Kamis, 26 Desember 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 18)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin), SNSD (Hyoyeon), BtoB (Sungjae, Hyunsik, Peniel, Changsub, Eunkwang)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        Sesudah mengakhiri obrolannya dengan Hye Ra, Woohyun berniat kembali ke dalam. Namun karena ia belum mematikan kembali ponselnya, ada sebuah pesan masuk. Mau tida mau, Woohyun langsung memeriksanya. Dari seorang gadis bernama ‘Chorong’.

        Besok aku kembali. Ku harap kau masih menjaga hatimu untukku, chef Woohyun.

        Deg. Woohyun kembali terduduk di kursi. Ini kartu matinya. Jika bukan karena gadis itu, Woohyun pasti akan benar-benar mengejar Hye Ra. Ia bahkan tidak akan mengijinkan apalagi menyarankan Hye Ra untuk pergi dengan Hoya seperti saat ini.
        Woohyun meneguk ludahnya ketika membuka kembali folder-folder rahasianya di ponsel. Folder berisi foto-foto dirinya dengan seorang gadis. Gadis yang baru saja mengirimi pesan singkat namun sukses mengobrak-abrik perasaannya.
        “Seharusnya aku tidak mengatakan perasaanku pada Hye Ra waktu itu,” sesalnya.
        Pemuda itu memilih mematikan kembali ponselnya lalu masuk kedalam. Di sana ia langsung bertemu dengan Peniel yang ternyata memang mencarinya.
        “Sungyeol hyung menitipkan ini untukmu,” kata Peniel sambil menyodorkan sebuah gelas berisi minuman yang tak lain dan tak bukan adalah milk shake stroberi.
        Dengan berat hati Woohyun menerimanya. Setelah memastikan sudah menjalankan amanat dari Sungyeol, Peniel kembali ke dalam dan meninggalkan Woohyun di sana.
        Woohyun menghela napas, berat. Lalu tiba-tiba minuman di tangan Woohyun itu mengganggu pikirannya. Di mata Woohyun, minuman tersebut selalu identik dengan Hye Ra dan… Sungyeol. Seperti apa yang ia lakukan kemarin, Woohyun kembali membawa pulang minuman tersebut.

***

        Hoya dan Hye Ra benar-benar menikmati waktu kebersamaan mereka saat itu. Mereka bahkan tak canggung untuk saling menggandeng satu sama lain selayaknya sepasang kekasih. Dan kali ini keduanya memutuskan untuk memasuki sebuah toko yang menjual pakaian dan aksesoris.
        “Kapan aku bisa seperti bergandengan tangan dengan Hye Ra seperti itu?” keluh Dongwoo yang hanya bisa menunjukkan tatapan iri pada Hoya.
        Myungsoo sendiri langsung berdecak kesal. “Bisa diam tidak?” tegurnya dengan tatapan membunuh. Lalu ia melanjutkan perjalanan menguntit Hoya dan Hye Ra.
        “Hoya!” Hye Ra tiba-tiba berhenti tepat di depan sebuah manekin yang mengenakan jaket.
        “Sayang sekali kalian terlambat,” seru seorang karyawan toko tersebut pada Hye Ra dan Hoya. “Pasangan jaket tersebut untuk prianya sudah ada yang membeli,” jelasnya kemudian. “Apa kalian juga tertarik?
        Hoya melirik Hye Ra penuh arti. Memastikan apakah gadis itu benar-benar menginginkan jaket tersebut?
        “Kami hanya melihat saja. Terima kasih,” kata Hye Ra. Ia kemudian mendorong tubuh Hoya agar menjauh dari tempat tadi.
        Hoya hanya menuruti apa yang dilakukan Hye Ra. “Ku kira kau mengingingkannya?”
        Gadis itu menggeleng tegas. Namun diam-diam Hye Ra masih sempat melirik kembali jaket tersebut. Ternyata Dongwoo dan Myungsoo sudah sampai sana. Dongwoo sedang memperhatikan dengan jelas jaket yang baru saja menarik perhatian Hye Ra. Namun ketika mata Hye Ra bertemu dengan tatapan Myungsoo, gadis itu langsung memperhatikannya.
        Kali ini Myungsoo menatap lekat-lekat jaket tersebut. Sesaat ia juga sempat memperhatikan Hye Ra, lalu kembali memperhatikan jaket tadi.
        “Ku rasa Hye Ra cocok jika mengenakan ini,” ujar Dongwoo yang sukses membuat Myungsoo menoleh padanya. “Kenapa dia melewatkannya begitu saja?” Dongwoo menepuk-nepuk pundak Myungsoo sebagai tanda agar mereka kembali melanjutkan pengintaian.
        “Tunggu dulu.” Myungsoo menahan tubuhnya agar tak sampai terdorong oleh Dongwoo. Namun tatapan pemuda itu sama sekali tak lepas dari jaket di hadapannya. Kemudian Myungsoo menoleh pada Dongwoo. “Menurutmu ini cocok untuk Hye Ra?” tanyanya. Ia merasa ada sesuatu pada jaket itu. Meski ia sendiri masih sedikit ragu.
        “Hye Ra tipe gadis yang sedikit cuek. Dan aku suka jika dia berpenampilan sedikit tomboy.” Dongwoo tersenyum tipis. Ia benar-benar mengagumi sisi Hye Ra yang seperti itu. “Sudahlah. Ayo.”
        Dongwoo sudah lebih dulu pergi dari tempat itu. Sementara Myungsoo mencari-cari pelayan yang bisa ia mintai bantuan agar ia bisa mendapatkan jaket tersebut.

***

        Sore itu Sungyeol pulang lebih cepat dari biasanya karena ada hal lain yang harus ia lakukan. Sesaat Sungyeol tertegun dengan sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari depan rumahnya. Ia membuka pintu utama yang tak terkunci.
“Apa ibu sudah pulang karena tamunya datang?” Segera saja Sungyeol melesat ke dalam. Ia melempar jaketnya sembarangan ke atas sofa, lalu bergegas menuju dapur. Terdengar seperti seseorang yang tengah memasak.
        “Kalau ingin pulang kabari saja. Nanti aku akan datang menjemput.”
        Samar-samar Sungyeol seperti mendengar suara pemuda. “Sungjong?” serunya terkejut karena mereka berhadapan di ambang pintu dapur.
        “Oppa kau sudah pulang?”
        Sungyeol menolehkan wajahnya. Ia menemukan Haesa sedang berkutat di dapur.
        “Ibumu belum pulang. Dan Haesa bilang ia ingin menginap di sini,” jelas Sungjong meski Sungyeol tak menanyakan apapun.
        “Kau akan pulang?” Tanya Sungyeol.
        Sungjong mengangguk cepat. “Aku ada rencana pergi dengan teman-temanku nanti malam.”
        “Salam untuk ibumu dan ayah,” kata Sungyeol sebelum Sungjong meninggalkan rumahnya. Setelah itu, Sungyeol masuk ke dalam dapur dan duduk di salah satu kursi makan. “Kau sudah lama?” tanyanya sambil menuangkan air ke dalam gelas.
        “Tidak terlalu lama.”
        Sungyeol menenggak minumannya. Di sana ia benar-benar sadar jika tengah melihat Haesa memasak. “Sejak kapan kau…” pemuda itu sengaja menggantungkan kata-katanya. Tepat ketika Haesa datang dengan sepiring pasta yang langsung diletakkan di depannya.
        Haesa tampak tak mempedulikan Sungyeol. Ia bahkan menikmati pemandangan di rumah baru Sungyeol yang jauh lebih sederhana dari pada rumah lamanya. “Apa seperti ini yang terjadi antara Sunggyu oppa dan Hye Ra?” gumamnya dan lebih untuk diri sendiri. “Aku akan menghabiskan liburanku di sini,” seru Haesa penuh semangat.
        Sungyeol membeku mendengarnya. Bukan karena Haesa memutuskan liburan di sana, tapi tentang Haesa yang menyinggung tentang kehidupan Sunggyu dan Hye Ra.
        Haesa menatap Sungyeol penuh minat. “Oppa, apa kau pernah berkunjung ke rumah mereka?”
        Sungyeol tampak melilitkan pasta menggunakan garpu namun pikirannya tak berada di sana. Pindah ke rumah seperti ini memang mengingatkannya dengan gadis itu dan kehidupan Hye Ra juga.
        “Jika Hye Ra banyak menghabiskan waktu di café, apa aku juga bisa bermain ke restoranmu?” Lanjut Haesa dengan segala khayalannya.
        Sungyeol semakin tersudutkan. Ia menatap adiknya dengan tatapan yang sulit di artikan. Sementara tangannya sudah melepaskan garpu begitu saja. Semua semakin memperjelas ingatannya dengan Hye Ra.  Belum lagi misteri tentang milk shake buatannya untuk Woohyun yang berlum terpecahkan.

***

        “Aku suka yang warna putih,” ujar Hye Ra ketika di tanyai oleh Hoya saat mereka melihat-lihat jam tangan.
        Hoya langsung meminta tolong pelayan toko agar di ambilkan jam tangan seperti apa yang diminta Hye Ra. “Akh, iya. Terima…” Ucapan Hoya tiba-tiba terputus karena barang yang ia terima adalah jam tangan ‘couple’.
        Hye Ra yang tak sabar untuk melihatnya, menarik tangan Hoya yang memegang kotak berisi 2 jam tangan sekaligus. Hoya sendiri hanya bisa meneguk ludah dan tak berani menatap Hye Ra meski hanya dengan lirikan mata sekalipun. Ia tak berharap hal ini untuk terjadi. Pasti banyak yang menyangka jika mereka adalah sepasang kekasih.
        “Pasti mereka kira kita berpacaran.”
        “Hmm?” Hoya merasakan tenggorokannya seperti tercekat. Yang dikatakan Hye Ra, sama persis seperti yang ia pikirkan. Perlahan Hoya memberanikan diri menoleh pada Hye Ra.
        “Kau tidak suka yang ini?”
        “Apa?” Hoya balik bertanya. Ia tiba-tiba menjadi sedikit tak focus. Bahkan Hoya seperti tak mendengar apa yang baru saja di tanyakan Hye Ra tadi.
        “Ini.” Hye Ra menunjukkan benda di tangannya dengan gemas. “Kau mau tidak?”
        “Oh?” Seru Hoya singkat. Ia bahkan sedikit gelagapan. Hoya menggaruk belakang kepalanya. “Memangnya kau mau?” Hoya justru melempar kembali keputusan pada Hye Ra.
        Hye Ra menghela napas. “Bayar.” Gadis itu menyerahkan paksa jam tangan ‘couple’ pada Hoya.
        Hoya menghirup udara dalam-dalam untuk mengumpulkan kemberanian. Dan akhirnya ia menuju meja kasir dengan langkah berat. Di sana Hoya melihat sosok Myungsoo yang sepertinya juga membeli sesuatu di toko tersebut.
        “Kau beli apa?” Tanya Hoya ketika Myungsoo telah menyelesaikan transaksinya.
        Myungsoo sedikit terkejut dengan kehadiran Hoya di sana. ia pikir pemuda itu masih berkeliling dengan Hye Ra. “Eh? Kau?”
        Hoya menyerahkan barang yang ia beli pada pelayan di kasir, namun tatapannya tersita pada tas karton di tangan Myungsoo. “Membeli barang ‘cuple’ untuk kekasihmu?” tebak Hoya.
        Myungsoo tak langsung menjawab. Hal tersebut terlalu sensitive untuk diceritakan. “Bukan,” jawabnya singkat. “Ahk, iya. Maaf jika aku dan Dongwoo…”
        “Santai saja.” Hoya menyela ucapan Myungsoo sambil memberikan beberapa lembar uang untuk membayar yang ia beli. “Mana Dongwoo?”
        “Heh! Apa kau tak lelah berjalan seharian?” protes Dongwoo untuk Hoya. “Myung, ayo cari minuman dulu.” Dongwoo menarik paksa kerah baju Myungsoo.
        “Dongwoo!” seru Hoya menghentikan langkah Dongwoo. “Kabari aku kalian akan ke mana. Nanti aku dan Hye Ra akan menyusul.”
        “Kalian kan sedang berkencan. Lebih baik…” Dongwoo langsung menhentikan ucapannya karena melihat tatapan tajam dari Hoya. “Baiklah… Temui kami ya. Nanti aku kirimi kau SMS,” ujar Dongwoo mengalah. Ia kembali menarik Myungsoo yang sudah pasrah mengikuti kemauannya.

***

        Setelah berhasil menghindari pembicaraan tentang Hye Ra, Sungyeol akhirnya bisa menikmati pasta yang khusus di masakkan oleh Haesa untuknya. “Waah… Kau banyak perubahan,” pujinya.
        Haesa tersenyum bangga karena Sungyeol menyukai masakannya. “Terima kasih, oppa.”
        “Kau serius ingin menginap di sini selama liburan?”
        Mendengar Sungyeol bertanya seperti itu, senyum Haesa perlahan memudar. “Kau tidak suka aku ada di sini?” tanyanya dengan tatapan kecewa.
        Sungyeol membeku seketika. “Bukan seperti itu,” serunya cepat-cepat agar Haesa tak salah paham. “Aku hanya takut kau tidak terbiasa…” ucapan Sungyeol terputus seketika.
        “Kau ingin aku tumbuh menjadi gadis manja?” tantangnya.
        Sungyeol menghembuskan napasnya. Menyesal dengan apa yang ia katakan. “Maaf.”
        “Bagaimana perlakuan Sunggyu oppa padamu selama ini?”
        Sungyeol mendongak cepat. Sedikit heran karena Haesa tiba-tiba membahas masalah Sunggyu. Namun sedetik kemudian ia tersadar. Adiknya menjalin hubungan cukup dekat dengan mantan bossnya itu. Meski ia sendiri tidak mengetahui saat ini apakah Haesa dan Sunggyu sudah resmi berpacaran atau belum.
        “Sedikit banyaknya aku seperti ini karena Sunggyu oppa,” lanjut Haesa karena Sungyeol tak kunjung memberikan jawaban. “Dia dulu juga tinggal di rumah mewah, kan? Lalu setelah orang tua Sunggyu oppa meninggal, mereka pindah rumah karena Hye Ra…” Haesa sengaja menggantungkan ucapannya. “Yaah… kau pasti tau kelanjutannya.”
        Sungyeol tak mampu bicara apa-apa. Semakin menyesakkan jika membahas tentang Sunggyu yang tidak mungkin lepas dari sosok Hye Ra. Dan jika Haesa berpacaran dengan Sunggyu, itu artinya ia dan Hye Ra tetap akan menjadi keluarga juga.
        “Apa Hye Ra menentangmu dan Sunggyu?” Tanya Sungyeol. Ini kekhawatiran terbesarnya. Belum lagi hubungan antaranya dirinya dan gadis itu yang belum kunjung membaik. Dan cepat atau lambat Hye Ra juga pasti akan mengetahui hubungan antara dirinya dan Haesa.
        “Tidak.” Jawaban singkat yang dikatakan Haesa membuat Sungyeol sedikit tenang. Itu berarti Hye Ra tak membawa-bawa hubungan buruk mereka untuk Sunggyu dan Hesa. “Hanya saja…”
        Sungyeol menunggu jawaban Haesa selanjutnya dengan tegang.
        “Itu akan terjadi asal aku melepaskan satu antara kau dan Hoya untuknya,” lanjut Haesa.
        “Maksudmu?” desak Sungyeol tak sabar.
        “Apa kalian bertengkar?”
        “Tidak.” Sungyeol berbohong. Dan ia berusaha menutupi kebohongannya dengan melanjutkan kembali memakan pasta buatan adiknya.
        Haesa berdecak kesal. “Kau tidak bisa membohongiku.”

***

        Hoya dan Hye Ra baru saja keluar dari toko tadi. Mereka sekarang akan menyusul ke tempat Dongwoo dan Myungsoo berada. Namun dalam perjalanan, mereka sedikit mengalami hambatan karena di sana mereka bertemu dengan Hyoyeon yang berjalan bersama Hyunsik.
        “Noona,” gumam Hoya mendapati kakaknya di sana. Mereka semua bahkan sudah saling berhadapan.
        “Noona?” Hye Ra yang terkejut dengan ucapan Hoya, ikut berujar namun nyaris tanpa suara.
        Beberapa saat, keheningan mendominasi mereka. Hyunsik menatap Hye Ra karena merasa pernah bertemu dengan gadis itu. Sementara Hyoyeon menatap Hye Ra sedikit tak suka karena ia melihat kalung yang sering ia lihat di pakai oleh Sungyeol, namun hari ini kalung tersebut ia lihat ada pada Hye Ra.
        “Dia kekasihmu?” Tanya Hyoyeon. Masih menunjukkan tatapan tak sukanya. Sementara Hoya tampak memikirkan jawaban atas pertanyaan kakaknya.
        Di sisi lain, Hye Ra juga menyadari bahwa Hyoyeon adalah gadis yang beberapa waktu lalu ia lihat bersama Sungyeol di taman. Hyoyeon bahkan tak sungkan-sungkan memeluk Sungyeol. “Bukan.” Hye Ra berkata tegas.
        “Cepat pulang. Ku tunggu di rumah Sungyeol.”
        Mendengar Hyoyeon menyebut nama Sungyeol, Hye Ra menoleh cepat. Namun Hyoyeon seperti sengaja menghindarinya. Gadis itu bahkan sudah menarik tangan Hyunsik untuk pergi bersamanya. Sementara Hyunsik sendiri sempat melirik Hye Ra dan Hoya sesaat seperti berpamitan.
        “Memangnya teman ibumu itu ibunya Sungyeol?” Tanya Hyunsik ketika ia dan Hyoyeon sudah sedikit jauh dari tempat Hoya dan Hye Ra berada.
        Hyoyeon tidak langsung menjawab, tapi ia memilih untuk menghentikan langkah dan menoleh hingga kini mereka saling berhadapan. “Maaf. Aku belum bisa sepenuhnya melepaskan Sungyeol. Gadis bersama Hoya tadi adalah Hye Ra. Kau ingat kan gadis yang disukai Sungyeol saat SMA itu.”
        “Jadi…” Hyunsik yang terkejut dengan cerita Hyoyeon, tak sanggup melanjutkan ucapannya. “Kenapa tak bilang? Kau tau kan kalau Sungyeol…”
        “Iya aku tau,” sela Hyoyeon. Hyunsik bahkan sampai bungkam di buatnya. Tak ingin bertengkar dengan pemuda itu, Hyoyeon lebih memilih melanjutkan langkahnya.
        Hyunsik hanya bisa menghela napas melihat Hyoyeon. Ia harus sabar membantu gadis itu melupakan Sungyeol.

***

        “Aku tak tega jika mengenalkan Bomi padamu.”
        “Ayolah, Myung.” Dongwoo tampak merengek pada Myungsoo. “Kau tega melihatku tak memiliki kekasih? Kita bahkan sudah lulus SMA.”
        Myungsoo seperti tak mendengar perkataan Dongwoo. Ia pura-pura menikmati minuman yang di pesannya. Hingga akhirnya, Myungsoo merasakan gelasnya di rebut seseorang. “Hei!” serunya dan sudah ingin melancarkan protes. Namun segera ia batalkan karena orang tersebut adalah sepupunya sendiri, Hye Ra.
        “Kalian bertengkar?” tebak Dongwoo pada Hoya yang baru saja duduk karena ia melihat Hye Ra menunjukkan suasana hatinya yang tampak buruk.
        “Jangan salahkan Hoya,” kata Hye Ra membela Hoya. Ia kemudian menoleh tegas pada Myungsoo. “Apa ini?” serunya sambil mengangkat gelas milik Myungsoo yang masih di tangannya.
        “Milk shake stroberi.” Myungsoo menjawab dengan santai. Ia bahkan sempat merebut kembali gelasnya dari Hye Ra. Dan gadis itu tak tampak protes sedikitpun.
        Tiba-tiba Hye Ra teringat minuman yang sejak pagi ia bawa. Milk shake stroberi pemberian Woohyun untuknya. Hye Ra menghabiskannya sekaligus. Rasa itu benar-benar sangat ia rindukan. Yaa… sangat ia rindukan. Karena…
        “Ini sudah sangat sore,” seru Hoya setelah melihat jam di tangannya. Jam ‘couple’ yang baru saja ia beli bersama Hye Ra. “Kau ingin ku antar atau pulang dengan Myungsoo dan Dongwoo?”
        Hye Ra sempat melempar tatapan untuk Myungsoo dan Dongwoo. “Ku pikir aku akan pulang dengan Myungsoo dan Dongwoo saja,” putusnya.
        Hoya mengangguk. “Kalau begitu aku pulang dulu,” pamitnya kemudian. Ia bahkan sempat berpamitan dengan Myungsoo dan Dongwoo juga karena besok ia sudah akan meninggalkan Negara ini. “Aku pulang,” ujarnya khusus untuk Hye Ra.
        “Hoya!” Hye Ra bergegas berdiri. Ia memberanikan diri mengecup singkat pipi Hoya. “Terima kasih untuk hari ini.” Hye Ra langsung duduk kembali di kursinya. Tak di pungkiri bahwa ia juga malu melakukan hal tadi. Myungsoo dan Dongwoo hanya tercengang melihat aksi berani Hye Ra. Namun ketika Hye Ra memergoki, mereka pura-pura seakan tak melihat.
        Hoya sendiri kini sudah membalikkan badan lalu menjauh bahkan sampai tak sanggup berkata-kata. Ia memegangi pipinya yang baru saja mendapatkan kenangan termanis yang diberikan Hye Ra. Ia tak akan melupakan hari ini seumur hidup.

***

        Haesa tampak membersihkan peralatan dapur yang ia gunakan tadi. Termasuk juga piring dan gelas kotor milik Sungyeol. Sementara pemuda itu tampak baru saja selesai mandi. Rambutnyapun tampak basah. Setelah selesai, Haesa menyusul Sungyeol. Tepat ketika pemuda itu ke luar dari kamarnya yang baru saja berganti pakaian.
        “Anak teman-teman ibu akan datang jam berapa?” Tanya Haesa sambil menyusul Sungyeol yang berjalan menuju kamar ibunya.
        “Aku kurang tau,” kata Sungyeol tak yakin. “Tapi kau mau membantuku membereskan rumah, kan?”
        “Tenang saja,” seru Haesa penuh semangat.
        Sungyeol menertawai Haesa sambil mengacak rambut adiknya dengan lembut. Beberapa saat kemudian, dua kakak beradik ini sibuk membereskan kamar Sungyeol. Sesekali Sungyeol mengalami kesulitan. Terutama ketika mengganti sprei.
        “Aku tau kau sangat payah melakukan itu,” sindir Haesa yang saat itu tengah merapikan tumpukan buku milik Sungyeol. “Sini aku bantu,” ujarnya yang kemudian sudah membantu Sungyeol.
        Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai. Hanya tinggal membawa sprei dan sarung bantal guling yang kotor ke luar.
        “Kalau kau menginap nanti, kau tidur di sini saja menemani anak temannya ibu itu.”
        “Dia perempuan?” Tanya Haesa memperjelas.
        Sungyeol mengangguk. “Katanya dia juga punya adik laki-laki yang seumuran denganmu.”
        “Kalau begitu, kau akan tidur di mana nanti malam?” Haesa tampak mengkhawatirkan kakaknya itu. Terlebih di rumah itu hanya tersedia dua kamar.
        “Aku bisa tidur di ruang tivi.”
        Haesa tampak mengangguk mengerti. “Kita hanya tinggal membawa itu, kan?” tunjuknya pada tumpukan kain di salah satu sudut kamar Sungyeol. Haesa sudah hampir mendekati, namun Sungyeol mencegahnya.
        “Biar aku saja yang membawanya ke luar.”
        Haesa mengikuti langkah Sungyeol yang sudah lebih dulu meninggalkan kamar. Ia tersenyum melihat kelakuan kakaknya. Kali ini Sungyeol tampak menggeser meja dan sofa agar memberi tempat kosong di tengah ruangan yang mungkin menjadi ruang tidur dirinya nanti malam. Sementara Haesa menuju dapur dan berniat membuatkan minuman untuk Sungyeol.
        Saat Haesa kembali, Sungyeol sudah duduk di sofa. Sedikit beristirahat. Haesa langsung duduk tepat di samping kakaknya sambil menyodorkan secangkir kopi untuk Sungyeol.
        “Kapan ibu pulang? Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengannya.”
        Sungyeol langsung teringat sesuatu. “Baru saja ingin ku ceritakan. Ibu tadi menelpon. Urusannya masih belum selesai. Mungkin nanti malam baru akan pulang.”
        Haesa tampak sedikit kecewa dengan apa yang dikatakan Sungyeol. Buru-buru Sungyeol merangkul Haesa dengan satu tangan agar adiknya sedikit terhibur.
        “Jangan sedih. Kau akan berada di sini selama liburan. Dan bisa ku pastikan ibu tidak akan mengurusi restoran,” ujar Sungyeol.
        Seketika wajah Haesa tampak berbinar. Dan setelah itu, terdengar suara seseorang menekan bel rumah. Sungyeol menyodorkan cangkir di tangannya pada Haesa.
        “Biar ku lihat siapa yang datang.” Sungyeol langsung bergegas ke luar rumah. “Kalian? Apa ada yang tertinggal?” tanyanya heran karena melihat Hyoyeon dan Hyunsik yang berada di sana. Seingatnya, mereka sudah berpamitan tadi pagi.
        “Hyoyeon mencari rumah teman ibunya,” jelas Hyunsik.
        Hyoyeon sendiri sudah menyodorkan ponselnya yang berisi alamat sebuah rumah. “Ini alamatnya.”
        Sungyeol meneliti alamat tersebut. “Ini alamat rumahku. Jadi kau yang…” Sungyeol tampak tak bisa melanjutkan ucapannya.
        “Ternyata yang kau bilang pada Hoya justru benar terjadi,” seru Hyunsik sedikit menggoda gadis di sampingnya itu.
        “Hoya? Waah, kebetulan sekali. Ada adikku di dalam. Hoya akan punya teman nanti di sini,” kata Sungyeol semangat. Namun ia tak tau jika antara Hoya dan Haesa pernah terlibat dalam suatu masalah yang sama. “Ayo masuk,” ajaknya. Lalu tatapan Sungyeol berhenti pada Hyunsik. “Dan kau!” Ia merangkul pemuda tersebut. “Harus menginap di sini juga!” putusnya dan tak ingin ada penolakan.
        “Terserah kau,” kata Hyunsik tampak pasrah.
        Sungyeol mengajak Hyoyeon dan Hyunsik ke dalam dan mempertemukan mereka pada adiknya, Haesa. “Itu adikku,” kata Sungyeol memperkenalkan Haesa. “Kalian pernah bertemu tapi tak sempat ku kenalnya secara baik-baik.”
        “Aku Hyoyeon.” Gadis itu mengulurkan tangannya lebih dulu. “Maaf untuk yang waktu itu.”
        Haesapun membalasnya. “Tidak apa. Aku Haesa.”
        Tak lupa Sungyeolpun mengenalkan Hyunsik pada adiknya.
        “Kalian pasti belum makan? Sebentar lagi Hoya akan sampai dan dia juga akan membawakan makanan untuk kita,” jelas Hyoyeon.
        “Terima kasih. Oh iya. Kau bisa gunakan kamarku.” Sungyeol menunjuk sebuah pintu.
        Hyoyeon tampak menuju kamar yang dimaksud Sungyeol. Sementara Sungyeol mengajak Hyunsik untuk duduk. Dan mereka tak memperhatikan perubahan sikap Haesa ketika Hyoyeon menyebut nama ‘Hoya’. Kini gadis itu tampak sibuk dengan pikirannya sendiri.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar