Minggu, 22 Desember 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 17)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa
Support cast     : SNSD (Hyoyeon), BtoB (Sungjae, Hyunsik, Peniel)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        “Hyung, aku kembali ke ruanganku dulu sebentar,” pamit Sungyeol. Setelah Woohyun mengangguk, Sungyeol langsung melesat pergi meninggalkan dapur.
        Woohyun sempat mengawasi sosok Sungyeol hingga menghilang di balik pintu. Ia kemudian menatap gelas di hadapannya. “Bukankah kau tau jika aku tak menyukai milk shake seperti ini?” gumam Woohyun, seakan berbicara pada minuman itu. Tapi ia juga tak mungkin membuangnya.
        Woohyun mencari-cari sesuatu di dalam rak. Ia akhirnya menemukan sebuah botol. Kemudian Woohyun membawanya untuk wadah milk shake stroberi. Ia berniat membawa minuman itu pulang. Dan mungkin akan ia berikan untuk Hye Ra. Buru-buru Woohyun memasukkannya ke dalam ransel sebelum rekan kerjanya yang baru bahkan mungkin Sungyeol muncul.
        Sementara di dalam ruangannya, kini Sungyeol memeriksa laci di meja kerjanya. Ia menyambar ponselnya yang tergeletak di sana. Kemudian ia juga mematikan laptop yang sejak tadi menyala. Sambil menunggu, pikiran Sungyeol melayang kembai ke dapur tempat ia meninggalkan Woohyun sendirian.
        “Kenapa aku membuatkan Woohyun hyung milk shake?” gumamnya menyalahkan diri. “Dia sama sekali tak suka minuman itu,” lanjut Sungyeol. Sedikit merasa bersalah karena ia yang selalu menekankan hal tersebut pada Jeongmin dan Hyunseong. Tapi kini justru ia yang melupakannya. Terlebih ia juga ingat bahwa tadi Woohyun sama sekali belum menyentuh minuman tersebut.
        Buru-buru Sungyeol kembali ke tempat Woohyun berada. “Hyung!”
        Woohyun yang tengah menyusun piring-piring bersih, langsung menoleh. “Ada apa?”
        Sungyeol tak menjawab. Ia mengedarkan pandangannya ke tiap sudut dapur. Bahkan meja ketika ia dan Woohyun makan tadi sudah bersih. “Apa Woohyun hyung meminumnya?”
        “Sungyeol?” tegur Woohyun karena mendapati Sungyeol membeku di tempatnya berdiri. “Kau kenapa?”
        “Tidak ada, hyung.” Sungyeol menyembunyikan apa yang ia pikirkan sebenarnya. “Kau baru bekerja penuh besok. Sekarang tinggalkan saja itu semua,” lanjutnya sedikit memerintah. Ia juga tak berani mengungkit masalah milk shake tersebut.

***

        Esoknya. Myungsoo menghentikan mobilnya tak jauh dari gerbang sekolah karena ia melihat pemandangan yang tidak biasanya. Hye Ra baru saja datang dan di antar oleh Woohyun. Ia juga bisa melihat ketika Woohyun memberikan sebuah botol minuman pada Hye Ra. Gadis itu bahkan sangat senang menerima minuman pemberian Woohyun.
Minwoo yang juga berada di sana langsung menoleh ke arah kakaknya untuk menuntut penjelasan. “Apa mereka sekarang sedekat itu?”
        “Entahlah. Baru kemarin Hye Ra tampak frustasi mencari Sungyeol hyung.” Myungsoo menjawab tanpa menoleh. Kemudian ia melajukan kembali mobilnya memasuki gerbang sekolah setelah Hye Ra juga sudah ke dalam dan Woohyun sudah tak tampak lagi di sana.
        “Hyung. Semoga kau lulus,” kata Minwoo sebelum meninggalkan mobil Myungsoo lebih dulu.
        Myungsoo sendiri hanya mengangguk singkat do’a yang diberikan adiknya itu.

***

        “Dongwoo!” panggil Hye Ra ketika melihat pemuda itu baru saja hendak masuk ke dalam kelas.
        Dongwoo langsung menghentikan langkah dan menunggu Hye Ra di depan pintu masuk. “Kau tampak ceria sekali hari ini?” komentar Dongwoo melihat suasana hati Hye Ra yang tampak baik.
        “Ku rasa Hye Ra baru saja mendapatkan pacar.”
        Hye Ra dan Dongwoo langsung menoleh karena tiba-tiba Sungjong muncul di belakang mereka sambil berkata seperti itu. Namun Sungjong tampak mengabaikan keduanya. Ia menerobos ke duanya sambil menyembunyikan senyuman. Nampaknya kini Sungjong memiliki kesenangan sendiri untuk menggoda Hye Ra.
        “Benarkah?” desak Dongwoo memastikan.
        Hye Ra langsung salah tingkah. “Apa Hoya sudah datang?” Ia justru bertanya tentang Hoya untuk mengalihkan pembicaraan. Namun Dongwoo tak menjawab karena mereka merasakan seseorang berhenti tepat di samping mereka. Keduanya langsung menoleh dan mendapati Haesa di sana dengan tatapan yang sulit di artikan.
        “Hey! Apa yang kau bawa?” seru Dongwoo mengalihkan. Ia juga sempat menggeser tubuhnya sebagai tanda agar Haesa lebih baik untuk cepat masuk ke dalam.
        Hye Ra memeriksa sesuatu dalam genggaman tangannya. Botol minum berisi milk shake stroberi pemberian Woohyun. “Woohyun oppa yang memberikannya padaku. Dia bilang itu dari restoran tempat ia bekerja sekarang.”
        Dongwoo melebarkan mata. “Woohyun hyung sudah tidak bekerja di café Sunggyu hyung?”
        Hye Ra mengangguk cepat. Kembali, pembicaraannya dengan Dongwoo mengalami sedikit hambatan. Kali ini dengan kemunculan Myungsoo.
        “Hoya jadi berangkat hari ini?” Tanya Myungsoo.
        Di tempatnya, Hye Ra membulatkan mata. “Ke Jepang?”
        “Nanti siang,” kata Dongwoo menjelaskan.
        “Tapi tadi aku baru saja melihatnya datang,” seru Hye Ra.
        “Hanya sebentar. Hoya juga sudah pulang.” Setelahnya, tak ada yang kembali berbicara. Namun sesuatu yang di genggam Hye Ra kembali menyita perhatian Dongwoo. “Milk shake stroberi?” tebaknya.
        Hye Ra menatap botol minum di tangannya sambil mengangguk. “Woohyun oppa yang memberikan,” jelasnya lagi tanpa di minta.
        “Ku pikir dari karyawan Sunggyu hyung yang tinggi itu.”
        Mendengar Dongwoo berkata seperti itu, Hye Ra dan Myungsoo saling melempar tatapan. Dipikiran mereka yang di maksud oleh Dongwoo adalah Sungyeol. Tidak salah lagi.

***

        Sungyeol kini tinggal di rumah sederhana seperti yang kini di tempati Hye Ra dan Sunggyu. Dan pagi itu tampak Sungyeol siap berangkat dengan sepeda motor yang selalu menemaninya selama menjadi karyawan di café Sunggyu.
        Pemuda itu membatalkan niat menutup pintu pagar ketika menyadari ada seseorang di belakangnya. Sungyeol langsung membalikkan badan untuk memastikan siapa yang berada di sana. Hyoyeon.
        “Aku hanya ingin berpamitan. Siang ini aku kembali ke Jepang.”
        Sungyeol tak terlalu memberikan reaksi terkejut. Meski dalam hati ia lega karena mungkin ia bisa menjalani hidup seperti apa yang ia harapkan. Dan bisa jadi ia akan langsung menyelesaikan masalahnya dengan Hye Ra. Tapi yang membuat Sungyeol tidak bisa menyembunyikan rasa bersalahnya adalah kehadiran Hyunsik di sana. Pemuda itu berdiri sedikit jauh dari tempat Hyoyeon berdiri.
        “Kalian datang bersama?” tuntut Sungyeol dengan tatapan penuh Tanya pada Hyunsik.
        “Aku tidak akan menganggumu setelah ini.”
        Tatapan Sungyeol berganti untuk Hyoyeon. Gadis itu tersenyum. Bukan seperti senyum yang selama ini ia lihat.
        “Pemuda yang menolongmu ketika kecelakaan itu adik kandungku,” jelas Hyoyeon.
        Hyunsik kini sudah bergabung berdiri dengan Sungyeol dan Hyoyeon. Sementara Sungyeol diam membeku mendengar cerita Hyoyeon.
        “Aku belajar sesuatu darinya. Hoya melepaskan gadis yang ia cintai untuk orang lain,” lanjut Hyoyeon.
Namun perkataan Hyoyeon justru membuat Sungyeol bingung. Ia melirik Hyunsik untuk membantunya menjelaskan. Hyoyeon sendiri terkekeh melihat reaksi Sungyeol.
        Hyunsik memegang pundak Sungyeol. “Kebetulan aku mendapatkan proyek di Jepang. Dan aku akan berusaha merebut kembali hatinya,” ujarnya sambil memberikan tatapan tersirat untuk Hyoyeon.
        Sungyeol masih sibuk mencerna ucapan Hyunsik. Namun akhirnya, perlahan ia mengerti maksud ucapan dua orang di hadapannya. “Kalian…” Sungyeol tak melanjutkan ucapannya karena tak percaya dengan apa yang dialami temannya itu.
        “Tidak seperti itu,” protes Hyoyeon. “Aku malu karena…”
        “Jangan bicara seperti itu.” Sungyeol menyela ucapan Hyoyeon. “Itu karena Hyunsik memang sudah bekerja keras selama ini.”
        Hyunsik mengusap tengguknya. Malu karena Sungyeol memujinya seperti itu.
        Sungyeol melirik jam di tangannya. “Kalian membuatku terlambat ke restoran,” seru Sungyeol pura-pura merasa terganggu. Namun ia memang harus segera bekerja.
        “Sungyeol.” Hyoyeon menahan tangan pemuda itu yang hendak mengenakan helm ke kepalanya. “Aku menunggu kabar bahagiamu dan gadis itu.”
        Sungyeol mendesah berat. Ia tau gadis yang Hyoyeon maksud adalah Hye Ra. “Jika aku tidak bisa mengabulkannya?” tanyanya sedikit frustasi mengingat kejadian yang membuat hubungannya dan Hye Ra merenggang.
        Hyoyeon berusaha tersenyum. “Apapun itu. Aku ingin tetap dengar berita bahagiamu.”
        Sungyeol mengangguk setuju. Ia kemudian menoleh Hyunsik dan membalas pelukan sahabatnya itu. “Jaga Hyoyeon seperti kau menjaga persahabatan kita,” pinta Sungyeol. “Dan jangan lupa kirimi aku undangan jika kalian akan menikah nantinya.”
        “Sungyeol!” protes Hyoyeon.
        Sungyeol dan Hyunsik hanya terkekeh melihatnya. “Aku hanya mendoakan. Apa tidak boleh?”
        Hyoyeon tertunduk malu mendengar Sungyeol menggodanya seperti itu. “Akh, iya. Aku hampir saja melupakan sesuatu.” Hyoyeon mengulurkan tangannya yang membawa sebuah tas karton. “Hanya bingkisan kecil.”
        “Terima kasih.” Dengan penuh semangat, Sungyeol menerimanya.

***

        “Kau pikir bisa pergi begitu saja dariku?”
        Hoya yang baru saja berjalan beberapa meter dari depan apartemennya sambil menggeret sebuah koper besar serta ransel di punggungnya, langsung menghentikan langkah ketika mendengar suara seseorang. “Hye Ra?” seru Hoya sedikit gugup karena melihat gadis itu muncul di hadapannya. Hye Ra bahkan masih mengenakan seragam sekolahnya.

Flashback…
        Pagi itu Woohyun mengantar Hye Ra pergi ke sekolah. Tepat bersamaan dengan melintasnya motor Hoya memasuki gerbang sekolah. Tanpa sadar ketika baru turun dari motor Woohyun, pandangan Hye Ra mengikuti arah perginya Hoya. Dan Woohyun menyadari itu. Tapi pemuda tersebut sama sekali tak mempermasalahkannya.
        “Itu Hoya, kan?”
        “Hmm?” Hye Ra menoleh cepat.
        “Benar dia akan pindah ke Jepang?” Tanya Woohyun memastikan. Ia memang sudah mendengar cerita tentang Hoya, Haesa dan Sungjong. Sementara Hye Ra hanya menjawab dengan anggukan. “Kapan?”
        Hye Ra mengangkat bahunya, malas. “Tidak tau.”
        “Kau masih memiliki perasaan padanya?” seru Woohyun sedikit berbisik.
        “Jangan ingatkan itu.” Hye Ra sempat menoleh sesaat, lalu kembali membuang pandangannya. “Aku sudah milikmu, oppa.” Malu-malu Hye Ra meraih tangan Woohyun.
        Woohyun tampak mengangguk mengerti sambil tersenyum mendapat perlakuan seperti itu dari Hye Ra. “Kenapa tak kau ajak Hoya berkencan sebelum dia pindah?”
        “Apa?” pekik Hye Ra. Ia melotot galak ke arah Woohyun. Ia bahkan sampai melepaskan tangan Woohyun. “Bagaimana bisa oppa menyuruh pacar oppa sendiri berkencan dengan pemuda lain?”
        Woohyun justru terkekeh mendengarnya. “Aku tau kau, Hye Ra.” Woohyun membuka tasnya dan mengeluarkan sebotol minuman yang kemudian ia berikan untuk Hye Ra. Gadis itu melempar tatapan penuh Tanya padanya. “Milk shake…”
        “Stroberi?” lanjut Hye Ra riang. Ia bahkan langsung menyambar botol di tangan Woohyun.
        Tak lama setelahnya, Hye Ra langsung kembali ke kelas. Ia memikirkan perkataan Woohyun tadi. Setidaknya mereka memiliki sedikit kenangan.
Flashback end…

        “Kau tidak akan berangkat sekarang juga, kan?” Tanya Hye Ra hati-hati. “Kita tidak memiliki kenangan manis sedikitpun. Meski dalam hubungan pertemanan sekalipun.”
        Hoya melirik jam tangan, lalu memeriksa ponselnya. “Sebenarnya aku hanya meninggalkan apartmen hari ini. Dan baru akan benar-benar pergi besok.” Hoya mendongak memastikan keberadaan Hye Ra. “Apa kau sudah tau semuanya?”
        “Hmm? Tentang…?”
        “Tentang…” Hoya tak langsung menyelesaikan kalimatnya. Mendadak pemuda itu menjadi sedikit gugup. “Ya semuanya.”
        “Tapi banyak yang… Hey! Hoya!” seru Hye Ra karena Hoya justru telah menarik tangannya. Mereka melesat masuk ke dalam lift. Hoya bahkan mengabaikan semua pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan Hye Ra.
        Hoya menutup bagasi mobil setelah memasukkan kopernya ke dalam sana. “Bisakah kita pergi kencan untuk yang pertama dan yang terkahir kalinya?” pinta Hoya.
        Hye Ra membeku mendengarnya. Yang dikatakan Hoya sama persis seperti maksud tujuannya ke sana.
        “Atau kau mau aku meminta ijin pada kekasihmu?” sela Hoya.
        “Eh? Maksudmu?” Tanya Hye Ra bingung. Tidak mungkin pemuda itu tau bahwa ia kini berpacaran dengan Woohyun.
        “Pemuda tinggi yang menolongmu tenggelam di sekolah waktu itu. Ku pikir dia kekasihmu.”
        Hye Ra meremas ujung kemejanya. Tadi pagi Dongwoo. Dan sekarang Hoya yang menyangka dia berpacaran dengan Sungyeol, bukan dengan Woohyun seperti yang terjadi sebenarnya.
        “Sudahlah, lupakan.” Hoya langsung mengalihkan pembicaraannya karena melihat perubahan raut wajah Hye Ra. “Apa Hye Ra tau tentang kecelakaan yang menimpa Sungyeol hyung?” Namun pemuda itu tak sampai hati untuk menanyakannya. Yang harus ia lakukan sekarang adalah mengukir sedikit saja kenangan manis sebelum ia meninggalkan tempat ini. “Bisa pergi sekarang?”
        Buru-buru Hye Ra mengangguk lalu mengikuti Hoya masuk ke dalam mobil.
        Hoya mulai menjalankan mobilnya dan meninggalkan apartmen. “Dongwoo?” seru Hoya tanpa suara. Di luar sana ia melihat sosok Dongwoo bersama Myungsoo di seberang gerbang apartmennya. “Dongwoo pasti menceritakan semuanya.” Meski demikian, Hoya bisa bernapas lega untuk masalah itu.
        “Itu mereka!” seru Dongwoo sedikit mengagetkan Myungsoo. “Ayo cepat!”
        Myungsoo langsung menurut dan memasuki mobilnya. Namun di tengah-tengah berkonsentrasi mengemudi, Myungsoo seperti teringat sesuatu tentang mobil yang dikendarai Hoya tersebut. Mobil tersebut mengingatkannya dengan mobil yang pernah di kendarai Sungyeol.

***

        Mereka memulainya dengan makan siang. Sepulang sekolah, Hye Ra memang belum sempat mengisi perutnya. Tapi gadis itu sudah mengganti bajunya ketika sampai di sebuah pusat perbelanjaan yang mereka kunjungi saat itu.
        “Aku ke kasir sebentar,” pamit Hoya.
        Hye Ra hanya mengangguk meresponnya sambil menyeruput kembali minuman yang ia pesan. Milk shake stroberi. Gadis itu tak sanggup menghabiskannya. Bukan karena sudah merasa kenyang. Perlahan Hye Ra menjauhnya gelasnya ke tengah meja. Dilihatnya minuman milik Hoya sudah habis. Lalu ia teringat sesuatu di dalam tasnya. Minuman itu masih utuh.
        “Harusnya aku tidak memesan milk shake stroberi tadi,” sesalnya.
        “Apa Dongwoo juga yang menyarankanmu untuk menemuiku?” seru Hoya yang tiba-tiba muncul sambil menghempaskan tubuhnya ke kursi. Ia menunjukkan rau wajah sedikit kesal.
        Hye Ra menggeleng polos. “Ini keinginanku.”
        Hoya merasakan tenggorokannya seperti tercekat mendengar pengakuan Hye Ra. “Lebih baik aku mendengarnya berbohong,” ujarnya dalam hati. Apa yang di ucapkan Hye Ra tadi memang menjadi beban tersendiri untuknya.
        “Memangnya kenapa?”
        “Dongwoo dan Myungsoo mengikuti kita,” kata Hoya tak suka.
        Hye Ra menatao Hoya, bingung. “Ku pikir mereka meninggalkanku di apartmenmu.” Gadis itu lalu mengeluarkan ponselnya. “Aku akan menyuruh mereka berhenti mengikuti kita.”
        “Jangan!” cegah Hoya.
        “Bukannya kau tidak nyaman…”
        “Biarkan saja. Ku pikir itu bisa menjadi kesenangan tersendiri untukku di hadapan mereka,” ujar Hoya penuh semangat. “Ayo pergi ke tempat lain,” lanjutnya yang tak lupa meraih tangan Hye Ra untuk ikut bersamanya.
        Setelah itu, Hoya dan Hye Ra melanjutkan acara kencan mereka ke arena permainan. Hoya langsung menarik gadis itu ke arena permainan basket. Hanya Hoya yang memainkan. Hye Ra menolak dengan alasan, ia ingin melihat Hoya bermain. Dan Hye Ra juga mengabadikannya dengan memoto Hoya menggunakan kamera ponselnya.
        “Bagaimana jika setelah ini kita ‘photo box’?” tawar Hye Ra. Dan ketika Hoya menyetujuinya, gadis itu langsung menarik tangan Hoya ke luar dari arena permainan.
        Puas bernarsis ria, Hoya dan Hye Ra langsung melihat-lihat hasil foto mereka.
“Tidak ada yang bagus,” cela Hoya. Ia bahkan sudah bersiap seperti ingin merobek foto mereka.
        “Apa yang kau lakukan?” pekik Hye Ra sambil menyambar lembaran foto di tangan Hoya. “Lebih baik aku saja yang menyimpan,” serunya kesal. Hye Ra bahkan sudah memasukkan semua foto ke dalam tasnya.
        “Aku hanya bercanda. Apa tidak ada satupun yang boleh ku bawa ke Jepang?” rayu Hoya.
        Hye Ra menggeleng tegas. “Aku tau kau sudah mengoleksi beberapa fotoku yang di ambil diam-diam oleh Dongwoo. Ayo ke tempat lain.”
        Hoya hanya terkekeh melihat tingkah Hye Ra. Terutama ketika gadis itu dengan leluasa menarik tangannya. Meski tak dipungkiri, ia juga sedikit kesal karena rahasia tentang foto Hye Ra yang ia dapat dari Dongwoo juga di bongkar oleh pemuda itu. Ia bahkan sempat melirik ke belakang untuk memastikan bahwa Dongwoo dan Myungsoo masih penuh semangat mengikuti mereka. Dan ia tersenyum puas melihatnya.
        Di tempatnya berada, Dongwoo hanya bisa menahan kesal melihat Hye Ra memperlakukan Hoya seperti itu. “Kita akhiri saja!” serunya, frustasi.
        Buru-buru Myungsoo menahan kerah seragam Dongwoo sambil berdecak kesal. “Tak akan ku biarkan kau pergi. Kita harus tetap mengawasi mereka!” Paksanya. Myungsoo bahkan sampai menarik dengan kasar tubuh Dongwoo agar tetap bersamanya.

***

        Sungyeol mengunjungi Woohyun yang masih berkutat dengan pekerjaannya di dapur. “Jangan terlalu keras bekerja, hyung.”
        “Oh, Sungyeol?” seru Woohyun yang tampak senang dengan kunjungan Sungyeol di sana. “Jika aku tidak menyelesaikan ini, restoranmu bisa hancur perlahan.”
        Sungyeol tertawa geli mendengarnya.
        Dari arah dalam, muncul seseorang berseragam sama seperti Woohyun menghampiri mereka. “Biar aku lanjutkan, hyung. Kau bisa istirahat sebentar.”
        “Peniel benar,” kata Sungyeol menyetujui saran karyawannya itu yang kini justru sudah mengambil alih pekerjaan Woohyun.
        “Baiklah. Itu sebentar lagi selesai.” Woohyun akhirnya mengalah. “Aku ke dalam sebentar,” pamitnya sambil menepuk pelan pundak Sungyeol.
        “Hyung, aku pulang duluan, ya.” Sungyeol berteriak karena Woohyun sudah terlanjur masuk ke dalam.
        Woohyun memunculkan kembali wajahnya dari balik pintu. “Apa kau sedang ada kerjaan di luar?” Woohyun balik bertanya. Mereka sudah terlalu akrab sejak masih di café Sunggyu.
        “Ada sesuatu yang harus ku kerjakan. Anak teman ibu yang kemarin itu nanti malam akan menginap sebelum mereka terbang ke Jepang besok.” Sungyeol bahkan tak segan-segan bercerita panjang lebar pada Woohyun.
        “Memang kemarin kau jadi bertemu dengan mereka?” lanjut Woohyun. Ia juga sambil mengingat-ingat kejadian kemarin.
        Sungyeol justru mengusap tengkuknya. “Tidak, hyung.” Ia berujar polos. Di tempatnya, Peniel juga sedikit terkekeh melihat Sungyeol.
        “Dasar kau. Ya sudah ya.” Kali ini Woohyun benar-benar menutup pintu yang mengarah ke bagian belakang restoran. Tempat mereka mendapat kiriman bahan makanan. Di sana juga baru saja pergi sebuah truk pengantar bahan makanan mereka.
        Woohyun mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Sungyeol benar-benar memberikan kebebasan karyawannya memegang ponsel. Persis seperti yang biasa dilakukan Sunggyu. Namun karena Woohyun menghargai pekerjaannya dan Sungyeol juga, ia lebih memilih mematikan ponsel ketika bekerja. Dan kali ini ia memiliki kesempatan untuk mengaktivkannya kembali.
        Pemuda itu berniat untuk menelpon Hye Ra. Langsung saja ia menekan panggilan cepat atas nama gadis itu. “Hei… Kau jadi pergi dengan Hoya?”
        “Iya, oppa. Aku di pusat perbelanjaan,” kata Hye Ra yang saat itu baru saja ke luar dari arena bermain. Ia bahkan sampai sedikit menjauh dari Hoya ketika menerima panggilan dari Woohyun. “Oppa, maaf.”
        “Kenapa justru kau yang meminta maaf?” seru Woohyun heran. “Kan aku juga yang menyarankannya.”
        Hye Ra tak berani menjawabnya.
        Woohyun terkekeh karena membayangkan betapa Hye Ra merasa bersalah. “Sudahlah. Kau bersenang-senang saja dengan Hoya. Nanti malam aku yang akan ke rumahmu. Aku juga ingin bertemu Sunggyu hyung,” kata Woohyun mengalihkan. Ia tau jika Hye Ra sudah tak bisa berkata apa-apa.
        “Aku akan menunggumu, oppa.”
        “Baiklah. Salam untuk Hoya,” goda Woohyun yang bahkan sudah menutup telpon sebelum Hye Ra meresponnya.
        “Oppa!” Hye Ra masih saja memanggil-manggil Woohyun. Namun sambungan sudah terputus. “Bagaimana bisa dia menitip salam untuk seseorang yang sedang pergi bersama kekasihnya sendiri?” cibirnya pelan tanpa ingin mencurigakan Hoya.
        “Kekasihmu?” tebak Hoya.
        Hye Ra hanya menghela napas dan tak berniat menjawab. Sementara tangannya memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celananya.
        “Pemuda di kolam renang?” Tanya Hoya lagi tak menyerah begitu saja.
        Hye Ra menoleh cepat.
        Melihat itu Hoya bisa langsung menarik kesimpulan bahwa pemuda tersebut bukan Sungyeol. “Bukan Dongwoo juga, kan? Karena dia dan Myungsoo masih mengikuti kita.”
        Hye Ra mengikuti arah pandangan Hoya. Hanya beberapa meter di belakang mereka, Myungsoo dan Dongwoo tengah berpura-pura melihat barang-barang yang terpajang di etalase sebuah toko untuk menghindari kecurigaan Hoya dan Hye Ra. Meski sudah jelas keberadaan mereka sudah terbaca sejak awal.
        “Sudahlah. Kita tidak punya banyak waktu.” Hye Ra kembali menarik tangan Hoya sekaligus mengakhiri pembicaraan mereka tentang siapa kekasih Hye Ra.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar