Kamis, 31 Oktober 2013

FC LOVE (chapter 5)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        B2ST/Beast Lee Gikwang
·        Infinite Lee Howon (Hoya)
·        SNSD Im Yoona
Support cast     :
·        Other member B2ST/Beast
·        Other member Infinite
·        Yong Hwa CN Blue
·        Siwan Ze:a
·        Jonghyun, Minho Shinee
·        All member A-Pink
·        Hara KARA
·        Sulli F(x)
Genre               : romance, family, friendship
Length              : chapter

***

        Yoochun yang menutup pintu ruang kesehatan, tapi Gikwang langsung menahan tangannya sebelum dua siswa SMA Sun Moon itu benar-benar membawanya pergi dari sana.
        “Eh, cewek tadi siapa namanya?” Tanya Gikwang penasaran sekaligus setengah berbisik membuat Yoochun dan Jaejong meliriknya dengan tatapan menggoda. Gikwang langsung salah tingkah di buatnya. “Gue Cuma nanya aja kok. Nggak ada…”
        “Ada maksud tertentu juga boleh kok,” goda Jaejong dengan penuh semangat memotong perkataan Gikwang.
        “Namanya Yoona,” kata Yoochun. “Dia temen sekelas gue. Kalo lo mau nomor telpon…”
        “Udah udah udah,” sela Gikwang yang sudah setengah malu sebelum Yoochun menyelesaikan ucapannya. “Gue Cuma pengen tau nama doank. Dia tuh temennya adik kelas gue di Paradise. Ayo pergi,” ajaknya sambil menarik tangan Yoochun dan Jaejong sebelum keduanya semakin memojokkan Gikwang.
        Yoochun dan Jaejong hanya terkekeh melihat Gikwang yang salah tingkah seperti tadi.

***

        Tak lama setelah Gikwang, Jaejong dan Yoochun meninggalkan ruang kesehatan, Sulli menegakkan badannya dan mendapati Yoona baru saja selesai mengembalikan kotak P3K ke tempatnya.
        “Kak, tadi yang luka itu anak dari SMA Paradise, ya?” Tanya Sulli yang membuat Yoona sedikit terkejut.
        “Eh? Maksud kamu yang pake seragam bola itu, kan?” Yoona balik bertanya untuk memastikan. Sulli hanya mengangguk, membuat Yoona menatapnya bingung. “Memangnya kenapa?”
        “Nggak.” Sulli tersenyum malu. “Kakak kenal sama dia?”
        Yoona tak langsung menjawab. Ia memilih kembali duduk di tempatnya tadi dengan posisi membelakangi Sulli.
        “Gapapa kok kalo emang nggak tau,” kata Sulli karena Yoona tak kunjung memberikan jawaban padanya. “Nanti aku tanyain ke mas Minho aja. Dan kalo nggak salah, tadi dia pake baju nomor 10, kan?” Sulli tampak seperti bicara seorang diri. Meski tengah dalam kondisi kurang sehat, nada suaranya tetap terdengar ceria.
        Yoona hanya tertunduk menahan sesak di dadanya. Ia menatap pintu tempat Gikwang menghilang tadi. Rasanya tak ikhlas jika ada yang mengagumi Gikwang di depan matanya meski ia sendiri tak terlalu mengenal cowok tadi. Bahkan tau namanya juga, nggak.
        Tak lama, pintu ruang kesehatan kembali terbuka. Yoona buru-buru menoleh dan sangat berharap yang kembali datang adalah Gikwang. Namun nyatanya tidak.
        “Kak Tiffany?” seru Sulli riang.
        Tiffany langsung mengahmpiri Sulli. “Kamu baik-baik aja?” ujarnya khawatir. Sulli hanya menggangguk sambil tersenyum. “Yoon, makasih banget ya lo udah nemenin Sulli.”
        Yoona menoleh. “Iya, santai aja.” Yoona tertawa kaku. “Sulli kan calon adik ipar lo,” lanjutnya setengah menggoda. Tentu saja ia melakukan itu dengan terpaksa.
        “Gimana pertandingannya?” Tanya Sulli antusias pada Tiffany.
        “Tadi sih kita kalah 0-1, tapi tenang aja. Minho sama Howon pasti bisa bawa sekolah kita untuk menang.”

***

4 hari kemudian.
        Pagi itu Gikwang mengendarai mobil mewahnya seorang diri setelah sejak beberapa hari yang lalu ia di jemput Yong Hwa, atau bahkan sesekali di antar ayahnya. Ketika di perjalanan, ia melihat seorang cewek yang sudah tak asing lagi untuknya. Cewek itu berdiri di pinggir jalan, dekat dengan sebuah mobil yang sepertinya mogok di jalan. Tanpa pikir panjang, Gikwang langsung menepikan mobilnya.
        “Hara!” teriak Gikwang setelah membuka pintu mobilnya.
        Merasa terpanggil, cewek yang ternyata Hara itu mendekat ke tempat Gikwang berada. “Kenapa, Kwang?”
        “Mobil lo mogok?” Tanya Gikwang sambil melirik ke arah mobil yang kap depannya terbuka.
        “Iya,” kata Hara pendek.
        “Ya udah, ikut gue aja,” putus Gikwang santai. Ia bahkan sudah bersiap masuk kembali ke dalam mobilnya.
        “Tunggu, Kwang!” cegah Hara. “Tapi gue…”
        “Ra! Hari ini kita tuh ujian Negara, loh. Emangnya lo mau gitu, telat masuk? Udah ayo. Gapapa kok,” ajak Gikwang lagi.
        Hara sempat melirik sekilas ke tempat sopirnya berada yang sibuk mengutak-atik mesin mobil yang entah sampai kapan. Setelah menatap jam yang melingkar di tangan kirinya, Hara sedikit terkejut. Taksi yang sejak tadi ia tunggupun tak kunjung datang. Mau tidak mau, ia harus menerima tawaran Gikwang.
        “Maaf ya, Kwang. Aku ngerepotin,” kata Hara tak lama setelah masuk ke dalam mobil Gikwang. “Apa lagi kita juga belum lama deket.”
        Gikwang mulai menjalankan mobilnya. Berusaha tak terlalu memikirkan perasaan Hara yang merasa tak enak padanya. “Ya ampun Hara, sekalipun kita belum saling kenal, kalo gue tau lo satu sekolah sama gue ya pasti gue tetep melakukan hal yang sama, lah.”
        Setelah itu, suasana cukup hening.
        “Gimana kabar lo sama Junhyung?” Gikwang memulai pembicaraan.
        “Gimana apanya? Kamu suka bercanda gitu deh, Kwang.” Hara terkekeh canggung sambil meninju pelan lengan Gikwang untuk menutupi kegugupannya.
        “Akh!” Gikwang meringis karena tangan Hara mengenai luka di siku kirinya yang ia dapati ketika menjalani pertandingan beberapa hari yang lalu.
        “Eh, maaf Kwang. Aku lupa kalo…”
        “Gapapa kok, Ra. Gue Cuma bercanda.” Gikwang terkekeh melihat ekspresi khawatir sekaligus bersalah yang ditunjukkan Hara. “Emang sih, kalo di lapangan tuh Junhyung keliatan kasar. Tapi dia sebenernya  baik banget, kok,” lanjutnya membicarakan Junhyung.
        “Aku tau,” kata Hara pendek. “Tapi, kamu sama sekali nggak dendam kan ke Junhyung?” Tanya cewek itu dengan nada takut. Biar bagaimanapun ia tau kalau ada hubungan kurang baik antara Gikwang dengan Junhyung. Dan kini ia justru semakin memperkeruh keadaan meski ia sendiri kurang tau masalah tentang Junhyung yang terlihat tak suka jika dekat dengan Gikwang.
        Gikwang masih mempertahankan tawanya. “Ya nggak lah. Kan gue udah bilang. Junhyung tuh cemburu karena gue bisa deket sama lo. Dan untuk masalah di pertandingan kemaren, gue yakin dia nggak sengaja kok. Kondisi kayak gitu udah biasa terjadi.”
        “Udah akh, Kwang. Jangan bahas Junhyung dulu,” ujar Hara seakan tak suka jika Gikwang sudah mulai menyinggung hal tadi. Tapi tak bisa di pungkiri juga kalau Hara sebenarnya cukup senang jika ternyata apa yang di katakan Gikwang tentang Junhyung bukan sekedar untuk menghiburnya semata.
        “Nanti siang mau pulang bareng gue lagi?” tawar Gikwang tak lama setelah ia memarkirkan mobilnya di area parkir sekolah.
        “Nggak usah, Kwang. Aku berterimakasih banget sama kamu hari ini. Nanti siang aku yakin mobilnya juga udah selesai dibenerin kok. Sekali lagi makasih banyak ya, Kwang.” Hara berujar dengan cukup canggung. Dan setelah itu ia benar-benar memilih untuk lebih dulu meninggalkan mobil Gikwang sebelum menyulut sesuatu yang tak di inginkan jika ia berlama-lama bersama Gikwang.

***

        “Woooy! Gikwang!” seru Jonghyun sambil merangkul Gikwang. Ia bahkan sampai mengejutkan Gikwang yang baru saja meninggalkan kelasnya seusai ujian tadi.
        “Lo ngagetin aja sih, Jong!” protes Gikwang yang sibuk menetralkan kerja jantungnya akibat terkejut. Sementara sang pelaku justru terkekeh melihat raut kesal yang ditunjukkan Gikwang.
        “Gimana ujian? Lancar?” Tanya Jonghyung basa-basi. Atau lebih tepatnya mengalihkan pikiran Gikwang agar tak marah berkelanjutan.
        “Alhamdulillah deh,” kata Gikwang kurang yakin. “Eh, yang lain mana?” Gikwang mengedarkan pandangannya kepenjuru koridor.
        “Jong! Kwang!”
        Tiba-tiba terdengar teriakan dua pemuda yang ternyata adalah Yong Hwa dan Sunggyu sambil setengah berlari menghampiri tempat Jonghyun dan Gikwang berada.
        “Kenapa sih?” Tanya Gikwang cemas karena dua temannya datang dengan terburu-buru.
        “Tadi pagi lo berangkat sama Hara?” Tanya Yong Hwa to the point.
        Gikwang mengangguk. “Nggak sengaja ketemu di jalan. Mobilnya mogok. Ya gue nggak tega aja. Dari pada dia telat.”
        “Kita sih nggak masalah apapun alasannya. Tapi yang bermasalah itu para penggemar lo. Mereka nunggu di deket mobil lo tuh. Nggak tau pada mau ngapain,” jelas Sunggyu.
        Gikwang langsung melesat ke tempat yang di maksud Sunggyu. Sementara yang lain tanpa perintah mengikuti langkah Gikwang yang bahkan sampai setengah berlari itu. Dan benar saja. Di sana sudah berkumpul para siswi SMA Paradise yang berdiri mengelilingi bahkan hampir menutupi seluruh badan mobil Gikwang. Gikwang sendiri hanya bisa menelan ludah melihat gerombolan cewek-cewek yang hampir kesemuanya adalah cewek yang pernah melakukan ‘kencan’ dengannya.
        “Ada apaan nih?” Tanya Gikwang sedikit takut-takut.
        Salah satu dari mereka mendekat ke arah Gikwang selayaknya seorang pemimpin. “Kita semua mau protes sama lo!” ujar cewek bernama Bomi itu sambil melipat tangan di depan dada dan menatap Gikwang, angkuh.
        “Protes masalah apa, sih?” Yong Hwa yang berdiri tepat di samping Gikwang, ikut bicara. “Lagian, kenapa lo yang ribet? Seinget gue, lo nggak pernah deh ‘kencan’ sama Gikwang.”
        Cewek bernama Bomi tadi langsung diam.
        “Iya bener,” Seru Jonghyun menimpali. “Nah, lo juga,” tunjuknya pada seorang cewek lagi yang berdiri tak jauh dari tempat Bomi. “Kalian kan nggak seangkatan sama kita.”
        “Lo bukannya Chorong ya?” Tanya Sunggyu yang tampak mengenali cewek yang di tunjuk Jonghyun tadi. “Lo ceweknya Woohyun, kan? Ngapain ikut-ikut? Lo juga, Bomi! Gue bilangin Dongwoo, loh!” lanjut Sunggyu setengah mengancam dan sukses membuat dua cewek tadi sedikit gemetaran.
        “Lagian, ini kan ujian Negara untuk anak kelas 3. Bukannya kalian libur?” Yong Hwa menimpali.
        Mereka—Bomi dan Chorong—saling tatap, seolah berbicara lewat tatapan mata. “Kakak-kakak yang cantik. Maap ya kita nolongnya sampe di sini aja,” ujar Chorong yang juga di respon anggukan oleh Bomi. Sedetik kemudian, mereka langsung kabur sebelum diprotes yang macam-macam oleh semua kakak kelasnya.
        Tersisa sekitar 9 orang. Dan kembali, salah satu dari mereka maju layaknya pemimpin seperti yang dilakukan Bomi tadi. “Kita sebagai fans yang pernah ‘kencan’ sama lo, butuh kepastian,” ujarnya tegas. Terlebih ketika menyindir kata ‘kencan’.
        “Butuh kepastian apa lagi sih, Hyuna?” tantang Gikwang. “Lagian, gue dengar lo udah pacaran sama Hyunseung, kan? Apa lo mau bahas masalah  ‘kencan’ kita yang dulu? Itu kan udah lama banget, Hyun.”
        Cewek bernama Hyuna tadi menggerak-gerakkan matanya, panic. Ia juga berusaha berpikir dengan jernih apa yang bisa ia jadikan alasan di depan Gikwang. “Bukan itu juga, Kwang! Tapi, apa lo mau kehilangan banyak fans lo di sekolah ini?”
        Gikwang memutar bola matanya. Sebenarnya ia tak terlalu mau ambil pusing masalah jumlah fansnya yang semakin bertambah atau bahkan berkurang drastis sekalipun.
        “Kita Cuma pengen tau. Apa lo beneran pacaran sama ‘Hara’?” Tanya Hyuna akhirnya dengan memberi penekanan ketika menyebut nama cewek yang ia maksud.
        Ketika Hyuna menyebut nama ‘Hara’, cewek itu kebetulan melintas tak jauh dari sana. Ia bahkan sampai menghentikan langkah yang kebetulan juga tengah melalui jalan itu. Sementara Yong Hwa, Sunggyu dan Jonghyun saling melempar tatapan bingung. Pasalnya, Gikwang tak pernah bercerita ia ingin mendekati Hara meski mereka pernah memergoki secara langsung saat Gikwang makan berdua dengan Hara di kantin.
        “Bagaimana bisa lo memberikan kesimpulan kalo gue jadian sama Hara?” Tanya Gikwang, dingin.
        “Jangan lo pikir, cerita malam minggu waktu itu nggak menyebar di sekolah. Dan apa yang lo lakuin ke Hara itu beda dengan apa yang lo lakuian ke kita pas ‘kencan’. Terlebih, pagi ini kalian datang bareng naik mobil lo. Padahal selama ini lo pasti pake motor kalo pergi ‘kencan’ sama kita,” ujar Hyuna panjang lebar.
        Gikwang tersenyum geli menanggapi protes Hyuna yang mewakili teman-temannya itu. “Jadi sebenernya kalian Cuma pengen nyobain mobil gue atau apa, sih? Yaudah, gue bakal nganterin kalian naik mobil gue. Gitu aja ribet. Tapi gantian ya, soalnya mobil gue paling banyak Cuma bisa buat berlima,” ketus Gikwang yang udah siap meninggalkan tempatnya berdiri sekarang.
        “Gue belom selesai ngomong,” kata Hyuna tak kalah ketus yang benar-benar menjadi juru bicara di sana. “Kita Cuma butuh pertanggung jawaban dari semua ucapan lo kalo lo Cuma mau pergi ‘kencan’ dengan teman seangkatan aja.”
        “Tapi Gikwang emang nggak pernah ‘kencan’ sama adek kelas. Semua juga pada tau, kan?” sela Sunggyu membela temannya itu.
        Hyuna dan pasukannya tersenyum meremehkan atas pembelaan dari Sunggyu. “Gimana kalo ternyata Gikwang ngelakuin ‘kencan’ sama kakak kelas? Namanya TAEYEON!”
        Gikwang membeku di tempat. Berbeda dengan reaksi sebelumnya terhadap tuduhan-tuduhan Hyuna.
        “Lo mau nyangkal apalagi, Kwang?” tantang Hyuna yang merasa di atas angin.
        “Sebenernya apa yang kalian omongin itu udah nggak penting lagi. Kalian juga nggak perlu tau urusan gue sama Hara. Dan untuk masalah Taeyeon…” Gikwang memberi jeda sesaat pada ucapannya. “…gue emang pernah suka sama dia. Dan gue udah bukan anak orang kaya seperti apa yang kalian tau selama ini. Sekarang terserah kalian. Mau tetep mau jadi fans gue atau sebaliknya, gue-udah-nggak-peduli!” ujar Gikwang tajam. Ia lalu menggeser paksa barisan cewek yang menutupi jalannya.
        Ketika Gikwang sudah masuk ke dalam bahkan sudah menyalakan mesin mobil, cewek-cewek tadi sontak menyingkir. Dan benar-benar untuk membuktikan ketidakpeduliannya, Gikwang sengaja berhenti tepat di depan Hara berada. Gikwang menurunkan kaca mobilnya.
        “Ra, gue tau mobil lo masih di bengel. Ayo pulang sama gue,” ajak Gikwang dengan nada yang tak ingin ada penolakan.
        Hara tak langsung menyetujui. “Tapi…”
        “Gue nyimpen rahasia terbesar dari lo,” kata Gikwang pelan, namun untuk Hara itu adalah sebuah ancaman besar.
        Hara tersentak. Akan sangat memalukan jika Gikwang benar-benar membongkar rahasianya di depan umum seperti saat ia mengaku memiliki perasaan pada seorang kakak kelasnya yang bernama ‘Taeyeon’ tersebut di depan warga SMA Paradise. Saat menoleh, sekilas ia melihat sosok Junhyung yang baru saja pergi dari tempat itu. Hara menghela napas sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi dengan Gikwang.
        Yong Hwa, Sunggyu dan Jonghyun tersenyum puas kala mobil Gikwang melintas di depan mereka. Gikwang juga hanya sempat pamitan melalui gerakan mata.
        “Terus, apa itu artinya agenda ini udah nggak berguna?” Tanya Sunggyu meminta saran dua temannya terhadap buku agenda jadwal ‘kencan’ Gikwang yang sudah ada di tangannya. Ia bahkan tak ragu lagi mengatakan hal itu di saat cewek-cewek tadi masih di sana.
        “Gue rasa begitu.” Jonghyun sangat mendukung saran Sunggyu. “Apa perlu di bakar sekalian?”
        “Biar Gikwang aja yang bakar,” ujar Yong Hwa menutup pembicaraan mereka yang setelah itu pergi dari sana meninggalkan para cewek tadi.

***

        “Ra, lo nggak tiba-tiba beneran takut sama gue, kan?” tegur Gikwang ketika di perjalanan. Sejak tadi ia sudah mengawasi Hara yang seperti tak tenang meski ia hanya diam.
        “Maksud kamu?” Tanya Hara, bingung.
        Gikwang tetap menatap lurus ke arah jalanan. “Gue tiba-tiba galak kayak tadi tuh Cuma acting doank. Soalnya gue udah capek sama ‘kencan’ begituan. Mereka makin nggak jelas.”
        “Jadi, kamu mau nyudahin itu?”
        “Kalo begitu terus, yang ada gue nggak dapet-dapet pacar, Ra.” Gikwang terkekeh sendiri dengan jawaban yang ia lontarkan.
        Hara ikut tersenyum. “Emang, siapa cewek yang lagi kamu suka sekarang ini? Masih suka sama kakaknya Junhyung? Atau jangan-jangan, kamu udah punya pacar, ya?” Hara yang sudah merasa terlanjur dekat dengan Gikwang, sedikit penasaran dengan kisah cinta cowok di sampingnya itu.
        Gikwang menoleh cepat dengan mata yang sedikit membulat. “Gue belom punya pacar, kok. Tapi, kakaknya Junghyung?” Ia mengulagi ucapan Hara dengan nada bingung. “Jangan bilang yang lo maksud itu Taeyeon?”
        Hara mengangguk, polos. “Emang Junhyung punya berapa kakak cewek? Cuma kak Taeyeon aja, kan? Ada juga paling cowok dan setau aku namanya Kyuhyun.”
        Gikwang tertegun mendengar cerita Hara. “Kenapa gue nggak pernah tau sih kalo Taeyeon sama Junhyung itu adik kakak?”
        “Kwang!” suara Hara membuyarkan lamunan Gikwang. “Kamu beneran nggak tau kalau Junhyung itu adiknya kak Taeyeon?”
        Gikwang menggaruk belakang kepalanya yang nggak gatal sambil menggeleng. “Oiya, tadi udah ketemu Junhyung?” Tanya Gikwang mengalihkan pembicaraan mereka.
        Hara menggangguk. “Di parkiran tadi, pas aku baru mau masuk ke mobil kamu. Itu juga Cuma ngelihat Junhyung dari jauh.”
        “Dia ada di sekitar parkiran juga?” Tanya Gikwang penuh minat.
        “Iya. Tapi nggak tau dari kapan. Pas aku nengok, dia udah jalan ngejauh.”
        Gikwang hanya manggut-manggut seolah mengerti apa yang terjadi pada Junhyung. Sedetik kemudian, ia tersenyum jahil karena pikirannya sendiri.
        “Eh, tadi pertanyaan aku belom di jawab. Siapa cewek yang lagi kamu suka?” Hara mengulangi pertanyaannya.
        Gikwang tak langsung menjawab. Ia tersenyum geli. “Malu akh, Ra.”
        “Cewek yang malem minggu waktu itu, ya?” tebak Hara.
        “Duh, ketebak ya?” Gikwang mengusap tengkuknya gugup.
        Hara menatap Gikwang tak percaya. “Jadi bener dia? Padahal aku Cuma asal tebak aja, loh.”
        “Jadi sebenernya lo nggak tau?” Tanya Gikwang panic.
        Hara justru terkekeh melihatnya. “Kenapa nggak bilang? Tau gitu, aku kan bisa pura-pura ngajak dia ngobrol. Terus gimana? Udah ketemu lagi sama dia?”
        “Waktu tangan gue luka, dia yang pertama ngobatin. Ternyata dia anak SMA Sun Moon,” Gikwang bercerita dengan cukup antusias. “Eh, tapi jangan cerita-cerita ke Jonghyun, Sunggyu sama Yong Hwa ya,” pintanya cepat-cepat.
        “Iya,” Hara hanya menjawab singkat.

***

        Lewat seminggu setelah ujian Negara berlangsung. Siang itu setelah mengantar Hara pulang, Gikwang membelokkan mobilnya ke arah berlawanan seperti biasa karena ia sudah tak tinggal di rumah lamanya. Terlebih Gikwang harus melintasi sekolah SMA Sun Moon. Ia hanya menoleh sekilas menatap gerbangnya.
        “Apa lo lagi ada di sana sekarang?” Gikwang terkekeh karena sadar ia bicara sendiri. Cukup jauh dari sana, Gikwang menghentikan mobilnya karena ada sebuah mobil yang dengan tiba-tiba menyalip lalu berhenti tepat di depannya. Gikwang mengerutkan dahinya sambil sesekali mengingat siapa pemilik mobil tersebut. “Junhyung!” pekiknya karena melihat cowok itu ke luar dari mobil. Mau tak mau, Gikwangpun menemui Junhyung.
        Junhyung menunggu sambil tersenyum sinis seolah memamerkan beberapa luka di sekitar wajahnya. “Sudah merasa hebatkah, ‘pangeran’?” Tanya Junhyung setengah mengejek karena ia memang sering menyebut Gikwang dengan nama ‘pangeran’.
        Gikwang merasa Junhyung membawa suasana buruk siang itu. Ingin sekali ia bertanya tentang asal luka di wajah Junhyung. Tapi tampaknya percuma. Hanya satu yang bisa ia simpulkan, luka Junhyung ada kaitannya dengan kedatangan cowok itu padanya.
        “Ingin tau dari mana luka-luka ini?” Tanya Junhyung seolah bisa menebak isi kepala Gikwang.
        Gikwang hanya menatap datar untuk menyembunyikan ekspresi yang sebenarnya.
        Junhyung maju beberapa langkah hingga menyisakan jarak beberapa meter saja. Ia masih menunjukkan senyuman sinisnya. Sesekali Junhyung mengawasi sekitar yang kebetulan cukup sepi. “Tentu saja ini perbuatan para ‘pengawal’ setiamu.”
        Selama ini Gikwang bisa cukup sabar menghadapi sikap Junhyung padanya. Kecuali jika sudah menyangkut tiga temannya—Yong Hwa, Sunggyu dan Jonghyun—yang di panggil oleh Junhyung dengan sebutan ‘pengawal’. Untuk Gikwang, masalah antara dirinya dan Junhyung, tidak boleh melibatkan siapapun juga. Dengan sembunyi-sembunyi, Gikwang mengepalkan tangannya untuk mengontrol emosi.
        “Apa luka itu ‘nggak’ terlalu parah sampe lo nggak butuh untuk ngelawan gue?” seru Junhyung penuh rahasia.
        Gikwang melirik ke bawah lengan kiri kemeja sekolahnya yang tergulung hingga siku dan menunjukkan bekas lukanya yang masih cukup terlihat jelas. “Jadi lo sengaja mencelakai gue?” Tanya Gikwang dingin. Setelah itu ia baru kembali mendongak dan menatap Junhyung, tajam.
        Junhyung berdecak meremehkan. “Jadi lo baru nyadar?”
        “Apa maksud lo? Kenapa lo ngelakuin itu ke gue?” Gikwang masih berusaha menahan amarahnya, meski tak di pungkiri nada bicaranya penuh dengan penekanan.
        “Lo pikir Cuma lo aja yang layak jadi kapten? Sedangkan gue nggak? Dan apa lo pikir, lo benar-benar udah ngerasa kayak ‘pangeran’ sungguhan karena banyak cewek cantik yang ngejar-ngejar lo? Lalu setelah itu, dengan bangganya lo ngegandeng Hara di hadapan para fans lo? Apa lo nggak mikirin perasaan mereka?”
        Gikwang mengerutkan dahi karena bingung menanggapi penuturan Junhyung. “Tunggu deh. Kenapa jadi bawa-bawa Hara, sih? Apa hubungannya? Lo nggak rela kalo Hara jalan sama gue?” Tanya Gikwang dengan tatapan polosnya.
Namun tak di sangka, Junhyung justru tersentak mendengar pertanyaan seperti itu yang sukses membuatnya bungkam.
        “Eh, jadi lo beneran cemburu liat gue…” Gikwang belum selesai bicara karena setelah itu… ‘BUUUK!’ Satu pukulan mendarat di wajanya hingga ia tersungkur.
        Junhyung menarik kerah seragam Gikwang yang masih tertidur di aspal. “Kalo emang gue bener ‘cemburu’ ngeliat lo sama Hara, apa lo mau ngelepas Hara buat gue? NGGAK, KAN?” bentak Junhyung.
        Gikwang justru terkekeh melihat kekesalan di wajah Junhyung. “Lo salah paham, Jun.” Cowok itu berusaha untuk terlihat tenang. “Gue emang ada maksud ngedeketin Hara, tapi itu semua…”
        “Cukup!” Junhyung menghentikan ucapan Gikwang. Matanya berkilat penuh amarah. “Apa lo udah bahagia ngeliat gue seperti ini?”
        Gikwang berdecak kecewa. “Bahagia dari mananya, sih? Lo Cuma nggak tau aja. Udah deh, ntar juga lo bakal ngerti. Dan untuk masalah jabatan gue, lo nggak perlu ngiri. Itu Cuma sekedar ‘status’ di lapangan. Kapten sebenarnya itu muncul dari hati. Lo juga bisa ngelakuin itu.” Gikwang berusaha memberikan pengertian.
        Junhyung melepaskan kerah kemeja Gikwang dengan sedikit kasar. Namun bukan berarti ia mengalah karena tersentuh dengan ucapan Gikwang tadi.
        “Lo nggak perlu ceramahin gue,” kata Junhyung ketus yang masih mempertahankan egonya.
        “Terus lo perlunya apa? Cintanya Hara, kan?” goda Gikwang sambil berusaha bangkit, namun Junhyung justru kembali mendorong tubuh Gikwang hingga kembali tersungkur di tanah. Ia lalu kembali berusaha berdiri ketika Junhyung sudah pergi bersama mobilnya. “Akh! Udah ketauan cemburu, masih aja galak sama gue.” Gikwang mencibir sambil menahan rasa sakit luka di tangan kirinya yang masih saja terasa.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar