Selasa, 10 September 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 9)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        “Bukankah aku sudah pernah bilang bahwa aku memiliki sebuah café?” Sunggyu tampak memulai pembicaraan. “Di sinilah tempatnya,” lanjutnya setelah melihat Haesa mengangguk.
        “Dan Hye Ra…” Haesa tampak menggangtungkan ucapannya karena menunggu Sunggyu untuk melanjutkannya.
        “Dia adikku,” jawab Sunggyu singkat.
        Haesa menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi lalu membuang pandangannya ke luar jendela. “Kenapa oppa tidak pernah cerita bahwa Hye Ra adik oppa? Bukankah oppa sudah tau bahwa aku pindah sekolah? Dan itu artinya aku dan Hye Ra bersekolah di tempat yang sama?” Haesa bertanya tanpa menatap Sunggyu.
        “Jadi kau sudah pernah mengatakan itu?” Sunggyu justru balik bertanya dengan polosnya.
        Haesa pun sontak menoleh dengan tatapan kesal. “Oppa melupakan itu?”
        “Aku benar-benar minta maaf untuk itu,” ujar Sunggyu sungguh-sungguh. Ia bahkan sudah menarih tangan Haesa untuk bisa ia genggam.
        “Hye Ra pasti semakin membenciku jika tau aku ternyata dekat dengan kakaknya,” gumam Haesa dalam hati dan cukup terdengar sedikit frustasi. Tak lama gadis itu tersenyum sambil mengusap punggung tangan Sunggyu. “Sudahlah, oppa. Aku tau banyak sekali yang sedang kau pikirkan saat itu. Dan setidaknya, kini kau sudah mengetahui semuanya.”
        Sunggyu balas tersenyum. Lega rasanya mendengar ucapan Haesa. “Dan kalau boleh aku tau, di mana kau mengenal Sungyeol? Ku lihat kalian cukup akrab. Makanya aku sempat berpikir bahwa kau adalah Hye Ra.” Sunggyu berusaha menstabilkan nada bicaranya agar tidak terdengar seperti ia tengah cemburu.
        “Jadi, Sungyeol oppa dan Hye Ra juga cukup dekat?” batin Haesa. “Ku rasa banyak kejadian hari ini yang mengejutkan kita.”
        “Maksudmu?” Sunggyu tampak tak mengerti karena masih banyak hal yang tersirat dari apa yang baru saja dikatakan Haesa.
        Haesa mengawasi Sungyeol yang tengah bekerja dari jauh. Ia bahkan tak bisa menahan senyum saat menatap pemuda itu. “Sungyeol oppa mengenalku sejak aku lahir.”
        “Jadi, Sungyeol tetanggamu sejak kecil?” tebak Sunggyu.
        Haesa menggeleng. “Sungyeol oppa adalah kakak kandungku.”
        Sunggyu tampak melebarkan matanya yang sedikit sipit itu. “Bagaimana bisa? Bukankah Sungjong…”
        Haesa kembali menggeleng bahkan sebelum Sunggyu menyelesaikan ucapannya. “Orang tua kami berpisah. Lalu ayahku menikah dengan ibunya Sungjong. Sementara Sungyeol oppa ikut ibu kandungku.”
        Setelah Haesa mengakhiri ceritanya, Sunggyu sedikit memutar badan untuk melihat keberadaan Sungyeol. Pemuda itu baru saja mengantarkan pesanan ke salah satu meja pelanggan yang letaknya cukup jauh dari tempat Sunggyu dan Haesa berada. Sunggyu menatap Sungyeol penuh arti. Banyak hal yang berkecamuk di pikirannya saat itu.

***

        “Sunggyu oppa pasti menghabisiku,” keluh Hye Ra sambil berusaha secepat mungkin kembali ke café. Terlebih hari sudah semakin sore. Sementara itu, Myungsoo dan Minwoo juga ikut menyusulnya dari belakang.
        Mereka sudah memasuki area luar café. Dari sana cukup terlihat suasana café karena dinding depan café terbuat dari kaca. Dari kejauhan Hye Ra tampak melihat sosok Sunggyu yang tengah bercengkerama dengan seseorang. Mereka bahkan tampak sangat akrab.
        Hye Ra mengepalkan tangannya dan menahan kesal saat tau siapa gadis yang tengah bersama kakaknya. Terlebih saat itu tangan Sunggyu tengah menggenggam salah satu tangan Haesa. Hye Ra menghentakkan kaki lalu membuka pintu café dengan sedikit kasar. Ia bahkan tampak tak ingin menatap apalagi sekedar melirik tempat kakaknya berada.
        “Hyung…” bisik Minwoo pada Myungsoo sekaligus menghentikan langkah Myungsoo.
        Sementara itu di salah satu meja pelanggan, Haesa tampak menarik tangannya saat melihat kedatangan Hye Ra lalu berusaha menyamarkan wajahnya agar tidak terlalu terlihat mencolok di mata Hye Ra, Myungsoo ataupun Minwoo.
        “Ada apa?” Tanya Sunggyu yang segera memutar badannya karena tidak mendapat tanggapan dari Haesa. Di sana Sunggyu menemukan Minwoo tengah berbisik pada Myungsoo seperti tengah memberitau sesuatu. Apalagi setelah itu tampak Myungsoo seperti sedang mencuri-curi pandang ke arahnya.
        Hye Ra sendiri tampak terburu-buru saat sedang membereskan buku pelajarannya untuk ia bawa besok. Dan anehnya, semua pelarajan untuk besok telah tersusun rapi di tumpukan paling atas. Ia sedikit melirik Sungyeol yang langsung tampak pura-pura sibuk. Gadis itu seperti mencurigai Sungyeollah yang melakukan itu.
Tapi tampaknya hari ini Hye Ra sedang tidak ingin beramah-tamah dengan Sungyeol. Terbukti setelah urusannya selesai, gadis itu segera melesat pergi tampa berucap sepatah katapun pada Sungyeol. Ia hanya dengan sengaja sedikit menubrukkan ranselnya ke punggung Sungyeol sambil pura-pura sibuk dengan ponselnya. Dan Sungyeol hanya menatap langkah Hye Ra yang semakin jauh dengan penuh Tanya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan gadis itu?
        “Hye Ra!” teriak Sunggyu saat melihat adiknya sudah melangkah menuju pintu café. Namun langkahnya terhenti saat mendapati sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponselnya.
        Oppa, aku pulang dengan Myungsoo dan Minwoo!
        Sunggyu langsung mendongak dan tatapannya bertemu dengan Myungsoo. Myungsoo memberikan isyarat yang mengatakan bahwa ia yang akan mengantar Hye Ra pulang dan meminta Sunggyu untuk tidak khawatir. Sunggyu sendiri hanya mengangguk lemah. Sakit rasanya mendapati Hye Ra berpamitan hanya melalui pesan singkat. Terlebih saat ini mereka tengah berada di lokasi yang sama.
        Dengan sangat terpaksa, Sunggyu kembali duduk di kursinya bersama Haesa. “Apa kau sudah ingin pulang? Biar aku yang antar.”
        Haesa mendongak dan terlihat sedikit tidak siap dengan perkataan Sunggyu. Gadis itu hanya mampu menahan tangan Sunggyu saat di rasanya pemuda itu seperti ingin beranjak dari sana. “Aku baru bertemu Sungyeol oppa hari ini. Dan dia yang berjanji akan mengantarku pulang. Sungyeol oopa sekalian ingin bertemu ayah katanya,” jelas Haesa agar Sunggyu tak salah paham. “Dan sampaikan salam maafku untuk Hye Ra.”
        “Kau tidak salah, tapi aku yang salah.”
        Haesa tampak tak mau kalah. “Ku mohon katakan saja ucapanku pada Hye Ra.” Dan bisa dipastikan Sunggyu tidak akan mampu untuk menolaknya.

***

        Esoknya, saat baru sampai kelas, Haesa sudah kembali ke luar setelah meletakkan ranselnya. Ia tak lupa untuk menyeret Hoya agar ikut bersamanya. Haesa membawa Hoya sampai ke area parkir. Ia tidak mempedulikan protesan Hoya sebelum mereka tiba di tempat tujuan.
        “Ayo kita akhiri sandiwara ini,” ujar Haesa setelah memastikan tidak ada orang di sekitar sana. Terlebih ini masih cukup pagi.
        “Maksudmu?” Tanya Hoya tak mengerti.
        “Di sekolah ini statusku adalah sebagai kekasihmu meski hanya berpura-pura. Dan mulai saat ini, katakan saja jika kita telah putus. Jika ada yang bertanya alasan kita putus, kau bisa bilang bahwa aku berselingkuh!” Haesa benar-benar telah mempersiapkan kata-katanya yang ingin ia sampaikan pada Hoya.
        Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengawasi dari balik pilar. Semua pembicaraan Haesa dan Hoya dapat terdengar dengan jelas di telinga Dongwoo.
        “Jadi kau sudah tidak ingin menolongku?”
        “Maaf Hoya… kau bisa cari gadis lain yang bisa kau mintai tolong untuk menjadi kekasih pura-pura mu. Tapi tidak denganku.” Haesa tampak membalikkan badan dan bersiap pergi, namun Hoya tebih dulu menahan tangannya.
        “Tapi kenapa? Hanya kau yang tau alasan ku bersikap seperti ini.”
        Haesa menyingkirkan tangan Hoya dengan lembut. “Aku tidak ingin Hye Ra semakin membenciku.”
        Hoya menghela napas. “Maaf jika akhirnya Hye Ra justru membencimu.”
        Haesa tersenyum sambil menepuk pelan lengan Hoya. “Jangan merasa bersalah padaku,” ujarnya yang membuat Hoya juga terkekeh.
Dan kejadian seperti itu justru tampak seperti menyambut kedatangan Hye Ra yang baru saja sampai di sekolah. Gadis itu juga menyadari kehadiran Dongwoo yang tengah menguping pembicaraan Hoya dan Haesa.

***

        Hoya berjalan sendiri menuju belakang sekolah. Di sana sudah ada seseorang yang menunggunya. Dongwoo.
        “Apa yang ingin kau bicarakan padaku?” Tanya Hoya setelah berdiri tepat di samping Dongwoo.
        “Apa benar kau dan Haesa hanya berpura-pura pacaran?” Tanya Dongwoo tanpa melirik Hoya sedikitpun.
        Hoya cukup membeku mendengar perkataan Dongwoo. Tapi pemuda itu berusaha bersikap senormal mungkin. “Kalau ternyata yang kau tau itu memang benar, apa yang akan kau lakukan?” tantangnya.
        Dongwoo menoleh cepat. “Kau pasti tau kan kalau Hye Ra benar-benar menyukaimu? Tapi kenapa justru kau berpura-pura menjalin hubungan dengan gadis lain?” Dongwoo meluapkan emosinya.
        “Sudahlah… aku tidak sebaik yang kau pikirkan!” Hoya siap melangkah namun Dongwoo lebih cepat menahan pundaknya.
        “Bohong!”
        Hoya berbalik dan mendapati Dongwoo menatapnya penuh kekecewaan. Dalam hati, ia cukup menyesal dengan perbuatannya. Dongwoo benar, Hoya hanya berbohong.
        “Apa aku ini bukan temanmu? Atau karena kau tau bahwa aku ‘juga’ menyukai Hye Ra, makanya kau sedikit menjauhiku?”
        Penekanan saat Dongwoo menyebut kata ‘juga’, membuat Hoya membulatkan matanya… “Tidak mungkin kau…”
        “Aku tau kau menyukai Hye Ra lebih dulu dari pada diriku.” Dongwoo seakan memperjelas ucapan Hoya yang sedikit tertahan.
        Hoya tertunduk.
“Apa kau masih belum mau jujur?” Tanya Dongwoo penuh harap dengan nada lembut. Ia sangat ingin kembali dekat dengan Hoya seperti awal-awal mereka masuk di sekolah ini.
        “Dongwoo! Aku akan pindah ke Jepang dan mungkin tidak akan kembali lagi ke sini,” seru Hoya sambil meletakkan tangannya di kedua pundak Dongwoo. “Itu alasannya aku sedikit menjauhimu. Aku hanya tidak ingin melihatmu merasa kehilanganku. Terlebih untuk Hye Ra juga. Begitupun sebaliknya.”
        “Untuk masalah Hye Ra mungkin aku bisa tidak mempedulikannya. Tapi apa kau lupa jika aku juga memiliki keluarga di sana? Suatu hari nanti mungkin aku bisa mengunjungimu di Jepang!”
        Hoya sudah membuka mulutnya, namun tidak ada yang bisa ia ucapkan selain kata… “Maaf.”
        Dongwoo menghela napas. “Jika kau memiliki masalah. Ku mohon berbagilah bersamaku.”
        Mata Hoya sudah hampir berkaca-kaca. Perasaannya bercampur aduk saat ini. Ia tak menyangka bisa kembali menjalin pertemanan dengan Dongwoo. “Apa yang harus ku lakukan sekarang?”
        “Ke kantin,” jawab Dongwoo asal. Pemuda itu sedikit merusak suasana. “Apa kau tidak lapar?” lanjutnya setelah melihat Hoya sedikit kebingungan dengan maksud ucapannya.
        Hoya terkekeh pelan. “Ayo!” pemuda itu sudah merangkul Dongwoo dan membawa pemuda itu pergi bersama.
        Dongwoo dan Hoya melintasi meja yang dihuni Myungsoo dan Eun Gi. Mereka yang masih saling berangkulan membuat Myungsoo sampai mengikuti arah langkah mereka.
        “Mungkin mereka baru balikan,” seru Eun Gi asal.
        Myungsoo menoleh kembali ke arah Eun Gi. Ia menatap kekasihnya sambil memikirkan apa yang baru saja dikatakan Eun Gi. Dan sedetik kemudian pemuda itu tertawa sampai Hye Ra dan Minwoo muncul di sana.
        Hye Ra menatap Myungsoo bingung. Ia sempat melirik Eun Gi untuk menuntut penjelasan. Namun gadis itu hanya mengangkat bahunya.

***

        Sabtu pagi di kediaman keluarga Myungsoo dan Minwoo. Tampak yang tersisa hanya dua kakak beradik itu di meja makan karena orang tua mereka sudah memulai aktifitas. Tak lama, terdengar suara bel rumah berbunyi. Dua pemuda itu saling tatap, bingung lebih tepatnya karena ada tamu datang pagi-pagi seperti ini. Myungsoo mengisyaratkan Minwoo untuk membukakan pintu.
        “Noona!” pekik Minwoo heran karena yang datang adalah Hye Ra. “Kau mau ke mana? Mau mengerjakan tugas bersama Myungsoo hyung?” Tanya Minwoo karena melihat Hye Ra juga membawa ransel sekolahnya.
        Hye Ra tak langsung menjawab karena sibuk memikirkan alasan yang tepat tentang kedatangannya ke sana. “Hmm… apa kau atau Myungsoo akan berencana untuk berenang setelah ini?”
        “Kenapa noona masih membahas tentang renang? Apa kau ingin kejadian kemarin kembali terulang. Ku mohon lupakan itu.”
        Hye Ra berpikir keras untuk meyakinkan Minwoo bahwa apa yang ingin ia lakukan bukan tanpa alasan. “Aku akan menceritakan semuanya.”

***

        Setelah berganti pakian, Sungyeol langsung kembali ke balik meja bar. Tidak terlalu banyak yang dilakukan Sungyeol pagi itu karena kemarin ia sudah membereskan hampir semua pekerjaannya. Terlebih lagi, pemuda itu datang cukup lebih awal dari karyawan yang lain. Tentu saja tak lama setelah Woohyun.
        Tiba-tiba pemuda itu teringat novel milik Hye Ra yang sudah menarik perhatiannya sejak hari pertama ia bekerja di sana. Tapi buku itu tidak ia bawa pulang karena akan ia baca di saat-saat waktu senggang seperti ini. Apalagi café tidak buka sepagi ini.
        “Waah… satu part lagi,” gumam Sungyeol penuh semangat saat mengingat ia sudah hampir melahap hampir seluruh isi buku.
        “Kau sudah hampir menyelesaikannya?”
        Sungyeol mendongak dan mendapati Hyunseong sudah berdiri di hadapannya. Pemuda itu tampak baru saja berganti pakaian. “Sedikit lagi,” ujar Sungyeol singkat lalu kembali tenggelam dalam bacaannya.
        Hyunseong menyandarkan punggungnya ke tepi meja bar. Posisinya kini memunggungi Sungyeol. “Di buku itu ada salah satu tokoh yang bernama Chanyeol.” Hyunseong sedikit memutar kepalanya untuk menatap Sungyeol yang masih sibuk membaca. “Tadinya ku pikir namamu Chanyeol. Ternyata aku salah dengar.” Pemuda itu terkekeh sendiri mengingat kesalah pahaman yang pernah terjadi padanya.
        Sungyeol sendiri ikut terkekeh mendengarnya.
        “Aku kembali bekerja dulu,” pamit Hyungseong yang segera saja meninggalkan Sungyeol di meja bar.
        Beberapa menit kemudian, Sungyeol sudah sampai di halaman terakhir buku yang tengah ia baca. Pemuda itu tampak tersenyum puas setelah benar-benar mengakhiri bacaannya. Namun ada yang menarik perhatiannya setelah itu. Samar-samar, terlihat seperti ada sebuah pesan yang ditulis di balik halaman terakhirnya.
        Aku hampir mati tenggelam hanya demi sebuah benda kecil namun sangat berarti untukku. Kenangan terakhir yang ditinggalkan ayah dan ibu. Beruntung aku masih dapat hidup karena ada seseorang yang menyelamatkanku. Pemuda itu SUNGYEOL. Tapi sayang aku belum sempat mengucapkan terima kasihku padanya. Bagaimana caranya? Aku bahkan tidak sempat mengingat wajahnya. Ku harap suatu hari nanti bisa bertemu dengannya meski hanya sekali saja untuk mengatakan ‘Terima Kasih Sungyeol karena telah menyelamatkanku’.
        Sungyeol membeku membaca tulisan tangan Hye Ra pada buku itu. Belum lagi gadis itu juga membubuhkan tanggal kejadian Hye Ra nyaris tenggelam di kolam renang. Dan itu tepat hari ini.

***

        “Kau sudah tau kalau Sunggyu hyung tidak pulang karena ada acara kampus! Dan kenapa kau malah menginap di rumah Sungyeol? Terlebih Sungyeol adalah seorang pemuda!” omel Myungsoo setelah mendengar cerita dari Hye Ra tentang kejadian antara gadis itu dan Sungyeol.
        “Hyung, dengarkan dulu.” Minwoo tampak menjadi penengah untuk menenangkan kakaknya.
        Hye Ra melanjutkan cerita sampai ketika ia dengan tidak sengaja sampai di tepi kolam renang untuk mengantarkan handuk milik Sungyeol. Tak lupa sebelumnya gadis itu juga menjelaskan kenapa ia terpaksa menginap di sana. Semata-mata agar Myungsoo tak kembali memarahinya. Itu memang bentuk rasa sayang seorang Myungsoo pada Hye Ra seperti halnya Sunggyu. Meski terkadang sedikit berlebihan.
        Myungsoo dan Minwoo sama-sama tertegun dengan cerita Hye Ra tadi. Apa yang dipikirkan ke dua pemuda itu hampir serupa. Bagaimana bisa Hye Ra sampai di tepi kolam renang? Padahal yang mereka tau, kemarin Hye Ra nyaris pingsan meski sama sekali belum menginjakkan kakinya di pintu gerbang kolam renang sekolah.
        “Bukankah kau bilang pemuda yang menolongmu dulu bernama Sungyeol?” Minwoo akhirnya buka suara karena teringat sesuatu.
        Hye Ra mengeleng dengan tegas. “Namanya Chanyeol.”
        Minwoo menatap Myungsoo untuk memastikan kebenaran yang dikatakan Hye Ra. “Yang kau ingat, Chanyeol apa Sungyeol, hyung?”
        “Tidak tau.” Myungsoo mengacak rambutnya. “Aku lupa,” serunya sambil mengangkat bahu.
        “Noona.” Kali ini Minwoo berbicara pada Hye Ra. “Apa kau ingin mencoba melihat kolam renang? Aku akan menemanimu.”
        “Aku tidak mengijinkan kalian melakukannya!” putus Myungsoo yang dengan tegas melarang niat Minwoo untuk menemani Hye Ra meski mungkin tujuannya hanya menyuruh Hye Ra melihat dari balik jendela.
        Hye Ra belum mengambil keputusan. Apakah akan menuruti larangan Myungsoo, atau sebaliknya, nekat menerima tawaran Minwoo. Lagi pula, jika memang tidak sanggup, ia akan segera menjauh. Gadis itu berdiri dengan tegas sambil menatap Myungsoo sekuat tenaga. “Ku mohon sebentar saja. Jika tidak sanggup, aku janji akan segera kembali.”
        Sontak Minwoo langsung mengejar Hye Ra yang sudah lebih dulu menuju halaman belakang rumahnya. Gadis itu bahkan tak menghiraukan teriakan Myungsoo yang memanggilnya.
        Akhirnya Hye Ra sampai di balik pintu kaca yang menampakkan suasana halaman belakang sekaligus kolam renang dengan air yang jernih di rumah Myungsoo. Minwoo berhenti tepat di belakang Hye Ra untuk mengawasi gadis itu. Sementara Myungsoo yang langsung menyusul, hanya mengawasi adik dan sepupunya itu dari jarak yang cukup jauh.
        Hye Ra menatap lurus-lurus pemandangan yang bisa ia lihat dari balik pintu kaca tersebut. Tangannya mengepal sebagai usaha untuk mengumpulkan keberanian. Sementara itu keringat dingin mulai mengalir dari keningnya. Dan bayangan-bayangan dua tahun lalu saat ia tenggelam pun mulai kembali menghantuinya.
        “Noona…” lirih Minwoo pelan. Tangannya bahkan sudah terulur untuk meraih pundak Hye Ra.
        Gadis itu menyerah. Ia menggeleng sebagai tanda menyerah. Rasa takutnya masih sangat besar. Saat membayangkan Sungyeol tengah berenang di sana, Hye Ra bisa sedikit tenang. Namun saat menyadari bahwa pemuda itu tidak benar-benar di sana, Hye Ra menyerah. Saat berbalik, ia merasakan tubuhnya tertarik. Yang ada dipikiran Hye Ra mungkin sebentar lagi ia akan pingsan. Tapi ternyata tidak. Myungsoo lah yang tiba-tiba menarik tubuh Hye Ra dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya tanpa berbicara sepatah katapun.

***

        “Maaf, Sungyeol,” ujar Sunggyu yang menabrak tubuh tinggi Sungyeol yang melintas saat pemuda itu baru ke luar dari pintu dapur sambil membawa sebuah kotak makan. Tanpa menunggu respon, Sunggyu tampak berlalu begitu saja. Namun tubuhnya kembali di hadang oleh Hyunseong.
        “Kenapa kau buru-buru sekali, hyung?” Tanya Hyunseong.
        Sunggyu membenarkan letak ranselnya yang sedikit bergeser akibat tabrakan tadi. “Aku harus ke sekolah Hye Ra mengantarkan ini.” Sunggyu menunjukkan kotak makan dalam tangannya. “Hye Ra belum sarapan. Setelah itu aku harus ke kampus. Sudah ya, aku hampir telat.” Sunggyu yang tampak terburu-buru, langsung melesat menjauhi Hyungseong.
        “Hyung!” teriakan seseorang membuat Sunggyu membatalkan diri untuk masuk ke dalam mobilnya.
        Sunggyu pun menoleh ke arah sumber suara. “Ada apa lagi Hyunseong?”
        “Hyung… sepertinya kau sangat sibuk. Bagaimana jika aku yang mengantarkan makanan Hye Ra?” pemuda itu menawarkan diri. “Biar nanti aku yang akan meminta izin pada Woohyun hyung.”
        Sunggyu tampak menimbang-nimbang tawaran Hyunseong. Ia memang sudah hampir terlambat. “Apa kau tau letak sekolah Hye Ra?”
        “Aku tau, hyung. Woohyun hyung juga sudah pernah menyuruhku menjemput Hye Ra dari sekolah.” Ucapan Hyunseong cukup meyakinkan.
        Akhirnya Sunggyu mengabulkan tawaran Hyunseong. Ia menyodorkan kotak makan pada salah satu karyawannya itu. “Kalau bisa kau pastikan Hye Ra memakannya,” pesannya sebelum Hyunseong kembali. “Terima kasih sebelumnya.” Sunggyu pun masuk ke dalam mobil.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar