Kamis, 17 Juli 2014

Oh My School (chapter 10)

“Welcome To Paradise”
 

Author      : N-Annisa (@nniissaa11)
Cast          :
·        Jung Hyerim (A-Pink)
·        Kim Seok Jin (BTS)
·        Kim Himchan (BAP)
·        Jung Taekwoon (VIXX)
·        Choi Minho (SHINee)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
Genre       : Life school, teen romance, tragedy
Length      : Chapter

***

        “Gue ke atas, Kak.”
        “Hati-hati, Jeon!”
        Dengan terpaksa, Eun Ji membiarkan Jungkook meninggalkannya di lantai dasar. Karena perubahan lokasi kelas semenjak siswa SMA Destiny pindah, kelas Jungkook dengan kelas milik Hyerim jelas menjadi berjauhan. Karena tingkatan mereka yang memang berbeda, kelas untuk SMA Paradise digabung parallel dengan kelas dari SMA Destiny.
        Eun Ji mengedarkan pandangannya. Menatap takjub isi bangunan sekolah yang juga sudah cukup lama ia tinggalkan. “Waahh… nggak banyak yang berubah ternyata.”
        Cewek itu menginjakkan kaki di ambang pintu kelas 3-3. Kelas tersebut sudah ramai. Dan tatapan Eun Ji jatuh pada kursi kosong di samping Minhyuk. Jungkook sudah banyak menceritakan kepadanya tentang posisi duduk Hyerim di kelas.
        Suasana sontak berubah hening saat Eun Ji masuk. Dan itu cukup membuat Eun Ji sedikit panik. Namun kepanikannya tidak berkurang saat ia menyadari Himchan melangkah menuju kursinya.
        Eun Ji melempar tatapan pada Minhyuk dan Seok Jin bergantian. Memang dua orang itu yang sangat diandalkan oleh Hyerim selama ini. Namun tatapan keduanya justru tertuju pada seseorang di belakang Eun Ji.
        “Di kelas ini masih ada kursi kosong, kan?”
        Himchan sontak melebarkan matanya melihat orang yang tadi bicara. Ia sama kagetnya dengan siswa kelas 3 yang lain. Bahkan terlihat dua kali lipat lebih terkejut. Karena masih terbawa panik dengan masalah ‘Sungjae’, Himchan sampai tidak menyadari jika saat ia masuk tadi sudah ada sosok Minho di depan kelas.
        “Selamat pagi…” sapa Doojoon yang menjadi guru pertama di kelas 3 tersebut. “Dan selamat datang kembali di gedung B.” Doojoon membatalkan niat untuk melanjutkan kalimatnya. “Hyerim, kenapa nggak duduk?”
        “Maaf, Pak.” Beruntung Eun Ji langsung tersadar dari keterpakuan karena melihat Minho di kelas itu juga.
        “Dan…” Doojoon tampak memperlambat ucapannya untuk memastikan siswa yang masih berdiri di dekat ambang pintu. “Choi Minho? Kamu…”
        Minho mengangguk cepat. Tentu aksinya sangat mengagetkan. Bukan hanya dikalangan para siswa. Tapi untuk seorang kepala sekolah seperti Doojoon pun jelas perbuatannya di luar dugaan.
        “Karena saya udah balik lagi ke sini, berarti saya juga balik ke kelas ini kan, Pak?”
        Doojoon sudah membuka mulut, namun ia tidak menemukan kalimat yang tepat untuk memberi pengertian pada Minho. Kepala sekolah tampan itu juga sudah mendengar berita tentang Minho yang mengalami amnesia.
        Minho buru-buru menyapu pandangannya ke seluruh penjuru kelas untuk mencari kursi yang kosong. “Saya duduk di samping Himchan,” serunya cepat diiringi langkah panjangnya menuju tempat Himchan berada.
        Himchan sama sekali tidak melepaskan tatapannya pada Minho yang melangkah mendekat. Cowok itu bahkan sudah duduk di sampingnya. “Amnesia lo nggak tambah para kan, Min?”
        Minho melirik kesal dengan pertanyaan Himchan. Ia lalu mengalihkan tatapannya ke depan. Dan tak diduga, matanya menangkap sosok Eun Ji yang melihat ke arahnya. Dengan jahil, Minho menyikut lengan Himchan. “Hyerim ngeliatin lo tuh.”
        Mendengar ucapan Minho, Himchan sontak mendongak. Namun Eun Ji sudah kembali membelakanginya dan melihat ke depan. Selanjutnya, Himchan melirik Minho penuh arti.
        “Sejujurnya gue ngerasa kalau itu bukan Hyerim.”
        Minho menoleh cepat dengan tatapan heran. Jika Himchan berpikir demikian, kemungkinan besar cewek yang duduk di samping Minhyuk tersebut adalah Eun Ji. Menyimpulkan seperti itu, justru membuat Minho sedikit menyesal. Menyesal karena tidak menyadari bahwa cewek yang ia rindukan bahkan sudah ada di depan matanya.

***

        Temuin gue di gedung A.

        Taekwoon mengalihkan tatapannya dari layar ponsel menuju Seok Jin yang terlihat melangkah ke luar kelas tanpa kotak makan. Tepat saat itu memang sudah memasuki jam istirahat.
        “Jin!” Terdengar Eun Ji berteriak menghentikan langkah Seok Jin.
        Taekwoon sendiri tampak berdiri dan meninggalkan kursinya untuk menyusul Seok Jin. Ia sempat melirik sekilas ke tempat Minhyuk yang tidak melakukan apa-apa. Selain mempersiapkan makan siangnya.
        Sementara jauh di belakang kelas, Himchan dan Minho tidak ingin tertinggal sedikit pun momen tentang Eun Ji atau mungkin Hyerim. Belum ada yang mengetahui fakta tersebut kecuali Jungkook dan Eun Ji sendiri.
        “Makannya nanti dulu ya, Rim. Gue mau ke luar sebentar. Lo bawain jatah buat gue juga, kan?”
        Eun Ji menatap Seok Jin, bingung. Selain itu, ia juga berusaha berpikir cepat tentang penjelasan Jungkook yang mungkin saja sedikit ia lupakan. Namun tidak ada yang menjurus ke arah pembicaraan Seok Jin.
        “Lo dikasih apa sih Rim sama Jin? Sampe-sampe, lo sering bawain dia bekal makan. Gue juga mau kali, Rim.” Dari tempatnya berada, Minhyuk terdengar bersuara. Ia terlihat pura-pura cemburu atas ketidak adilan Hyerim terhadap persahabatan mereka.
        Eun Ji tidak berani menatap Seok Jin, apa lagi menoleh ke arah Minhyuk. Panik, karena mungkin hanya hal tersebut yang belum ia ketahui. Dan kemungkinan besar, karena Jungkook juga tidak mengetahui hal tersebut.
        Taekwoon akhirnya ikut turun tangan untuk menengahi. “Rim. Gue ada perlu sebentar sama Jin,” ujarnya sambil menyentuh pelan pundak Eun Ji untuk meminta pengertian dari cewek itu.
        Seok Jin kemudian melanjutkan langkah yang disusul Taekwoon di belakangnya. Mereka berjalan dengan berbisik seolah tidak ingin ada yang mencuri dengar obrolan keduanya.
        Sungjae berjalan dengan tubuh tegap menuruni anak tangga dari lantai 2. Kedua tangannya ia tenggelamkan ke dalam saku celana. Tidak seperti siswa SMA Paradise yang lain. Seragam Sungjae benar-benar terlihat rapih dan sempurna.
        Taekwoon dan Seok Jin yang tidak sengaja berpapasan dengan Sungjae, sontak membeku melihat cowok itu dengan jelas di hadapan mereka. Terutama Taekwoon yang hanya mampu meneguk ludahnya. Mengingat perlakuan kasar Sungjae terhadapnya.
        Namun kepanikan mereka tidak terjadi. Sungjae hanya melintas dengan kepala tegak dan pandangan yang hanya lurus ke depan. Tapi tidak menutup kemungkinan jika Sungjae sempat menyadari keberadaan Taekwoon dan Seok Jin di sana.
        “Dia keliatan ngenalin gue nggak?” Taekwoon bertanya tanpa berani menolehkan wajahnya sedikit pun ke arah Sungjae berjalan tadi.
        Seok Jin ikut terbawa suasana kepanikan Taekwoon. Namun ia harus berusaha tenang. “Kayaknya nggak. Tapi gue nggak yakin.”
        Taekwoon nyaris tersedak ludahnya sendiri memikirkan ucapan Seok Jin. Ia kemudian memaksakan langkahnya untuk pergi dari sana. Sekaligus menahan diri untuk tidak sampai berbalik ke arah Sungjae. Meski sebenarnya, ia sendiri juga penasaran dengan jawaban dari pikirannya sendiri.

***

        Minho sama sekali tidak melepaskan tatapannya dari sosok Eun Ji yang berjalan ke luar kelas. Berusaha menajamkan pernglihatan, dan perasaannya untuk memastikan cewek tersebut memang benar Eun Ji. Atau mungkin kesalahan Himchan yang menebak cewek itu adalah Eun Ji.
        “Berarti Hyerim di mana ya?”
        Minho menoleh ke tempat Himchan yang tadi bersuara. Teman semejanya itu berpikir keras tentang keberadaan cewek yang masih berstatus sebagai pacarnya.
        “Lo curiga sama Jin dan Taekwoon nggak sih?”
        Kali ini giliran Himchan yang menoleh cepat. Menatap Minho dengan kening berkerut. Himchan menggeleng, ragu. “Masalahnya gue nggak inget pasti apa yang udah terjadi selama gue balik ke sini.”
        Minho hanya mengangguk mengerti. Ia belum menangkap maksud tersembunyi dari kalimat Himchan. Mereka berdua memang baru bertemu di sini sekarang. Dan Himchan belum sempat menceritakan apa yang terjadi padanya kemarin.
        Minho lalu berdiri sambil menepuk pelan pundak Himchan. “Kantin yuk,” ajaknya dan bersiap melangkah pergi dari sana.
        Himchan menoleh dengan tatapan heran. Namun ia tak langsung menuruti ajakan Minho. Himchan masih duduk di kursinya. “Katanya di sini udah nggak ada kantin? Dan gue juga hari ini bawa bekal makan.”
        Belum sempat Minho berkata, Sunggyu sudah lebih dulu memunculkan diri dan berdiri tepat di samping Himchan. Minho menatap intens ke arah Sunggyu yang datang lengkap dengan bekal makan di tangannya.
        Minho kemudian melirik Himchan seperti ingin memastikan sesuatu. Dan tampaknya Himchan mengerti. Cowok itu lalu mengeluarkan kotak makan miliknya dari laci di bawah meja.
        “Terus gue ke kantin sama siapa, dong?” Minho mengeluh dengan ekspresi wajah memelas.
        Himchan memutar bola matanya, kesal dengan reaksi Minho. Tidak biasanya cowok itu bersikap demikian. “Temen-temen lo dari SMA Destiny banyak kan, Min? Lo nya aja yang tau-tau nyasar masuk ke sini,” cibir Himchan sekaligus mengingat keberadaan Minho yang seharusnya.
        “Oh, ya udah. Tapi gue nggak mau tau besok lo harus bawain gue bekal juga. Titik!” tegas Minho. Kemudian ia berjalan ke luar meninggalkan kelas.
        Semenjak SMA Destiny menumpang kelas, SMA Paradise pun juga terpaksa menerima kantin yang juga pindahan dari SMA Destiny. Dan alasannya pun bisa diterima. Karena di SMA Paradise sudah tidak memiliki kantin. Sedangkan beberapa SMA lain yang juga ditumpangi siswa SMA Destiny tentu saja sudah memiliki fasilitas lengkap. Termasuk kantin.
        Di luar kelas, Minho bertemu Cheondung yang tampaknya memang tengah mencari-cari cowok itu.
        “Min, lo ke mana sih? Dan kenapa sama seragam lo?” desak Cheondung.
        Minho hanya menyentuh kedua pundak Cheondung yang kemudian ia putar lalu ia rangkul. “Kita ke kantin,” putusnya sambil mengajak Cheondung pergi bersamanya tanpa ingin menjelaskan apa pun.

***

        “Jae, di belakang ada kantin lagi, ya?” Myungsoo bertanya sambil berbisik ke telinga Yougjae. Namun ucapannya bisa terdengar oleh Naeun, Jinri, Krystal, Hayoung dan Ho Seok yang kebetulan sedang berdiri bersama di depan kelas mereka.
        Mereka belum berniat menikmati bekal makan mereka. Sementara para siswa bersegaram SMA Destiny mulai terlihat meninggalkan kelas mereka. Hampir semuanya berbondong-bondong ke arah tangga. Belum lagi siswa kelas 1 yang muncul dari lantai 3 dan membaur dengan siswa kelas 2 lainnya.
        “Terus, kita ngapain di sini? Gue laper tau!” keluh Ho Seok. Tanpa menunggu respon teman-temannya, cowok itu bergegas mendului masuk ke dalam kelas.
        “Seok! Tunggu!” jerit Krystal yang menyadari Ho Seok meninggalkan mereka. Ia lalu menyusul Ho Seok ke dalam.
        “Gue juga makan ah,” sahut Hayoung. “Nunggu Kak Taekwoon nggak nongol-nongol.”
        Sementara Myungsoo hanya melirik Naeun dengan tatapan penuh arti. Naeun lalu menggamit lengan Myungsoo dan keduanya kemudian menyusul yang lain masuk ke dalam.
        “Gue nggak digandeng juga?” seru Youngjae dengan nada polos pada Jinri yang justru menatapnya kesal. “Jinri!” pekiknya karena cewek itu sudah mendahului ke dalam.

***

        Taekwoon dan Seok Jin tiba di lantai 4 gedung A yang kini sudah kosong. Itu tempat biasa Seok Jin, Hyerim dan Minhyuk makan siang.
        “Itu tadi pagi siapa yang ngomong?” desak Seok Jin begitu mereka sampai di sana. Tatapan dan nada bicaranya tampak serius.
        Taekwoon justru yang terlihat tidak mengerti dengan pertanyaan Seok Jin. “Emang gue ngomong apaan ke lo, Jin?” Taekwoon balik bertanya.
        Seok Jin tidak langsung memberikan penjelasan. Ia justru mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Memastikan jika mereka memang benar-benar hanya berdua di sana.
        “Pas lo nelpon gue. Lo nggak ngomong apa-apa, tapi ada suara orang lain.” Seok Jin berusaha memberikan sedikit petunjuk atas penjelasannya.
        Taekwoon tampak langsung berusaha berpikir keras untuk menangkap maksud ucapan Seok Jin.
        “Dia ngomongin masalah Paradise, Sungjae dan… Minho yang masih amnesia.”
        Kali ini Taekwoon menoleh cepat. Ia sudah menangkap dengan jelas maksud ucapan Seok Jin.

        “Gue tahu itu memang musibah! Tapi kenapa Paradise juga terlibat buat nampung mereka! Belum lagi Minho juga termasuk yang balik ke sini! Dan semua rencana gagal total!”
        “Sungjae udah tahu, tapi dia sama sekali nggak peduli dengan rencana ini. Dia punya misi sendiri di sini. Masalah cewek!”
        “Oke, gue bakal pastiin Minho masih amnesia.”

        Taekwoon merapatkan mulutnya. Berusaha tidak ada suara sekecil apa pun yang meluncur dari bibirnya. Ia juga sudah mendapatkan jawaban dari maksud ucapan Seok Jin. Dan kali ini Taekwoon sibuk mempertimbangkan diri untuk membongkar jatidiri suara seseorang yang dicurigai oleh Seok Jin.
        Tap.. Tap.. Tap..
        “Jin! Taek! Lo pada di mana sih!”
Terdengar suara teriakan seseorang beriringan dengan langkah-langkah cepat memijak lantai gedung yang kosong.
        “Siapa sih?” desis Taekwoon. Sedikit merasa terganggu dengan hadirnya seseorang lagi di sana.
        Seok Jin menatap lurus ke arah kemungkinan datangnya orang itu. “Min… Hyuk…”
        Tepat setelah Seok Jin mengakhiri tebakannya, sosok itu muncul. Dan memang benar seorang Lee Minhyuk. Minhyuk muncul dengan napas tersengal-sengal.
        “Tega banget sih lo berdua ninggalin gue!” protes Minhyuk. Padahal ia masih berjarak cukup jauh dari tempat Seok Jin dan Taekwoon berada.
        “Lho, kan masih ada Hyerim?” ujar Taekwoon santai. Ia sampai melirik Seok Jin seakan meminta dukungan.
        Minhyuk justru menunjukkan ekspresi kesal sambil melangkah mendekat. “Hyerim tuh aneh banget hari ini. Dia juga ikut-ikutan ninggalin gue. Nggak tau deh ke mana.”
        Seok Jin tidak bisa menyimpulkan apa pun. Karena ia sendiri juga belum sempat berinteraksi secara langsung oleh Eun Ji yang ia pikir sebagai Hyerim. Kecuali saat ia ingin ke luar kelas. Dan itu tidak menyimpulkan perilaku ganjil dari Hyerim atau Eun Ji.

***

        Seperti permintaan Eun Ji, Jungkook menemui cewek itu di halaman belakang yang beberapa waktu lalu sempat dijadikan sebagai lapangan untuk olahraga. Cowok itu menghempaskan tubuh ke atas rumput. Duduk di samping Eun Ji yang sudah berada di sana. Di bawah pohon tinggi dan rindang.
        “Hyerim sering bawain Jin bekal makan?”
        Jungkook sedikit tersentak dengan pertanyaan Eun Ji. Ia bahkan baru saja duduk di sana. Sambil berpikir, Jungkook melempar pandangan ke tengah halaman.
        “Hmm… mereka curiga?” tanya Jungkook. Terdengar sedikit ragu.
        Eun Ji menggeleng. “Nggak tau.”
        Jungkook kemudian tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya memberikan salah satu kotak bekalnya untuk Eun Ji yang memang sengaja ia bawakan. “Makan dulu aja.”
        Berikutnya, mereka sibuk dengan makanan masing-masing.
        “Oiya, Kak Taekwoon atau Kak Jin belum ada yang mastiin kapan bisa nemuin Kak Eun Ji sama Kak Minho.”
        Eun Ji mendesah berat. Membuat Jungkook menoleh cepat dengan tatapan merasa bersalah.
        “Minho bahkan di kelas gue sekarang.”
        Sesaat, Jungkook masih memastikan ucapan Eun Ji. Namun akhirnya, ia justru terbelalak setelah baru mengerti tentang maksud ucapan Eun Ji tersebut.
        “Jadi, Kak Minho itu sekolah di SMA Destiny?” Jungkook sibuk dengan pikirannya sendiri. “Emang sih, gue nggak mastiin waktu pada ketemu Kak Minho tuh kondisinya kayak gimana.”
        “Terus sekarang gue harus gimana, nih? Nggak mungkin gue deketin Minho, kan? Secara orang-orang tahunya gue itu Hyerim.”
        “Sementara Kak Eun Ji emang harus nahan diri untuk nggak terlalu keliatan ngedeketin Kak Minho.”
        “Ya tapi sampai kapan?” Eun Ji menyambar ucapan Jungkook. “Gue juga kan kangen sama Minho.”
        Jungkook menatap Eun Ji tanpa menunjukkan sedikit pun rasa bersalahnya. “Sampai Kak Hyerim bisa balik lagi ke sini,” ujarnya mantap. Jungkook kemudian kembali akan menikmati makannya. “Lanjutin tuh makannya. Nanti sepulang sekolah, temenin gue jenguk Kak Hyerim ya.”

***

        Taekwoon, Seok Jin dan Minhyuk terlihat berdiri di depan jendela koridor yang mengarah langsung ke halaman belakang. Area kantin pun bisa terlihat dari sana. Termasuk juga tembok pembatas sekolah tempat Taekwoon bisa lewat sebagai akses masuknya ke dalam wilayah SMA Paradise.
        “Jin!” Minhyuk menyentuh pundak Seok Jin yang berdiri di tengah-tengah antara dirinya dan Taekwoon. “Lo mau ke kantin aja? Hyerim kayaknya nggak bawa bekal apa-apa. Buat dia aja juga nggak.”
        Seok Jin hanya diam. Namun justru Taekwoon yang menatap Minhyuk penuh minat.
“Kok gitu? Hyerim nggak laper, apa?” Taekwoon lalu mencoba menajamkan penglihatannya ke arah kantin. Bisa dipastikan hanya ada siswa Destiny yang mengusai kantin. Terlihat dari warna seragam mereka. Kecuali satu orang yang dengan percaya diri, membaur di dalam kantin. Siapa lagi kalau bukan Minho yang kedatangannya memakai seragam SMA Paradise membuat gempar tadi pagi.
        “Lihat ke sana!” pekik Seok Jin yang ternyata tidak tertarik mengawasi kantin.
        Taekwoon dan Minhyuk kemudian ikut memastikan apa yang membuat Seok Jin begitu tertarik. Seorang cowok tinggi, berseragam SMA Paradise tampak berusaha memanjat tembok tersebut. Hampir serupa dengan kebiasaan Taekwoon selama ini.
        “Sungjae?” seru Taekwoon yang sejak tadi menyipitkan matanya untuk memaksimalkan penglihatan.
        “Apa, Taek?” ujar Minhyuk untuk memastikan. Namun tidak ada respon dari Taekwoon yang justru terlihat melesat pergi dari sana. Dan dengan terpaksa, ia dan Seok Jin juga menyusul.
        Ketiganya, Taekwoon, Seok Jin dan Minhyuk tampak ke luar dari gedung A. Mereka berlari melintasi jalan yang juga biasa digunakan untuk menuju kantin. Dan tentu saja aksi ketiganya cukup menarik perhatian, terutama untuk pada siswi berseragam SMA Destiny.
        “Waahh… OB gantengnya nambah satu?” seru Gyuri yang kebetulan sedang melintas di sana. Ia hanya mendapat lirikan aneh dari beberapa temannya. Termasuk cewek yang bernama Yura.
        “OB nggak mungkin pakai seragam sekolah kayak gitu,” seru Yura. Jelas menolak pernyataan Gyuri. Ia lalu berniat melanjutkan langkah menuju kantin. Namun Gyuri justru lebih dulu menahan tangannya.
        “Kalau gitu, mereka temen-temennya kakak lo dong? Gue minta kenalin dong, Yur.” Gyuri menatap Yura dengan wajah memohon.
        Yura menatap datar. “Kak Himchan lagi amnesia. Dan mungkin dia juga lagi nggak inget sama cowok-cowok itu.” Yura kemudian melanjutkan langkah dan tidak mempedulikan teriakan Gyuri yang memanggil namanya.

***

        Gikwang melihat keberadaan Minho bersama Cheondung di kantin. Ia sudah ingin menyusul, namun Yoona justru menarik tangannya ke arah berbeda. Tentu Gikwang menolak ajakan Yoona dan lebih ingin bergabung dengan Minho juga Cheondung.
        “Gikwang!” seru Yoona. Sedikit memprotes karena Gikwang seperti menolak ajakannya.
        “Gue mau ketemu Minho dulu,” ujar Gikwang yang sedang tidak ingin mengalah. Ia bersikeras menarik tangan Yoona ke tempat yang ia inginkan. “Sini ikut!” putusnya sambil menarik tangan Yoona dua kali lebih kuat sambil mengimbangi piring makanan di tangan yang lain.
        Dengan terpaksa, Yoona ikut duduk dan bergabung semeja dengan Minho juga Cheondung. Ia duduk di samping Cheondung, sementara Gikwang memilih tempat di samping Minho.
        “Min, lo ke mana sih tadi? Kok nggak masuk ke kelas?” cecar Gikwang yang memang sudah tidak sabar untuk menanyakan hal tersebut.
        Minho melempar pandangan ke tempat Cheondung berada. Lalu sempat melirik sekilas ke arah Yoona yang tampak cemberut karena dipaksa gikwang untuk ikut ke mejanya.
        “Lo gabung di kelasnya Chaerin ya?” tanya Gikwang lagi. Padahal yang tadi saja belum mendapat jawaban dari Minho. “Atau lo jadi murid selundupan ke kelasnya Minhyuk? Soalnya kan lo pakai seragam Paradise lagi. Kok lo nggak ngajak-ngajak gue, sih? …akh!”
        Gikwang tiba-tiba meringis lalu memegangi kakinya. Cheondung dan Minho sampai terkejut karenanya. Gikwang menatap Yoona dengan menahan kesal. Bisa dipastikan itu perbuatan pacarnya sendiri. Karena Yoona juga menunjukkan ketidak sukaannya pada segala hal yang kembali melibatkan SMA Paradise.
        “Kok gue ditendang, sih?”
        “Kenapa?” tanya Yoona, galak. “Mau bener-bener balik ke Paradise? Iya, kan? Biar ketemu Chorong sama Naeun. Mantan-mantan kamu!”
        “Nggak gitulah, Yoon! Mereka kan temen-temen kita juga!” balas Gikwang yang tidak ingin terlihat kalah begitu saja.
        Sementara Gikwang dan Yoona adu mulut, Minho dan Cheondung kompak berdiri. Sambil membawa makanan mereka, keduanya memilih pindah ke meja yang lain. Cukup jauh dari tempat Yoona dan Gikwang berada.

***

        Tidak hanya Seok Jin, Taekwoon dan Minhyuk, ternyata Ho Seok juga memunculkan diri dari arah yang berlawanan. Siswa kelas 2 tersebut juga tampak ingin mengejar Sungjae.
        “Gue denger Sungjae nyebut-nyebut nama Eun Ji lewat telepon. Katanya dia kecelakaan.” Ho Seok, ia berujar pada tiga kakak kelasnya tersebut meski tidak ada yang melemparinya pertanyaan apa pun.
        Posisi mereka masih setengah berlari. Dan karena informasi dari Ho Seok tersebut, Taekwoon semakin gencar mengejar Sungjae. Ia bahkan sampai ikut memanjat tembok. Tentu bukan perkara sulit untuk seorang Jung Taekwoon melakukan hal tersebut.
        Seok Jin yang terlihat sulit mengekspresikan diri jika ia harus benar-benar memanjat tembok sekolah, lagi. “Gimana ini?” serunya, panik.
        Ho Seok dan Minhyuk saling tatap. Dan keduanya mengangguk karena memiliki pemikiran yang sama. Lalu kemudian, Ho Seok juga Minhyuk kompak membantu Seok Jin memanjat pagar. Minhyuk bahkan sampai memeluk kaki Seok Jin dan mengangkatnya ke atas. Sementara Ho Seok berusaha mendorong tubuh Seok Jin dari bawah.
        Setelah Seok Jin sudah berada di atas, kini giliran Minhyuk dan Ho Seok yang memanjat. Mereka hanya perlu sedikit menjauh dari tembok untuk memberikan jarak agar mereka bisa sedikit berlari sebelum melakukan loncatan untuk memudahkan mereka dalam memanjat.
        Seok Jin semakin panik karena tidak bisa menemukan cara yang aman untuk menarat ke bawah. Ia justru menyapu pandangannya kesegala arah. Sampai akhirnya Seok Jin dapat melihat keberadaan Eun Ji bersama Jungkook di bawa sebuah pohon. Jika dilihat dari lantai 4 gedung A, Jungkook dan Eun Ji tertutup batang pohon.
        Kini Minhyuk dan Ho Seok sudah mendarat di luar wilayah sekolah. Mereka berniat mengejar Taekwoon yang sudah berlari semakin jauh. Namun kemudian tampak ragu karena tidak mungkin meninggalkan Seok Jin yang masih tersangkut di atas tembok.
        “Taekwoon!” teriak Minhyuk sekeras mungkin agar Taekwoon mendengarnya.
        Saat sudah di luar tadi, Taekwoon memang benar-benar melupakan tiga temannya. Terutama Seok Jin si ketua kelas yang tidak terbiasa memanjat tembok sekolah seperti dirinya.
        “Tinggalin aja!” seru Taekwoon dengan teriakan juga. Ia tadi hanya menoleh sesaat sebelum kembali berkonsentrasi berlari mengejar Sungjae.
        Ho Seok memutuskan mengejar Taekwoon saat dilihatnya Minhyuk berusaha memaksa Seok Jin untuk segera turun. Minhyuk bahkan sampai menarik-narik kaki Seok Jin.
        “Ho Seok, tunggu!” pekik Seok Jin yang justru memikirkan adik kelasnya itu.
        “Makanya buruan turun!” paksa Minhyuk yang tidak sabar karena Seok Jin masih saja bertahan di atas sana. “Jin!” jeritnya, frustasi melihat Seok Jin tidak juga memperlihatkan kemajuannya. “Lompat!”
        Lalu… Bugh!
        “Akh! Kaki gue, Min!” Seok Jin yang sudah berhasil mendarat, kini memegangi kakinya.
        “Minggir lo, Jin! Berat!” seru Minhyuk yang dengan kasar mendorong tubuh Seok Jin yang ternyata tadi menimpanya. Minhyuk lalu bangkit tanpa mempedulikan Seok Jin. Ia segera berlari mengejar Ho Seok yang dilihatnya sudah di ujung jalan.
        “Minhyuk, tunggu!” Seok Jin juga berusaha bangkit sambil meneriaki nama Minhyuk. Namun teman sekelasnya itu justru semakin kencang berlari. Saat sudah berdiri, Seok Jin kembali menjatuhkan tubuhnya ke tanah karena terjadi sedikit masalah pada kakinya.

***

        Jungkook melirik jam di pergelangan tangannya. “Ke perpus yuk, Kak.” Jungkook, ia bicara tanpa melirik ke arah Eun Ji. Namun ia justru sibuk membereskan wadah kotor bekas bekal makannya.
        Eun Ji sendiri ikut membereskan kotak bekal makannya yang sudah kosong. “Mau persiapan lomba itu ya? Bukannya lo bilang pas istirahat ke dua?”
        Jungkook menoleh dengan tatapan sedikit merasa bersalah. “Maaf, Kak. Biasanya emang gitu. Tapi hari ini kita pengumuman hasil seleksi. Tadi mendadak dikabarin dari Youngjae.”
        Jungkook kemudian terlihat berdiri. Tidak lupa ia mengulurkan tangan untuk berniat membantu Eun Ji berdiri. Tanpa menunggu lama, Jungkook merasakan sesuatu menyentuh tangannya. Setelah berdiri, Eun Ji sedikit menepuk-nepuk bagian bawah roknya yang sedikit kotor. Mereka lalu meninggalkan halaman belakang sekolah.
        “Akh! Kaki gue, Min!”
        “Minggir lo, Jin! Berat!”
        “Minhyuk, tunggu!”
        Jungkook menghentikan langkah karena mendengar suara sesuatu jatuh yang kemudian disusul suara seseorang bicara. “Kayak suara Kak Jin bukan sih?”
        Eun Ji juga tampak menghentikan langkah. “Sama Minhyuk ya kayaknya?”
        Jungkook mengibaskan sebelah tangannya sebagai tanda mereka untuk mendekati ke arah sumber suara. Tembok pembatas sekolah yang tidak jauh dari halaman belakang.
        “Tolong!”
        “Jin!” teriak Eun Ji yang mengenali suara tersebut.
        “Kak Jin!” Jungkook juga ikut meneriaki nama itu.
        Sementara di luar tembok, Seok Jin masih terduduk di aspal sambil memegangi kaki kanannya yang terasa terkilir. Ia juga mendengar suara orang yang meneriaki namanya tadi. “Jungkook! Hyerim! Tolongin gue, dong.”
        “Itu bener Kak Jin.” Jungkook bersiap dengan menyodorkan kotak bekal makannya yang sudah kosong ke tangan Eun Ji. Ia lalu mundur beberapa langkah sebelum akhirnya berlari cepat untuk mendapat dorongan agar bisa memanjat tembok tersebut.
        Mata Jungkook terbelalak saat ia menemukan Seok Jin di sana. “Kak Jin nggak pa-pa?” serunya sambil melompat turun lalu mendekati Seok Jin.
        “Jung!” Seok Jin berseru lega melihat salah satu adik kelasnya tersebut di sana.
        “Kakak ngapain di sini?” Jungkook membantu Seok Jin yang tampak sedikit sulit untuk berdiri.
        “Jungkook! Itu beneran Jin?” teriak Eun Ji dari dalam area sekolah.
        “Iya, Kak. Ini kita mau muter ke depan. Tunggu di gerbang ya. Sekalian minta bantuan sama yang lain,” balas Jungkook dengan teriakan juga. Ia lalu meraih salah satu tangan Seok Jin yang ia bawa ke atas pundaknya.
        Dengan perlahan, Jungkook membawa Seok Jin yang berjalan sedikit pincang pergi dari sana.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar