“Welcome To Paradise”
Author :
N-Annisa (@nniissaa11)
Cast :
·
Jung
Hyerim (A-Pink)
·
Kim
Seok Jin (BTS)
·
Kim
Himchan (BAP)
·
Jung
Taekwoon (VIXX)
·
Choi
Minho (SHINee)
·
Lee
Minhyuk (BtoB)
Genre :
Life school, teen romance, tragedy
Length :
Chapter
***
“Gue
ke atas, Kak.”
“Hati-hati,
Jeon!”
Dengan
terpaksa, Eun Ji membiarkan Jungkook meninggalkannya di lantai dasar. Karena
perubahan lokasi kelas semenjak siswa SMA Destiny pindah, kelas Jungkook dengan
kelas milik Hyerim jelas menjadi berjauhan. Karena tingkatan mereka yang memang
berbeda, kelas untuk SMA Paradise digabung parallel
dengan kelas dari SMA Destiny.
Eun
Ji mengedarkan pandangannya. Menatap takjub isi bangunan sekolah yang juga
sudah cukup lama ia tinggalkan. “Waahh… nggak banyak yang berubah ternyata.”
Cewek
itu menginjakkan kaki di ambang pintu kelas 3-3. Kelas tersebut sudah ramai.
Dan tatapan Eun Ji jatuh pada kursi kosong di samping Minhyuk. Jungkook sudah
banyak menceritakan kepadanya tentang posisi duduk Hyerim di kelas.
Suasana
sontak berubah hening saat Eun Ji masuk. Dan itu cukup membuat Eun Ji sedikit
panik. Namun kepanikannya tidak berkurang saat ia menyadari Himchan melangkah
menuju kursinya.
Eun
Ji melempar tatapan pada Minhyuk dan Seok Jin bergantian. Memang dua orang itu
yang sangat diandalkan oleh Hyerim selama ini. Namun tatapan keduanya justru
tertuju pada seseorang di belakang Eun Ji.
“Di
kelas ini masih ada kursi kosong, kan?”
Himchan
sontak melebarkan matanya melihat orang yang tadi bicara. Ia sama kagetnya
dengan siswa kelas 3 yang lain. Bahkan terlihat dua kali lipat lebih terkejut.
Karena masih terbawa panik dengan masalah ‘Sungjae’, Himchan sampai tidak
menyadari jika saat ia masuk tadi sudah ada sosok Minho di depan kelas.
“Selamat
pagi…” sapa Doojoon yang menjadi guru pertama di kelas 3 tersebut. “Dan selamat
datang kembali di gedung B.” Doojoon membatalkan niat untuk melanjutkan
kalimatnya. “Hyerim, kenapa nggak duduk?”
“Maaf,
Pak.” Beruntung Eun Ji langsung tersadar dari keterpakuan karena melihat Minho
di kelas itu juga.
“Dan…”
Doojoon tampak memperlambat ucapannya untuk memastikan siswa yang masih berdiri
di dekat ambang pintu. “Choi Minho? Kamu…”
Minho
mengangguk cepat. Tentu aksinya sangat mengagetkan. Bukan hanya dikalangan para
siswa. Tapi untuk seorang kepala sekolah seperti Doojoon pun jelas perbuatannya
di luar dugaan.
“Karena
saya udah balik lagi ke sini, berarti saya juga balik ke kelas ini kan, Pak?”
Doojoon
sudah membuka mulut, namun ia tidak menemukan kalimat yang tepat untuk memberi
pengertian pada Minho. Kepala sekolah tampan itu juga sudah mendengar berita
tentang Minho yang mengalami amnesia.
Minho
buru-buru menyapu pandangannya ke seluruh penjuru kelas untuk mencari kursi
yang kosong. “Saya duduk di samping Himchan,” serunya cepat diiringi langkah
panjangnya menuju tempat Himchan berada.
Himchan
sama sekali tidak melepaskan tatapannya pada Minho yang melangkah mendekat.
Cowok itu bahkan sudah duduk di sampingnya. “Amnesia lo nggak tambah para kan,
Min?”
Minho
melirik kesal dengan pertanyaan Himchan. Ia lalu mengalihkan tatapannya ke
depan. Dan tak diduga, matanya menangkap sosok Eun Ji yang melihat ke arahnya.
Dengan jahil, Minho menyikut lengan Himchan. “Hyerim ngeliatin lo tuh.”
Mendengar
ucapan Minho, Himchan sontak mendongak. Namun Eun Ji sudah kembali
membelakanginya dan melihat ke depan. Selanjutnya, Himchan melirik Minho penuh
arti.
“Sejujurnya
gue ngerasa kalau itu bukan Hyerim.”
Minho
menoleh cepat dengan tatapan heran. Jika Himchan berpikir demikian, kemungkinan
besar cewek yang duduk di samping Minhyuk tersebut adalah Eun Ji. Menyimpulkan
seperti itu, justru membuat Minho sedikit menyesal. Menyesal karena tidak
menyadari bahwa cewek yang ia rindukan bahkan sudah ada di depan matanya.
***
Temuin gue di gedung A.
Taekwoon
mengalihkan tatapannya dari layar ponsel menuju Seok Jin yang terlihat
melangkah ke luar kelas tanpa kotak makan. Tepat saat itu memang sudah memasuki
jam istirahat.
“Jin!”
Terdengar Eun Ji berteriak menghentikan langkah Seok Jin.
Taekwoon
sendiri tampak berdiri dan meninggalkan kursinya untuk menyusul Seok Jin. Ia
sempat melirik sekilas ke tempat Minhyuk yang tidak melakukan apa-apa. Selain
mempersiapkan makan siangnya.
Sementara
jauh di belakang kelas, Himchan dan Minho tidak ingin tertinggal sedikit pun
momen tentang Eun Ji atau mungkin Hyerim. Belum ada yang mengetahui fakta
tersebut kecuali Jungkook dan Eun Ji sendiri.
“Makannya
nanti dulu ya, Rim. Gue mau ke luar sebentar. Lo bawain jatah buat gue juga,
kan?”
Eun
Ji menatap Seok Jin, bingung. Selain itu, ia juga berusaha berpikir cepat tentang
penjelasan Jungkook yang mungkin saja sedikit ia lupakan. Namun tidak ada yang
menjurus ke arah pembicaraan Seok Jin.
“Lo
dikasih apa sih Rim sama Jin? Sampe-sampe, lo sering bawain dia bekal makan.
Gue juga mau kali, Rim.” Dari tempatnya berada, Minhyuk terdengar bersuara. Ia
terlihat pura-pura cemburu atas ketidak adilan Hyerim terhadap persahabatan
mereka.
Eun
Ji tidak berani menatap Seok Jin, apa lagi menoleh ke arah Minhyuk. Panik,
karena mungkin hanya hal tersebut yang belum ia ketahui. Dan kemungkinan besar,
karena Jungkook juga tidak mengetahui hal tersebut.
Taekwoon
akhirnya ikut turun tangan untuk menengahi. “Rim. Gue ada perlu sebentar sama
Jin,” ujarnya sambil menyentuh pelan pundak Eun Ji untuk meminta pengertian
dari cewek itu.
Seok Jin
kemudian melanjutkan langkah yang disusul Taekwoon di belakangnya. Mereka
berjalan dengan berbisik seolah tidak ingin ada yang mencuri dengar obrolan
keduanya.
Sungjae
berjalan dengan tubuh tegap menuruni anak tangga dari lantai 2. Kedua tangannya
ia tenggelamkan ke dalam saku celana. Tidak seperti siswa SMA Paradise yang
lain. Seragam Sungjae benar-benar terlihat rapih dan sempurna.
Taekwoon
dan Seok Jin yang tidak sengaja berpapasan dengan Sungjae, sontak membeku
melihat cowok itu dengan jelas di hadapan mereka. Terutama Taekwoon yang hanya
mampu meneguk ludahnya. Mengingat perlakuan kasar Sungjae terhadapnya.
Namun
kepanikan mereka tidak terjadi. Sungjae hanya melintas dengan kepala tegak dan
pandangan yang hanya lurus ke depan. Tapi tidak menutup kemungkinan jika
Sungjae sempat menyadari keberadaan Taekwoon dan Seok Jin di sana.
“Dia
keliatan ngenalin gue nggak?” Taekwoon bertanya tanpa berani menolehkan
wajahnya sedikit pun ke arah Sungjae berjalan tadi.
Seok
Jin ikut terbawa suasana kepanikan Taekwoon. Namun ia harus berusaha tenang.
“Kayaknya nggak. Tapi gue nggak yakin.”
Taekwoon
nyaris tersedak ludahnya sendiri memikirkan ucapan Seok Jin. Ia kemudian
memaksakan langkahnya untuk pergi dari sana. Sekaligus menahan diri untuk tidak
sampai berbalik ke arah Sungjae. Meski sebenarnya, ia sendiri juga penasaran
dengan jawaban dari pikirannya sendiri.
***
Minho
sama sekali tidak melepaskan tatapannya dari sosok Eun Ji yang berjalan ke luar
kelas. Berusaha menajamkan pernglihatan, dan perasaannya untuk memastikan cewek
tersebut memang benar Eun Ji. Atau mungkin kesalahan Himchan yang menebak cewek
itu adalah Eun Ji.
“Berarti
Hyerim di mana ya?”
Minho
menoleh ke tempat Himchan yang tadi bersuara. Teman semejanya itu berpikir
keras tentang keberadaan cewek yang masih berstatus sebagai pacarnya.
“Lo
curiga sama Jin dan Taekwoon nggak sih?”
Kali
ini giliran Himchan yang menoleh cepat. Menatap Minho dengan kening berkerut.
Himchan menggeleng, ragu. “Masalahnya gue nggak inget pasti apa yang udah
terjadi selama gue balik ke sini.”
Minho
hanya mengangguk mengerti. Ia belum menangkap maksud tersembunyi dari kalimat
Himchan. Mereka berdua memang baru bertemu di sini sekarang. Dan Himchan belum
sempat menceritakan apa yang terjadi padanya kemarin.
Minho
lalu berdiri sambil menepuk pelan pundak Himchan. “Kantin yuk,” ajaknya dan
bersiap melangkah pergi dari sana.
Himchan
menoleh dengan tatapan heran. Namun ia tak langsung menuruti ajakan Minho.
Himchan masih duduk di kursinya. “Katanya di sini udah nggak ada kantin? Dan
gue juga hari ini bawa bekal makan.”
Belum
sempat Minho berkata, Sunggyu sudah lebih dulu memunculkan diri dan berdiri
tepat di samping Himchan. Minho menatap intens ke arah Sunggyu yang datang
lengkap dengan bekal makan di tangannya.
Minho
kemudian melirik Himchan seperti ingin memastikan sesuatu. Dan tampaknya
Himchan mengerti. Cowok itu lalu mengeluarkan kotak makan miliknya dari laci di
bawah meja.
“Terus
gue ke kantin sama siapa, dong?” Minho mengeluh dengan ekspresi wajah memelas.
Himchan
memutar bola matanya, kesal dengan reaksi Minho. Tidak biasanya cowok itu
bersikap demikian. “Temen-temen lo dari SMA Destiny banyak kan, Min? Lo nya aja
yang tau-tau nyasar masuk ke sini,” cibir Himchan sekaligus mengingat
keberadaan Minho yang seharusnya.
“Oh,
ya udah. Tapi gue nggak mau tau besok lo harus bawain gue bekal juga. Titik!”
tegas Minho. Kemudian ia berjalan ke luar meninggalkan kelas.
Semenjak
SMA Destiny menumpang kelas, SMA Paradise pun juga terpaksa menerima kantin
yang juga pindahan dari SMA Destiny. Dan alasannya pun bisa diterima. Karena di
SMA Paradise sudah tidak memiliki kantin. Sedangkan beberapa SMA lain yang juga
ditumpangi siswa SMA Destiny tentu saja sudah memiliki fasilitas lengkap.
Termasuk kantin.
Di
luar kelas, Minho bertemu Cheondung yang tampaknya memang tengah mencari-cari
cowok itu.
“Min,
lo ke mana sih? Dan kenapa sama seragam lo?” desak Cheondung.
Minho
hanya menyentuh kedua pundak Cheondung yang kemudian ia putar lalu ia rangkul.
“Kita ke kantin,” putusnya sambil mengajak Cheondung pergi bersamanya tanpa
ingin menjelaskan apa pun.
***
“Jae,
di belakang ada kantin lagi, ya?” Myungsoo bertanya sambil berbisik ke telinga
Yougjae. Namun ucapannya bisa terdengar oleh Naeun, Jinri, Krystal, Hayoung dan
Ho Seok yang kebetulan sedang berdiri bersama di depan kelas mereka.
Mereka
belum berniat menikmati bekal makan mereka. Sementara para siswa bersegaram SMA
Destiny mulai terlihat meninggalkan kelas mereka. Hampir semuanya
berbondong-bondong ke arah tangga. Belum lagi siswa kelas 1 yang muncul dari
lantai 3 dan membaur dengan siswa kelas 2 lainnya.
“Terus,
kita ngapain di sini? Gue laper tau!” keluh Ho Seok. Tanpa menunggu respon
teman-temannya, cowok itu bergegas mendului masuk ke dalam kelas.
“Seok!
Tunggu!” jerit Krystal yang menyadari Ho Seok meninggalkan mereka. Ia lalu
menyusul Ho Seok ke dalam.
“Gue
juga makan ah,” sahut Hayoung. “Nunggu Kak Taekwoon nggak nongol-nongol.”
Sementara
Myungsoo hanya melirik Naeun dengan tatapan penuh arti. Naeun lalu menggamit
lengan Myungsoo dan keduanya kemudian menyusul yang lain masuk ke dalam.
“Gue
nggak digandeng juga?” seru Youngjae dengan nada polos pada Jinri yang justru
menatapnya kesal. “Jinri!” pekiknya karena cewek itu sudah mendahului ke dalam.
***
Taekwoon
dan Seok Jin tiba di lantai 4 gedung A yang kini sudah kosong. Itu tempat biasa
Seok Jin, Hyerim dan Minhyuk makan siang.
“Itu
tadi pagi siapa yang ngomong?” desak Seok Jin begitu mereka sampai di sana.
Tatapan dan nada bicaranya tampak serius.
Taekwoon
justru yang terlihat tidak mengerti dengan pertanyaan Seok Jin. “Emang gue
ngomong apaan ke lo, Jin?” Taekwoon balik bertanya.
Seok
Jin tidak langsung memberikan penjelasan. Ia justru mengedarkan pandangannya ke
sekeliling. Memastikan jika mereka memang benar-benar hanya berdua di sana.
“Pas
lo nelpon gue. Lo nggak ngomong apa-apa, tapi ada suara orang lain.” Seok Jin
berusaha memberikan sedikit petunjuk atas penjelasannya.
Taekwoon
tampak langsung berusaha berpikir keras untuk menangkap maksud ucapan Seok Jin.
“Dia
ngomongin masalah Paradise, Sungjae dan… Minho yang masih amnesia.”
Kali
ini Taekwoon menoleh cepat. Ia sudah menangkap dengan jelas maksud ucapan Seok
Jin.
“Gue tahu itu memang musibah! Tapi kenapa
Paradise juga terlibat buat nampung mereka! Belum lagi Minho juga termasuk yang
balik ke sini! Dan semua rencana gagal total!”
“Sungjae udah tahu, tapi dia sama sekali
nggak peduli dengan rencana ini. Dia punya misi sendiri di sini. Masalah
cewek!”
“Oke, gue bakal pastiin Minho masih
amnesia.”
Taekwoon
merapatkan mulutnya. Berusaha tidak ada suara sekecil apa pun yang meluncur
dari bibirnya. Ia juga sudah mendapatkan jawaban dari maksud ucapan Seok Jin.
Dan kali ini Taekwoon sibuk mempertimbangkan diri untuk membongkar jatidiri suara
seseorang yang dicurigai oleh Seok Jin.
Tap..
Tap.. Tap..
“Jin!
Taek! Lo pada di mana sih!”
Terdengar suara teriakan
seseorang beriringan dengan langkah-langkah cepat memijak lantai gedung yang
kosong.
“Siapa
sih?” desis Taekwoon. Sedikit merasa terganggu dengan hadirnya seseorang lagi
di sana.
Seok
Jin menatap lurus ke arah kemungkinan datangnya orang itu. “Min… Hyuk…”
Tepat
setelah Seok Jin mengakhiri tebakannya, sosok itu muncul. Dan memang benar
seorang Lee Minhyuk. Minhyuk muncul dengan napas tersengal-sengal.
“Tega
banget sih lo berdua ninggalin gue!” protes Minhyuk. Padahal ia masih berjarak
cukup jauh dari tempat Seok Jin dan Taekwoon berada.
“Lho,
kan masih ada Hyerim?” ujar Taekwoon santai. Ia sampai melirik Seok Jin seakan
meminta dukungan.
Minhyuk
justru menunjukkan ekspresi kesal sambil melangkah mendekat. “Hyerim tuh aneh
banget hari ini. Dia juga ikut-ikutan ninggalin gue. Nggak tau deh ke mana.”
Seok
Jin tidak bisa menyimpulkan apa pun. Karena ia sendiri juga belum sempat berinteraksi
secara langsung oleh Eun Ji yang ia pikir sebagai Hyerim. Kecuali saat ia ingin
ke luar kelas. Dan itu tidak menyimpulkan perilaku ganjil dari Hyerim atau Eun
Ji.
***
Seperti
permintaan Eun Ji, Jungkook menemui cewek itu di halaman belakang yang beberapa
waktu lalu sempat dijadikan sebagai lapangan untuk olahraga. Cowok itu
menghempaskan tubuh ke atas rumput. Duduk di samping Eun Ji yang sudah berada
di sana. Di bawah pohon tinggi dan rindang.
“Hyerim
sering bawain Jin bekal makan?”
Jungkook
sedikit tersentak dengan pertanyaan Eun Ji. Ia bahkan baru saja duduk di sana.
Sambil berpikir, Jungkook melempar pandangan ke tengah halaman.
“Hmm…
mereka curiga?” tanya Jungkook. Terdengar sedikit ragu.
Eun
Ji menggeleng. “Nggak tau.”
Jungkook
kemudian tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya memberikan salah satu kotak
bekalnya untuk Eun Ji yang memang sengaja ia bawakan. “Makan dulu aja.”
Berikutnya,
mereka sibuk dengan makanan masing-masing.
“Oiya,
Kak Taekwoon atau Kak Jin belum ada yang mastiin kapan bisa nemuin Kak Eun Ji
sama Kak Minho.”
Eun
Ji mendesah berat. Membuat Jungkook menoleh cepat dengan tatapan merasa
bersalah.
“Minho
bahkan di kelas gue sekarang.”
Sesaat,
Jungkook masih memastikan ucapan Eun Ji. Namun akhirnya, ia justru terbelalak setelah
baru mengerti tentang maksud ucapan Eun Ji tersebut.
“Jadi,
Kak Minho itu sekolah di SMA Destiny?” Jungkook sibuk dengan pikirannya
sendiri. “Emang sih, gue nggak mastiin waktu pada ketemu Kak Minho tuh kondisinya
kayak gimana.”
“Terus
sekarang gue harus gimana, nih? Nggak mungkin gue deketin Minho, kan? Secara
orang-orang tahunya gue itu Hyerim.”
“Sementara
Kak Eun Ji emang harus nahan diri untuk nggak terlalu keliatan ngedeketin Kak
Minho.”
“Ya
tapi sampai kapan?” Eun Ji menyambar ucapan Jungkook. “Gue juga kan kangen sama
Minho.”
Jungkook
menatap Eun Ji tanpa menunjukkan sedikit pun rasa bersalahnya. “Sampai Kak
Hyerim bisa balik lagi ke sini,” ujarnya mantap. Jungkook kemudian kembali akan
menikmati makannya. “Lanjutin tuh makannya. Nanti sepulang sekolah, temenin gue
jenguk Kak Hyerim ya.”
***
Taekwoon,
Seok Jin dan Minhyuk terlihat berdiri di depan jendela koridor yang mengarah
langsung ke halaman belakang. Area kantin pun bisa terlihat dari sana. Termasuk
juga tembok pembatas sekolah tempat Taekwoon bisa lewat sebagai akses masuknya
ke dalam wilayah SMA Paradise.
“Jin!”
Minhyuk menyentuh pundak Seok Jin yang berdiri di tengah-tengah antara dirinya
dan Taekwoon. “Lo mau ke kantin aja? Hyerim kayaknya nggak bawa bekal apa-apa.
Buat dia aja juga nggak.”
Seok
Jin hanya diam. Namun justru Taekwoon yang menatap Minhyuk penuh minat.
“Kok gitu? Hyerim nggak
laper, apa?” Taekwoon lalu mencoba menajamkan penglihatannya ke arah kantin.
Bisa dipastikan hanya ada siswa Destiny yang mengusai kantin. Terlihat dari
warna seragam mereka. Kecuali satu orang yang dengan percaya diri, membaur di
dalam kantin. Siapa lagi kalau bukan Minho yang kedatangannya memakai seragam
SMA Paradise membuat gempar tadi pagi.
“Lihat
ke sana!” pekik Seok Jin yang ternyata tidak tertarik mengawasi kantin.
Taekwoon
dan Minhyuk kemudian ikut memastikan apa yang membuat Seok Jin begitu tertarik.
Seorang cowok tinggi, berseragam SMA Paradise tampak berusaha memanjat tembok
tersebut. Hampir serupa dengan kebiasaan Taekwoon selama ini.
“Sungjae?”
seru Taekwoon yang sejak tadi menyipitkan matanya untuk memaksimalkan
penglihatan.
“Apa,
Taek?” ujar Minhyuk untuk memastikan. Namun tidak ada respon dari Taekwoon yang
justru terlihat melesat pergi dari sana. Dan dengan terpaksa, ia dan Seok Jin
juga menyusul.
Ketiganya,
Taekwoon, Seok Jin dan Minhyuk tampak ke luar dari gedung A. Mereka berlari
melintasi jalan yang juga biasa digunakan untuk menuju kantin. Dan tentu saja
aksi ketiganya cukup menarik perhatian, terutama untuk pada siswi berseragam
SMA Destiny.
“Waahh…
OB gantengnya nambah satu?” seru Gyuri yang kebetulan sedang melintas di sana.
Ia hanya mendapat lirikan aneh dari beberapa temannya. Termasuk cewek yang
bernama Yura.
“OB
nggak mungkin pakai seragam sekolah kayak gitu,” seru Yura. Jelas menolak
pernyataan Gyuri. Ia lalu berniat melanjutkan langkah menuju kantin. Namun
Gyuri justru lebih dulu menahan tangannya.
“Kalau
gitu, mereka temen-temennya kakak lo dong? Gue minta kenalin dong, Yur.” Gyuri
menatap Yura dengan wajah memohon.
Yura
menatap datar. “Kak Himchan lagi amnesia. Dan mungkin dia juga lagi nggak inget
sama cowok-cowok itu.” Yura kemudian melanjutkan langkah dan tidak mempedulikan
teriakan Gyuri yang memanggil namanya.
***
Gikwang
melihat keberadaan Minho bersama Cheondung di kantin. Ia sudah ingin menyusul,
namun Yoona justru menarik tangannya ke arah berbeda. Tentu Gikwang menolak
ajakan Yoona dan lebih ingin bergabung dengan Minho juga Cheondung.
“Gikwang!”
seru Yoona. Sedikit memprotes karena Gikwang seperti menolak ajakannya.
“Gue
mau ketemu Minho dulu,” ujar Gikwang yang sedang tidak ingin mengalah. Ia
bersikeras menarik tangan Yoona ke tempat yang ia inginkan. “Sini ikut!”
putusnya sambil menarik tangan Yoona dua kali lebih kuat sambil mengimbangi piring
makanan di tangan yang lain.
Dengan
terpaksa, Yoona ikut duduk dan bergabung semeja dengan Minho juga Cheondung. Ia
duduk di samping Cheondung, sementara Gikwang memilih tempat di samping Minho.
“Min,
lo ke mana sih tadi? Kok nggak masuk ke kelas?” cecar Gikwang yang memang sudah
tidak sabar untuk menanyakan hal tersebut.
Minho
melempar pandangan ke tempat Cheondung berada. Lalu sempat melirik sekilas ke
arah Yoona yang tampak cemberut karena dipaksa gikwang untuk ikut ke mejanya.
“Lo
gabung di kelasnya Chaerin ya?” tanya Gikwang lagi. Padahal yang tadi saja
belum mendapat jawaban dari Minho. “Atau lo jadi murid selundupan ke kelasnya
Minhyuk? Soalnya kan lo pakai seragam Paradise lagi. Kok lo nggak ngajak-ngajak
gue, sih? …akh!”
Gikwang
tiba-tiba meringis lalu memegangi kakinya. Cheondung dan Minho sampai terkejut
karenanya. Gikwang menatap Yoona dengan menahan kesal. Bisa dipastikan itu
perbuatan pacarnya sendiri. Karena Yoona juga menunjukkan ketidak sukaannya
pada segala hal yang kembali melibatkan SMA Paradise.
“Kok
gue ditendang, sih?”
“Kenapa?”
tanya Yoona, galak. “Mau bener-bener balik ke Paradise? Iya, kan? Biar ketemu
Chorong sama Naeun. Mantan-mantan kamu!”
“Nggak
gitulah, Yoon! Mereka kan temen-temen kita juga!” balas Gikwang yang tidak
ingin terlihat kalah begitu saja.
Sementara
Gikwang dan Yoona adu mulut, Minho dan Cheondung kompak berdiri. Sambil membawa
makanan mereka, keduanya memilih pindah ke meja yang lain. Cukup jauh dari
tempat Yoona dan Gikwang berada.
***
Tidak
hanya Seok Jin, Taekwoon dan Minhyuk, ternyata Ho Seok juga memunculkan diri
dari arah yang berlawanan. Siswa kelas 2 tersebut juga tampak ingin mengejar
Sungjae.
“Gue
denger Sungjae nyebut-nyebut nama Eun Ji lewat telepon. Katanya dia kecelakaan.”
Ho Seok, ia berujar pada tiga kakak kelasnya tersebut meski tidak ada yang melemparinya
pertanyaan apa pun.
Posisi
mereka masih setengah berlari. Dan karena informasi dari Ho Seok tersebut,
Taekwoon semakin gencar mengejar Sungjae. Ia bahkan sampai ikut memanjat tembok.
Tentu bukan perkara sulit untuk seorang Jung Taekwoon melakukan hal tersebut.
Seok
Jin yang terlihat sulit mengekspresikan diri jika ia harus benar-benar memanjat
tembok sekolah, lagi. “Gimana ini?” serunya, panik.
Ho
Seok dan Minhyuk saling tatap. Dan keduanya mengangguk karena memiliki
pemikiran yang sama. Lalu kemudian, Ho Seok juga Minhyuk kompak membantu Seok
Jin memanjat pagar. Minhyuk bahkan sampai memeluk kaki Seok Jin dan
mengangkatnya ke atas. Sementara Ho Seok berusaha mendorong tubuh Seok Jin dari
bawah.
Setelah
Seok Jin sudah berada di atas, kini giliran Minhyuk dan Ho Seok yang memanjat.
Mereka hanya perlu sedikit menjauh dari tembok untuk memberikan jarak agar
mereka bisa sedikit berlari sebelum melakukan loncatan untuk memudahkan mereka
dalam memanjat.
Seok
Jin semakin panik karena tidak bisa menemukan cara yang aman untuk menarat ke
bawah. Ia justru menyapu pandangannya kesegala arah. Sampai akhirnya Seok Jin
dapat melihat keberadaan Eun Ji bersama Jungkook di bawa sebuah pohon. Jika dilihat
dari lantai 4 gedung A, Jungkook dan Eun Ji tertutup batang pohon.
Kini
Minhyuk dan Ho Seok sudah mendarat di luar wilayah sekolah. Mereka berniat
mengejar Taekwoon yang sudah berlari semakin jauh. Namun kemudian tampak ragu
karena tidak mungkin meninggalkan Seok Jin yang masih tersangkut di atas
tembok.
“Taekwoon!”
teriak Minhyuk sekeras mungkin agar Taekwoon mendengarnya.
Saat
sudah di luar tadi, Taekwoon memang benar-benar melupakan tiga temannya.
Terutama Seok Jin si ketua kelas yang tidak terbiasa memanjat tembok sekolah
seperti dirinya.
“Tinggalin
aja!” seru Taekwoon dengan teriakan juga. Ia tadi hanya menoleh sesaat sebelum
kembali berkonsentrasi berlari mengejar Sungjae.
Ho
Seok memutuskan mengejar Taekwoon saat dilihatnya Minhyuk berusaha memaksa Seok
Jin untuk segera turun. Minhyuk bahkan sampai menarik-narik kaki Seok Jin.
“Ho
Seok, tunggu!” pekik Seok Jin yang justru memikirkan adik kelasnya itu.
“Makanya
buruan turun!” paksa Minhyuk yang tidak sabar karena Seok Jin masih saja bertahan
di atas sana. “Jin!” jeritnya, frustasi melihat Seok Jin tidak juga
memperlihatkan kemajuannya. “Lompat!”
Lalu…
Bugh!
“Akh!
Kaki gue, Min!” Seok Jin yang sudah berhasil mendarat, kini memegangi kakinya.
“Minggir
lo, Jin! Berat!” seru Minhyuk yang dengan kasar mendorong tubuh Seok Jin yang
ternyata tadi menimpanya. Minhyuk lalu bangkit tanpa mempedulikan Seok Jin. Ia
segera berlari mengejar Ho Seok yang dilihatnya sudah di ujung jalan.
“Minhyuk,
tunggu!” Seok Jin juga berusaha bangkit sambil meneriaki nama Minhyuk. Namun
teman sekelasnya itu justru semakin kencang berlari. Saat sudah berdiri, Seok
Jin kembali menjatuhkan tubuhnya ke tanah karena terjadi sedikit masalah pada
kakinya.
***
Jungkook
melirik jam di pergelangan tangannya. “Ke perpus yuk, Kak.” Jungkook, ia bicara
tanpa melirik ke arah Eun Ji. Namun ia justru sibuk membereskan wadah kotor
bekas bekal makannya.
Eun Ji
sendiri ikut membereskan kotak bekal makannya yang sudah kosong. “Mau persiapan
lomba itu ya? Bukannya lo bilang pas istirahat ke dua?”
Jungkook
menoleh dengan tatapan sedikit merasa bersalah. “Maaf, Kak. Biasanya emang
gitu. Tapi hari ini kita pengumuman hasil seleksi. Tadi mendadak dikabarin dari
Youngjae.”
Jungkook
kemudian terlihat berdiri. Tidak lupa ia mengulurkan tangan untuk berniat
membantu Eun Ji berdiri. Tanpa menunggu lama, Jungkook merasakan sesuatu
menyentuh tangannya. Setelah berdiri, Eun Ji sedikit menepuk-nepuk bagian bawah
roknya yang sedikit kotor. Mereka lalu meninggalkan halaman belakang sekolah.
“Akh! Kaki gue, Min!”
“Minggir lo, Jin! Berat!”
“Minhyuk, tunggu!”
Jungkook
menghentikan langkah karena mendengar suara sesuatu jatuh yang kemudian disusul
suara seseorang bicara. “Kayak suara Kak Jin bukan sih?”
Eun Ji
juga tampak menghentikan langkah. “Sama Minhyuk ya kayaknya?”
Jungkook
mengibaskan sebelah tangannya sebagai tanda mereka untuk mendekati ke arah
sumber suara. Tembok pembatas sekolah yang tidak jauh dari halaman belakang.
“Tolong!”
“Jin!”
teriak Eun Ji yang mengenali suara tersebut.
“Kak
Jin!” Jungkook juga ikut meneriaki nama itu.
Sementara
di luar tembok, Seok Jin masih terduduk di aspal sambil memegangi kaki kanannya
yang terasa terkilir. Ia juga mendengar suara orang yang meneriaki namanya
tadi. “Jungkook! Hyerim! Tolongin gue, dong.”
“Itu
bener Kak Jin.” Jungkook bersiap dengan menyodorkan kotak bekal makannya yang
sudah kosong ke tangan Eun Ji. Ia lalu mundur beberapa langkah sebelum akhirnya
berlari cepat untuk mendapat dorongan agar bisa memanjat tembok tersebut.
Mata Jungkook
terbelalak saat ia menemukan Seok Jin di sana. “Kak Jin nggak pa-pa?” serunya
sambil melompat turun lalu mendekati Seok Jin.
“Jung!”
Seok Jin berseru lega melihat salah satu adik kelasnya tersebut di sana.
“Kakak
ngapain di sini?” Jungkook membantu Seok Jin yang tampak sedikit sulit untuk
berdiri.
“Jungkook!
Itu beneran Jin?” teriak Eun Ji dari dalam area sekolah.
“Iya,
Kak. Ini kita mau muter ke depan. Tunggu di gerbang ya. Sekalian minta bantuan
sama yang lain,” balas Jungkook dengan teriakan juga. Ia lalu meraih salah satu
tangan Seok Jin yang ia bawa ke atas pundaknya.
Dengan
perlahan, Jungkook membawa Seok Jin yang berjalan sedikit pincang pergi dari
sana.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar