Kamis, 03 Juli 2014

My Dream Wedding Dress (3/3)

Author              : N-Annisa (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        Lee Hongbin (Vixx)
·        Krystal Jung (Fx)
·        Yook Sungjae (BtoB)
Support Cast     :
·        Kwon Yuri (SNSD)
·        Park Cheondung (M-Blaq)
·        Son Naeun (A-Pink)
·        Shin Dongho (U-Kiss)
Genre               : romance, friendship, yaoi
Length              : 3 shoot
Summary          :
“Andai Hongbin ngelakuinnya dengan perasaan cinta. Aku pasti akan jadi cewek paling bahagia di dunia.”

***

        Gadis itu tertegun melihat Hongbin menatapnya dengan sorot mata khawatir. Namun ia sendiri juga sudah tidak sanggup lagi menahan berat badannya. Bahkan untuk tersenyum pun rasanya sulit. Krystal akhirnya tak sadarkan diri dalam pelukan Hongbin.
        “Hongbin, maaf merepotkanmu.”
        Saat tersadar, Krystal mendapati dirinya sudah terbaring di rumah sakit. Dan orang pertama yang ia ingat adalah Hongbin. Ia yakin cowok itu yang telah membawanya ke sana. Ketika mengingat itu, Krystal menyunggingkan senyumannya. Tak peduli jika Cheondung bahkan seperti mengabaikannya tadi.
        Senyuman cewek itu pudar saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Namun ia tidak bisa memastikan siapa yang melakukan itu karena tertutup tirai di sana.
        “Aku kangen sama kamu, Hong.”
        Terdengar suara seseorang. Dan Krystal yakin itu milik Sungjae. Cowok itu tidak sendiri. Krystal mendengar kata ‘Hong’, yang kemungkinan besar itu artinya adalah Hongbin. Krystal sulit mengekspresikan wajahnya saat mendengar cara bicara Sungjae.
        “Apa impian Krystal cuma itu?”
        Tebakan Krystal benar. Karena tak lama setelah itu, giliran Hongbin yang bersuara. “Impian?” Krystal berujar pelan, menerka maksud ucapan Hongbin. “Sungjae ngomong apa aja ke Hongbin?”
        “Aku yakin nggak. Dia pasti juga ingin merasakan apa yang cewek lain rasain pada umumnya. Menikah, memiliki anak.”
        Krystal membulatkan mata mendengar ucapan Sungjae tersebut. “Sungjae ngapain cerita hal itu ke Hongbin?” Krystal menatap gemas ke arah tirai. Bisa dipastikan kedua cowok tersebut ada dibalik benda itu.
“Kalau aja dia mau ngejalanin operasi itu…”
“Aku nggak pernah ngerti jalan pikiran Krystal. Aku bisa aja ngebantu dia untuk biaya operasi tersebut, tapi sama seperti waktu aku mau nikahin dia. Krystal menolak dengan pasti.”
Krystal mendesah berat. Hongbin bisa dipastikan sudah tahu hampir semua rahasia tentang dirinya.
“Kenapa kamu jadi…”
“Jangan bahas itu!”
        Krystal sedikit terkejut karena ternyata Hongbin tiba-tiba menyingkap tirai tersebut. Cowok itu bahkan langsung mendekat. Mendului Sungjae seolah ia yang lebih lama mengenal Krystal dari pada ‘pacarnya’ tersebut.
        “Kamu baik-baik aja? Apa yang kamu rasain sekarang ini?” cecar Hongbin. Ia bahkan tak memikirkan hal lain saat menanyakan hal tersebut. Terutama tentang Sungjae yang jelas menunjukkan rasa kecemburuannya karena kekhawatiran Hongbin pada Krystal.
        Krystal tidak tahu jawaban apa yang harus ia berikan pada Hongbin. Padahal secara jelas, ia bisa melihat Sungjae menahan cemburu padanya. Namun saat mata mereka bertemu, Sungjae justru mengukir senyum.
        “Kamu pasti bandel lagi kan, Krys?” seru Sungjae sambil melangkah mendekat. Ia terkekeh melihat tatapan terkejut Krystal karena pertanyaannya.

***

        “Hai calon kakak ipar.”
        Cheondung yang sedang melangkah, sontak berhenti sambil menoleh. Ia mendapati Hongbin yang tersenyum penuh arti seraya melangkah ke arahnya.
        “Kamu pasti udah denger berita tentang aku dengan Sungjae, kan?”
        Cheondung mengawasi sekitar. Beruntung para mahasiswa di sana tidak ada yang terlalu memperhatikannya. “Terus? Kita nggak pernah punya masalah kan, Hong?”
        “Memang bukan antara kita. Tapi antara kamu, Kak Yuri, dan… Krystal.”
        “Apa kamu mau nunjukin kedekatan kamu dengan Krystal? Boleh aja, tapi aku bakal pastiin kamu nggak akan bisa milikin Krystal seutuhnya. Aku nggak bakal ngelepasin dia.”
        “Kenapa?” sahut Hongbin cepat.
        “Karena aku mencintainya,” seru Cheondung tanpa beban.
        Tanpa sepengetahuan Cheondung, Hongbin mengepalkan tangannya. Seperti berusaha mengumpulkan tenaga untuk mengatakan sesuatu. “Kalau gitu, bisa nikahin dia setelah kamu tahu Krystal mengidap penyakit?”
        Cheondung membulatkan mata mendengar permintaan Hongbin. “Itu nggak mungkin, Hong. Orang tua aku nggak akan…”
        “Berarti kamu bisa ngelepasin dia? Dan aku juga bakal pastiin rahasia ini aman dari Kak Yuri.” Ucapan Hongbin secara tidak langsung sama seperti sebuah ancaman serius.
        “Hong…” Cheondung kembali menutup mulutnya. Tidak sanggup mengatakan sesuatu. “Kalau aku ngelepas Krystal, apa kamu bisa ngebahagiain dia?” seru Cheondung akhirnya setelah Hongbin sudah membalikkan badannya dan bersiap pergi dari sana.
        Hongbin sendiri juga terlihat tak sanggup menjawab pertanyaan itu. Ia lebih memilih meninggalkan Cheondung. Tak peduli jika cowok itu terus meneriaki namanya. Hongbin tetap melangkah menjauh. Tidak mengerti apa yang terjadi padanya. “Apa aku bisa?”
        Setelah memastikan Cheondung sudah tidak berada didekatnya, Hongbin menghentikan langkah. Ia menatap nanar sebuah undangan di tangannya. Undangan pernikahan Sungjae dengan Naeun.

***

        Hongbin membawa sebuket bunga untuk Krystal yang masih terbaring di rumah sakit. “Hai…” sapanya sambil mengukir senyum.
        Krystal tak membalas sapaan Hongbin. Ia masih bingung harus bersikap seperti apa pada cowok itu. “Aku berterima kasih banget karena kamu yang udah bawa aku ke sini.”
        Hongbin meletakkan bunga yang ia bawa ke atas nakas. Kemudian ia mengambil tempat di tepi tempat tidur yang Krystal tempati. Cowok itu hanya menatap lembut, tanpa bicara apa pun.
        “Kamu ada apa ke sini? Kita nggak pernah punya masalah, kan?”
        Hongbin justru terkekeh mendengar pertanyaan Krystal yang seperti memiliki beban karena kehadirannya di sana. “Justru aku yang mau bikin masalah sama kamu.”
        Krystal membulatkan mata. Sukses dibuat terkejut oleh Hongbin yang justru semakin tak bisa menahan tawanya. “Maksud kamu? Apa aku bikin salah? Kamu…”
        Hongbin menyentuh tangan Krystal yang sontak membuat cewek itu langsung bungkam. “Krys, kita saling membutuhkan. Aku bisa bantu bikin mimpi kamu jadi kenyataan, dan kamu bisa bikin aku kembali diterima di keluarga aku.”
        Mendengar itu, sontak Krystal menarik tangannya menjauh dari genggaman Hongbin. Ia bahkan sampai mengalihkan tatapannya ke arah lain. “Sungjae cerita apa aja?” tanyanya dengan nada sedikit tak suka. Atau lebih tepatnya kecewa terhadap Sungjae.
        “Jangan tersinggung. Ngeliat kamu adalah seorang cewek yang tangguh, bikin aku simpatik. Aku akan biayain semua pengobatan kamu sampai kamu bener-bener sembuh.”
        Krystal tiba-tiba menoleh cepat. “Apa yang kamu mau dari aku?”  Jelas cewek itu mencurigai jika Hongbin memiliki maksud tersendiri atas permintaan cowok itu.
        Hongbin berusaha bersikap sabar menghadapi cewek di hadapannya tersebut. “Aku cuma pengen kembali ke rumah dan ibuku maafin kesalahanku saat bersama Sungjae.”
        “Intinya…” desak Krystal yang tak ingin mendengar alasan apa pun dari Hongbin.
        Hongbin menghela napas, kasar. Sebelum akhirnya ia berujar, “aku mau nikahin kamu.”

***

        “Sesekali kita memang harus egois.” Krystal menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah gaun pernikahan yang cantik sudah membungkus tubuhnya dengan sempurnya. Cewek itu tersenyum miris. “Gaun ini seharga biaya operasiku nantinya.”
        “Krys!”
        Tanpa harus menoleh, Krystal sudah bisa memastikan seseorang yang datang adalah Sungjae. Ia bisa melihatnya dari dalam cermin. Setelah Sungjae semakin dekat, barulah Krystal membalikkan badan. Cewek itu bahkan sampai langsung melesat ke dalam pelukan Sungjae.
        “Jae, maaf. Secara nggak langsung aku ngerebut Hongbin….” Ucapan Krystal terputus karena ia merasakan Sungjae mempererat dekapannya.
        “Jangan bahas itu. Yang penting kamu harus sembuh. Dan salah satu jalannya adalah melalui Hongbin. Lagi pula, gimana sama Naeun kalo aku mikirin Hongbin terus?” Sungjae lalu melepaskan pelukannya. Namun ia tetap menggenggam ke dua tangan Krystal. Sungjae merentangkan tangannya sambil memperhatikan Krystal dari atas hingga bawah. “Jangan lupa senyum ya di depan Hongbin,” godanya membuat Krystal terkekeh.

***

        Seusai menggelar resepsi pernikahannya, Hongbin membawa Krystal pulang ke apartmen yang ia tempati selama diusir dari rumahnya. Selayaknya pengantin baru, Hongbin memperlakukan Krystal dengan sangat manis. Menggandeng lembut cewek itu saat membawanya masuk. Namun Krystal hanya menatap nanar punggung tegap milik Hongbin yang berjalan di depannya.
        “Andai Hongbin ngelakuinnya dengan perasaan cinta. Aku pasti akan jadi cewek paling bahagia di dunia,” lirih Krystal.
        Hongbin membuka pintu salah satu ruangan di apartmen mewah itu. Apartmen yang jauh berbeda seperti milik Krystal. “Ini kamar kita. Kamu bisa langsung istirahat.”
        Krystal memaksakan senyumnya terukir. Tentu karena ia teringat pesan Sungjae agar tersenyum di depan Hongbin. “Kamu juga.” Setelah berkata seperti itu, Krystal buru-buru melesat masuk ke dalam kamar tersebut lalu menutup pintunya dari dalam. Ia menyandarkan tubuhnya pada daun pintu sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.
        “Kamu harus segera jalanin operasi itu. Aku udah nyiapin uangnya,” ujar Hongbin sambil menyodorkan sebuah kartu ATM. “Pinnya tanggal lahir kamu.”
        Tanpa sadar Krystal meneteskan air mata saat mengingat ucapan Hongbin waktu di dalam mobil tadi. Saat melihat ada sebuah cermin besar disalah satu sudut kamar, Krystal mendekat. Menatap lirih pantulan tubuhnya yang masih berbalut gaun pengantin.
        “Tapi seenggaknya, kamu udah pernah ngerasain pakai baju ini.”

***

        Beberapa hari telah terlewatkan. Dan pagi itu Hongbin tidak mendapati Krystal dimana pun di dalam apartmennya. “Krys! Kamu di mana, sih?” seru cowok itu. Ia bahkan sudah sampai memeriksa kamar mandi hingga balkon dan ruang mencuci. Tapi Krystal tidak ada di mana pun. Dan lebih parahnya, ponsel cewek itu juga tidak aktiv.
        Sampai akhirnya, Hongbin mendapati hal yang janggal di meja makan. Dalam tudung saji, sudah tersedia menu makanan serta terselip selembar kertas di bawah piring. Bahkan selembar foto pernikahan mereka juga tergeletak di sana. Juga kartu ATM. Segera saja Hongbin membaca surat tersebut.  



***

        Krystal mengukir senyum saat kembali melihat foto dirinya dalam balutan gaun pengantin. Cewek itu saat ini sedang dalam perjalanan menggunakan bus. Setitik kebahagiaan itu masih terasa meski rasanya sakit dinikahi pria yang ia inginkan, namun pria itu justru hanya merasa simpatik padanya.
        Bus berhenti di sebuah halte, dan Krystal turun di sana bersama dengan sebuah koper besar miliknya. Ia merentangkan tangan, berusaha menikmati segarnya udara di tempat tersebut.
        “Kirain pikir lupa jalan pulang?”
        Krystal berbalik cepat saat mendengar seseorang seperti bicara padanya. “Dongho!” pekik Krystal yang langsung berhamburan memeluk cowok itu.

***

        “Sungjae!” Dengan tidak sabar, Hongbin mengetuk pintu rumah milik Sungjae. Namun yang membuka pintu adalah Naeun. Tentu karena cewek itu telah menikah dengan Sungjae.
        “Kenapa, Hong?” seru Sungjae yang kemudian memunculkan diri di sana. Ia menatap bingung cowok yang kini telah menjadi ‘mantan’ kekasihnya. “Kamu kenapa?” desaknya lagi. Kekhawatiran kini terlihat jelas karena Hongbin datang dengan kondisi kurang baik. Masih mengenakan piyama yang ia gunakan untuk tidur semalam.
        “Krystal di sini?” tanya Hongbin akhirnya.
        Sungjae dan Naeun justru saling melempar tatapan. “Nggak ada, Hong.” Naeun yang terdengar menjawab.
        Mendengar itu, Hongbin sontak mengacak rambutnya. Frustasi karena tidak bisa mengetahui keberadaan Krystal. “Krystal kabur dari apartmen,” ujar Hongbin lemah.
        Sungjae sontak memegang ke dua pundak Hongbin. Sementara Naeun juga berusaha menenangkan suaminya itu. “Mungkin Krystal ke rumah sakit. Dia mau operasi, kan?” kata Naeun.
        Hongbin yang benar-benar terlihat terpukul, menyingkirkan tangan Sungjae dari pundaknya. “Krystal ninggalin ATM yang isinya uang untuk operasi dia. Dan isi suratnya mastiin Krystal benar-benar pergi. Nggak tau ke mana.”
        Mata Sungjae menangkap sesuatu dalam genggaman tangan Hongbin. Cowok itu tadi menyinggung masalah surat. Dan bisa dipastikan benda yang digenggam Hongbin adalah surat yang ia maksud. Tanpa pikir panjang, Sungjae menyambarnya yang ternyata memang sebuah kertas. Tidak salah lagi, itu surat yang Hongbin maksud.
        “Jae, kamu tau tempat yang mungkin Krystal datengin?”
        Sungjae menatap Naeun seolah mendapat pencerahan. Hongbin sontak menatap Sungjae penuh harap. “Kota kelahirannya.”
        “Antar aku ke sana!” seru Hongbin. Terkesan sangat memaksa. “Sekarang!” tegasnya lagi.

***

        Berminggu-minggu Hongbin mencari Krystal di kota yang dimaksudkan oleh Sungjae. Beberapa kali cowok itu menemani Hongbin. Tentu kini kondisi antara mereka sudah jelas berbeda. Masing-masing dari mereka telah menikah dengan seorang wanita. Meski kondisi yang mereka hadapi saat itu memang kurang ‘bagus’. Sungjae dijodohkan oleh keluarganya dengan Naeun. Sementara Hongbin menikahi Krystal agar ia bisa diterima kembali di keluarganya sejak kasus ‘hubungan’ terlarangnya dengan Sungjae terbongkar.
        Tapi hari itu Hongbin pergi sendiri karena Sungjae tidak bisa menemani. Mobil cowok itu terhenti di pinggir jalan. Terlebih karena ada sebuah panggilan diponselnya dari Yuri.
        “Hong! Hari ini aku nikah. Kamu nggak lupa kan, dek?”
        Hongbin mendesah berat. “Kak! Krystal belum ketemu! Aku nggak mungkin pulang sekarang. Kakak tolong ngertiin aku, dong!”
        Sementara ditempatnya berada Yuri berusaha menahan emosinya. Ia juga tampak sudah rapih dengan gaun pengantin dibadannya. “Hong! Aku cuma ingetin. Aku juga nggak maksa kamu untung pulang sekarang juga. Aku ngerti posisi kamu. Dan aku nelpon kamu karena ada yang pengen aku omongin.”
        “Maaf, Kak.” Hongbin berujar lirih. Sedikit merasa bersalah. Ia juga tidak mengerti apa penyebab dirinya menjadi sedikit sensitive semenjak Krystal kabur dari apartmennya. Terutama hal yang menyangkut tentang cewek yang masih berstatus istrinya tersebut.
        “Janji kalau kamu bakal bawa Krystal pulang.”
        Hongbin tertegun mendengar permintaan Yuri. “Tapi, Kak…”
        “Aku dan ibu juga udah tau tentang rahasia antara kamu dan Krystal. Tapi kita udah terlanjur sayang sama dia. Dan aku juga berharap kalau usaha kamu di sana nggak sia-sia. Hati-hati ya, dek. Semoga kamu bisa nemuin Krystal secepatnya.”
        “Aku memang harus bener-bener bisa nemuin Krystal di sini dan bawa dia pulang.”

***

        Dua hari berlalu. Dan Hongbin masih berada di sana. Di kota tempat Krystal sebenarnya berada saat ini. Cowok itu juga kini tampak berjalan dikeramaian kota. Menuju sebuah pusat perbelanjaan. Selama di sana, ia berusaha tak satu pun sudut yang terlewatkan. Setelah sekitar 3 jam, Hongbin akhirnya memutuskan beristirahat di sebuah restoran.
        Sambil menunggu pesanannya datang, Hongbin mengeluarkan ponselnya yang terpajang foto pernikahannya dengan Krystal. Cowok itu benar-benar terlihat bahagia. Tak terkecuali dengan Krystal sendiri.
        “Kabahagiaanku saat itu memang bukan rekayasa. Dan sekarang aku justru kayak orang gila nyariin kamu, Krys.” Hongbin tampak bicara dengan foto ditangannya sambil tersenyum miris.
        “Kakakku masuk rumah sakit. Pasti karena penyakit leukemia-nya.”
        Hongbin membeku mendengar percakapan dua pelayan yang berdiri tak jauh dari mejanya berada. Saat menoleh, salah satu dari mereka memang tampak seperti ingin pergi dari tempat itu. Dan entah hal apa yang membuat Hongbin justru mengikutinya. Cowok tersebut adalah Dongho, cowok yang ditemui Krystal saat baru tiba di sana.
        Hongbin mengejar cowok tadi yang menumpang bus umum. Sampai akhirnya mereka benar-benar tiba di sebuah rumah sakit. Hongbin sempat terlihat memegangi dadanya yang tiba-tiba berdebar keras. Membayangkan jika ucapan cowok tadi benar terjadi pada Krystal. Tapi firasatnya memang mengarah ke sana.
        Tanpa sadar, Hongbin menyusul Dongho yang tampak masuk ke dalam sebuah kamar rawat. Di sana ia melihat Dongho langsung berhadapan dengan seorang dokter dan mereka tampak bicara serius. Namun tatapan Hongbin justru tertuju pada seorang cewek yang tergeletak lemah di atas tempat tidur.
“Krystal?” bibir Hongbin berujar pelan. Dan langkahnya terasa berat saat wajah pucat istrinya tersebut semakin terlihat jelas dimatanya.
        “Selagi stadiumnya belum terlalu mengkhawatirkan, saya sarankan nona Krystal untuk melakukan operasi. Dan saya menunggu keluarga untuk menyetujui pelaksaan operasi tersebut,” jelas sang dokter.
        Hongbin mengepalkan tangannya mendengar pembicaraan Dongho dengan dokter yang merawat Krystal. Hongbin menoleh cepat dan mendapati Dongho justru terlihat bingung dalam memberikan keputusan. Hongbin yang gemas, langsung saja mendekat.
        “Berikan surat persetujuan itu. Aku yang akan menandatangani dan melunasi semua biayanya.”
        “Siapa kamu?” seru Dongho. Cukup terkejut karena mendapati orang asing di dalam kamar rawat Krystal.
        Hongbin hanya melirik sesaat ke arah Dongho. Ia kemudian menatap dokter tersebut. “Saya suaminya. Krystal harus segera dioperasi, kan? Bisa dipercepat pelaksanaannya?”
        Sang dokter mengangguk cepat dan segera melesat pergi dari sana dengan mengajak Hongbin juga untuk mengikutinya. Namun Dongho justru menghalangi langkah Hongbin. Ia harus memastikan siapa Hongbin.
        “Siapa kamu berhak nentuin keputusan untuk Krystal? Cuma anggota keluarga aja yang bisa. Dan lagi pula, biaya untuk…”
        Hongbin mengankat satu tangannya menandakan agar Dongho diam. “Aku bisa buktiin semuanya kalau aku dan Krystal udah nikah. Dan untuk saat ini, mana yang lebih penting untuk Krystal? Operasinya, kan?”

***

        Sungjae dan Naeun langsung melesat pergi setelah Hongbin mengabari mereka tadi. Tentu mengabari tentang keberadaan Krystal yang sudah ia temukan dan tentang operasi yang sedang dilaksanakan cewek itu. Sementara itu, keduanya juga sudah tampak tiba di rumah sakit tempat Hongbin berada.
        “Hong!” ujar Sungjae saat sudah melihat cowok itu.
        Dongho yang lebih dulu menyadari keberadaan Sungjae dan Naeun, langsung berdiri. “Jae? Kamu kenal dia?” tunjukkan pada sosok Hongbin yang bahkan sudah tertidur di kursi. “Cowok itu dengan lancangnya nandatanganin surat persetujuan untuk Krystal dioperasi.”
        Sungjae hanya menepuk pelan pundak Dongho agar cowok itu lebih tenang. Kemudian ia mendekati Hongbin dan duduk di samping cowok itu. Menatap wajah lelah Hongbin yang memang sudah berhari-hari mencari Krystal. Sementara itu, Naeun tampak bicara pada Dongho. Cewek itu cukup banyak mengetahui tentang Krystal. Dan ia pula yang berusaha menjelaskannya pada Dongho.
        “Oh, Sungjae?” ujar Hongbin yang terbangun setelah Sungjae menyentuh pundaknya tadi. “Udah lama?”
        Sungjae mendesah pelan sambil duduk di samping Hongbin. Ia bahkan tidak melepaskan tatapannya dari cowok itu. Sedikit terenyuh melihat kondisi Hongbin yang tampak cukup ‘berantakan’. “Kayaknya kamu udah kembali seperti Hongbin yang dulu. Penuh dengan cinta.”
        Hongbin menatap Sungjae, bingung. Sementara Sungjae justru terkekeh kecil melihat ekspresi Hongbin. “Menurutmu, apa yang udah bikin kamu kayak gini?”
        Mendengar pertanyaan itu, Hongbin tiba-tiba teringat dengan adegan ‘ciuman’ antara dirinya dengan Krystal. Ada perasaan aneh jika mengingatnya. Hongin tampak menatap Sungjae penuh arti. “Karena aku mencitainya.”

***

        “Saat kondisiku akhirnya separah ini, kenapa aku justru teringat Hongbin. Apa karena aku masih jadi istrinya? Aku bahkan denger suara Hongbin tadi.”
        Krystal tampak mengerjap-ngerjap sebelum akhirnya cewek itu benar-benar membuka mata. Saat menoleh, Krystal mendapati seseorang tertidur di dekat ranjangnya. Dengan posisi kepala di dekat tangan cewek itu.
        Krystal tersenyum pahit. Meski wajah cowok itu belum terlihat, namun cukup familiar di mata Krystal. “Nggak mungkin itu…” Krystal sempat menahan ucapannya karena orang itu terlihat bergerak. “Hongbin…?”
        Senyum itu. Mata itu. Wajah tampan berhias lesung pipi. Tidak mungkin Krystal melupakan suaminya, Hongbin. “Akhirnya kamu bangun juga, Krys.” Hongbin menegakkan tubuhnya dengan masih mempertahankan senyuman dibibirnya.
        Krystal masih menatap datar cowok itu. Jelas karena ia bingung harus berekspresi seperti apa mendapati Hongbin benar-benar di depan matanya sekarang. “Kenapa kamu…”
        Hongbin mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut puncak kepala Krystal. Tampak kehangatan dari sorot matanya. “Harusnya aku yang tanya, kenapa kamu pergi? Kenapa kamu ninggalian aku sendirian di apartmen? Dan kenapa kamu sok tahu? Aku nyariin kamu, bahkan sampai ke tempat ini.”
        Krystal tertegun mendengar penuturan Hongbin. Ia bahkan masih seperti tidak mempercayai jika Hongbin benar-benar sudah ada di depan matanya sekarang ini.
        Hongbin tampak sudah ingin berdiri, dan masih sambil tersenyum. “Kamu istirahat dulu aja. Nanti kita ngobrol lagi.”
        “Hong…” ujar Krystal lemah. Sementara tangannya menahan lengan Hongbin sebelum cowok itu melangkah menjauh.
Hongbin pun membatalkan niat untuk pergi. Ia justru mendekatkan tubuhnya lagi ke arah Krystal. Membiarkan cewek itu menatapnya dalam untuk melepas rindu dengan wajah tampannya. Bahkan tangan Krystal sudah terangkat dan menyentuh rambut Hongbin yang terasa halus.
        “Kamu kurusan. Rambut kamu juga udah agak panjang.”
        Hongbin terkekeh geli mendengar ucapan Krystal. Pelan, namun bisa terdengar jelas di telinganya. “Iya. Dan semua gara-gara kamu pergi waktu itu,” candanya membuat Krystal mengukir senyum, tipis. “Aku juga dimarahin ibu abis-abisan.” Hongbin tanpa sadar membuat Krystal menghilangkan senyumannya.
        Sontak Krystal juga menarik tangannya kembali sambil mengalihkan tatapannya dari Hongbin. Melihat sesuatu yang aneh dari Krystal, membuat Hongbin berusaha menarik kembali perhatian dari cewek itu. Hongbin sedikit memaksa wajah Krystal agar menatapnya.
        “Aku salah ngomong, ya?” lirih Hongbin dengan nada bersalah.
        Krystal memegang lengan Hongbin yang menyentuh wajahnya. “Bilang pada ibumu, aku minta maaf yang sebesar-besarnya. Dan jika kamu ke sini karena ibu, lebih baik kamu pulang aja.”
        “Kamu adalah orang yang membuat aku kembali normal. Bagaimana ceritanya aku ngelepas kamu gitu aja?”
        Krystal ingin mengalihkan tatapannya lagi, namun Hongbin lebih dulu menangkup wajah cewek itu. Menatapnya lembut. Meski sedikit merasa bersalah karena membuat Krystal berpikir jelek tentangnya.
        “Krys, boleh aku egois kali ini aja?” pintanya diiringi tatapan bingung dari Krystal. “Aku mau batalin perjanjian kita. Karena…” Hongbin memberi jeda dalam kalimatnya. Berusaha menguatkan diri di hadapan cewek yang masih berstatus istrinya tersebut. “Aku… aku nggak mau kamu pergi lagi, Krys. Aku mau tetap ada di samping kamu sampai kamu sembuh dan kita bisa hidup selamanya kayak pasangan yang lain. Kayak Sungjae dan Naeun juga.”
        Kali ini Krystal benar-benar mengalihkan tatapannya. Bukan karena ingin menghindari tatapan Hongbin. Tapi karena ia baru menyadari sesuatu yang dibawa Hongbin. Cewek itu menunjuk benda tersebut sambil berkata, “itu foto….”
        Hongbin yang langsung mengerti maksud Krystal, langsung menunjukkannya di hadapan cewek itu. “Nggak mungkin lupa, kan? Foto pernikahan kita.” Hongbin memberikan foto tersebut yang langsung diterima oleh Krystal. “Kamu yang udah bikin aku tersenyum bahagia seperti itu.”
 
***

        Cheondung dan Yuri menghentikan kegiatan makan malam mereka karena kehadiran seseorang. Yuri terlihat tersenyum. Sementara Cheondung justru terlihat gugup sambil sesekali mengawasi Yuri dan seperti menyembunyikan sesuatu.
        “Krystal… Hongbin…” Yuri melesat ke arah dua orang tersebut. Orang pertama yang ia peluk adalah Krystal. Bukan adik kandungnya sendiri, Hongbin. “Krys… akhirnya kamu pulang,” kata Yuri menatap Krystal seakan penuh rasa terima kasih. “Hongbin kayak orang gila waktu ditinggal pergi sama kamu.”
        Krystal melirik Hongbin yang tersenyum canggung. Sedikit malu karena dipermalukan kakaknya sendiri. Namun kemudian, suasana terasa semakin canggung karena Cheondung tampak memaksakan diri untuk bergabung.
        “Kita udah punya kesepakatan, kan?” seru Hongbin. Namun hanya ia dan Cheondung yang mengerti arah pembicaraannya. Berusaha membuat Cheondung sedikit menghilangkan rasa bersalahnya pada Krystal. “Kita punya takdir masing-masing,” lanjutnya membuat Cheondung sedikit merasa lega.
        Yuri kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Cheondung dan membuat cowok itu menoleh padanya. “Semua orang punya masa lalu,” ujar Yuri sambil menatap lembut. “Termasuk kamu dan Krystal.”
        Cheondung sedikit melebarkan matanya karena ternyata Yuri telah mengetahui masalah tersebut. Tapi Yuri tetap tersenyum tulus padanya.
        “Kamu punya masa lalu. Hongbin juga punya masa lalu.” Yuri kembali berujar. “Tapi sekarang kamu punya aku. Dan Krystal udah punya Hongbin. Setuju?” Ucapan Yuri kali ini sukses membuat Cheondung terkekeh. Selanjutnya cowok itu memeluk Yuri yang sudah resmi menjadi istrinya tersebut.
        Hongbin melirik Krystal dengan tatapan jahil. Sementara Krystal justru menatapnya bingung. “Nggak mau peluk aku juga?” godanya. Krystal tetap menatap datar. Namun karena Hongbin gemas melihat reaksi Krystal, langsung saja ia menarik cewek itu ke dalam pelukannya.


*_E_N_D_*

2 komentar:

  1. aaaaa... gomawo Kyunnie-yaa... ^_^
    lo selalu jadi readers terbaik guee... /poppo/

    BalasHapus