada paling depan. Ia setengah berlari. Di belakangnya tampak Sungyeol menyusul, bahkan hampir mensejajarkan langkahnya dengan Myungsoo.
        “Minwoo!” Myungsoo meneriaki adiknya yang sudah hampir sampai di depan pintu kolam renang. “Mana Hoya?” tanpa menunggu jawaban Minwoo, Myungsoo sudah lebih dulu melesat ke dalam. Tanpa sadar ia bahkan sampai sedikit menubruk tubuh adiknya agar sedikit bergeser.
        Di dalam tampak Hoya sudah berhasil membawa Hye Ra turun meski gadis itu benar-benar ketakutan. Mereka bahkan sudah sampi di tepi kolam. Hoya harus berusaha keras menenangkan Hye Ra dengan cara merangkul gadis itu.
        “Hye Ra!” pekik Myungsoo. Hye Ra benar-benar sudah seperti saudara kembarnya sendiri. Rasa sayang ke gadis itu sudah sangat besar. Myungsoo yang sudah di kuasai rasa kalut, berlari ke arah Hoya dan Hye Ra. Ia ingin merebut Hye Ra dari kekuasaan Hoya. Bahkan tanpa sadar Myungsoo sampai sedikit mendorong tubuh Hoya untuk menjauhi Hye Ra.
        “Myungsoo!” Sungyeol tercengang dengan pemandangan di depannya. Memang tidak di sengaja, tapi dorongan Myungsoo terhadap Hoya cukup besar.
        Sementara yang lain meneriaki nama ‘Hoya’. Tepat sebelum pemuda itu tercebur ke dalam kolam.
        Kejadian tadi juga langsung menyita perhatian Hye Ra. Gadis itu sudah pernah mengalami kejadian serupa. Pikirannya yang sudah melayang jauh, membuatnya kehabisan akal. Terlebih dalam pandangannya, tak ada satu pun dari mereka yang berniat menolong Hoya. Dengan terpaksa, Hye Ra mencebutkan diri dengan niat menolong Hoya. Ia lupa jika pemuda sebenarnya bisa berenang.
        “Hye Ra!” Myungsoo sudah siap terjun ke kolam, tapi tubuhnya terhalang tangan Sungyeol yang sengaja menahan pundaknya. Saat menengok, Sungyeol sudah lebih dulu menceburkan diri ke dalam kolam.
        Di sana Hye Ra sudah kembali nyaris tenggelam. Kejadian dua tahun lalu kembali terulang.
        Hoya menangkap tangan Hye Ra, tapi gadis itu tetap tidak bisa tenang. Padahal ketinggian air di tempat mereka berada sekarang, tidak lebih tinggi dari leher Hye Ra.
        Di sisi lain, Sungyeol juga berusaha meraih tubuh Hye Ra. Ia memeluk pinggang gadis itu dari belakang. “Hye Ra, kau aman bersamaku,” bisik Sungyeol tepat di telinga Hye Ra. Dan tentu saja itu sukses membuat Hye Ra jauh lebih tenang.
Tanpa ingin berlama-lama, Sungyeol membimbing Hye Ra untuk menepi. Di tepi kolam, tampak Myungsoo tengah menunggu. Di sampingnya juga ada Dongwoo yang sudah mengulurkan tangannya untuk membantu Hoya naik ke atas.
        “Apa yang sebenarnya ada dipikiranmu? Kau lupa kalau Hoya bisa berenang?” omel Myungsoo. Di balik rasa kesalnya pada Hye Ra, tentu saja itu karena ia sangat mengkhawatirkan sepupunya itu. “Jangan lakukan itu lagi,” serunya masih dengan nada mengintimidasi, namun tangannya sambil membantu Hye Ra ke luar dari dalam kolam. Setelah berhasil menolong Hye Ra, Myungsoo langsung memeluk dan membawa gadis itu menjauh, seakan tak membiarkan Hye Ra kembali terjun ke dalam kolam.
        “Kau baik-baik saja, oppa?” Tanya Haesa setelah Sungyeol berhasil ke luar dari kolam.
        “Tentu,” jawab Sungyeol singkat sambil menyunggingkan senyum. Bertolak belakang dengan perasaannya saat ini. Ia hampir mati melihat Hye Ra kembali tenggelam di kolam renang.
        “Hyung, terima kasih kau telah kembali menyelamatkan Hye Ra.”
        Sungyeol mendongak setelah mendengar suara Myungsoo. Yang lain mungkin tidak menyadari saat Myungsoo menyebutkan kata ‘kembali’ dalam ucapannya. Tapi tidak untuk Sungyeol. “Apa rahasiaku sudah terbongkar?” Ada sebuah ketakutan pada diri Sungyeol. Perlahan pemuda itu memberanikan diri mendekati Myungsoo yang masih memeluk Hye Ra.
        “Hyung, kau harus segera kembali ke café, kan?” Tanya Myungsoo. “Aku akan membawa Hye Ra pulang.”
        Tanpa menunggu persetujuan, Myungsoo langsung membimbing Hye Ra untuk segera meninggalkan kolam renang. Sementara Minwoo mengikuti dari belakang.
        “Kau juga harus segera pulang sepertinya,” ujar Dongwoo yang tampak perhatian pada Hoya. Selain itu, perkatannya tadi juga sebagai pengalih pikiran Hoya saat ini. Hoya pasti dalam keadaan tertekan, kendati ada seorang pemuda yang bisa lebih mudah menenangkan Hye Ra dari ancaman tenggelam yang sangat ditakuti oleh gadis itu.
        Sepeninggal Hoya dan Dongwoo. Haesa masih tertinggal di sana bersama Sungyeol. Gadis itu juga memiliki beberapa pertanyaan yang akan ia lontarkan untuk kakaknya itu.
        “Kalau boleh, aku ingin menemani oppa pulang. Selain itu, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan dan aku ceritakan padamu.”
        Sungyeol menoleh dan menatap adiknya sendu. Setidaknya masih ada satu orang lagi di sisinya. Sungyeolpun akhirnya tersenyum sambil mengangguk sebagai tanda ia menuruti permintaan adiknya itu.
        “Kita naik mobil saja. Biar motormu di bawa Sungjong,” saran Haesa.
        “Kau keberatan pergi menggunakan motor denganku?” Tanya Sungyeol hati-hati.
        Haesa buru-buru menggeleng untuk menepiskan pikiran kakaknya. “Pakaian oppa basah. Kau bisa sakit jika terkena angin karena menggunakan motor. Ku mohon kali ini turuti permintaanku.” Haesa sampai merapatkan kedua telapak tangannya. Ia sangat mengkhawatirkan kesehatan kakaknya.
        Sungyeol hanya terkekeh melihat kelakuan adiknya. Ia juga tidak mungkin menolak permintaan Haesa. “Sunggyu hyung sangat beruntung jika bisa memilikimu,” goda Sungyeol yang memang sudah mendengar berita kedekatan Haesa dengan bossnya sendiri.
        “Berhenti menggodaku!” protes Haesa pura-pura cemberut sambil menatap Sungyeol, tajam.
        Tawa Sungyeol semakin menjadi. Dan Haesa semakin menajampak tatapannya “Ayo kita pulang,” ajak pemuda itu yang kini sudah merangkul adiknya. Selain untuk mempersingkat waktu, ia juga ingin segera mengalihkan perasaannya saat ini yang sejujurnya sangat-sangat mengkhawatirkan Hye Ra.

***

        Hye Ra yang sudah berganti pakaian, berniat untuk berbaring di tempat tidur. Tepat ketika pintu kamarnya terbuka dari luar dan terlihat kepala Myungsoo yang menyembul di baliknya. Tanpa meminta izin, pemuda itu masuk ke dalam, lalu duduk di tepi tempat tidur. Sementara Hye Ra bersandar di sandarannya.
        “Sudah lebih baik?” Tanya Myungsoo. Ada sedikit rasa bersalah karena akhir-akhir ini mereka hanya memiliki sedikit waktu kebersamaan. Itupun hanya ketika mereka di kelas. Selebihnya, Myungsoo sibuk dengan dunianya sendiri karena ia kini sudah memiliki kekasih.
        Belum sempat Hye Ra menjawab, ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Hye Ra. Tak lama Minwoo muncul dan membawa seseorang di belakangnya.
        “Dokter Donghyun hyung sudah datang,” kata Minwoo yang kemudian mempersilahkan Donghyun untuk masuk ke dalam kamar Hye Ra. Dokter muda itu masih mengenakan seragam dinasnya dan tak lupa ia juga membawa tas berisi perlatan kedokterannya.
        Myungsoo tampak menatap Donghyun sedikit takjub. “Kau datang cepat sekali, hyung?” komentar Myungsoo sambil menyingkir dan membiarkan Donghyun menempati tempat yang ia tinggali tadi. Sementara itu Minwoo tampak kembali menunggu di luar kamar Hye Ra, dan Myungsoo berpindah tempat menjadi duduk di samping Hye Ra.
        “Bagaimana perasaanmu sekarang?” Donghyun memulai memeriksa keadaan Hye Ra dengan bertanya. Tangan kanannya ia letakkan di salah satu kaki Hye Ra yang tertup selimut tebalnya.
        “Aku juga bingung dengan apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini,” kata Hye Ra.
        “Apa kau juga lupa kalau Hoya sebenarnya tidak perlu bantuanmu karena ia bisa berenang dan terlebih tidak memiliki phobia akan hal itu?” Myungsoo ikut menanyai Hye Ra. Memastikan lebih tepatnya atas keputusan yang dipilih Hye Ra tadi.
        “Di sana tidak hanya ada kalian berdua, kan?” sambung Donghyun.
        Hye Ra meneguk ludahnya. “Bagaimana bisa aku melupakan hal itu?” Gadis menatap Donghyun yang dengan sabar menunggunya untuk menjawab. “Aku hanya teringat apa yang pernah terjadi padaku,” seru Hye Ra akhirnya.
        “Tapi Youngmin bilang, kau sempat memanggil nama Sungyeol. Benar begitu?” Ada nada ketidak sukaan yang ditunjukkan Myungsoo ketika kembali bertanya. Ia masih belum rela jika nyatanya Sungyeol mendapatkan tempat lebih dari pada dirinya atau Sunggyu. Terlebih Sungyeol adalah orang baru dikehidupan Hye Ra. Pemuda itu tidak sempat menunggu jawaban Hye Ra karena sebuah panggilan telpon mengalihkan pikirannya. “Aku terima telpon dulu,” pamit Myungsoo sambil berjalan ke luar kamar, meninggalkan Hye Ra bersama Donghyun.
        Hye Ra hanya merespon datar. Sementara Donghyun sempat menoleh ke arah pintu. Setelah Myungsoo menutup pintu dari luar, pemuda itu kembali melirik Hye Ra.
        “Bagaimana perkembangan hubungan Sunggyu dengan gadis misterius itu? Apa kau sudah tau siapa gadis tersebut?”
        Hye Ra nyaris tersedak dengan pertanyaan Donghyun yang sangat-sangat ia hindari untuk saat ini. Rasa sakit itu kembali dirasakannya mengingat pemuda yang ia cintai sudah bersama seorang gadis yang ternyata juga mendekati kakaknya sendiri. Tapi justru jauh lebih menyakitkan lagi ketika Hye Ra melihat Sungyeol dengan Haesa. Apa mungkin gadis itu mulai jatuh cinta pada karyawan kakaknya sendiri?
        “Aku ke luar sebentar.” Suara Myungsoo yng tiba-tiba muncul dari balik pintu menyelamatkan Hye Ra untuk sesaat. “Eun Gi memaksa aku untuk menjemputnya. Dia ingin menjengukmu.”
        Hye Ra hanya mengangguk samar. Meski di sekolah kedekatannya dan Myungsoo mulai renggang, tapi gadis itu sama sekali tidak bisa menyalahkan siapapun. Baik Eun Gi maupun Myungsoo. Terlebih seseorang yang telah mengalihkan sedikit perhatian Myungsoo darinya justru sangat berbaik hati ingin menjenguknya. Padahal Hye Ra tidak dalam kondisi sakit yang parah. Ia hanya nyaris kembali tenggelam. Itu saja. Apalagi kini ia sudah merasa lebih baik. Kecuali setelah mendengar pertanyaan Donghyun.
        “Siapa Sungyeol?” Tanya Donghyun setelah Myungsoo kembali menutup pintu. “Pemuda yang kau sukai?”
        Deg. Belum sempat menjawab pertanyaan yang pertama, Hye Ra sudah kembali dihadapkan dengan pertanyaan yang sulit. Lebih terasa sulit lagi karena kini jantung Hye Ra berdetak dua kali lipat. Tidak pernah ia merasakan perasaan seperti ini. Bahkan pada Hoya saja tidak separah ini.
        Donghyun menghembuskan napasnya karena tidak berani mendesak Hye Ra untuk menjawab pertanyaannya. “Nanti malam ku usahakan untuk kembali sekalian bertemu dengan Sunggyu agar dia percaya bahwa aku benar-benar mendekatimu.”
        “Sampaikan permintaan maafku pada kekasihmu. Sungguh aku tidak ingin melakukan ini sebenarnya,” sela Hye Ra sebelum Donghyun sempat berdiri.
        Donghyun tersenyum. “Kekasihku tau segalanya tentang kita. Kau jangan khawatir,” serunya untuk sekedar menenangkan hati Hye Ra.
        Hye Ra juga akhirnya bisa sedikit lega. Setidaknya masih ada hal yang tidak serumit itu.

***

        Sungyeol yang telah berganti pakaian, tampak ke luar dari kamarnya. Ia langsung melesat ke ruang tengah, namuan tak mendapatkan siapa-siapa di sana. “Haesa?” teriaknya. Mungkin gadis itu sedang berkeliling rumah karena sudah merindukan tempat ini. Orang tua mereka berpisah sudah cukup lama sejak Haesa masih di bangku sekolah dasar.
        Pemuda itu berjalan ke arah dalam. Mungkin adiknya sedang ke toilet. Lalu ia sempat melirik ke kamar yang pernah di tempati Hye Ra saat gadis itu terpaksa menginap di sana. Pintunya sedikit terbuka. Dan Sungyeol langsung yakin bahwa adiknya ada di sana.
        “Haesa?” gumam Sungyeol pelan sambil membuka pintu lebih lebar lagi. Pemuda itu langsung tersenyum saat berhasil menemukan adiknya di sana. Haesa sudah berbaring dan mungkin sudah tertidur di atas kasur yang masih mengenakan sprei bermotif ‘princess’. “Apa kau tidur?” Tanya Sungyeol, iseng. Ia seakan berniat mengerjai Haesa.
        “Hmm…” terdengar gumaman berat yang berasal dari mulut Haesa. Gadis itu sepertinya benar-benar sudah tidur.
        Sungyeol melangkahkan kakinya ke dalam kamar pelan-pelan. Tidak ingin Haesa mengetahui apa yang dilakukannya. “Ya sudah kalau kau masih ingin tidur. Ku tinggal saja ya,” Sungyeol memulai aktingnya lalu menutup pintu seolah-olah ia benar-benar meninggalkan Haesa di sana.
        “Oppa jangan!” tiba-tiba Haesa tersentak dan bangun.
        Tepat sedetik kemudian, Sungyeol tertawa. Puas karena telah berhasil mengerjai adiknya.
        “Jadi kau mengerjaiku! Rasakan ini!”
        Sungyeol segera berlari ke luar kamar guna menghindari lemparan bantal dari Haesa. Gadis itu juga segera mengejar Sungyeol seakan tak membiarkan kakaknya bisa lolos begitu saja.

***

        Dongwoo menatap tiap sudut ruangan tempat ia berada sekarang. Sebuah apartmen dengan satu kamar tidur. Lalu tatapannya terhenti pada sebuah meja di samping sofa. Di atasnya ada beberapa bingkai foto yang isinya di dominasi oleh gambar diri Hoya.
Salah satunya ketika pemuda itu bersama keluarganya. Sementara foto yang lain adalah foto Hoya seorang diri. Saat mengenakan seragam sekolah, kostum klub sepakbola sekolah, atau hanya sekedar mengenakan pakaian santai saat liburan. Ada juga saat Hoya bersama teman-teman klub sepakbola sekolah. Dan ternyata masih ada satu foto lagi yang tersimpan di barisan paling belakang. Itu foto Hoya bersama Dongwoo.
        Tangan Dongwoo cukup bergetar saat mengembalikan foto dirinya bersama Hoya ke tempat semula. “Kau masih menyimpan foto ini?” Tanya Dongwoo seolah pada dirinya sendiri. Padahal ia sadar jika Hoya sudah kembali dari dalam kamarnya meski posisi Dongwoo saat ini tengah memunggungi Hoya.
        Hoya menghempaskan tubuh di samping Dongwoo hingga membuat pemuda itu menoleh ke arahnya. Saat itu ia juga tengah melirik ke arah Dongwoo hingga tatapan mereka kini saling bertemu. “Bisa tolong tanyakan pada Myungsoo tentang keadaan Hye Ra?”
        Dongwoo menatap Hoya lebih dalam lagi. Memastikan apakah Hoya benar-benar mengkhawatirkan Hye Ra, atau sekedar menghindari pertanyaannya tadi. Dan sayangnya Dongwoo tidak bisa menangkap salah satunya. “Ayo kita menjenguknya,” seru Dongwoo yang sudah berdiri sambil sebelumnya menepuk paha Hoya yang tadi duduk di sampingya.
        Hoya masih diam duduk di sofanya.
        “Cepat!” paksa Dongwoo yang sudah cukup gemas dengan tingkah Hoya tadi. Tapi Hoya masih tampak sangat ragu. “Atau besok akan ada berita kalau…” belum sempat Dongwoo menyelesaikan kata-katanya, Hoya sudah lebih dulu berdiri tanda ia menyetujui ajakan Dongwoo.
        “Terserah kau saja,” ujar Hoya malas.

***

        Mobil yang dikendarai Myungsoo berhenti di depan sebuah rumah. Di seberang rumah tersebut, terlihat seorang pemuda merangkul seorang gadis dan mereka berjalan ke luar pagar sambil terus bercanda. Tidak menghiraukan keberadaan sebuah mobil di sana selain mobil mereka. Dan tampaknya Myungsoopun juga tidak terlalu peduli dengan dua orang itu.
Sampai akhirnya, Myungsoo tidak sengaja menoleh dan tepat ketika pemuda itu akan masuk ke dalam mobilnya. Segera saja Myungsoo menajamkan penglihatannya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa Eun Gi sudah di sana. Sudah masuk ke dalam mobilnya. Myungsoo bahkan sampai membuka jendela dan menjulurkan kepalanya di sana.
        “Siapa yang kau perhatikan?” Tanya Eun Gi mengganggu pengintaian Myungsoo.
        Myungsoo sendiri langsung tersentak dan segera kembali ke posisinya semula. “Pemuda itu mirip seseorang yang ku kenal,” jawab Myungsoo apa adanya. Dia memang tidak ingin menyembunyikan apapun dari kekasihnya itu.
        Eun Gi sampai menoleh ke belakang guna memastikan siapa pemuda yang di maksud Myungsoo. Di sana ia hanya melihat sebuah mobil yang beberapa saat yang lalu terpakir di seberang rumahnya. “Maksudmu Sungyeol oppa?” serunya memastikan maksud dari penglihatan Myungsoo sambil kembali menghadap ke depan.
        “Jadi itu benar-benar Sungyeol?” Myungsoo membeku dan melirik kekasihnya dengan tatapan tak percaya. Tak percaya jika pemuda yang ia lihat benar-benar Sungyeol. Bersama seorang gadis yang ia sendiri juga tidak ingin mempercayai penglihatannya sendiri. Haesa. Gadis itu mengenakan pakaian yang sama seperti yang dikenakan Haesa tadi saat di sekolah. Tapi nyatanya, penglihatan Myungsoo sama sekali tak salah. Mereka bahkan baru saja bertemu beberapa waktu lalu.
        “Kau mengenalnya juga?” Kini giliran Eun Gi yang terkejut. Tapi lebih ke pada rasa takjubnya karena ternyata Myungsoo juga mengenal tetangganya itu.
        “Sungyeol hyung salah satu karyawan di café Sunggyu hyung,” jelas Myungsoo yang kali ini membuat Eun Gi terbelalak tak percaya.
        “Jangan bercanda, Myung!” protes Eun Gi seakan tak menerima kenyataan yang diucapkan Myungsoo. “Tidak mungkin Sungyeol oppa bekerja di café? Ibunya bahkan memiliki restoran mewah di hotel berbintang.”
        Myungsoo memutuskan kontak mata dengan Eun Gi setelah kekasihnya itu selesai bercerita tentang riwayat singkat kehidupan seorang Lee Sungyeol. Sedetik kemudian, Myungsoo sudah menyadarkan tubuhnya ke jok sambil memukul pelan stir mobil. “Kenapa tidak terpikirkan olehku?” gumamnya seakan menyesali sesuatu. Kebodohannya yang baru menyadari akan cerita Hye Ra ketika gadis itu menginap di rumah Sungyeol beberapa waktu lalu. Kolam renang.
Jika Sungyeol adalah seorang pemuda yang berasal dari keluarga biasa, tidak mungkin di rumahnya memiliki fasilitas kolam renang. Kecuali mungkin Sungyeol tinggal di area kolam renang milik umum. Dan itupun kemungkinannya sangat kecil. Penjaga kolam renang umum sendiri tidak mungkin sampai tinggal di area tersebut.
        “Bisa jadi Sungyeol yang kau maksud adalah orang yang berbeda.” Eun Gi tetap pada pendiriannya.
        Myungsoo hanya menghela napas untuk menghindari pertengkaran tidak penting dengan Eun Gi. Terlebih jika hanya karena sesuatu yang belum jelas kebenarannya. Apakah penglihatan Myungsoo benar, atau mungkin perkataan Eun Gi lah yang benar bahwa Sungyeol yang mereka maksud adalah orang yang berbeda.

***

        Dongwoo dan Hoya yang sudah sampai di depan rumah Hye Ra, saling sikut untuk menyuruh mengetuk pintu. Hoya benar-benar malu saat itu. Terlebih, ini juga pertama kalinya ia menginjakkan kaki di rumah seorang gadis yang benar-benar ia sayangi.
Berbeda dengan Dongwoo. Pemuda itu tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengerjai Hoya. “Bagaimana kalau yang membukakan pintu adalah Hye Ra? Lalu orang yang ia lihat pertama kali itu aku.”
        Hoya semakin gugup.
        “Cepat ketuk! Bukankah kau yang sangat ingin bertemu dengan Hye Ra?” lanjut Dongwoo. Kali ini ia menjadikan Hoya sebagai kambing hitam. Padalah masalah mereka hanya sesuatu yang sepele. “Yasudah. Terserah dirimu.” Dongwoo pura-pura berbalik dan berniat ingin pergi dari rumah Hye Ra.
        “Jangan seperti itu!” protes Hoya yang sudah menarik kerah belakang baju Dongwoo sebagai upaya untuk menghalangi pemuda itu pergi. “Aku yang akan mengetuk pintu,” putus Hoya akhirnya. Meski dengan sangat terpaksa. Tapi di sisi lain ia juga harus bersikap senormal mungkin dan menganggap kunjungan ini selayaknya teman biasa. Padahal yang sebenarnya, Hoya sangat-sangat mengkhawatirkan Hye Ra.
        Hoya sudah siap mengangkat tangannya. Namun tanpa di duga, pintu sudah lebih dulu terbuka.
        “Kenapa mengetuk pintu saja lama sekali sih, hyung?” sindir orang tersebut yang ternyata adalah Minwoo. “Aku sudah memperhatikan kalian sejak tadi. Cepat masuk. Noona pasti sangat senang dengan kedatanganmu,” lanjutnya yang tentu saja lebih terutama mengarah ke Hoya.
        Hoya sendiri langsung melempar pandangannya ke Dongwoo sebagai upaya meminta saran. Namun sial untuk Hoya, Dongwoo seakan tak mengerti maksud tatapan Hoya.
        “Tapi, hyung…” ujar Minwoo lagi seperti masih ada sesuatu yang mengganjal dengan kedatangan Hoya. “Apa kau sudah mengatakan pada Haesa noona jika kau datang ke sini?” Tanya Minwoo takut-takut.
        Kali ini Hoya benar-benar diam membeku. Sementara Dongwoo menatapnya khawatir.
        “Tadi aku yang memaksa Hoya untuk menemaniku ke sini,” sambar Dongwoo. “Ku rasa Haesa akan mengerti. Kau tau sendiri kan kalau aku masih malu jika datang ke sini hanya sendiri,” lanjutnya sambil sedikit tertawa. Dengan kata lain, Dongwoo menjadikan dirinya tumbal kebohongan. Tentu saja tidak ada yang merasa terpaksa ataupun memaksa untuk datang ke sana.
        Minwoo menggerakkan kepalanya mengajak Dongwoo dan Hoya untuk segera ke dalam. Ia mengajak Dongwoo dan Hoya ke kamar Hye Ra. Namun ternyata, gadis itu tidak berada di sana. “Noona, kau di mana?” teriak Minwoo setelah kembali menutup pintu kamar Hye Ra.
        Dongwoo ikut celingukan ke arah dalam. “Mungkin di dapur?” tebaknya.
        Tanpa pikir panjang, Minwoo segera menuju dapur, diikuti oleh Dongwoo dan Hoya dibelakangnya.
        Di sana Hye Ra tampak tengah meminun segelas air sambil berdiri di dekat lemari es. “Tadi aku memesan makanan pada Woohyun oppa. Bisa tolong kau ambilkan,” pinta Hye Ra yang sepertinya menyadari ada seseorang yang mengamatinya dari pintu dapur. Tapi ia tidak tau jika bukan hanya Minwoo yang berada di sana.
        “Hyung, bisa kau temani noona? Biar aku dan Dongwoo hyung yang mengambil makanan.”
        Mendengar Minwoo seperti bicara dengan orang lain, terlebih anak itu juga menyebut nama Dongwoo, Hye Ra langsung menoleh cepat. Gadis itu cukup tersentak mendapati Hoya berdiri di sana. Apalagi tepat bersamaan saat Hoya juga memberikan tatapannya pada Hye Ra.
        “Ku percayakan noonaku padamu,” goda Minwoo sambil menepuk pundak Hoya. Tentu saja tujuan sebenarnya adalah untuk menggoda Hye Ra. “Ku tinggal ya noona.”
        Ucapan Minwoo tadi seperti memaksa Hye Ra untuk kembali mendongak. Di sana Hoya sudah tidak berani menatap Hye Ra lebih dalam lagi. Sementara itu, ketika Minwoo sudah berbalik, beberapa saat Dongwoo masih di sana, menatap Hoya penuh arti. Namun pemuda yang di tatapnya seperti tidak menyadari itu.
        Dengan berat hati, Dongwoopun menyusul Minwoo. Cukup iri dengan apa yang bisa Hoya dapatkan bersama Hye Ra. Tapi ia sudah memilih untuk mundur. Dan dengan terpaksa Dongwoo meninggalkan sahabat terbaiknya bersama seorang gadis yang sampai kapanpun tidak akan membalas perasaannya.
        “Akh, ayo duduk,” seru Hye Ra memecah keheningan setelah Minwoo dan Dongwoo pergi beberapa saat yang lalu. “Kau mau minum apa?” tawarnya berusaha ramah setelah Hoya duduk di kursi makan. Sejujurnya, Hye Ra ingin sekali berjingkrakan karena terlalu senang bisa bersama Hoya. Ini kali pertamanya mereka benar-benar hanya berduaan. Tidak ada Haesa, Myungsoo, Sunggyu dan yang lain. Termasuk juga Sungyeol. Pemuda itu kini selalu masuk daftar orang-orang terdekat Hye Ra.
        “Biarkan aku ambil sendiri.”
        Hye Ra menatap Hoya bingung, namun pemuda itu hanya tersenyum.
        “Aku hanya ingin kau tidak menganggapku seperti tamu,” jelas Hoya akhirnya setelah melihat kebingungan dari raut wajah Hye Ra.
        Sedetik kemudian, Hye Ra terkekeh, menertawai suasana canggung di antara mereka. Selama ini ia memang hanya bisa mengawasi Hoya dari jauh. Tidak berani dekat dan bicara banyak dengan pemuda itu. Sama seperti halnya Hoya. Namun yang membedakan, karena Hoya memang memiliki sesuatu di balik dirinya yang tidak ingin terlalu dekat dengan Hye Ra.
        Tiba-tiba Hye Ra tersentak menyadari sesuatu. “Ya ampun. Kenapa kita di sini? Maaf Hoya, harusnya aku mengajakmu ngobrol di ruang tamu.” Hye Ra sudah hampir berdiri, dan Hoya langsung sigap menahan tubuh gadis yang tadi duduk berseberangan dengannya.
        “Baru saja ku katakan. Jangan menganggapku seperti tamu,” ujar Hoya mengingatkan. “Bukankah ini kejadian langka? Kita mengobrol di dapur.”
Setelah Hoya menyelesaikan ucapannya, tampak Hye Ra mengangguk menyetujui saran Hoya. Dan sedetik kemudian, Hoya menghela napas. Lega karena Hye Ra tak memaksanya untuk pindah dari sana. Setidaknya, duduk berseberangan dan di batasi oleh sebuah meja lebih baik dari pada mereka mengobrol di ruang tamu. Karena kemungkinannya, mereka akan duduk berdampingan. Dan itu yang sangat di hindari Hoya.
        “Ah iya,” pekik Hoya yang kali ini juga memecah keheningan. “Bukankah aku tidak ingin di anggap seperti tamu? Jadi, aku ingin mengambil minumanku sendiri. Boleh?”
        Hye Ra terkekeh mendengar ucapan Hoya. Biar bagaimanapun, ini pertama kalinya Hoya berada di sana. Meski tidak ingin di anggap orang lain, tapi Hoya belum terbiasa bertindak seenaknya. Mungkin berbeda jika itu Myungsoo, Minwoo atau Woohyun, Hyunseong dan Jeongmin.
        “Semuanya milikmu,” kata Hye Ra.
        “Apa itu artinya boleh ku bawa pulang juga?” Tanya Hoya polos. Tentu saja itu hanya candaan kecil agar suasana di antara mereka bisa sedikit mencair.
        Hye Ra sempat terbelalak sesaat setelah Hoya mengataka hal tadi. Sementara pemuda itu kini sudah melesat ke lemari es yang letaknya sedikit di belakang Hye Ra. Gadis itu sampai memutar badannya untuk memastikan keberadaan Hoya.
        “Boleh saja. Tapi setelah itu, biarkan aku melapor pada Sunggyu oppa bahwa dapur kami baru saja kerampokan.”
        Hoya menutup pintu lemari es sambil terkekeh. Di tangan kirinya sudah ada sebuah gelas. “Ternyata kau lucu juga ya,” komentarnya sambil berjalan kembali ke kursinya. Tangan kanannya tidak bisa di tahan untuk tidak mengacak lembut puncak kepala Hye Ra ketika ia melintas di belakang gadis itu.
        Hye Ra sempat mengerjapkan matanya. Cukup terkejut dengan apa yang baru saja di lakukan Hoya padanya. Dan kini, setelah pemuda itu sudah duduk kembali di tempat tadi, Hye Ra sama sekali tak melepaskan pandangannya pada Hoya. Kejadian yang sudah sangat lama ia impikan. Terlebih saat ini Hoya tengah sibuk dengan ponsel dan minumannya. Hye Ra bisa semakin lama lagi menatap pemuda itu.
        “Biarkan aku menjadi orang jahat untuk kali ini saja. Biarkan aku tetap bersama Hoya meski hanya untuk beberapa jam saja. Dan biarkan aku menjadi satu-satunya gadis yang ada di hadapan Hoya hari ini. Hanya untuk hari ini,” batin Hye Ra yang tanpad sadar gadis itu pikirkan dalam benaknya.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar