Jumat, 27 Desember 2013

BLUE FLAME BAND 2 (part 6)



Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
·        Im Yoona (SNSD)
·        Choi Minho (SHINee)
·        Choi Sulli (F(x))
·        Kim Himchan (B.A.P)
Genre               : romance
Length              : part

***

        Joon menyingkirkan majalah di hadapannya ketika merasakan kedatangan Hye Ra. Gadis itu duduk di seberang Joon yang sudah menunggunya di meja makan.
        “Kau akan ke mana setelah ini?” Tanya Hye Ra. Ia sangat mengerti kesibukan kekasihnya itu.
        “Aku ada tour luar kota. Mungkin selama 2 minggu. Kau jangan macam-macam tanpaku,” kata Joon seraya melepaskan jaketnya. Ada nada mengancam di sana.
        Hye Ra terkekeh mendengarnya sambil menyiapkan makanan untuk Joon. “Kau yang jangan macam-macam,” balasnya.
        Joon terkekeh lalu menerima piring nasi yang diberikan Hye Ra. Di sana ia melihat cincin yang masih melingkar di jari manis tangan kanan Hye Ra. “Kapan kita membeli cincin baru? Kau tidak malu memakainya? Aku seperti pemuda tak modal.”
        Hye Ra menatap cincin di tangannya. Ia lalu melirik tangan Joon. Ia juga masih mengenakan cincin ‘pertunangan dadakan’ mereka. “Kau sendiri, apa tidak malu mengenakan itu?” Hye Ra mengembalikan pertanyaan yang sama.
        Kini giliran Joon yang menatap tangannya. Memperhatikan dengan teliti. Cincin perak yang seakan tak ada harganya. Tapi tidak di mata Joon. “Selagi cincin ini kau yang memakaikannya untukku, aku akan tetap memakainya.”
        Hye Ra membatalkan niat menyuapkan makanan ke mulutnya. Ia menatao Joon, tertegun. Joon tipe pemuda yang menghargai perngorbanan di bandingkan harta. Dan mungkin hanya mereka pasangan yang mengenakan barang murah sebagai cincin ‘pertunangan’, tapi itu sangat berarti bagi mereka.
        Beberapa menit kemudian, mereka habiskan dengan saling diam. Baik Joon maupun Hye Ra sibuk dengan pikiran masing-masing.
        “Eonnie sangat beruntung jika dulu ia dan Joon berjodoh. Joon pemuda baik. Andai perasaanku padanya sedalam perasaannya padaku.”
        “Ada yang ingin kau katakan?” tegur Joon sedikit membuyarkan lamuan Hye Ra. Gadis itu menatap Joon dengan tatapan yang sulit di artikan.
        Hye Ra hanya menggeleng sambil mengukir senyuman terbaiknya. Seusai makan, Joon berinisiatif membereskan peralatan makan yang baru saja mereka gunakan ke dapur. Hye Ra membantu sambil menyusul di belakang Joon.

***

        “Changsun hyung pasti sudah berangkat ke luar kota.” Minhyuk tampak bicara seorang diri. Malam itu ia berjalan kaki di tengah kota sambil membawa kamera kesayangannya.
        Pemuda tampan itu mengarahkan kameranya ke beberapa sudut kota. Hingga tanpa sengaja lensa kameranya menangkap sepasang kekasih yang tengah bergandengan tangan dan melintas di depannya. Buru-buru Minhyuk menurunkan kamera tersebut.
        “Andai aku bisa melakukannya dengan Sulli atau mungkin… Hye Ra.” Minhyuk terkekeh sendiri dengan pikirannya. Ia kemudian melanjutkan perjalanan.
        Minhyuk tampak merapatkan jaketnya yang melindungi tubuh dari dinginnya angin malam. Belum ada sesuatu menarik yang ia temui. Kali ini Minhyuk memilih memasuki sebuah café kecil yang ia lalui untuk sekedar beristirahat sejenak.
        Sesampainya di sana ia langsung memesan secangkir susu vanilla  hangat dan mengambil posisi meja yang sedikit dalam. Tak lama pesanannya datang bersamaan dengan seorang pemuda yang menempati meja tepat di samping tempat Minhyuk berada. Namun Minhyuk tak terlalu menyadarinya.
        “Terima kasih,” kata Minhyuk pada pelayan yang mengantarkan minumannya.
        “Espresso. Tapi jangan terlalu panas,” kata pemuda itu.
        Minhyuk sempat mendengar pesanan permuda itu. Dan kali ini Minhyuk tampak sibuk mengotak-atik kameranya. Foto terakhir yang ia ambil selain saat berjalan-jalan tadi, adalah foto konser ‘Blue Flame’ di Jepang. Minhyuk mendapat tempat VVIP yang membuatnya leluasa menyaksikan aksi band tersebut. Tentu saja berkat campur tangan Joon juga.
        Kebanyakan hasil jepretan Minhyuk adalah foto Joon karena kakaknya itu sering berada di depan panggung. Dan hanya beberapa foto member ‘Blue Flame’ yang lain. Minhyuk tersenyum ketika melihat foto Joon yang jelas-jelas tersenyum ke arah kameranya. Jelas Joon menyadari bahwa itu adalah Minhyuk.
        “Bisa kau carikan arsitek untukku? Temanku yang kemarin tiba-tiba membatalkan projek untuk istrinya Minho. Sebenarnya aku ingin memberikan ini untuk Minhyuk.” Pemuda tadi sibuk berbicara dengan seseorang melalui ponsel.
Karena suara pemuda itu yang terdengar sampai tempatnya berada, Minhyuk sampai menoleh. Terlebih ketika namanya di sebut meski kemungkinannya sangat kecil bahwa Minhyuk yang dimaksud adalah dirinya.
“Tapi dia tak bisa di hubungi sampai sekarang. Dan seingatku, dia memang sudah kembali dari Jepang,” lanjut pemuda tadi. Ia sempat mengucapkan ‘terima kasih’ dengan suara pelan pada pelayan yang mengantar pesanannya. Dan saat itu pula, ia sempat melirik Minhyuk yang kali ini sudah jelas-jelas menatap penuh minat padanya.
        Tertangkap seperti itu, Minhyuk tidak pura-pura mengalihkan pandangannya. Ia tetap menatap lekat pemuda tersebut sambil berpikir. “Kau mirip temanku yang bernama Himchan,” kata Minhyuk dengan polosnya.
        Pemuda tadi sempat tersentak. Ia bahkan sampai memutuskan telponnya secara sepihak hanya karena Minhyuk. Pemuda itu lalu membawa serta minumannya dan pindah duduk, tepat berhadapan di meja yang sama dengan Minhyuk.
        “Minhyuk? Kau…”
        Minhyuk menegakkan tubuhnya. “Kau benar Himchan?”
        “Kau lupa padaku?” protes pemuda yang panggil Minhyuk dengan nama Himchan tadi.
        Minhyuk menertawai kejadian antara mereka. Himchan juga tampak ikut terkekeh. Mereka lalu berdiri dan saling berpelukan melepas rindu.
        “Kenapa kau tak menghubungiku kalau sudah sampai?” Lagi, Himchan sedikit melayangkan protes keras pada Minhyuk. Namun bekas luka-luka di wajah Minhyuk membuatnya terkejut. “Kau kenapa?” kini ganti rasa panic yang meliputi Himchan.
        “Sudahlah. Tidak penting,” kata Minhyuk, santai. Tapi ia tetap menceritakan pengalaman saat kembali menginjakkan kaki di Korea.
        Himchan mengangguk mengerti dengan cerita Minhyuk. Tiba-tiba Himchan teringat dengan pembicaraannya di telpon dengan seseorang. “Kau tau model cantik bernama Im Yoona?”
        Minhyuk membeku mendengar nama itu. Tentu saja ia tau. Yoona adalah gadis yang dicintai hyungnya, Lee Joon. “Ada apa dengannya?” Tanya Minhyuk senormal mungkin.
        “Adik iparnya itu seorang desainer muda.”
        Di tengah-tengah Himchan bercerita, Minhyuk tampak sibuk dengan pikirannya sendiri tentang Yoona. “Setauku Yoona anak tunggal. Jika dia memiliki adik ipar, itu artinya… Yoona sudah menikah? Dan seseorang yang di maksud Himchan adik dari suaminya? Lalu, siapa kekasih hyung sekarang?”
        “Mereka ingin membuka sebuah butik. Dan aku diminta  mencarikan arsitek untuk mendesain tata letak butik mereka nantinya. Kebetulan temanku itu membatalkan kerja sama. Beruntung aku bertemu denganmu di sini,” lanjut Himchan.
        “Jadi, kau memberikan pekerjaan ini untukku?” ulang Minhyuk untuk memastikan.
        Himchan menyeruput minumannya sambil mengangguk membenarkan. “Aku akan segera mengabari Yoona. Dan rencananya besok siang aku akan mempertemukan kalian.”
        Minhyuk mengangguk mengerti. “Akh, iya. Berikan nomor ponselmu.” Minhyuk langsung menyodorkan ponsel milik Joon yang diberikan padanya ke hadapan Himchan.

***

Jami oji annneun bam so sad tonight
Geudaewa hamkkehal su eomneun i bam
In the Midnight-igh-ight Midnight-ight
Ni saenggage jam mot deuneun Midnight
Dasi chajaon i bam so sad tonight
Geudaega eobsi dasi matneun i bam
In the Midnight-igh-ight Midnight-ight
Niga eobsi jam mot deuneun Midnight
(Midnight : ‘B2ST’)

        “Akh… hyung. Ini baru hari pertama. Dan aku sudah sangat merasa lelah sekali,” keluh Luhan saat seluruh member ‘Blue Flame’ kembali ke ruang ganti setelah melakukan kegiatan konser pagi tadi. Ia bahkan langsung merebahkan diri ke sofa yang tersedia.
        Di salah satu sudut, tampak Doojoon melepaskan beberapa atribut yang tadi ia gunakan saat tampil. Ia sama lelahnya dengan yang lain.
        “Ya sudah, kalian ganti pakaian. Setelah ini kita makan siang lalu kembali ke hotel untuk istirahat sebentar.” Kali ini Joon buka suara. Leader satu itu bahkan sudah mengganti pakaiannya. Ia lalu tampak membantu Doojoon merapikan barang-barang yang tadi dikenakan Doojoon dan yang lain juga.
        “Oiya, hyung. Bagaimana keadaan Yoona noona?” Tanya Siwan yang saat itu baru muncul dari ruang ganti.
        Hampir seluruh member ‘Blue Flame’ menatap Joon penuh minat. Termasuk juga Nichkhun yang bahkan sampai membatalkan niat untuk masuk ke kamar ganti.
        “Akh, aku lupa menanyakannya pada Hye Ra.” Joon berujar sedikit merasa bersalah. Lagi pula, ia memang sedikit menghindari pertanyaan seperti itu meski Hye Ra sendiri yang menawarinya. Tapi Joon menolak mengetahui kabar terakhir tentang Yoona.
        “Semalam kau sempat bertemu dengan Hye Ra, kan?” Tanya Siwan lagi yang masih penasaran.
        Joon mengangguk cepat. “Dia tidur seharian seperti orang mati. Makanya saat Soo In menelpon, Hye Ra tak menjawab.”
        Mendengar itu, Doojoon terkekeh. “Dia memang seperti itu jika tidur,” komentar Doojoon yang sedikit banyak sudah mengetahui tentang Hye Ra.
        “Hallo semua…” sapa seseorang yang baru saja muncul.
        “Bahagianya yang sudah menikah,” goda Luhan ketika mendapati Minjung berada di sana.
        “Kau mengambil cuti?” Tanya Joon. Yang ia tau, grup Minjung sama sibuknya dengan ‘Blue Flame’.
        Minjung mengangguk. “Sayang, Nichkhun oppa tak bisa libur untuk saat ini.”
        “Sudah saatnya aku harus berpisah kamar dengan Nichkhun,” kata Siwan yang selama ini memang menjadi teman sekamar Nichkhun.
        “Kau bersama Joon hyung saja,” sambar Nichkhun yang baru muncul dari kamar ganti. Melihat kedatangan suaminya, Minjung langsung menghampiri Nichkhun dan memeluk pemuda tampan itu.
        “Bagaimana jika aku saja yang bersama Joonie hyung?” tawar Luhan yang sontak saja mendapat tatapan membunuh dari Doojoon.
        “Jadi kau sudah bosan sekamar denganku?” protes Doojoon.
        “Iya, hyung.” Dengan polosnya Luhan menjawab dan tentu saja Doojoon tak tinggal diam untuk mengejarnya. Doojoon benar-benar tak melepaskan Luhan.
        “Hentikan!” teriak Joon berusaha menengahi keduanya.
        Siwan hanya mengusap wajahnya. Tak ingin ikut campur dengan urusan Doojoon bersama maknae mereka, Luhan.

***

        Hye Ra tampak ke luar dari rumahnya, tepat dengan kedatangan Minho. Pemuda itu masih bolak balik ke rumah sakit karena Yoona masih di rawat.
        “Kau mau pergi?” Tanya Minho yang melihat Hye Ra sudah sangat rapih. Minho bahkan menangkap dengan matanya bahwa Hye Ra juga menggenggam kunci mobil.
        “Aku mau ke kampus. Bertemu dengan orang yang meminta di desainkan pakaian olehku,” jelas Hye Ra. Ia tampak sedikit terburu-buru, namun Minho justru seperti menghalanginya.
        “Lalu bagaimana dengan projek butik kau dan Yoona? Arsitek yang akan membantu kalian ingin bertemu siang ini. Tapi Yoona tidak mungkin menemuinya. Jadi kau yang harus ke sana.”
        “Oppa!” pekik Hye Ra. Ia kesal karena Minho seenaknya merubah jadwalnya hari ini. “Tapi aku tak enak dengan…”
        Tanpa rasa bersalah, Minho menyela ucapan adiknya. “Susah mencari arsitek yang muda. Kau tau Yoona sudah menunggu lebih dari seminggu untuk mendapatkannya.”
        Bahu Hye Ra tampak merosot. Mau tidak mau ia mengalah dan menuruti ucapan Minho. “Ku coba hubungi temanku dulu.” Dengan berat hati Hye Ra mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. “Hallo… Jiyeon? Maaf, bisa katakan pada temanmu kalau tiba-tiba aku tak bisa hari ini.” Hye Ra berkata seperti itu sambil menatap kesal pada Minho. “Iya. Akan ku ganti lain waktu. Kalau perlu, berikan alamat rumahnya, biar aku yang ke sana.”
        Minho tersenyum sambil mengusap puncak kepala adiknya itu ketika Hye Ra baru saja mengakhiri pembicaraannya di telpon.
        “Puas kau, oppa?” seru Hye Ra galak. Tanpa pamit, ia langsung meninggalkan Minho.
        “Temui pemuda bernama Himchan,” teriak Minho sekedar mengingatkan sebelum Hye Ra benar-benar pergi dari sana.

***

        Di tempat berbeda, Sulli terlihat akan meninggalkan rumah mewahnya. Dengan membawa tas tangan sambil memainkan ponselnya, Sulli menuju pagar yang menjulang tinggi. Ia sedikit tersentak kaget karena sudah ada pemuda tampan yang telah menunggunya penuh senyum.
        “Op… pa…?” gumamnya samar. Terkejut dengan kehadiran Yong Hwa di sana. Karena pemuda “Kau…?”
        “Entah mengapa tiba-tiba aku merindukanmu,” goda Yong Hwa yang masih menampilkan senyum mautnya.
        “Oppa, maaf. Aku sudah ada janji dengan temanku,” ujar Sulli seperti merasa bersalah.
        Yong Hwa mengangguk mengerti. Ia lalu membukakan pintu mobilnya untuk Sulli membuat gadis itu menatapnya nanar. “Aku ingin menemanimu. Apa tidak boleh?” Tanya Yong Hwa polos.
        “Kau tidak sibuk?”
        Masih mempertahankan senyumannya, Yong Hwa mendekati Sulli sambil menarik lembut tangan kekasihnya itu. Ia sadar akan kesibukannya selama ini. Terutama ketika ia kembali menjalin hubungan dengan Sulli. “Aku ingin meluangkan waktuku untukmu. Sudah lama kita tidak pergi berdua,” jelas Yong Hwa.
        Ragu-ragu, Sulli menuruti Yong Hwa. Tak dipungkiri, ia juga merindukan kebersamaan dengan pemuda itu. Baru saja Yong Hwa menutup pintu untuk Sulli, gadis itu menerima sebuah panggilan. Sementara Yong Hwa menunggu sampai kekasihnya itu selesai berkomunikasi.
        “Kalian akan bertemu di mana?” Tanya Yong Hwa tak lama setelah Sulli mengakhiri obrolan singkatnya di telpon.
        Sulli menatap Yong Hwa penuh arti. “Kau beruntung, oppa.” Ucapan gadis itu justru membuat Yong Hwa menatapnya bingung. “Dia membatalkan janji. Kita bisa pergi ke manapun kau mau.”
        Mendengar itu, mata Yong Hwa tampak berninar senang. “Kita akan menghabiskan waktu bersama seharian ini.”

***

        Himchan dan Minhyuk berada di sebuah café. Minhyuk tampak sibuk dengan kertas desainnya, sementara Himchan melihat-lihat kembali foto-foto ruangan yang akan di gunakan Yoona sebagai butiknya nanti melalui laptop yang di bawa Minhyuk.
Sebelum ke sana, mereka sudah berkunjung ke gedung tersebut untuk melihat-lihat sekaligus di abadikan oleh Minhyuk yang kebetulan membawa kameranya. Gedung yang terdiri dari tiga lantai. Cukup besar dan letaknya di pinggir jalan besar di sekitar kantor-kantor yang menjulang tinggi.
        “Akh, baik hyung. Kami akan menunggunya.”
        Minhyuk sempat melirik Himchan sesaat yang baru saja menerima sebuah panggilan. Ia tak menyangka akan bertemu Yoona sebentar lagi. Dan untuk menutupi kegugupannya, Minhyuk memilih kembali menggambar skesta desainnya untuk calon butik tersebut.
        “Yoona masih di rawat di rumah sakit. Jadi nanti kita akan bertemu langsung dengan desainernya yang juga adik ipar Yoona sendiri,” jelas Himchan kemudian meski Minhyuk tak menunjukkan ketertarikannya.
        Namun dalam hati, entah mengapa Minhyuk seakan bertanya-tanya siapa adik ipar Yoona tersebut. Rasanya ia lebih tak siap bertemu orang itu dari pada bertemu dengan Yoona langsung.
        “Aku ke toilet dulu,” pamit Minhyuk yang tanpa menunggu persetujuan Himchan sudah lebih dulu bangkit dari sana.

***

        Hye Ra mendesah berat ketika baru ke luar dari toilet sebuah café. Saat baru sampai sana, ia memang langsung menuju toilet. Toilet untuk wanita bersebelahan dengan laki-laki. Dan dari sana muncullah Minhyuk.
        “Kau di sini juga?” tegur Minhyuk.
        “Aku ingin menemui teman kakak iparku,” keluh gadis itu dengan enggan. Mereka dengan sendirinya saling berjalan beriringan. “Kau sendirian?”
        “Aku bersama temanku. Kami juga menunggu seseorang yang ingin bekerja sama dengan kami. Kabarnya orang itu ingin membuat sebuah butik,” jelas Minhyuk saat mereka berjalan ke ruang utama café tersebut. Namun sepertinya Hye Ra tak menangkap sesuatu apapun saat Minhyuk menyinggung masalah butik. Hingga akhirnya, tanpa sadar mereka justru sudah sampai di dekat meja Himchan berada.
        Himchan sendiri sudah menatap Hye Ra. Begitu pula Hye Ra yang menyadari keberadaan Himchan.
        “Hye Ra, kenalkan ini temanku, Himchan.” Di sisi lain, Minhyuk justru mengenalkan mereka.
        Hye Ra masih mempertahankan tatapannya seperti tadi. “Kau Kim Himchan?” tanyanya dengan tatapan penuh minat.
        “Akh, tak ku sangka ternyata adik iparnya Yoona adalah kau, Hye Ra. Ayo duduk,” ajak pemuda itu.
        Tanpa di duga, Minhyuk justru menahan tubuh Hye Ra. “Kalian sudah saling kenal?” tuntutnya sambil menatap Hye Ra dan Himchan bergantian dengan penuh selidik.
        “Dia yang akan bekerja sama dengan kita,” kata Himchan menjelaskan.
        “Jadi, kau?” seru Minhyuk. Pemuda itu memegang pundak Hye Ra seakan penjelasan Himchan masih kurang untuknya.
Hye Ra sendiri hanya mampu mengangkat pundak. Ia saja baru dikabari Minho menggantikan Yoona bertemu Himchan tadi siang. Beberapa saat sebelum ia pergi karena memiliki janji dengan salah seorang teman kuliahnya.
        “Sudah… sudah…” ujar Himchan seakan melerai Hye Ra dan Minhyuk yang masih berada di posisi seperti tadi. “Kita harus segera memulai projek ini.”
        Minhyuk dan Hye Ra akhirnya mengalah. Keduanya duduk berdampingan di hadapan Himchan. Himchan sendiri langsung memutarkan posisi laptop hingga layarnya mengarah ke Minhyuk dan Hye Ra.
        Sesaat Minhyuk ragu untuk memulai ketika layar laptopnya menampilkan slide foto-foto. “Hmm… Tadi kami ke lokasi yang ingin kalian jadikan butik nantinya. Aku sempat memoto beberapa sudut,” ujar Minhyuk akhirnya. Sesekali ia mengawasi Himchan yang saat itu tengah sibuk dengan kamera miliknya sambil sesekali memeriksa ponsel.
        “Konsep apa yang kau dan Yoona inginkan?” sela Himchan.
        Hye Ra mendongak ke arah Himchan berada. “Eonnie tak mengatakan apapun. Ku rasa ia menyerahkan semuanya untuk kalian.”
        Minhyuk langsung teringat sesuatu. Ia membuka-buka buku sketsa yang tadi ia buat sambil menunggu kehadiran seseorang yang ternyata adalah Hye Ra.
“Target kalian dalam membuka usaha ini siapa-siapa saja?” lanjut Himchan berinisiatif karena Minhyuk seperti tak mempersiapkan pertanyaan seperti itu. “Setelah kau tau targetnya, baru kami bisa menyarankan beberapa konsep untukmu.”
        Hye Ra sempat menoleh pada Minhyuk. Namun pemuda itu tak menolong apa-apa. “Hmm…” Gadis itu tampak gugup karena ia memang tak menyiapkan apapun. Bahkan Minho juga tak mengatakan apa-apa selain menyuruhnya bertemu dengan seseorang bernama Himchan. Setelah pulang nanti, Hye Ra bertekad memberi perhitungan pada Minho. “Tempat itu dekat dengan gedung perkantoran dan… kampus,” seru Hye Ra akhirnya dengan susah payah. Namun setelah itu, tidak ada lagi yang bisa ia katakan.
        “Berarti kemungkinan para wanita kantoran dan mahasiswi?” Tanya Himchan tampak ingin berusaha membantu.
        “Jadi hanya untuk wanita saja? Ku pikir untuk pria juga,” sela Minhyuk.
        Mendengar itu, Himchan seperti mendapat pencerahan pertanyaan. “Aku setuju denganmu,” ujarnya yang sependapat dengan Minhyuk.
        Hye Ra justru hanya bisa menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sedikitpun. Andai hanya berhadapan dengan Minhyuk, mungkin ia tak akan setegang ini. Namun di sana ada Himchan. Ia menghargai pemuda itu sebagai rekan kerja meski mereka ternyata pernah saling kenal sebelum ini. Tapi apa boleh buat. Memang tak ada yang bisa gadis itu katakan. “Bisakah kita lanjutkan nanti? Sejujurnya, aku memang tak menyiapkan apa-apa karena Yoona eonnie tak memberikan bekal apapun padaku,” seru Hye Ra akhirnya karena sudah sedikit frustasi dengan keadaannya saat itu yang rasanya sudah sangat ingin untuk menangis.
        Minhyuk dan Himchan tampak saling pandangan beberapa saat. Namun melihat keadaan Hye Ra, Minhyuk berinisiatif untuk menengahi. “Ku rasa kita memang harus memberi waktu untuk Hye Ra,” serunya mengalihkan. Minhyuk juga tampak langsung membereskan kertas-kertas di hadapannya. Ia bahkans sempat mematikan laptopnya. “Lagi pula ini pekerjaanku, kan? Biar aku yang menyelesaikannya nanti. Kau tenang saja.”
        Himchan tampak langsung mengerti tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun. “Baiklah. Ku serahkan semuanya pada kalian. Tapi jika kalian membutuhkan sesuatu, katakan saja padaku.” Setelah berkata seperti itu, Himchan juga bersiap-siap untuk pergi dari sana.
Himchan menyambar tasnya dengan tatapan yang tertuju pada Minhyuk yang masih di sana. Minhyuk tadi sudah tampak tengah beres-beres, namun nyatanya tidak ada satupun barangnya yang ia masukkan ke dalam tas.
        “Kau tidak pulang?” Tanya Himchan.
        Minhyuk mendongak cepat. Ia dibuat berpikir oleh Himchan. “Hmm… Kau duluan saja,” ujar Minhyuk akhirnya. Tidak mungkin ia mengatakan ingin menemani Hye Ra dulu di sana. Pemuda itu tak enak pada Himchan karena ia mengenal Hye Ra dan mereka justru terlibat dalam sebuah pekerjaan. Takut akhirnya ketahuan tidak professional.
        “Ya sudah, aku duluan.” Himchan segera melesat pergi karena ia sepertinya juga telah memiliki janji lagi dengan orang lain.
        Minhyuk langsung menghembuskan napasnya, lega. Sementara Hye Ra tampak menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Ia sangat cukup di buat frustasi tadi.
        “Kau kenapa?” Tanya Minhyuk terdengar datar. Ia memang bukan menanyakan masalah pribadi Hye Ra hingga membuat gadis itu seperti tadi. Tapi Minhyuk tau, Hye Ra memang tampak tak siap atas apapun yang menyangkut kerja sama mereka nantinya.
        Hye Ra menatap Minhyuk masih dengan posisi kepala di atas meja. “Ini memang projekku dengan eonnie. Tapi Minho oppa seenaknya memaksaku ke sini. Sementara aku dan eonnie justru belum mempersiapkan apa-apa.”
        Minhyuk tampak mengangguk mengerti. “Ya sudah. Nanti saja kita bicarakan lagi. Sekarang lebih baik kita makan. Aku yang traktir.”
        Perlahan Hye Ra mengangkat kepalanya. Ia hanya mengangguk seperlunya. Bahkan terkesan biasa saja saat Minhyuk ingin mentraktirnya makan.

***

4 komentar:

  1. aish romantisnya Joon : “Selagi cincin ini kau yang memakaikannya untukku, aku akan tetap memakainya.”

    Kebanyakan hasil jepretan Minhyuk adalah foto Joon karena kakaknya itu sering berada di depan panggung. -> iyalah jelas.. secara vokalis gtu.. hahaha :D

    Himchan itu temen deketnya Minhyuk waktu kecil apa di Jepang??

    “Dia tidur seharian seperti orang mati. -> parah banget tunangannya sendiri dikataiin bgtu.. hahaha :D

    hahahaha
    sumpah demi apapun ngakak banget dibagian ini :
    “Bagaimana jika aku saja yang bersama Joonie hyung?” tawar Luhan yang sontak saja mendapat tatapan membunuh dari Doojoon.
    “Jadi kau sudah bosan sekamar denganku?” protes Doojoon.
    “Iya, hyung.” Dengan polosnya Luhan menjawab dan tentu saja Doojoon tak tinggal diam untuk mengejarnya. Doojoon benar-benar tak melepaskan Luhan.
    “Hentikan!” teriak Joon berusaha menengahi keduanya.
    Siwan hanya mengusap wajahnya. Tak ingin ikut campur dengan urusan Doojoon bersama maknae mereka, Luhan.

    aih ternyata dunia sempit yah...
    Minhyuk yang jadi arsitek di butiknya Hye Ra sama Yoona..

    kayanya Hye Ra bener2 blm siap ketemu sama Himchan tentang projek butiknya.. dan Yoona sepertinya yang paham betul tentang konsep butiknya itu...

    BalasHapus
  2. Himchan temen Minhyuk pas di Korea... ke Jepang kan cuma kuliah aja...

    BalasHapus
  3. oh temen Minhyuk pas di korea.. kiraiin temen dari kecil...

    BalasHapus