Senin, 09 September 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 8)

 


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
  SNSD (Yoona, Taeyeon)
  B1A4 (Jinyoung, Sandeul)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        Seusai dari kantin, Hye Ra tampak mengikuti Dongwoo dan Sungjong dari belakang. Namun sepertinya Dongwoo menyadari ada seseorang yang mengikutinya.
        Dongwoo berhenti dan langsung berbalik. “Kau masih di sini?” tanyanya heran pada Hye Ra. “Ayo, ku antar kau ke kelas dulu,” ajak Dongwoo sambil menggerakkan kepalanya sebagai tanda.
        “Tidak usah,” Hye Ra mencegah langkah Dongwoo. Sungjong sendiri hanya memperhatikan mereka. “Kau bisa temani Sungjong. Biar aku pergi sendiri.” Gadis itu buru-buru menyingkir dari hadapan Sungjong dan Dongwoo yang juga langsung kembali melanjutkan perjalanan mereka.
        Diam-diam, Hye Ra masih mengikuti Sungjong dan Dongwoo. Sebentar lagi mereka sampai area olaharaga yang terletak di bagian belakang gedung sekolah. Untuk bisa sampai di kolam renang, harus melewati lapangan tennis. Dan ini termasuk langkah terjauh Hye Ra. Biasanya gadis itu sudah akan menyerah meski baru melihat papan nama yang menunjukkan arah kolam renang.
        Dongwoo dan Sungjong sudah memasuki area kolam renang. Namun Hye Ra masih ragu untuk kembali mengikuti mereka. Gadis itu berhenti sesaat. Keringat dingin mulai membasahi keningnya. Dan bayangan-bayangan saat ia tenggelam kembali berputar seperti kilasan bagian sebuah film.
Setelah menarik napas cukup panjang, Hye Ra memberanikan diri untuk kembali berbalik. Ia tidak mempedulikan apa yang akan terjadi setelah ini. Tidak peduli jika Sunggyu, Myungsoo, Minwoo atau mungkin Woohyun sekalipun akan memarahi sikap bodohnya. Dan tepat setelah berbalik, ada seseorang yang menghalangi jalannya.
        “Kau ke sini?” Tanya pemuda itu yang ternyata adalah Hoya dengan raut wajah heran sekaligus khawatir. Ia salah satu orang yang mengetahui tentang kenangan buruk Hye Ra terhadap kolam renang.
        Hye Ra membeku beberapa saat. Hoya adalah salah satu pemuda yang cukup diinginkannya. “Bisa temani aku ke dalam?” pintanya tanpa berpikir dua kali. Tanpa pula mempertimbangkan bahwa sudah ada seorang gadis yang menjadi kekasih Hoya. Satu-satunya pertimbangan Hye Ra hanya karena Hoya adalah seorang ketua ekskul olahraga. Pemuda itu pasti bisa melindunginya.
        “Kau yakin?” Tanya Hoya memastikan.
        Hye Ra tak menjawab. Ia hanya menatap mata Hoya dalam-dalam.
        “Pegang tanganku.” Tanpa meminta izin, Hoya sudah menyambar tangan Hye Ra bahkan sebelum gadis itu meresponnya. “Jika terjadi sesuatu padamu, aku akan lebih cepat merasakannya.” Dengan lembut Hoya membimbing Hye Ra untuk lebih dekat lagi dengan pintu masuk kolam renang.
        Baru beberapa langkah, Hoya sudah kembali menghentikan langkahnya. Ia menghembuskan napasnya sebelum berbalik dan mendapati Hye Ra menatapnya penuh Tanya.
        Pemuda itu berhenti dengan tiba-tiba bukan tanpa alasan. Genggaman tangan Hye Ra yang semakin kuatlah yang akhirnya membuat Hoya tidak tega untuk melanjutkan langkah mereka. “Ini belum saatnya.”
        Hye Ra tertunduk lalu mengangguk. Gadis itu menunduk untuk menutupi air mata yang mulai ke luar dari tepi matanya. Ia lalu berbalik sebelum Hoya mengetahui bahwa dirinya tengah menangis. Tapi tidak semudah itu. Hoya belum melepaskan genggamannya.
        Hoya menyentuh pundak Hye Ra dan membimbing gadis itu agar kembali berhadapan dengannya. “Jangan di paksakan. Aku tau kau sangat ingin terlepas dari phobia mu itu,” ujarnya sambil menghapus kristal bening itu sebelum jatuh membasahi pipi Hye Ra.
        “Terima kasih,” seru Hye Ra sedikit terisak namun ia berusaha memunculkan senyumnya. Dan… buuuk! Tubuh Hye Ra ambruk, tepat ke arah tubuh Hoya meski gadis itu sebenarnya tidak pingsan.
        “Hye Ra, kau baik-baik saja?” Tanya Hoya setengah panic. Tak ada jawaban. Dan pemuda itu berinisiatif untuk membawa Hye Ra ke ruang kesehatan sekolah. Tepat ketika Sungjong dan Dongwoo muncul.
        “Hoya!” teriak Dongwoo sambil mengejar Hoya. Firasatnya mengatakan bahwa gadis dalam gendongan Hoya adalah Hye Ra. “Kau kenapa?” Tanya Dongwoo tak kalah panic saat mendapati gadis itu benar-benar Hye Ra.
        “Aku baik-baik saja,” ujar Hye Ra pelan.
        “Aku akan siapkan ruang kesehatan.” Sungjong sudah melesat lebih dulu meninggalkan yang lain.
        “Bagaimana bisa kau sampai…”
        “Tolong kabari Myungsoo.” Hoya menyelak ucapan Dongwoo bahkan sebelum pemuda itu menyelesaikan ucapannya.
        Hoya berusaha secepat mungkin membawa Hye Ra ke ruang kesehatan yang letaknya cukup jauh dari area gedung olahraga. Di sampingnya, Dongwoo juga menemani sambil berusaha menghubungi Myungsoo.
        Selama perjalanan, Hye Ra hanya bisa menatap wajah khawatir yang ditunjukkan Hoya meski pemuda itu sedang tidak menatapnya. Ia sangat nyaman berada dalam dekapan seorang Hoya. Pemuda yang sama sekali tidak bisa digapainya. Namun anehnya, Hye Ra sama sekali tidak bisa mengatasi phobia tersebut. Bahkan meski sudah menggenggam tangan Hoya pun, itu semua sama sekali tidak berpengaruh. Beda hal nya saat bersama Sungyeol. Hye Ra bahkan yang menghampiri kolam renang seorang diri.
        Masih dalam posisi menatap Hoya, Hye Ra langsung melebarkan matanya setelah pikirannya terhenti pada sosok seorang Sungyeol. Pemuda yang bahkan baru beberapa minggu dikenalnya.
        Di sisi lain, Hoya sempat memperlambat langkahnya ketika hampir sampi di depan ruang kesehatan. Beberapa siswa berkerumun untuk melihat kejadian tadi. Tapi matanya menangkap sosok Haesa di tengah-tengah kerumunan. Gadis itu langsung menghindar setelah melakukan kontak mata dengan Hoya.
        “Bawa Hye Ra masuk,” tegur Dongwoo membuyarkan lamunan Hoya.
        Hoya langsung membaringkan Hye Ra pada kasur yang kosong. Tak lama, tampak Myungsoo muncul dan tak kalah khawatirnya. Sementara itu, Hoya masih berada di sisi ranjang yang ditempati Hye Ra. Lalu Dongwoo serta Sungjong mengawasi dari jarak yang sedikit jauh.
        “Kenapa bisa kau dan Hye Ra di area kolam renang?” Tanya Myungsoo yang terkesan menuduh pada Hoya. Tak lupa ia memberikan tatapan membunuhnya. “Kau tau kan, kalau Hye Ra phobia dengan kolam renang?” serunya lagi masih dengan nada tinggi.
        Hye Ra menyambar tangan Myungsoo sebelum pemuda itu melakukan adu fisik dengan Hoya yang hanya bisa berdiri dalam diam. “Ini semua salahku.”
        “Bukan!” selak Dongwoo. “Tapi salahku juga. Aku tidak tau kalau Hye Ra mengikutiku dan Sungjong ke kolam renang.”
        Myungsoo menghirup udara dalam-dalam. “Ku antar kau pulang sekarang,” putusnya.
        “Tidak mau!” tolak Hye Ra.

***

        Sepulang sekolah, Myungsoo dan Minwoo memaksa untuk mengantar Hye Ra pulang ke café karena gadis itu menolah di antara pulang saat jam sekolah masih berlangsung. Meski itu artinya, mereka harus putar balik dari arah rumah mereka yang sebenarnya.
        “Terima kasih telah mengantar,” ujar Hye Ra yang siap membuka pintu mobil yang dikendarai Myungsoo berhenti di area parkir café Sunggyu.
        Tanpa di duga, Myungsoo dan Minwoo ikut turun dari mobil.
        Hye Ra menatap dua sepupunya, bingung. “Kalian ingin mampir?”
        “Sekalian memastikanmu sampai di hadapan Sunggyu hyung dengan baik,” seru Myungsoo santai. Tanpa menunggu Hye Ra merespon, Myungsoo mengisyaratkan Minwoo untuk lebih dulu melangkah ke dalam.
        “Tunggu!” Hye Ra mempercepat langkah, lalu mendahului Myungsoo serta Minwoo, dan berhenti tepat di depan pintu masuk. Seakan menghalangi dua pemuda di hadapannya itu untuk masuk ke dalam. “Apa kau akan mengadukanku pada Sunggyu oppa?” tuduhnya yang khawatir jika Myungsoo benar-benar akan melakukan apa yang dipikirkannya.
        “Asal kau tidak lagi melakukan tindakan bodoh seperti tadi,” seru Myungsoo tajam. Terdengar seperti sebuah ancaman, namun tentu saja itu bentuk kekhawatiran yang ditunjukkan Myungsoo.
        Minwoo mendekat ketika Myungsoo sudah lebih dulu melesat ke dalam, lalu menepuk pundak Hye Ra sebagai bentuk rasa simpatiknya pada gadis itu. “Maksud Myungsoo hyung baik. Mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama padamu.”
        Belum sempat Hye Ra melakukan pembelaan, ternyata Minwoo sudah lebih dulu menyusul Myungsoo ke dalam. Setelah menghembuskan napas keras, Hye Ra pun akhirnya masuk ke dalam café dengan harapan bahwa Myungsoo tidak mengatakan apapun jika bertemu Sunggyu.
        Hye Ra menutup pintu di belakangnya, lalu langsung mengedarkan pandangan. Di salah satu meja pelanggan, tampak Sungyeol tengah mengantarkan pesanan pelanggan tersebut dan sangat terlihat ramah. Terlebih yang ia layani ada dua orang gadis yang masih muda.
        “Kenapa harus hal itu yang pertama kali ku lihat di sini?” kesal Hye Ra seorang diri.

***

        Sunggyu ke luar dari dalam ruangannya sambil membawa beberapa lembar kertas. Pemuda itu juga sibuk mencerna isi dari kertas-kertas tadi masih dalam keadaan berjalan. Saat langkahnya menuju meja bar, entah kenapa ada sesuatu yang menyita perhatian Sunggyu. Ia pun segera menghampiri tempat adiknya biasa berada.
        “Apa Hye Ra berbuat masalah lagi?” tebak Sunggyu karena mendapati Myungsoo juga ada di sana. Duduk berhadapan dengan Hye Ra.
        Hye Ra menoleh mendengar suara Sunggyu yang terdengar jelas di telinganya karena Sunggyu berdiri di belakang adiknya itu. Melihat tatapan Sunggyu yang seperti mencurigai sesuatu, Hye Ra sontak melirik Myungsoo. Berusaha memohon sekaligus mengancam agar sepupunya itu tidak menceritakan apa yang terjadi padanya di sekolah.
        “Apa aku harus mempunyai alasan untuk bisa datang ke sini, hyung?” Myungsoo justru balik bertanya dengan nada setengah bercanda.
        Sunggyu justru menjawabnya dengan tawa. “Kau sendirian saja? Di mana Minwoo?” pemuda itu sedikit mengalihkan topic pembicaraan. Dan itu cukup membuat Hye Ra bisa bernapas lega.
        “Aku di sini, hyung.” Terdengar suara teriakan Minwoo. Tak lama pemuda itu menjulurkan kepalanya dari balik jendela yang menghubungkan antara meja bar dengan dapur tempat Woohyun dan yang lain biasa memasak. “Aku mencoba belajar memasak dengan Woohyun hyung,” seru Minwoo penuh semangat.
        “Kau membuatkan satu untukku, kan?” Tanya Myungsoo dengan sedikit teriakan juga.
        “Apapun hasilnya, kau janji akan tetap memakannya kan, hyung?” Minwoo segera menarik kembali kepalanya tanpa menghiraukan apa yang akan dilakukan Myungsoo setelah ini.
        Myungsoo diam sesaat. “Perasaanku tidak enak,” gumam Myungsoo namun masih sampai di telinga Sunggyu dan Hye Ra.
        “Kau harus hargai perjuangan adikmu,” kata Sunggyu yang membuat Myungsoo semakin tak yakin dengan hasil karya masakan Minwoo. “Sudahlah… ku tinggal dulu, ya?” pamit Sunggyu sambil mengacak gemas puncak kepala adiknya sebelum pergi.
        “Oppa!” pekik Hye Ra tak suka. Kini ia sibuk membenarkan ikat rambutnya. “Oiya, untuk tugas pelajaran Kimia besok, kau sekelompok dengan siapa?”
        Myungsoo menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan Hye Ra. “Sungjong, Sandeul, Haesa dan Taeyeon. Kau dengan Hoya, kan? Pasti kau sudah menunggu-nunggu saat itu tiba?” tanyanya setengah menggoda. Berharap Hye Ra akan tersipu malu atas perbuatannya.
        Tak seperti apa yang diharapkan Myungsoo, Hye Ra justru tampak tak bersemangat. “Aku sedang berusaha melupakan perasaanku pada Hoya. Tapi kami justru disatukan,” ujar Hye Ra sedikit kecewa. “Setidaknya masih ada Dongwoo, Jinyoung dan Yoona yang bisa mengalihkan pikiranku tentang Hoya saat kami mengerjakan tugas itu besok,” lanjutnya seakan berusaha menghibur diri.
        “Makanan datang…” pekik Minwoo penuh semangat sambil membawakan dua piring berisi makanan yang ia letakkan masing-masing di hadapan Hye Ra dan Myungsoo. Cukup mencairkan suasana antara Myungsoo dan Hye Ra.
        “Kau bisa menjamin bahwa ini enak?” Tanya Myungsoo yang sudah mengantisipasi makanan yang di bawa Minwoo.
        “Tentu saja, hyung,” seru Minwoo penuh percaya diri. “Karna yang membuatnya Woohyun hyung.”
        “Jadi kau tidak melakukan apa-apa?” Hye Ra ikut bertanya.
        “Aku yang menuangnya ke dalam piring,” kata Minwoo polos membuat Hye Ra dan Myungsoo terkekeh mendengarnya.
        Myungsoo tampak lega mendengar pengakuan Minwoo. “Aku pasti akan menghabiskannya.” Myungsoo bersiap menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. Tapi itu semua batal ia lakukan karena melihat Minwoo yang masih berdiri di sampingnya. “Mana punyamu? Kau tidak makan?”
        Minwoo menepuk keningnya setelah teringat sesuatu. “Akh, masih di dalam, hyung.” Pemuda itu segera melesat kembali ke dapur. Tak lama ia kembali sambil membawa sepiring makanan miliknya.
        “Biasanya Sungyeol hyung di sini? Kemana dia?” Tanya Myungsoo di tengah-tengah acara makannya.
        “Sepertinya sedang ke luar,” Hye Ra menjawab seadanya.
        “Karyawan baru itu?” Minwoo tak ingin hanya diam saja.
        “Iya.” Myungsoo yang menjawab karena tiba-tiba pikiran Hye Ra saat itu tersita oleh kedatangan seorang siswi SMA seperti dirinya.
        Gadis itu terlihat sedikit berbincang pada Jeongmin yang tak sengaja di temuinya saat baru masuk. Nampaknya gadis itu bukan pelanggan biasa karena Jeongmin terlihat menunjuk-nunjuk ke arah meja bar tempat Hye Ra, Myungsoo dan Minwoo berada.
        Hye Ra yang setengah menahan kesal, menancapkan garpu ke atas makanannya dengan sedikit kasar. “Mau apa dia ke sini?” gumamnya tak suka dengan kedatangan gadis itu.
        Myungsoo yang menyadari perubahan sikap Hye Ra, segera menoleh ke arah di mana mata Hye Ra menatap tajam. “Haesa?” serunya dengan nada tak percaya.
        “Siapa?” Minwoo sendiri tampak penasaran dan ikut menoleh ke arah yang di tatap Myungsoo dan Hye Ra.
        Gadis itu memang benar Haesa. Bukannya tak suka, tapi Hye Ra lebih memilih menghindari Haesa karena yang ia tau gadis itu adalah kekasih Hoya.
        “Maaf mengganggu kalian,” seru Haesa sedikit berbasa-basi yang tak lama kemudian, tampak membongkar isi tasnya. Sementara Hye Ra hanya memberikan senyuman terpaksa. “Aku hanya ingin mengmbalikan ini.” Haesa menyodorkan kotak kacamata pada Hye Ra. “Sungjong yang menemukannya tertinggal di laci meja mu. Aku tau kau sangat membutuhkan itu.”
        Hye Ra tak langsung menerimanya. Sesekali ia melirik Myungsoo yang tampak tak membantu apa-apa. Pemuda itu justru telah kembali menikmati makanannya. Kekesalannya bertambah, dan kini disebabkan oleh Myungsoo. Sambil menahan kesal, Hye Ra tampak meraih ranselnya yang terletak di kolong meja. Mencari-cari sesuatu hingga akhirnya gadis itu panic karena tidak bisa menemukannya.
        “Kacamata ku!”
        Haesa menggerak-gerakkan benda di tangannya ke hadapan Hye Ra seolah memberi tau sesuatu. “Ini punya mu,” jelasnya.
        “Terima kasih,” ujar Hye Ra meski terlihat sedikit tak ikhlas saat mengatakan hal itu, tak lama setelah meraih kotak kacamata miliknya. “Andai yang mengantarkan ini bukan Haesa.”
        “Kau sudah makan?” Tanya Myungsoo yang berusaha memecah keheningan. Ia sadar bahwa sepupunya itu masih kurang nyaman berada di dekat Haesa. Padahal niat gadis itu sudah sangat baik, ingin mengantarkan barang milik Hye Ra yang tertinggal. “Atau, bagaimana jika bergabung dengan kami,” lanjutnya yang langsung dihadiahi pelototan dari Hye Ra. Jika saja bagian bawah meja bar tidak tertutup, Hye Ra mungkin akan dengan penuh semangat menendang ataupun menginjak kaki Myungsoo yang sudah bersikap seenaknya.
        “Terima kasih atas tawarannya. Aku hanya mengantarkan itu saja,” Haesa tampak menolak ajakan Myungsoo. Setelah berpamitan, Haesa segera meninggalkan tempat itu. Awalnya ia berjalan mundur, setelah beberapa langkah, Haesa berbalik dan tidak menyadari bahwa ada seseorang di belakangnya. Ia menabrak seorang pemuda di sana. “Maaf,” pekiknya yang sontak saja berjongkok untuk membantu pemuda itu membereskan barang-barang belanjaannya yang kini cukup berceceran di lantai.
        “Tidak apa-apa, aku bisa sendiri.”
        Haesa tertegun mendengar suara pemuda itu. Saat tangan mereka bersentuhan, sontak saja Haesa mendongak dan semakin membeku saat menyadari siapa pemuda yang kini berhadapan dengannya. “Sungyeol oppa?” gumamnya pelan.
        Sementara itu, Hye Ra yang sudah berniat membantu Sungyeol, tiba-tiba menghantikan langkahnya saat Haesa menyebut nama ‘Sungyeol’.
        Di sisi lain, Sungyeol juga bingung karena gadis itu mengetahui namanya. Saat mendongak… “Haesa? Kau ada di sini?” serunya seakan tak percaya dengan apa yang ia alami saat ini.
Minwoo mengikuti Hye Ra yang kini sudah berjalan ke arah belakang café. Myungsoo yang menyadari kepergian Minwoo juga langsung menyusul adiknya. Sungyeol sendiri hanya mampu menatap langkah Myungsoo sambil memunguti belanjaannya yang didominasi sayuran. Jeongmin dan Haesa juga tampak membantunya.

***

        Minwo membuka pintu belakang café. “Noona, kau di sini?” pemuda itu langsung mengambil satu tempat di samping Hye Ra.
        Selang beberapa waktu, Myungsoo juga ikut duduk di kursi panjang yang diduduki Hye Ra dan Minwoo. Pemuda itu duduk di sisi Hye Ra hingga memposisikan gadis itu di tengah-tengah.
        Hye Ra dan Minwoo menoleh nyaris bersamaan. Tak lama, Myungsoo pun menoleh dengan tatapan penuh Tanya. Namun tak ada yang meresponnya. “Bagaimana kalau kita pergi makan es krim?” ajaknya yang membuat Hye Ra dan Minwoo yang awalnya sudah mengalihkan tatapan mereka dari Myungsoo, langsung kembali menoleh ke arah Myungsoo.
        “Tadinya aku berpikir seperti itu dan berniat mentraktir.”
        Hye Ra menoleh penuh semangat. Kali ini untuk Minwoo karena pemuda itu baru saja menyelesaikan ucapannya. Myungsoo juga terlihat bersemangat merespon ucapan adiknya.
        “Tapi karena Myungsoo hyung sudah mengatakannya lebih dulu, jadi dia lah yang harus mentraktir kita,” lanjut Minwoo polos.
        “Minwoo!” Myungsoo menatap adiknya galak.
        “Minwoo benar,” seru Hye Ra yang secara tidak langsung telah mendukung Minwoo.
        Myungsoo menghembuskan napasnya, panjang. “Baiklah,” ujarnya sambil terpaksa berdiri.
        Hye Ra dan Minwoo saling menatap, puas karena bisa mengerjai Myungsoo. “Kita lewat sana saja.” Hye Ra menghentikan langkah Myungsoo yang sudah ingin kembali ke dalam.
        Myungsoo pun berbalik dan mendapati Hye Ra menunjuk ke arah salah satu gang sempit di sana. Dan kembali terpaksa menuruti karena Hye Ra dan Minwoo sudah lebih dulu meninggalkannya di sana.
       
***

        Di tempat berbeda, tampak Sunggyu baru kembali ke café. Senyumnya melebar saat mendapati Hye Ra masih di sana. Tapi pemuda itu sama sekali tak menaruh curiga karena Hye Ra tidak duduk di dalam meja bar, melainkan di luar seperti Myungsoo tadi. Gadis itu juga tampak berbincang dengan Sungyeol.
        “Hye Ra itu adik boss ku,” kata Sungyeol sambil membersihkan gelas-gelas di hadapannya.
        Sunggyu yang muncul tiba-tiba, tanpa izin telah merangkul gadis tadi dari belakang. “Tumben kau duduk di sini biasanya…” ucapan Sunggyu terputus ketika gadis itu menoleh. Gadis itu ternyata bukan Hye Ra.
        “Oppa?” Gadis yang ternyata Haesa itu langsung menjauhkan tubuh Sunggyu dari tubuhnya. Namun karena kursi yang ia tempati cukup tinggi, membuat Haesa tidak bisa mengimbangi dorongan yang ia lakukan. Kondisi kursi mulai tidak stabil.
        “Haesa!” pekik Sungyeol dan Sunggyu yang nyaris bersamaan karena Haesa nyaris terjatuh dari kursi. Beruntung, Sunggyu bisa dengak cekatan menangkap tubuh gadis itu dan hanya kursi saja yang roboh ke lantai. “Kau baik-baik saja?” Tanya Sunggyu sambil membawa Haesa berdiri.
        “Iya aku baik-baik saja, oppa. Bagaimana oppa tau kalau aku di sini?”
        Sunggyu tak langsung menjawab. Ia sempat melirik Sungyeol yang masih berdiri di tempatnya.
        “Sunggyu hyung itu…”
        “Biar aku yang menjelaskan,” Sunggyu memotong ucapan Sungyeol. “Ayo bicara sebentar.” Pemuda itu menarik tangan Haesa dan membawanya ke salah satu meja pelanggan di sana.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar