Senin, 21 Oktober 2013

BLUE FLAME BAND 2 (part 1)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
·        Im Yoona (SNSD)
·        Choi Minho (SHINee)
·        Choi Sulli (F(x))
Genre               : romance
Length              : part

***

        “Akh! MINHO OPPA!”
        “Hye Ra, maaf.” Minho yang panic, segera mencari tissue di meja makan karena minuman yang ada dalam genggamannya tumpah mengenai gaun biru muda yang dikenakan Hye Ra malam itu, namun masih beruntung karena jas Minho tidak ikut menjadi korban. Hanya saja bisa di pastikan Minho menjadi sasaran empuk kemarahan adiknya. Karena malam ini mereka akan menghadiri resepsi pernikahan Nichkhun dan Minjung.
        “Oppa sejak kapan kau menyukai susu coklat seperti ini?” desis Hye Ra masih sambil menahan kesal. Sementara Minho tetap berusaha menghilangkan noda di gaun Hye Ra yang sebenarnya sangat sulit dihilangkan untuk saat itu.
        Minho sendiri tak langsung menjawab pertanyaan Hye Ra. Bukan karena sulit di jawab, tapi karena Minho memang harus memikirkan alasan yang logis. Padahal ia sendiri kurang mengerti dengan kebiasaan barunya itu.
        “Oppa, kenapa dengan baju Hye Ra?” suara Yoona membuat Minho menghentikan pekerjaannya.
        “Aku tidak sengaja menumpahkan susu coklat,” kata Minho terbata.
        “Sudahlah, oppa,” seru Hye Ra lemas dan tak ingin kakaknya semakin merasa bersalah. Kemudian ia menoleh pada Yoona untuk meminta saran. “Eonnie, bagaimana ini? Joon pasti membunuhku,” ujarnya semakin cemas.
        Yoona ikut tegang karena Hye Ra. Terlebih gaun itu adalah permberian Joon sebagai hadiah pertunangan ‘dadakan dan rahasia’ yang mereka jalani di Jepang.
        “Hye Ra, nanti aku akan…”
        “Sssttt…!” desis Yoona membungkam mulut Minho yang menurutnya sedikit membuat ia kehilangan konstrasi untuk memecahkan masalah Hye Ra. “Sepertinya aku tau,” pekik Yoona akhirnya. “Ayo ikut aku.”
Tanpa meminta persetujuan, Yoona menarik tangan Hye Ra dan membawa adik iparnya itu ke kamarnya. Di sana Yoona mengeluarkan sebuah kotak berwarna perak.
        “Di kamarmu saja,” bisik Yoona seolah di dalam kotak itu berisi sebuah rahasia besar yang tidak boleh diketahui orang banyak. Setelah itu, Yoona dan Hye Ra bergegas pindah ke kamar Hye Ra sambil mengawasi sekitar. Beruntung Minho masih berada di dapur.
        Sesampainya di kamar Hye Ra, Yoona berinisiatif untuk mengunci pintu. Setelah itu ia membuka kotak yang ia bawa tadi. Isinya adalah sebuah gaun malam panjang tanpa lengan berwarna merah.
        Hye Ra langsung menghela napas lega melihat gaun di tangan Yoona. “Eonnie kau penyelamatku. Karena kau sudah mau meminjamkan gaun secantik ini untukku,” ujarnya sambil melihat tiap detail gaun yang kemungkinan besar akan ia kenakan ke pesta. “Walau sebenarnya, aku tidak terlalu suka warnanya.”
        Di saat Hye Ra kembali merasa memiliki harapan, kini justru Yoona yang dilanda kecemasan. “Apa kau tidak akan marah jika mengetahui sejarah gaun ini?” Tanya Yoona ragu.
        Hye Ra membulatkan mata karena terlalu terkejut mendengar pertanyaan Yoona. “Waah… jadi gaun ini juga memiliki nilai sejarah yang tinggi?” serunya terpukau.
        Yoona menggeleng lemah. “Bukan seperti itu, tapi…” gadis itu tak langsung menyelesaikan perkataannya.
        “Tapi kenapa, eonnie?” Tanya Hye Ra lebih sedikit berhati-hati karena dilihatnya Yoona sangat berusaha untuk bercerita.
        “Sebenarnya, ini juga gaun pemberian Joon beberapa tahun yang lalu,” ujar Yoon akhirnya. “Tapi aku sama sekali belum pernah memakainya,” lanjutnya cepat-cepat sebelum Hye Ra sempat salah sangka padanya.
        “Kenapa?” Hye Ra tidak bisa menahan rasa penasarannya. Ia bahkan sama sekali tak berpikiran seperti apa yang ditakutkan Yoona. “Gaunnya cantik sekali, eonnie. Hanya saja…”
        Yoona menunggu dengan gusar perkataan Hye Ra yang sempat menggantung sesaat.
        “Hanya saja aku kurang percaya kalau selera Joon sebagus ini,” sambung Hye Ra akhirnya.
        “Jahat sekali kau berkata seperti itu? Joon kan kekasihmu?”
        Hye Ra terkekeh lalu membawa gaun di tangan Yoona menuju kamar mandi.
        “Tapi ku rasa kau memang sudah sangat mengerti Joon,” kata Yoona yang sudah duduk di tepi ranjang Hye Ra sambil menunggu gadis itu mengganti pakaian.
        “Maksud eonnie?” terdengar teriakan suara Hye Ra dari dalam kamar mandi.
        “Kau benar. Sebenarnya gaun pemberian Joon untukmu itu adalah pilihanku. Dia memang sengaja memintanya,” jelas Yoona.
        Tak berapa lama, Hye Ra sudah ke luar dari kamar mandi dengan memagai gaun merah pemberian Joon untuk Yoona dulu. “Dan Minho oppa tau?” Hye Ra melempar gaun birunya yang sudah kotor ke dalam keranjang.


        Yoona hanya mengangguk menjawab pertanyaan Hye Ra karena ia sudah terlanjur terpesona dengan penampilan baru Hye Ra. Gaun itu sangat pas membungkus tubuh Hye Ra meski badan gadis itu sebenarnya tidak seproporsional tubuh Yoona yang notabene seorang model. Hye Ra sendiri tampaknya tak menyadari perubahan sikap Yoona yang terpesona karenanya.
        “Kalian sudah siap?” kata Minho yang tiba-tiba menerobos pintu kamar Hye Ra.
        “Aku hanya tinggal merapihkan rambutku saja,” ujar Hye Ra yang tetap focus bercermin. Dan ketika berbalik, ia mendapati sepasang suami istri tersebut tengah menatapnya, masih terpesona. “Jangan melihatku seperti itu!” protes Hye Ra yang kemudian menyambar tas tangan dan sepatu heels-nya.
        “Bisa ku pastikan Joon akan mengajaknya menikah malam ini juga,” bisik Yoona jahil pada Minho ketika Hye Ra sudah meninggalkan kamarnya.
Minho sendiri hanya terkekeh mendengarnya sambil mengajak Yoona untuk segera menyusul Hye Ra sebelum adiknya kembali kesal.

***

        Resepsi pernikahan Nichkhun dan Minjung. Member ‘Blue Flame’ seperti Siwan, Doojoon dan Luhan tampak bersama para pasangan mereka. Soo In, Sung Hye serta Han Yoo. Sementara Joon masih dengan gelisah menunggu Hye Ra. Gadis itu menolak untuk di jemput karena ia bisa pergi dengan kakaknya, Minho.
        “Itu Minho hyung dan Yoona noona,” kata Luhan ketika melihat sepasang suami istri itu memasuki gedung.
        “Hyung!” teriak Siwan yang sudah melambaikan tangannya sebagai isyarat untuk Minho.
        Yoona yang pertama kali menyadari keberadaan Siwan dan lainnya langsung mengajak Minho ke sana. Mereka hanya saling bertegur sapa sesaat karena setelah itu, Minho dan Yoona ingin segera menemui dua mempelai yang berbahagia. Nichkhun serta Minjung.
        “Kenapa mereka tidak bersama Hye Ra?” gumam Joon serorang diri yang kebingungan mencari kekasihnya. Ia juga lupa menanyakan hal itu pada Minho atau Yoona tadi.
        Tiba-tiba, ada seorang gadis menepuk pundak Joon hingga sukses membuat pemuda itu terlonjak sekaligus membeku seketika karena mendapati seorang gadis cantik dengan gaun merahnya.
        “Kau mencari Hye Ra?” Tanya gadis itu.
        “Kau mengenalnya juga?” Joon justru balik bertanya dengan gugupnya.
        Gadis itu membulatkan mata. Dan… BUUUK! Satu pukulan menggunakan tak tangan mendarat di tubuh Joon. “Rasakan!” desis gadis itu tepat di depan wajah Joon.
        “Hei! Tunggu! Kenapa kau memukulku?” teriak Joon berusaha menghentikan gadis tadi.
        “Itu Hye Ra? Astaga, dia cantik sekali.”
        Mendengar itu, Joon menoleh. Ia mendapati Soo In mengarahkan tatapannya pada gadis yang baru saja menyakiti salah satu anggota tubuhnya itu. Sementara kekasihnya, Siwan, menatap Joon sambil menggelengkan kepala.
        “Jadi itu tadi…” Joon menggantungkan ucapannya. Dan tanpa pikir panjang, ia mengejar gadis tadi yang ternyata adalah Hye Ra. Joon mengedarkan pandangan mencari kekasih, maksudnya tunangannya. “Kau liat Hye Ra?” Tanya Joon yang kebetulan bertemu Luhan bersama Han Yoo di sana.
        “Itu hyung, yang pakai gaun merah,” tunjuk Luhan pada gadis yang ia maksud.
        Hye Ra sudah berada cukup jauh dari pandangan Joon. Sementara itu, Hye Ra sendiri berjalan dengan sedikit cepat untuk berusaha mengejar Minho dan Yoona yang sekarang sudah bersama Nichkhun dan Minjung. Gadis itu tak menyadari bahwa ada seorang pemuda yang tiba-tiba berbalik hingga membuat Hye Ra justru menabraknya.
        “Akh!” pekik Hye Ra yang nyaris terjatuh. Beruntung pemuda itu dengan sigap menahan tubuhnya hingga kini membuat wajah mereka cukup dekat.
        “Hye Ra?” desis Joon yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
        “Hyung, ini kekasihmu hampir jatuh,” seru Doojoon yang ternyata adalah pemuda yang bertabrakan dengan Hye Ra tersebut. Iapun langsung membantu Hye Ra berdiri lalu menyerahkan gadis itu pada kekasihnya, Joon.
        “Doojoon, maaf aku tak se…”
        “Sudahlah,” potong Doojoon. “Aku juga minta maaf tidak menyadari keberadaanmu,” sesalnya.
        “Terimakasih kau telah menyelamatkan Hye Ra,” kata Joon yang mulai merasakan ada yang aneh pada Hye Ra. Itu juga sebagai usaha agar masalah cepat selesai.
        “Hye Ra juga temanku, hyung. Ya sudah, aku tinggal ya,” pamit Doojoon setengah menggoda karena Joon meletakkan tangannya di pinggang Hye Ra. Ia dan yang lain memang sangat senang jika menjahili leader ‘Blue Flame’ tersebut.
        Setelah sosok Doojoon sudah sedikit menjauh, Hye Ra mendorong tubuh Joon juga agar sedikit menjauhinya.
        “Kau marah?” Tanya Joon melihat tatapan membunuh dari Hye Ra.
        “Menurutmu?” Hye Ra justru membalas pertanyaan Joon. “Joon! Bagaimana bisa kau tak mengenaliku?” lanjutnya masih dengan kekesalan yang membuncah. Tadi Minho, dan kini Joon. Semoga setelah ini tidak ada lagi yang kembali membuatnya kesal.

***

        Sementara itu di tempat berbeda, tepatnya di bandara international Korea. Seorang pemuda tinggi berkacamata hitam dan mengenakan headphone tengah kirinya menarik koper besarnya ke luar dari pintu kedatangan international. Sedangkan tangan kanannya sibuk mengutak-atik ponsel canggihnya.
        Pemuda itu menarik headphone hingga akhirnya hanya menjuntai di leher. Kemudian ia menempelkan ponsel ke telingga. Sambil menunggu panggilannya terjawab. Pemuda itu berkeliling untuk mencari kursi yang bisa ia gunakan untuk beristirahat sebentar.
        “Aish… punya hyung satu-satunya di sini, justru tak bisa di harapkan!” desisnya sambil menatap kesal ponsel di tangannya. “Apa dia lupa aku pulang ke Korea hari ini?” serunya lagi yang kemudian kembali mencoba menghubungi seseorang. Kembali merasa tidak ada jawaban, pemuda itu memilih masuk ke dalam café bandara.

***

        Joon membimbing Hye Ra duduk di sebuah kursi di belakang gedung. Pemuda itu membuka jasnya lalu ia sampirkan di pundak kekasihnya itu. Hye Ra yang sejak awal di ajak ke sana kurang bisa berkonsentrasi, hanya tersenyum singkat atas perlakuan Joon padanya. Namun setelah itu, ia kembali tercenung memikirkan sesuatu.
        Joon menghela napas melihat Hye Ra hanya diam sejak tadi. Ia lalu melingkarkan tangannya di pundak Hye Ra sebagai usaha agar gadis itu menyadari bahwa ia tidak sendiri di sana.
        “Ada yang kau pikirkan?” bisik Joon lembut.
        Hye Ra tak menjawab, ia malah menyandarkan kepalanya ke pundak Joon hingga membuat pemuda itu semakin erat merangkulnya. Belum lagi tangan Hye Ra yang melingkar di pinggang Joon. Tentu saja Joon tersenyum bahagia dengan perlakukan gadis yang ia cintai seperti ini.
        Namun di balik perlakuan manisnya, ternyata ada hal yang Hye Ra sembunyikan dari Joon. Tentang Doojoon. Kejadian yang mereka alami beberapa menit yang lalu membuat Hye Ra sangat sulit melupakannya. Terutama ketika Doojoon menangkap tubuhnya yang nyaris terjatuh dan ketika itu wajah mereka menjadi lebih dekat. Dan tak mungkin ia mengakui itu semua dari Joon. Yang bisa ia lakukan hanyalah semakin mempererat pelukannya pada Joon.
        Di saat yang bersamaan, Joon merasakan ponsel dalam saku jasnya bergetar. Joon meraih benda itu tanpa ingin merubah posisi Hye Ra sedikitpun. Sebuah panggilan dari kontak dengan nama ‘Lee Minhyuk’. “Mengganggu saja,” desis Joon dalam hati. Namun ia sendiri sama sekali tak ada niatan untuk menjawabnya.
        Hye Ra sendiri juga sama sekali tak terganggu dengan ponsel Joon. Ia masih tetap di posisi yang sama sebagai cara untuk mengalihkan rasa bersalahnya pada Joon. Hanya karena hal kecil tadi, perasaannya pada Joon yang belum lama terbentuk kembali goyah.
        Lagi. Kontak di ponsel Joon dengan nama ‘Lee Minhyuk’ kembali menelpon. Dan Joon sendiri kembali mengabaikannya.
        “Akh, ternyata sudah ada yang mendahului kita,” ujar seorang pemuda yang sontak saja membuat Joon dan tak terkecuali Hye Ra menoleh ke arah sepasang kekasih yang ternyata adalah Doojoon dan tunangannya, Sung Hye.
        Hye Ra yang menyadari pemuda itu adalah Doojoon, langsung kembali menenggelamkan kepalanya ke pundak Joon. Ia tak ingin rasa bersalahnya semakin membesar pada Joon jika berlama-lama bertemu dengan Doojoon.
        “Sudahlah, ayo kita kembali ke dalam saja,” ajak Sung Hye setengah memaksa pada kekasihnya.
        Joon terkekeh melihat pemandangan di depannya itu. “Cepat sana masuk. Mengganggu saja,” canda Joon sambil mengibaskan tangannya sebagai tanda mengusir sepasang kekasih itu.
        “Jangan macam-macam pada temanku!” seru Doojoon sedikit mengancam sebelum Sung Hye benar-benar menariknya kembali ke dalam.
        Setelah pasangan Doojoon dan Sung Hye pergi, Joon menolehkan wajahnya ke arah Hye Ra. Kekasihnya sama sekali tak bereaksi apapun ketika Doojoon datang tadi. Ia bahkan sampai memiringkan kepala agar bisa dengan jelas wajah kekasihnya itu.
        “Kau sakit?” Tanya Joon cemas. Ia bahkan buru-buru memasukkan ponsel agar tangannya terbebas dan bisa memeriksa kening Hye Ra. “Suhu badannya normal,” pikir Joon. Sementara Hye Ra sudah menggeleng sejak tadi. Tanpa sepengetahuan Hye Ra, Joon tampak menyeringai. “Kau pasti sangat merindukanku, bukan?” seru Joon penuh percaya diri.
        Hye Ra memutar bola matanya. “Kenapa aku bisa memiliki kekasih macam dirimu, Joon?” rutuknya dalam hati. Namun tetap saja, setitik rasa bersalah itu masih belum hilang sampai sekarang. Maka dari itu, Hye Ra hanya bisa semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Joon. Meski akhirnya, rasa bersalah itu kembali membuncah.
        Joon hanya terkekeh mendapati reaksi dari Hye Ra. “Aku mencintaimu Hye Ra,” bisik Joon.
        “Iya, aku tau!”
        “Kenapa kau tak bisa beromantis denganku sedikit saja?” protes Joon yang tak puas dengan jawaban Hye Ra. Ia sudah berusaha menjauhkan tubuh Hye Ra agar bisa melihat wajah kekasihnya itu. Namun Hye Ra justru bertekad tak ingin melepaskannya. Dan dengan terpaksa Joonpun mengalah sampai nanti Hye Ra merasa pegal dengan sendirinya karena sejak tadi bertahan di posisi seperti tadi.

***

        Pemuda tampan itu masih duduk di café bandara dan menikmati secangkir espresso hangat. Berulang-ulang kali ia menghubungi nomor yang sama, dan hasilnya selalu nihil. Ia melirik jam di tangannya. Sudah menunjukkan pukul 9 malam. Lalu mengetuk-ngetukkan jari ke atas meja seraya berpikir.
        “Sebaiknya ke mana aku setelah ini?” gumamnya seorang diri. Ia lalu berdiri sambil menyabar ponsel dan kacamata hitam yang langsung ia masukkan ke saku kemejanya. Setelah membayar, pemuda itu meninggalkan café.
        Ketika baru saja menutup pintu taksi, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Dari ‘Changsun hyung’. “Susah payah aku menghubunginga, ternyata dia hanya mengirimiku pesan agar aku ke apartmen barunya. Kenapa ku membuatku menunggu selama ini, hyung?” geramnya.
        Pemuda itu memerintahkan supir taksi menuju tempat yang ia katakan. Cukup memakan waktu sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 11 malam. Belum lagi, sang supir masih merasa kesulitan untuk menemukan apartmen yang di cari penumpangnya. Terlebih pemuda itu juga baru kembali ke Seoul setelah beberapa tahun kuliah di Jepang.
        “Di depan ada orang, biar aku tanyakan dulu,” seru pemuda itu yang sudah cukup frustasi sejak tadi. Ia hanya berharap semoga ini salah satu jalan keluar menemukan apartmen kakaknya. “Terima kasih, pak,” ujarnya sopan setelah urusannya selesai meski sebenarnya ia sendiri belum mendapatkan apa yang ia cari. Terpaksa pemuda itu kembali ke dalam taksi. Namun tiba-tiba saja ada seorang pemuda yang menabraknya. “Maaf,” serunya sopan.
Pemuda tadi awalnya tidak berpikir yang macam-macam. Mungkin orang yang menabraknya tadi benar-benar tidak sengaja. Tapi setelah menyadari ponsel di tangannya lenyap, ia menoleh tajam ke arah orang yang menabraknya sedang berjalan santai. Tidak salah lagi… “Copet!” teriaknya yang langsung saja mengejar.
        Merasa ketahuan, pencopet tadi segera melarikan diri. Namun kaki panjang pemuda itu sangat membantunya untuk berlari dengan cepat sehingga ia bisa mengejar pencopet tadi. Setelah jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa meter saja, pemuda itu melayangkan tendangan hingga membuat pencopet tadi tersungkur. Lalu buru-buru ia merebut kembali ponselnya.
        Pemuda itu berniat meninggalkan pencopet tadi yang masih tersungkur di trotoar jalan. Namun sayang, ada 3 orang yang kemungkinan teman-teman dari pencopet tadi sudah menghalangi jalannya. Tanpa buang waktu, mereka merebut ponsel pemuda itu sambil melayangkan beberapa pukulannya. Setelah mendapatkan barang mahal itu, mereka pergi begitu saja meninggalkan sang pemilik ponsel yang sudah hampir babak belur.
        “Anda baik-baik saja, tuan?”
        Pemuda itu mendongak dan mendapati supir taksi yang ia tumpangi sudah berjongkok di hadapannya. “Aku baik-baik saja paman,” ujarnya sambil menyeka tepi bibirnya yang berdarah. “Satu-satunya keluarga yang ku punya di kota ini hanya hyungku. Sedangkan nomor ponselnya yang bisa ku hibungi ada di ponsel itu. Aku di menghafalnya.” Pemuda itu menghela napas sambil berusaha berdiri.
        “Tapi dompetmu tidak hilang, kan?” Tanya sang supir. Bukan karena takut ongkos taksinya tidak di bayar, namun ia hanya kasihan jika penumpangnya itu semakin menderita karena ia baru saja kehilangan alat komunikasinya yang sangat berharga itu.
        “Masih ada, paman. Buku tabunganku juga masih ada di ransel.”
        “Bagaimana kalau kau ku antar ke rumah sakit dulu. Lukamu harus segera di obati. Aku khawatir jika kita hanya membeli obat sekedarnya di apotik,” tawar sang supir taksi. Ia ternyata sempat mengikuti pemuda itu ketika mengejar sang pencopet karena koper dan ransel yang di bawanya masih tertinggal di dalam taksi. “Kebetulan di depan sana ada rumah sakit.”
        Mereka akhirnya kembali ke taksi dan melanjutkan perjalanan. Sang supir sudah hendak membelokkan mobilnya. “Jangan ke sana paman,” cegah pemuda itu sebelum taksi yang ia tumpangi benar-benar berbelok. “Ke rumah sakit pusat kota aja. Semoga temanku masik bekerja di sana.”

***

        Joon melirik arloji yang melingkar di tangannya. Sudah hampir setengah jam Hye Ra masih dalam posisi memeluknya sejak tadi. Ia berusaha melihat wajah kekasihnya. Ternyata Hye Ra sudah tertidur namun sama sekali tidak mengurangi sedikitpun kekuatan pelukannya itu.
        “Kalau saja kita masih di sini lima menit lagi, mungkin aku akan segera di pecat sebagai leader ‘Blue Flame’,” bisik Joon.
Sontak Hye Ra menegakkan tubuh dan melepaskan pelukannya. Hal pertama yang ia lihat adalah senyuman kekasihnya itu. “Memang kau melakukan kesalahan apa?” Tanya Hye Ra polos dengan wajah mengantuknya.
        Joon terkekeh melihat wajah lucu kekasihnya. “Ayo ke dalam. ‘Blue Flame’ akan tampil sebentar lagi.” Ia lalu berdiri dan tak lupa menarik lembut tangan Hye Ra dan mengajak gadis itu ke dalam.
        Sebelum naik ke atas panggung, Joon meninggalkan Hye Ra bersama Sung Hye, Soo In dan Han Yoo.
        “Hyung, cepet!” teriak Luhan ketika melihat Joon baru saja muncul. Ia sudah gemas sejak tadi karena Joon belum juga muncul. Bahkan Nichkhun saja sudah ada di sana bersiap-siap dengan keyboard di depannya.
        Joon segera menyambar mic di hadapannya. “Lagu ini…” ujarnya yang tak langsung ia lanjutkan karena suaranya muncul bersamaan dengan suara seseorang. Saat menoleh, ternyata Nichkhun juga ikut bicara melalui mic di depannya. Mereka lalu terkekeh bersama.
        “Kau saja, hyung,” kata Nichkhun mengalah.
        “Jangan. Ini hari bahagiamu,” balas Joon yang ikut mengalah.
        Akhirnya Nichkhun mengangguk dan siap memberikan kata sambutan sebelum ‘Blue Flame’ menghibur tamu undangannya. “Lagu ini ku persembahkan untuk istriku tercinta, Minjung. Karena… ‘You’re My +’, Lee Minjung.” Sementara tamu undangan bersorak iri melihat perlakuan Nichkhun, di tempatnya Minjung tersenyum malu.
        “Aku jadi ingin cepat-cepat menikah,” kata Luhan pelan membuat Joon dan Doojoon melotot galak padanya.

Neoneun naui Sugar (sugar) naman balaboneun geol
Pretty baby my girl (neoneun naui ma love)
Naemam neodo aljanh-a neowa naha na janh-a naemam heundeuneungeol

You know I (I love you) you & I (I need you)
Ijeseoya nege gobaeg hal kkeoya
You know I (I love you) you & I (I need you)
Niga nae eokkaee gidael su-issge

When I fall in love love oh baby love love
Nan neoleul joh-ahandan mal-ya
When I fall in love love so many love love
Nan nisalang-i pil-yohae nuga mwo laedoi (say I love you girl)
        (You’re My + : ‘MBLAQ’)

***


3 komentar:

  1. bener2 ngakak yang ini :
    “Kau mencari Hye Ra?” Tanya gadis itu.
    “Kau mengenalnya juga?” Joon justru balik bertanya dengan gugupnya.
    Gadis itu membulatkan mata. Dan… BUUUK! Satu pukulan menggunakan tak tangan mendarat di tubuh Joon. “Rasakan!” desis gadis itu tepat di depan wajah Joon.
    “Hei! Tunggu! Kenapa kau memukulku?” teriak Joon berusaha menghentikan gadis tadi.

    dasar Lee Joon...
    pacarnya sendiri aja ga ngenalin sangking cakepnya.. akakaka :D

    apalagi yang ini :
    Kenapa kau tak bisa beromantis denganku sedikit saja?” protes Joon yang tak puas dengan jawaban Hye Ra.
    hahaha

    BalasHapus
  2. Joon di pukul Hye Ra???
    jangan kaget,,, Hye Ra emang agak nyeremin di sini.... kekeke
    nyium aja di injek kan kakinya???

    BalasHapus
  3. hahahahaha
    iya sih ga nyeremin, tapi tampangnya Joon tuh kayanya melas banget.. wkwkwkwk :D
    iye bener.. hahahaha
    #miris banget sih tuh yang namanya Lee Changsun.. wkwkwkwk :D

    BalasHapus