Senin, 14 Juli 2014

PERFECT LOVE (chapter 12)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae,
  Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast     :
·        A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo, Hayoung)
·        G.Na (Soloist)
·        B2ST (Doojoon)
·        BtoB
·        VIXX
Genre               : romance, family, brothership
Length              : chapter

***

        Youngjae, Doojoon dan Zelo tampak meninggalkan rumah mewah milik Junhyung. Youngjae menempati kursi pengemudi. Namun Doojoon tidak langsung menyusul Youngjae untuk masuk. Sama halnya dengan Doojoon, Zelo juga tak langsung masuk ke dalam mobil. Ia mengikuti arah pandangan ayahnya. Sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari sana tampak baru meninggalkan tempat tersebut.
        “Itu…” Doojoon tidak melanjutkan kalimatnya. Ia justru melesat masuk ke dalam mobil dan menatap Youngjae seperti menuntut sesuatu. “Kamu bilang mobil kamu masuk bengkel, kan? Kapan selesai diperbaiki?”
        Youngjae meneguk ludahnya. Ia melirik Doojoon dengan tatapan panik. Sementara Zelo jelas menunjukkan bahwa ia tidak tahu apa-apa masalah mobil tersebut.
        Doojoon menegaskan tatapannya. Seolah menekan Youngjae untuk mengakui sesuatu. Tentu tentang kebenaran keberadaan mobil Youngjae. “Youngjae…” desisnya pelan namun terasa penuh penekanan.

Flashback…
        Tidak butuh waktu lama untuk Minhyuk menghabisi Youngjae. Mereka juga tak luput jadi tontonan orang-orang yang kebetulan melintas di sana. Eunkwang bahkan sudah berusaha melerai mereka. Namun ia justru juga mendapat pukulan dari Minhyuk. Hingga akhirnya, Youngjae sudah tidak mungkin melawan. Bahkan dari awal pun Youngjae memang tak melakukan perlawanan.
        “Lo bakal dapet yang lebih parah dari itu kalau masih berani ngalangin gue ngedeketin Eun Ji!” ancam Minhyuk serius. Ia yang melihat kunci mobil Youngjae yang tergeletak di aspal, langsung saja merampasnya. “Gue bakal balikin mobil lo, kalau Eun Ji bener-bener udah jadi milik gue!”
Flashback end…

        Youngjae menghindari tatapan Doojoon yang masih menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Eun Ji bahkan lebih berharga dari pada mobil itu.”
        Doojoon mendesah, berat. Sambil menghempaskan punggung ke sandaran jok, Doojoon mengusap wajahnya. Tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Youngjae. Yang ia tahu, Youngjae menghamili seorang gadis. Dan anak itu juga kehilangan mobil mewahnya.
        “Sebelum nikah, selesain program dari perusahaan om yang di Palembang. Sekalian untuk kamu mempercepat kuliah.”
        Youngjae jelas menolak keputusan Doojoon. Namun Doojoon seperti tidak bisa ditawar lagi.
        “Nggak ada penolakan!”

***

        “Mas mau ke mana setelah ini?”
        Yongguk melirik jam di tangannya. “Rumah Chorong,” jawabnya pendek. “Kamu sendiri?” Ia balik bertanya sambil bersiap menaiki bus yang akan mereka tumpangi ke café tadi. Kendaran keduanya masih tertinggal di sana akibat di bawa paksa oleh dua anak buah Junhyung tadi.
        Himchan tidak langsung menjawab. Ia masih berdiri di tempat bahkan setelah bus tiba dan Yongguk sudah lebih dulu melangkah masuk ke sana. Saat berbalik, ia menatap Himchan heran karena adiknya tidak bergerak sedikit pun.
        “Mas Yongguk duluan aja,” putus Himchan. Bahkan sebelum Yongguk sempat bertanya. Ia kemudian memutuskan untuk melesat pergi dari sana. Sekaligus membatalkan niat untuk ikut menyusul Yongguk menaiki bus.
        Yongguk sendiri sudah tidak mungkin mencegah Himchan karena pintu bus sudah lebih dulu tertutup dan berangkat beberapa saat kemudian.

***

        Titik-titik hujan tiba-tiba mulai berjatuhan. Sontak membuat Himchan melesat secepat mungkin ke sebuah halte untuk berteduh. Tepat bersamaan dengan datangnya sepasang muda-mudi yang mengenakan sebuah jaket yang dibentangkan di atas kepala sebagai pengganti payung.
        Cowok itu sedikit mengibas-ngibaskan jaketnya yang basah. Tanpa sadar, percikan air sampai mengenai Himchan.
        “Eh, maaf.”
        Himchan sempat hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan protes. Namun semuanya sirna saat mengetahui dua orang di hadapannya sekarang. Bomi bersama Jongup.
        “Dari tadi kalian berdua?” Himchan bertanya, dingin. Tidak terdengar bernada tinggi memang. Namun sorot matanya tidak mungkin berbohong. Perasaannya bercampur aduk.
        “Abisnya aku ditinggal sendiri di rumah. Dan cuma mbak Bomi aja yang bisa nemenin aku.” Jongup terdengar membela diri.
        Himchan bungkam.
Diselingkuhi pacarnya. Dituduh menghamili anak orang. Kakaknya akan menikahi pacarnya yang juga dihamili orang lain. Dan sekarang, ia melihat adiknya ‘berpacaran’ dengan tetangganya sendiri.
        Entah mengapa, melihat raut wajah Jongup yang jelas menyiratkan setitik kebahagiaan sukses membuat Himchan tersulut cemburu. Ia iri karena jika Jongup dan Bomi memang menjalani sebuah hubungan, adiknya mendapatkan sosok cewek baik-baik yang tidak menuntut banyak hal.
        Selanjutnya tidak ada yang bicara. Hanya suara gemericik air hujan yang mendominasi. Terlebih Bomi yang bahkan seperti tidak sanggup melirik Himchan.
        Sampai akhirnya, Himchan mengeluarkan ponselnya dan menerima sebuah pesan dari Yookyung.

        Sayang… aku ada di resto tempat kita pertama kali ketemu waktu itu. Kamu bisa nyusul, kan? Aku tunggu ya…

        Himchan menekan tombol berwarna merah tanpa membalas pesan tersebut baik satu kata pun.
        Tidak ada tanda-tanda hujan akan mereda. Yang terlihat justru semakin deras. Membuat Himchan teringat jaket ditangannya saat mendapati Bomi memeluk tubuhnya sendiri. Tanpa ada tanda-tanda apa pun, Himchan menyampirkan jaket tersebut ke pundak Bomi.
        “Kalian lanjut aja,” ujar Himchan tanpa menoleh. Ia lalu terlihat melesat menerobos hujan dan tidak mempedulikan teriakan Jongup yang menyuruhnya berhenti.

***

        Esoknya, Eun Ji memaksa Ilhoon untuk membawanya kabur dari kediaman orang tua mereka. Eun Ji meminta untuk diantar ke kampus. Cewek itu ingin meluapkan emosinya yang tertahan beberapa hari ini akibat kejadian salah paham tentang kehamilannya.
        Ilhoon mengalihkan sesaat tatapannya dari buku tebal dipangkuannya. Ia terkekeh melihat kegiatan Eun Ji saat itu. Mengenakan seragam taekwondo, dan dengan murka menghajar sebuah samsak yang tergantung di salah satu sudut aula.
        “Jangan terlalu kasar. Kasian calon keponakan aku,” ledek Ilhoon.
        Eun Ji menatap sinis. Ia bahkan berniat melemparkan samsak tadi ke arah Ilhoon. Melihat perlakuan kakaknya, Ilhoon semakin terkekeh keras.
        “Apa cewek yang mau ngakhirin masa lajang selalu begitu ya? Suka ngelakuin kegiatan yang agak-agak ekstrim.”
        Eun Ji membatalkan niat untuk menghajar samsak tadi saat mendengar suara orang lain di dalam aula tersebut. Dan tanpa harus menoleh, ia tahu jika orang tersebut adalah Peniel.
        “Tolong jangan ngajak ribut, ya!”
        Peniel tampak menghempaskan tubuhkan ke samping Ilhoon yang menunggu di pinggir lapangan. “Eun Ji bakal nikah sama siapa jadinya?” tanya Peniel pada Ilhoon. Tak peduli dengan tatapan membunuh dari Eun Ji.
        Ilhoon menutup bukunya kemudian tampak memikirkan jawaban yang tepat. “Fansnya Naeun?” Ia justru membuat Peniel ikut berpikir.
        “Jangan mulai ya lo berdua!” desis Eun Ji. Ia menatap tajam ke dua cowok dihadapannya. Lalu mengambil kasar sebuah botol minuman isotonic yang tergeletak di antara Ilhoon dan Peniel. Eun Ji menenggak minumannya cukup banyak. Lalu menghempaskan tubuh ke lantai. “Ada apaan lo ke kampus gue?”
        “Proyek besar tim kita. Bulan depan di Jogja.” Peniel berujar pelan. Namun penuh dengan penekanan.
        Eun Ji terdengar mendesah, berat. “Ya kalau gue tetep tinggal di rumah, bisa minta Ilhoon buat bantuin gue kabur. Nah kalau semisal gue tinggal di rumah Youngjae?”
        “Emang gue mau bantuin kakak kabur?”
        PLAK! Botol kosong bekas minuman milik Eun Ji mendarat mulus di kepala Ilhoon. Bonus tatapan membunuh dari Eun Ji.
        “Kejam banget sih, Kak!” Ilhoon memprotes keras sambil memegangi kepalanya yang berdenyut.

***

        Zelo tampak bangkit saat melihat sosok Hayoung mengintip dari balik pintu kelas. Namun seketika Zelo membatalkan niat karena mendapati Jongup dengan semangatnya melesat menghampiri Hayoung. Tidak sampai disitu, Jongup bahkan mengajak Hayoung ke luar kembali sebelum cewek itu sempat menginjakkan kaki ke dalam kelas.
        “Pak Himchan nggak masuk. Kita langsung ke ruang musik aja.”
        Jongup menarik pelan tangan Hayoung. Sementara cewek itu sama sekali tidak melakukan protes. Namun diam-diam Hayoung masih sempat mencuri pandang ke tempat Zelo berada melalui jendela kelas. Zelo hanya menatap ke dalam halaman bukunya seakan tidak ada hal lain yang lebih menarik perhatiannya.
        “Yaahh… Jong. Belum dibuka.”
        Jongup tidak menggubris komentar Hayoung. Ia memilih ke dekat balkon sambil menunggu petugas untuk membukakan pintu.
        Jongup menumpu tangannya ke pembatas balkon sambil menatap Hayoung penuh minat. “Eh, Young. Lo deket nggak sama Namjoo?”
        Hayoung menoleh dengan mata membulat. Cukup lama sampai akhirnya Hayoung membuka mulut karena ia ingin memastikan kembali pendengarannya. “Lo kenal Mbak Namjoo di mana?” Cewek itu justru balik melemparkan pertanyaan.
        “Hmm…” Jongup, ia sibuk memikirkan jawaban yang pas. Agak riskan jika ia mengakui ‘pernah’ bekerja disebuah kelab malam. Jongup malah mengusap tengguknya.
        Hayoung melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap Jongup, mengintimidasi. “Gue curiga…”
        “Psstt!!” Jongup tanpa sadar membekap mulut Hayoung.
        “Heh!” Dengan kasar Hayoung menyingkirkan tangan Jongup. “Gue belom selesai ngomong, Jong!”
        Jongup tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya yang tampak putih rapih.

***

        Bomi menatap heran kepulangan Daehyun saat itu. Ia sendiri bahkan baru bersiap untuk berangkat ke kampus. Melihat gerak-gerik Daehyun yang tampak panik, Bomi berinisiatif untuk menghampiri. Sesaat ia membatalkan niat untuk segera kampus.
        “Daeh!” Bomi meneriaki cowok itu. “Mas Himchan sakit?” sambarnya.
        Daehyun masih mengenakan jas putih yang menjadi cirri khas seorang dokter. Cowok itu menatap takjub sekaligus heran. Bomi sudah mengetahui alasan kepulangannya yang mendadak. Padahal baru beberapa jam ia meninggalkan rumah.
        “Mas Himchan ngabarin lo?”
        Kali ini Bomi yang tampak bingung dengan pertanyaan Daehyun. Dengan tatapan polos, Bomi menggeleng pelan.

Flashback…
        Hujan yang mengguyur kota terjadi sampai malam. Jongup yang merasa bertanggung jawab atas Bomi, dengan rela mengeluarkan uang lebih untuk membayar taksi yang mengantar mereka pulang.
        Setelah beberapa jam kemudian, hujan sudah mereda. Namun Bomi belum ingin memejamkan mata. Ia mengintip jalanan yang tampak basah dari balik jendela kamarnya. Sementara suasana rumah keluarga Jongup sudah gelap.
        Bomi sudah ingin menutup tirai, tapi terpaksa ia singkap kembali karena ia melihat seorang cowok menuju rumah tersebut. Hanya melihat dengan sekilas saja, Bomi sudah bisa menyimpulkan jika cowok itu adalah Himchan. Jelas terlihat dari bentuk badannya.
        Segera Bomi melesat ke luar kamarnya. Menerobos pintu dan mendekati pagar rumahnya. Bomi hanya menatap Himchan dari jauh. Dan cowok itu tampaknya tidak menyadari kehadiran Bomi. Di sana Bomi mendapati tubuh Himchan yang basah kuyup dan wajah putih Himchan terlihat pucat.
        Bomi menggigit bibirnya. Berpikir ingin melakukan sesuatu untuk Himchan. Bomi sudah berniat membuka pagar. Namun suara keras pintu yang ditutup Himchan, membuat Bomi membatalkan niat.
Flashback end…

        “Jadi bener kalau Mas Himchan sakit?” Bomi mengulangi pertanyaannya. Keyakinannya cukup kuat tentang kondisi Himchan saat ini.
        “Ikut masuk aja deh,” putus Daehyun yang bahkan sudah membuka pintu pagar dan mendahului Bomi masuk ke dalam.

***

Eun Ji masih berada di aula kampusnya bersama Ilhoon dan Peniel.
“Mending cari aman aja. Karena nanti posisinya lo udah nikah, lebih baik lo ijin baik-baik sama Youngjae.”
        Eun Ji memikirkan baik-baik perkataan Peniel. Meski ia tidak terlalu yakin tentang hal tersebut.
        “Eh, calonnya Eun Ji namanya Youngjae kan?” Peniel menyikut lengan Ilhoon karena tidak yakin jika ia telah mengucapkan nama yang benar.
        Ilhoon hanya mengangguk. “Eh, Kak! Kayaknya kita udah harus pergi nih. Gue dikabarain bentar lagi temen gue datang. Mereka mau ada sparing taekwondo.” Ilhoon bicara, namun tangannya sibuk membereskan barang-barang bawaannya.
        Peniel juga sudah tampak berdiri dan bersiap pergi. Sementara Ilhoon mengulurkan salah satu tangannya ke arah Eun Ji.
        Belum sempat Ilhoon membantu Eun Ji untuk berdiri, segerombolan orang berseragam taekwondo sudah tampak mulai bermunculan. Beberapa dari mereka tampak menatap keberadaan Eun Ji penuh minat. Bahkan dua diantaranya sampai menghampiri ke tempat Eun Ji berada.
        “Ya ampun, Ji. Lo ke mana aja? Kita mau sparing dan kekurangan orang untuk tim cewek. Lo bisa gabung, kan?” kata cowok tinggi bernama Hackyeon tersebut. Menatap penuh harap agar Eun Ji mengabulkan permintaannya.
        “Tapi gue nggak ikut pemanasan ya. Gue udah mulai dari tadi soalnya.”
        “Oke, Ji.” Cowok di samping Hackyeon tadi langsung meluluskan perimtaan Eun Ji. “Kita mulai dulu ya,” pamit Hongbin sambil menepuk pundak Hackyeon untuk mengajaknya meninggalkan Eun Ji.
        Eun Ji menatap punggung Hackyeon dan Hongbin dengan perasaan ringan. Mood-nya langsung membaik karena ajakan dua cowok tadi. Namun senyuman Eun Ji memudar saat melihat Ilhoon sibuk dengan ponselnya.
        “Lo ngapain, Hoon?” Eun Ji bertanya dengan nada curiga.
        Ilhoon hanya melirik sekilas ke arah Eun Ji. Lalu kembali mengalihkan pandangannya ke layar ponsel. “Mau ngabarin Mas Youngjae kalau kakak mau ada sparing. Siapa tau dia mau ngasih semangat,” kata Ilhoon, enteng.
        Dengan gerakan cepat, Eun Ji menyambar ponsel Ilhoon dan memeriksanya. Ilhoon benar-benar mengirimi pesan pada Youngjae. Dan tepat di depan mata Eun Ji, sebuah laporan masuk yang menandakan bahwa pesan sudah benar-benar terkirim.
        “Akh!” Ilhoon menjerit karena Eun Ji menendang tulang kering kakinya. Saat mendongak, Ilhoon mendapati Eun Ji sudah pergi menjauh. Kemudian terdengar kekehan kecil yang membuat Ilhoon menatapnya, kesal.
        Peniel merangkul Ilhoon tanpa merasa bersalah sedikit pun karena telah menertawakannya. “Kalau lo nanti ketemu Youngjae, lo bilang sama dia buat belajar ilmu bela diri mulai sekarang.”

***

        Daehyun melesat masuk. Ia langsung duduk di tepi ranjang Himchan sambil membongkar tasnya yang berisi beberapa peralatan kedokteran miliknya.
Sementara di tempat tidur, Himchan tampak terpejam dengan wajah putinya yang semakin terlihat pucat. Menyadari ada seseorang di dekatnya, perlahan Himchan membuka mata.
        “Mas Himchan semalem pulang jam berapa? Aku tanya Jongup bahkan Mas Yongguk, nggak ada yang tahu.”
        Himchan tidak langsung menjawab pertanyaan Daehyun. Ia justru melirik ke ambang pintu, tempat Bomi berdiri mematung di sana.
        Daehyun juga ikut melihat ke arah mata Himchan menatap. Seolah-olah ia mengerti maksud tatapan Himchan jika Bomi mengetahui jawaban dari pertanyaan Daehyun.
        Bomi menghindari tatapan Himchan. Cara Himchan melihatnya seolah cowok itu juga menyadari keberadaan Bomi semalam saat ia baru pulang. Sementara Bomi sendiri hanya mampu memain-mainkan ujung kemejanya. Ia tidak ingin salah menjawab karena bisa saja Himchan tidak menginginkan jawaban dari mulutnya.
        “Hampir jam 2 pagi.” Bomi tersentak dengan jawabannya sendiri. Seolah ia tidak mengharapkan kata itu yang meluncur dari mulutnya.
        Bomi memberanikan diri melirik Himchan untuk memastikan reaksi cowok atas jawabannya. Saat itu Himchan terlihat melirik Daehyun dengan tatapan seakan membenarkan perkataan Bomi.
        Daehyun meraih pergelangan tangan Himchan. Sontak saja suhu badan Himchan yang hangat sangat terasa di telapak tangannya. “Mas Himchan kehujanan?” tanya Daehyun. Namun karena tidak mendapat jawaban langsung dari sang pasien, Daehyun melemparkan beban pada Bomi.
        Bomi mengangguk samar. Dan itu sudah menegasnya semuanya.
        Daehyun mengeluarkan sebuah buku kecil dari dalam tas. Menulis-nulis sesuatu di atasnya. “Nanti aku anterin surat keterangan ini ke sekolah Jongup.”
Himchan tidak merespon apa-apa. Daehyun kemudian berdiri dan meninggalkan Bomi dan Himchan di sana. Bomi dan Himchan sendiri saling menghindari tatapan satu sama lain. Himchan bahkan sampai memiringkan tubuhnya menghadap tembok dan merapatkan selimutnya hingga sebatas leher.
        Tidak lama kemudian, Daehyun kembali dengan beberapa jenis obat di tangannya. Ia duduk kembali di samping Himchan sambil memeriksa obat-obat tersebut.

***

        Zelo melangkah pelan. Namun tiba-tiba ia menarik kembali tubuhnya ke belakang karena melihat pemandangan antara Jongup dan Hayoung yang hanya berdua. Zelo menjulurkan sedikit kepalanya ke luar dari balik tembok. Tepat saat Jongup terlihat membekap mulut Hayoung.
        Zelo tidak menyadari keberadaan Sungjae di sana. Sungjae juga melihat ke tempat Jongup dan Hayoung berada. Namun ia melakukannya dengan terang-terangan. Sungjae bahkan sampai memperhatikan baik-baik gerak-gerik Zelo saat melihat itu.
        “Jadi pengen punya pacar juga.”
        Zelo menoleh cepat. Sedikit terkejut dengan suara yang tiba-tiba masuk ke dalam telinganya. Dan Zelo langsung menarik tangan Sungjae yang terlihat berniat mendekati Jongup dan Hayoung yang berada tepat di depan ruang musik.
        “Apa sih, Zel?” Sungjae memprotes. Sementara tangannya dengan kasar menjauhkan tangan Zelo.
        Zelo memutar bola matanya. Sedikit kesal karena Sungjae bereaksi cukup berlebihan. “Jadi mereka bener pacaran?”
        Sungjae mengangkat bahunya. “Tahu deh,” ujarnya enteng yang kemudian melesat pergi begitu saja.
        “Harusnya nggak usah gue tanyain,” desis Zelo. Menyesal telah bertanya pada cowok yang juga teman dekat Jongup tersebut.

***

        Keriuhan terjadi di aula kampus Eun Ji. Sparing antar klub taekwondo telah berlangsung. Cowok bernama Hackyeon tadi sedang melakukan pertandingan satu lawan satu. Sementara Eun Ji masih menunggu gilirannya di pinggir area pertandingan bersama Hongbin dan Leo.
        “Lawannya si Hackyeon itu yang kemaren juara Nasional ya?” Eun Ji bertanya pada dua cowok yang duduk di ke dua sisinya.
        “Ravi?” Hongbin memastikan.
        “Bukan Ravi,” Leo terdengar menyahut. “Tapi si Hyuk.” Dia menunjuk ke seorang cowok yang duduk berseberangannya dengannya. Tempat klub lawannya berkumpul.
        “Oh… iya iya…” Hongbin berseru karena ia baru menyadari hal tersebut. “Dia masih SMA kan, ya?”
        Belum sempat ada yang merespon ucapan Hongbin, suasana kembali riuh. Kali ini terdengar sorak kemenangan dan tepuk tangan seiring wasit pertandingan mengangkat tangan kanan Hackyeon ke atas sebagai tanda telah memenangkan pertandingan.
        Berikutnya, giliran Leo yang akan merasakan skill dari cowok yang ia bicarakan tadi. Hyuk. Ia telah bersiap di pinggir area pertandingan seiring dengan langkan Hackyeon yang meninggalkan area. Mereka saling berpelukan singkat.
        Hackyeon menjatuhkan tubuh di samping Eun Ji. Kemudian Hongbin berpindah karena ingin mengucapkan selamat pada Hackyeon. Hongbin memeluk Hackyeon dari belakang sambil mengacak-acak puncak kepala cowok itu.

***

        Daehyun sudah bersiap dengan motornya. Sementara Bomi hanya berdiri dengan bimbang. Entah apa yang cewek itu pikirkan sampai-sampai ia tak juga naik ke atas boncengan motor Daehyun.
        “Lo mau gue anter sampai mana?” Cukup lama Daehyun menunggu jawaban dari Bomi yang tak kunjung meluncur dari bibir cewek itu. Saat menoleh, Bomi masih saja berdiri dan sibuk dengan pikirannya sendiri. “Bomi. Ayo dong. Gue buru-buru nih.”
        “Lo berangkat aja,” putus Bomi. Sebelum Daehyun memprotesnya, cewek itu sudah lebih dulu melesat ke dalam rumahnya. Membatalkan niat untuk pergi ke kampus.
        “Bomi! Yoon Bomi!” Daehyun meneriaki nama cewek itu. Tapi Bomi sama sekali tidak terpengaruh. Cewek itu bahkan sudah sampai menutup pintu pagar rumahnya dari dalam. “Nggak jadi kuliah, apa?” Daehyun sedikit memijat keningnya. Tidak habis pikir dengan keputusan Bomi.
        Tanpa ingin buang waktu lebih lama, Daehyun lebih memilih pergi dari sana. Karena urusannya sendiri saja sudah cukup banyak. Setelah mengantarkan surat kesehatan milik Himchan ke sekolah, ia harus segera langsung kembali ke rumah sakit. Tugasnya belum selesai di sana.
        Sementara di dalam rumahnya, Bomi langsung meluncur ke dapur. Cewek itu meletakkan tasnya begitu saja di atas meja makan. Kemudian menggulung sedikit lengan kemejanya yang panjang. Lalu mengikat rambut sebelum akhirnya berkutat dengan beberapa bahan makanan yang ia ambil dari dalam kulkas.
        Bomi mulai mempersiapkan bahan makanan untuk ia masak. Dan hampi setengah jam, cewek itu berkutat di dapur. Yang membuat Bomi sedikit mengalihkan fokusnya dalam memasak adalah saat Naeun meneleponya.
        “Halo, Na.” Bomi menjepit ponsel di antara telinga dan pundaknya. Ia tidak ingin membuang-buang waktu jika ia meninggalkan masakahnnya walau sesaat.
        “Lo di mana? Daehyun lagi dinas. Eun Ji nggak tau di mana. Gue sendirian nih di kampus,” cerocos Naeun dengan nada tidak sabar.
        Bomi sedikit meringis mendengar suara Naeun yang menerobos langsung ke dalam gendang telinganya. Cewek itu tertegun sesaat. Bomi menegakkan kepalanya dan tangannya yang menopang ponsel. “Mas Himchan sakit. Gue sih maunya nemenin dia. Tapi nggak tahu juga. Lo tau sendiri Mas Himchan gimana ke gue. Liat nanti deh gue ke kampus atau nggak.”
        “Oke deh. Good luck ya pendekatannya,” goda Naeun. Ia sama sekali tidak keberatan dengan keputusan sahabatnnya itu.
        Bomi terkekeh mendengar ucapan Naeun. Selanjutnya, Naeun tampak yang mengakhiri pembicaraan mereka. Lalu Bomi kembali menyibukkan diri dengan masakannya yang sudah hampir selesai.

***

        Youngjae baru saja tiba di kampusnya dengan menumpang bus umum. Lokasi halte yang sangat dekat dengan gerbang kampus, tentu saja didominasi dengan mahasiswa di sana. Dan tentu saja cukup banyak yang mengetahui siapa Youngjae. Terutama dikalangan cewek-cewek.
        Kedatangan Youngjae dengan menumpang bus umum jelas menarik perhatian. Tatapan para mahasiswi yang penuh minat, namun beberapa ada yang menatap aneh dan penuh selidik. Tentu karena Youngjae muncul tanpa mobil mewahnya.
        Buru-buru Youngjae mempercepat langkah karena tak nyaman dengan perlakuan teman-temannya. Secepat mungkin menghilang dari pandangan mereka. Namun tanpa sadar langkah Youngjae terhenti karena melihat sesuatu yang sangat familiar baginya. Mobil mewah Youngjae yang dibawa paksa oleh Minhyuk.
        “Brengsek si Minhyuk. Mobil gue dibawa ke kampus!” desis Youngjae.
        Kemudian, cowok itu menerima sebuah pesan dari Ilhoon yang mengabarkan tentang keberadaan kakaknya, Eun Ji.
        “Ada-ada aja sih si Eun Ji.”
Youngjae kemudian memasukkan kembali ponselnya. Lalu ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Melesat menuju aula tempat sparing taekwondo terlaksana. Dan langkah cowok itu semakin cepat karena melihat sosok Minhyuk berjalan menuju aula yang sama seperti tujuan Youngjae.

***

        Eun Ji sudah bersiap di area pertandingan. Berhadapan dengan lawan yang memiliki tubuh sedikit lebih tinggi darinya dan berambut pendek. Eun Ji menghirup udara dalam-dalam sebelum wasit memberi tanda untuk memulai pertandingan. Jika dilihat secara fisik, lawan Eun Ji tampak sedikit lebih unggul.
        Berikutnya, pertandingan sudah berlangsung beberapa menit. Dan hampir tampak serupa seperti yang sudah diperkirakan. Eun Ji sedikit sulit melakukan perlawanan lebih. Klimaksnya, satu pukulan mendarat di wajah Eun Ji hingga membuat cewek itu terjungkal ke belakang.
        Sementara di pintu utama aula. Minhyuk tampak memunculkan diri. Cowok itu membeku melihat seseorang yang sedang menghadapi pertandingan. Eun Ji. Minhyuk sudah ingin melangkah mendekat. Namun sudah ada cowok yang mendahuluinya.
        “Jung Eun Ji!”
Teriakan Youngjae membuatnya menjadi pusat perhatian. Tak terkecuali untuk Eun Ji. Sementara Ilhoon sampai berdiri mendapati kemunculan Youngjae yang bisa dipastikan sudah membaca pesannya. Di samping Ilhoon, Peniel menatap bingung ke tempat Ilhoon, Eun Ji dan Youngjae berada secara bergantian.
        Eun Ji perlahan bangkit seiring Youngjae yang melangkah mendekat. Cewek itu sudah memberikan ancaman melalui tatapannya agar Youngjae berhenti. Namun sepertinya itu bukan masalah untuk Youngjae.
        Youngjae tanpa ada rasa berdosa, menerobos hingga akhirnya ia sampai di hadapan Eun Ji.
        “Ngapain lo ke sini? Lo ngerusak…” Ucapan Eun Ji terputus karena tangan Youngjae mengusap tepi bibir Eun Ji yang berdarah.
        “Harusnya lo sadar dengan apa yang lo lakuin.” Youngjae menunjukkan jarinya yang terdapat darah Eun Ji. “Kalau orang tua lo nanya dari mana asal luka-luka lo ini, lo mau jawab apa? Sparing Taekwondo? Dan harusnya lo udah keguguran kalau lo bener jawab begitu.” Youngjae berucap pelan. Ia tidak ingin banyak yang mendengar suaranya.
        “Apa pertandingan bisa dilanjutkan?” Suara wasit pertandingan menginterupsi pikiran Eun Ji.
        Youngjae berbalik. Sementara tangannya diam-diam meraih pergelangan tangan Eun Ji. “Eun Ji meyerah. Dia nggak bisa melanjutkan pertandingan.”
        Sementara dari pinggir lapangan, Hackyeon, Hongbin dan beberapa rekan tim Eun Ji berdiri. Mereka siap melancarkan protes karena sikap Youngjae yang merusak pertandingan.
        Eun Ji sendiri seperti tidak bisa menolak penarikan tangannya yang dilakukan oleh Youngjae. Ia hanya bisa menatap Hackyeon, Hongbin dan Leo penuh rasa bersalah. Dan ketiganya juga membatalkan niat untuk memprotes.
Hasil pertandingan juga sudah diputuskan. Eun Ji kalah dalam pertandingan tersebut. Dan pertandingan berikutnya juga harus segera terlaksana.
        Tanpa mempedulikan keberadaan Minhyuk, Youngjae berlalu begitu saja di depan cowok itu. Eun Ji juga terlihat menghindari tatapan Minhyuk. Kemudian Ilhoon dan Peniel juga tampak ikut meninggalkan aula kampus.
        “Gue mau ngomong sama Eun Ji dulu ya,” kata Youngjae saat mereka sudah di luar.
        Ilhoon dan Peniel mengangguk cepat. “Kita tunggu di parkiran ya.” Peniel yang menjawab, lalu ia mengajak Ilhoon untuk mengikuti langkahnya. Mereka berjalan ke arah yang berbeda dengan arah tujuan Youngjae juga Eun Ji.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar