Jumat, 18 Oktober 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 12)



Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        Dongwoo dan Minwoo baru saja sampai di depan café milik Sunggyu. Tak lama, ada sebuah motor berhenti tak jauh di belakang mereka. Tapi ada satupun yang menyadari hal itu. Sampai akhirnya si pemilik motor justru mengejar Minwoo dan Dongwoo.
        “Minwoo!”
        Merasa terpanggil, Minwoopun menoleh. Begitu pula dengan Dongwoo meski hanya nama Minwoo yang tersebut oleh orang itu.
        “Bagaimana keadaan Hye Ra?” desak orang itu yang ternyata adalah Sungyeol sebelum Minwoo merespon panggilannya tadi.
        “Noona baik-baik saja kok, hyung. Tidak ada sesuatu yang serius terjadi padanya,” jelas Minwoo yang sama sekali tak menaruh curiga sedikitpun pada Sungyeol yang sebenarnya sangat-sangat mengkhawatirkan gadis itu.
        Di saat Sungyeol dan Minwoo sibuk dengan obrolan mereka, mata Dongwoo jatuh pada sebuah mobil yang belum lama pergi dari sana. Ia mengenali mobil itu yang selalu dikendari Sungjong dan Haesa ke sekolah. Dia tidak mungkin salah. Saat di sekolah tadi, ia melihat Sungyeol yang membawa mobil itu pergi bersama Haesa.
        “Syukurlah,” ada secercah rasa lega pada diri Sungyeol. “Apa kau ingin menemui Sunggyu hyung? Tapi aku tidak yakin ia sudah kembali ke café.”
        “Tidak kok, hyung,” Minwoo buru-buru mengelak. Karena tujuannya ke sana memang bukan untuk menemui Sunggyu hyung. “Dan kalau bisa, tolong jangan katakan apapun dulu pada Sunggyu hyung tentang noona.”
        Sungyeol langsung mengangguk tanpa pikir panjang terlebih dahulu. “Aku mengerti.”
        “Ayo ke dalam. Aku takut Hye Ra dan Hoya lama menunggu di rumah,” suara Dongwoo terdengar mengintimidasi. Namun tampaknya Minwoo tak merasa seperti itu.
        “Akh, iya,” pekik Minwoo setelah menyadari sesuatu. “Hyung, aku hanya ingin mengambil makanan pesanan noona.” Setelah itu, ia dan Dongwoo meninggalkan Sungyeol di sana seorang diri.
        Mereka hanya tidak terlalu menyadari apa yang dipikirkan Sungyeol saat itu. Tentu saja apa yang baru dikatakan Dongwoo sukses meracuni otaknya. Hye Ra dan Hoya. Tidak ada nama lain yang disebutkan Dongwoo tadi.
        Sungyeol mengepalkan tangannya, menahan emosi. “Kenapa harus Hoya? Kenapa bukan Myungsoo saja yang menemani Hye Ra. Ke mana pemuda itu?” desisnya tajam. Tak terima jika Hye Ra hanya bersama pemuda yang bahkan tidak ia kenal. Sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam, Sungyeol lebih dulu menghela napas panjang. Setidaknya ia bisa sedikit tenang karena masih banyak tanggung jawabnya terhadap café. Terlebih setelah ia sempat meninggalkannya beberapa jam.
        Di dalam sana Minwoo menunggu makanan sambil duduk di kursi yang biasa di tempati Hye Ra. Di hadapan pemuda itu terbuka sebuah halaman di salah satu buku. Dan tentu saja bukan buku pelajaran milik Hye Ra karena jelas-jelas mereka berbeda angkatan. Sementara Dongwoo duduk di luar meja bar. Dan setelah kembali, Sungyeol langsung mengenakan celemeknya karena ia harus kembali bekerja.
        “Minwoo…”
        Tanpa harus menoleh, Sungyeol yakin bahwa itu adalah suara Woohyun yang memanggil dari dalam dapur melalui jendela. Ia juga tak berniat ikut campur karena ia sendiri juga sibuk meracik sebuah minuman di tangannya.
        Minwoo menerima bungkusan yang di sodorkan Woohyun. “Terima kasih, hyung.”
        “Sampaikan salamku padanya, ya.”
        Minwoo hanya mengangguk menanggapi permintaan Woohyun. “Aku langsung pulang ya, hyung,” pamit Minwoo. Woohyun dan Dongwoo juga saling menggangguk ketika pandangan mereka bertemu. “Hyung, aku duluan.” Tak lupa, Minwoo juga menyapa Sungyeol.
        Beberapa saat, Sungyeol tampak tak menghiraukan jika Minwoo mengajaknya bicara. Tapi setelah itu, ia langsung mencegah Minwoo ke luar dari meja bar. “Minwoo tunggu.”
        “Ada apa, hyung?”
        “Hmm…” Sungyeol berusaha mengumpulkan keberanian. “Bisa tolong berikan ini pada Hye Ra?” pemuda itu menyodorkan sebuah tempat minum ke hadapan Minwoo. “Katakan saja itu dari Hyunseong atau Jeongmin.” Sungyeol memang bebicara pada Minwoo, tapi matanya sesekali mengawasi Dongwoo. Ia masih kesal dengan ucapan Dongwoo di depan café tadi meski tidak secara langsung. Tapi tetap saja membuatnya kesal. Terlebih, ia juga masih mengingat kejadian yang dilakukan Dongwoo beberapa waktu lalu di café ini. Kejadian yang membuatnya terpaksa merasa bersalah.
        “Kenapa harus berbohong, hyung? Ini kan memang kau yang membuatnya.”
        “Ku mohon katakan saja seperti itu,” paksa Sungyeol. Dan dengan sangat terpaksa juga, Minwoo menyetujui permintaan Sungyeol meski harus sedikit terbohong.
        “Minwoo! Ayo!” suara Dongwoo membuyarkan pikiran Minwoo tentang kebohongan kecil yang harus ia lakukan di depan Hye Ra. Dongwoo lebih dulu berbalik agar Minwoo juga segera meninggalkan tempat itu. Ia juga sama sekali tak berniat untuk pamitan dengan Sungyeol.
        “Akan ku sampaikan pada noona,” ujar Minwoo terburu-buru lalu menyusul Dongwoo yang sudah menghilang di balik pintu.
        “Hye Ra juga tidak akan percaya jika Hyunseong atau Jeongmin yang membuat minuman itu. Dia pasti akan menebak bahwa aku yang membuatkannya.” Sungyeol tersenyum sendiri dengan rencananya. Dan sedetik kemudian, makna senyuman itu berubah. Ia cukup menertawai dalam hati karena bisa memiliki pikiran licik seperti tadi. Hingga tanpa sadar, tatapannya jatuh pada sesuatu di kolong meja bar.
        “Kenapa seperti ada yang janggal?” gumam Sungyeol pelan. Tentu saja tidak ada yang mencurigainya karena berbicara sendiri. Mata pemuda itu tak lepas dari tumpukan buku pelajaran milik Hye Ra. Dan yang berada di tumpukan teratas itu adalah buku kesenian. Itu artinya… “Astaga!” pekik Sungyeol setelah menyadari sesuatu yang janggal itu. Pemuda itu segera berjongkok di sana dan meraba-raba bagian teratas tumpukan buku tersebut.
Sampai akhirnya Sungyeol kembali teringat sesuatu. Seingatnya saat baru sampai, ia tak melihat Minwoo membawa-bawa sesuatu dalam tangannya. Namun ketika menunggu makanan, di hadapan Minwoo…
        Tanpa pikir panjang, Sungyeol berlari meninggalkan meja bar untuk menyusul Minwoo dan Dongwoo. Kali ini ia merasa terancam karena rahasia terbesarnya akan terbongkar. Harusnya itu menjadi saat-saat yang di tunggu-tunggu oleh Sungyeol. Tapi nampaknya tidak untuk sekarang-sekarang ini.
        “Minwoo!” teriak Sungyeol sambil berusaha mengejar mobil Dongwoo yang baru saja meninggalkan area parkir café. Namun sayang, ia tak berhasil mengejarnya. Dan pemuda itu hanya mampu menendang angin. Perasaannya semakin tak enak setelah itu.
Meski tidak melihat Minwoo membawa buku tersebut, tapi ia yakin bahwa salah satu dari mereka yang membawanya. Mungkin saja Minwoo meminta tolong Dongwoo untuk membawakannya karena Minwoo harus menerima bungkusan makanan dari Woohyun.
        Buku itu mungkin hanya buku biasa. Tapi tidak untuk Sungyeol. Karena buku itu memiliki goresan tangan Hye Ra tentang pemuda yang menyelamatkannya dari kolam renang 2 tahun lalu. Dan itu adalah dirinya.
        Dengan langkah gontai, Sungyeol terpaksa kembali ke dalam.

***

        Myungsoo dan Eun Gi telah sampai di rumah Hye Ra. Myungsoo segera mengajak Eun Gi masuk tanpa perlu mngetuk pintu dulu selayaknya tamu. Rumah Hye Ra yang tidak terlalu besar, memungkinkan seseorang bisa mendengar suara-suara dari arah dapur meski saat itu Myungsoo dan Eun Gi baru memasuki ruang tengah. Seperti saat ini, mereka mendengar suara tawa seorang pemuda dan seorang gadis dari dapur. Myungsoo pun mengajak kekasihnya ke sana.
        “Baru di tinggal sebentar saja sudah melupakan ku,” kata Myungsoo yang mengira bahwa Hye Ra tengah asik bersama Minwoo.
        Hoya dan Hye Ra tiba-tiba menghentikan tawa mereka setelah menyadari kedatangan Myungsoo bersama Eun Gi. Begitu pula dengan sepasang kekasih yang baru saja tiba di sana. Mereka juga terkejut karena mendapati Hye Ra bersama Hoya, bukan bersama Minwoo seperti ketika Myungsoo dan Eun Gi meninggalkan rumah itu.
        “Mana Minwoo?” Tanya Myungsoo dengan tatapan lurus pada Hye Ra. Namun ia tetap mengawasi keberadaan Hoya. Yang ada di pikiran Myungsoo saat itu adalah, bagaimana bisa seorang Hoya yang sudah memiliki kekasih tapi masih bisa bercengkerama bersama gadis lain. Terlebih mereka hanya berdua di sana. Apa Hoya tidak memikirkan perasaan Haesa jika gadis itu tau?
        “Minwoo ditemani Dongwoo pergi ke café mengambil makanan pesananku,” jelas Hye Ra.
        Myungsoo menghela napas berat. Sementara Eun Gi yang merasa suasana semakin tak enak, segera mendekati Hye Ra untuk memecah keheningan.
        “Kau baik-baik saja?” seru Eun Gi setelah memeluk Hye Ra dengan riang.

***

        “Noona aku pulang!” seru Minwoo riang setelah sampai kembali di rumah Hye Ra. “Aku juga bawa…” ucapan pemuda itu terputus ketikan mendapati Myungsoo, Eun Gi, Hye Ra serta Hoya di ruang tamu dengan keadaan sedikit kaku.
        “Kok pada diem-dieman?” tegur Dongwoo sambil meletakkan kantong-kantong makanan yang ia bawa, sama seperti yang dilakukan Minwoo tadi.
        “Nggak kok, kebetulan kalian datang pas kita lagi diam.” Myungsoo yang buka mulut.
        “Ya udahlah, hyung. Kenapa jadi dipermasalahin,” seru Minwoo berusaha menengahi. Ia lalu melirik ke tempat Hye Ra berada yang duduk bersama Eun Gi di sofa panjang. “Oiya noona, Jeongmin hyung memberikan ini untukmu,” ujarnya sambil mengeluarkan tempat minum dari salah satu kantong plastic dan langsung ia sodorkan ke Hye Ra.
        Hye Ra menerima dengan tatapan bingung. Ia membuka penutupnya dan terciumlah aroma stroberi milk shake  yang sangat kentara. “Kau yakin ini buatan Jeongmin? Bukan Sungyeol oppa?”
        Minwoo sedikit tercengang dengan tebakan Hye Ra. “Kenapa tebakan noona bisa benar begitu?”
        Di sisi lain, Dongwoo juga tak kalah terkejutnya dengan apa yang di katakan Hye Ra. “Jadi si karyawan café itu mau pamer kalo dia udah bisa deket banget sama Hye Ra?” sinisnya dalam hati yang langsung di tatap curiga oleh Hoya. “Hye Ra, sepertinya aku harus pulang. Dan baru inget juga kalo Hoya tadi bilang ia tak bisa pulang sore,” kata Hoya.
        “Ah, iya benar,” sambung Hoya seolah mengerti dengan apa yang dipikirkan Dongwoo.
        Hye Ra mengangguk. “Terima kasih kalian sudah menjengukku.”
        Setelah berpamitan dengan Myungsoo, Eun Gi dan Minwoo juga, Hoya dan Dongwoo segera pergi dari rumah Hye Ra. Sepeninggal dua pemuda tadi, suasana kembali hening.
        “Ini terakhir kalinya ya, aku liat kau berdua dengan Hoya,” seru Myungsoo dingin tanpa menatap Hye Ra. Sementara gadis itu sampai membatalkan niat membuka makanannya setelah mendengar suara Myungsoo. “Dia udah punya kekasih. Pikirkan juga perasaan Haesa jika tau kau hanya berdua bersama Hoya di rumah,” lanjutnya.
        “Jangan seperti itu, hyung. Hoya hyung datang dengan niat baik. Lagipula, dia datang tidak sendiri,” jelas Minwoo yang berusaha membela Hye Ra.
        Myungsoo menghela napas lalu melirik adiknya. “Aku hanya ingin menjaga perasaan Hye Ra. Kesannya Hoya memberikan harapan palsu pada Hye Ra. Kau ingin melihat noona kesayanganmu itu bersedih?” Minwoo bungkam dan sedikit tertunduk mendengar omelan kakaknya. “Aku lebih baik melihat Hye Ra bersama Sungyeol hyung dari pada harus ku tinggalkan bersama Hoya walau dalam keadaan terpaksa,” lanjut Myungsoo.
        Hye Ra mendongak dengan tatapan yang sulit di artikan pada Myungsoo. Mendengar Myungsoo bicara seperti itu, membuat Hye Ra seperti merasa ada sebuah getaran dalam dadanya ketika sepupunya itu menyebut nama ‘Sungyeol’. Tak lama Myungsoopun balas menatap Hye Ra. Bukan karena menyadari ia tengah diperhatikan, tapi karena ia merasa ada sesuatu pada ucapannya.

***

        “Oppa, kenapa kau ada di sini?” omel Haesa saat mendapati Sunggyu di depan pintu rumahnya.
        “Aku hanya mampir sebentar. Apa tidak boleh?”
        Haesa menghela napas. “Bukannya seperti itu. Tapi, apakah kau tidak menemani Hye Ra? Hari juga sudah mulai gelap. Dia pasti sangat membutuhkanmu, oppa. Oiya, bagaimana keadaannya?”
        Sunggyu mengerutkan keningnya. Bingung dengan ucapan Haesa yang tiba-tiba menanyakan keadaan adiknya. “Kenapa kau bisa bertanya seperti itu?” Sunggyu justru balik bertanya.
        “Apa Hye Ra tidak memberitahumu? Tadi siang Hoya tercebur ke kolam renang lalu…”
        Dengan reflex, Sunggyu memegang ke dua pundak Haesa. “Apa Hye Ra juga tercebur? Lalu, bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja, kan?” Tanya Sunggyu bertubi-tubi.
        Haesa menatap Sunggyu nanar. Cemburu karena Sunggyu sangat mengkhawatirkan adiknya. Meski seharusnya ia tak bersikap demikian. Sementara Sunggyu sendiri sudah bungkam seperti merasa salah bicara. Dengan perlahan cewek itu menyingkirkan tangan Sunggyu dari pundaknya.
        “Kenapa semua orang terlalu mengkhawatirkan Hye Ra? Hoya, Myungsoo, kau, bahkan Sungyeol oppa!”
        “Su… Sungyeol a… ada di sana?” Tanya Sunggyu terbata.
        Haesa menyeka tepi matanya yang mulai basah sebelum air matanya benar-benar jatuh. “Oppa, apa Hye Ra memiliki suatu penya…”
        Buru-buru Sunggyu menggeleng bahkan sebelum Haesa menyelesaikan ucapannya. “Hye Ra punya terauma karena tercebur kolam renang waktu SMA. Makanya aku khawatir banget kalau mendengar seseorang juga tercebur. Aku langsung teringat Hye Ra.”
        “Kapan?”
        “Sekitar dua tahun lalu waktu Hye Ra masih sekolah di SMA Paradise. Dia bilang seorang pemuda yang menolongnya. Tapi dia juga tidak tau itu siapa.”

*flashback, 2 tahun lalu*
        Haesa tengah duduk di depan sebuah rumah mewah. Di sampingnya tergeletak sebuah koper besar. Tak lama, berhenti sebuah mobil dan memunculkan sosok Sungyeol dari dalamnya yang masih berseragam SMA. Melihat kedatangan kakaknya, Haesa langsung berdiri.
        “Oppa!” serunya yang segera menghampiri Sungyeol. Ia berniat memeluk pemuda itu, tapi tak jadi karena ada sesuatu yang aneh dengan seragam kakaknya itu. “Kenapa baju oppa basah?”
        Sungyeol sudah ingin bercerita, namun tak ada kata yang bisa ia ucapkan.
        Tatapan Haesa sendiri sudah beralih pada sesuatu yang menjuntai dari genggaman tangan Sungyeol. “Itu apa?” tanyanya bahkan sebelum Sungyeol sempat menjawab pertanyaan sebelumnya. “Sejak kapan oppa punya benda itu?”
        Sungyeol membuka telapak tangannya yang menggenggam kalung berbandul cincin itu. Ia menggeleng sebelum akhirnya melirik adiknya. “Ini punya gadis yang sering oppa certain ke kamu.”
        Mata Haesa membulat. “Gadis yang oppa sukain itu? Tapi kenapa bisa ada sama oppa? Dan kenapa oppa malah sedih begitu?”
        “Kemarin Hye Ra tercebur di kolam dan kebetulan oppa yang berada di sana. Dia sampai pingsan bahkan belum sadar setelah oppa bawa ke ruang kesehatan. Setelah itu oppa tidak tau bagaimana keadaannya. Dan hari ini dia sudah tidak bersekolah di SMA Paradise. Oppa hanya menemukan ini yang masih ada di dasar kolam.”
        “Apa dia tau kalau oppa yang menolongnya?”
        Sungyeol menggeleng lemas.
        Haesa mengusap lengan kakaknya. “Oppa maaf aku tidak bisa menemanimu lagi. Ayah mengajak pindah ke luar kota.”
        Sungyeol memaksakan untuk tersenyum. Ia tidak ingin adiknya semakin sedih karena harus meninggalkannya, terlebih dengan perasaan kacau seperti tadi.
*Flashback end*

        “Haesa, kau kenapa?” Suara Sunggyu menyadarkan gadis dihadapannya.
        “Tidak, oppa,” kata Haesa sedikit gugup. Ia berusaha mengambil keputusan untuk bercerita tentang Sungyeol atau tidak.
        Sunggyu meraih kedua tangan Haesa dan digenggamnya dengan erat. “Maaf karena aku belum bisa memberikan seluruh perhatianku hanya untukmu.”
        “Jangan bicara begitu!” protes Haesa seakan tak terima. “Ingat, Hye Ra sangat membutuhkanmu. Jangan pernah bicara seperti itu. Aku juga memiliki saudara yang harus kuperhatikan. Aku sayang oppa. Tapi aku juga akan kecewa jika oppa mengabaikan Hye Ra.”
        “Aku tidak tau bagaimana jadinya jika bukan kau yang menjadi kekasihku.”
        “Eh? Kekasihmu?” Tanya Haesa memastikan dengan wajah yang hampir memerah. “Sejak kapan, oppa?” lanjutnya dengan nada berhati-hati. Ia sangat ingin mengakui itu, tapi di sisi lain ia juga takut jika ternyata Sunggyu salah bicara. Itu pasti akan sangat memalukan.
        “Bukankah tadi kau bilang menyayangiku?” Sunggyu balik bertanya dengan nada menggoda.
        Haesa yang gugup berusaha berpikir dengan keras alasan yang ingin ia katakan. Semuanya menjadi tidak terkendali karena jantung Haesa yang membuatnya semakin tidak bisa berpikir dengan jernih. Dan semakin lama, semakin tidak ada satu katapun yang terucap dari bibir Haesa.
        Sunggyu terkekeh melihat raut wajah gadis di hadapannya ini. “Aku akan memberikanmu waktu untuk berpikir,” ujarnya sambil mengcak lembut rambut Haesa. Sama persis seperti apa yang biasa ia lakukan pada Hye Ra. “Aku pulang dulu,” pamit Sunggyu setelah itu.
        Haesa hanya mengangguk samar. Ada sedikit rasa tidak ikhlas melepas Sunggyu secepat ini. Tapi setidaknya jika Hye Ra tau bahwa ia justru sempat secara tidak langsung menyuruh Sunggyu untuk pulang, mungkin Hye Ra bisa sedikit memaafkannya karena sudah berpura-pura menjadi kekasih Hoya. Apapun kondisinya, Haesa tetap menyunggingkan senyumnya mengiringi langkah Sunggyu yang semakin menjauhinya.

***

        “Hye Ra, aku mau numpang ke toilet,” kata Eun Gi.
        “Iya,” ujar Hye Ra pendek karena ia tengah sibuk mengunyah makanannya.
        Myungsoo memperhatikan langkah kekasihnya yang sudah menghilang di balik pintu toilet. Ia sempat melirik Minwoo yang tengah asik membaca buku sebelum akhirnya pindak ke sofa yang tadi ditempati Eun Gi.
        “Kau pasti senang bisa di temani Hoya tadi?” tebak Myungsoo setengah berbisik dengan nada tak suka.
        Hye Ra membatalkan menyuap makanannya dan meletakkan sendokknya di atas piring dengan kasar. Ia melirik Myungsoo dengan malas sambil menghela napas. “Kalau memang tak suka, jangan membahas itu,” desis Hye Ra dengan balas berbisik namun penuh penekanan di tiap katanya.
        Myungsoo terkekeh pelan. “Aku memang tak suka jika Hoya mendekatimu. Dasar tak punya perasaan. Kalau dia berani melakukan hal seperti itu lagi. Sumpah, aku akan melaporkannya pada Haesa.”
        Mendengar Myungsoo menyebut nama Haesa, Hye Ra langsung teringat pada Sunggyu. Ia lantas menatap Myungsoo penuh harap. “Kau tidak mengabari oppaku?”
        Myungsoo langsung membeku. “Jadi aku boleh mengabari Sunggyu hyung?” pemuda itu balik bertanya dengan polosnya.
        Hye Ra tak menjawab. Ia bahkan sudah kembali sibuk dengan makanannya sambil sesekali mengawasi Minwoo yang sejak tadi sama sekali tidak beralih dari bukunya. Setelah mengamati beberapa saat, Hye Ra baru menyadari buku apa yang tengah di baca Minwoo. “Itu novelku yang ada di café, ya?”
        Minwoo segera menoleh karena ia yakin hanya dirinya yang tengah memegang sebuah buku. “Iya, noona. Aku pinjam, ya?”
        “Harusnya kau mint ijin dulu, baru membacanya,” seru Eun Gi yang baru saja kembali dan membuat Myungsoo menyingkir dari sofa yang sejak tadi di tempati Eun Gi.
        “Yang penting aku sudah mengatakannya tadi. Yak an, noona?” lirik Minwoo pada Hye Ra sebagai usaha mendapat pembelaan.
        “Minwoo biasanya meminjam bukuku tanpa ijin.”
        Pengakuan Hye Ra membuat Minwoo cemberut dan berniat tak menghiraukan tawa Myungsoo dan Eun Gi yang sudah terlanjur meledak.

***

        Sunggyu yang baru saja tiba di rumahnya, segera melesat masuk. Rumahnya sudah sedikit sepi. Dan tujuan utamanya adalah kamar Hye Ra. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, pemuda itu langsung saja membuka pintu kamar adiknya dengan sedikit kasar.
        “Oppa!” protes Hye Ra yang sampai terlonjak dan mata yang sedikit membulat karena kedatangan Sunggyu yang tiba-tiba. Terlebih kakaknya itu juga seenaknya masuk ke dalam kamarnya.
        Sunggyu segera menghampiri adiknya yang sudah bersiap tidur itu. Karena Hye Ra juga sudah mengenakan piyama dan tadi tengah menyiapkan selimutnya.
        “Kau baik-baik saja?”
        “Oppa kau kenapa?” Hye Ra balik bertanya karena merasa sedikit tak nyaman dengan tatapan Sunggyu.
        “Kalian kenapa tak ada yang mengabari oppa? Kau tercebur kan di kolam sekolah?”
        “Dari mana oppa tau?” cibirnya dalam hati. Sedetik kemudian, ia memutar bola matanya. Kesal karena di pikirannya pasti Myungsoo yang membocorkan hal tersebut pada kakaknya.
        Sunggyu terlihat tak menuntut jawaban dari Hye Ra. Ia bahkan sudah membimbing adiknya untuk segera tidur. Sunggyu menarik selimut. Meski bingung, Hye Ra tetap menuruti apa yang diperintahkan kakaknya. Setelah kembali menapatkan selimut ke tubuh Hye Ra, Sunggyu segera meninggalkan kamar adiknya tanpa pamit.
        Sepeninggal Sunggyu, Hye Ra memiringkan tubuhnya ke kiri. Menghadap sisi ranjangnya yang kosong. Dalam beberapa menit, Hye Ra sama sekali belum bisa memejamkan matanya. Padahal sebelumnya ia juga telah mematikan lampu hingga cahaya yang ada hanya berasal dari lampu kecil di samping tempat tidurnya.
        “Kok belum tidur?”
        Hye Ra segera menoleh dan samar-samar mendapati sosok Sunggyu dalam gelap. Belum sampat Hye Ra merespon, Sunggyu sudah lebih dulu duduk di sisi kosong tempat tidur yang bisa menampung seseorang lagi di sana.
        Sunggyu bersandar di sandaran tempat tidur, namun tatapannya tak terlepas dari wajah Hye Ra. Ia mengusap lembut puncak kepala Hye Ra yang masih terbaring di atas bantal sambil menatap adiknya penuh rasa bersalah.
        “Maafin oppa, Hye Ra. Oppa tidak bisa menjagamu dengan baik.”
        Bukannya merasa tersentuh, Hye Ra justru merasa tak nyaman mendengar kalimat itu. “Oppa aku baik-baik saja!” protesnya. Bosan memastikan keadan dirinya sendiri.
        Sunggyu hanya menghela napas dan tak berniat membalas ucapan adiknya. Ia kini bahkan sudah membaringkan diri di sana. Berniat menemani sampai adiknya tertidur untuk menebus hilangnya waktu kebersamaan mereka akhir-akhir ini.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar