Sabtu, 07 Desember 2013

FAR AWAY (1_3)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Kang Jun (C-Clown)
·        Jung Eun Ji (A-Pink)
·        Jang Wooyoung (2PM)
·        Choi Jinri ‘Sulli’ (F(x))
Support Cast :
·        Kang Minhyuk (CN Blue)
·        Peniel Shin (BtoB)
·        Bae Sooji ‘Suzi’ (Miss-A)
·        Jung Daehyun (B.A.P)
Genre               : romance, friendship
Length              : 3 shoot
Summary          :
”Aku tau kalau selama ini aku tak salah pernah mencintai pemuda bertanggung jawab seperti Peniel oppa. Tapi yang aku sesali karena takdir yang tidak menyatukan kita.”


***

Big thanks to C-Clown… terutama untuk MV dramanya yang berjudul ‘Far Away’ udah menginspirasi banget… tapi di sini jalan ceritanya banyak yang author ubah, meski masih ada adegan yang sangat-sangat ‘terinspirasi’ dari MV tersebut… Dan tentu saja Kang Jun juga menjadi pemeran utama di FF ini… hehehe

***

Eun Ji POV
        Ku hembuskan napas beratku, tepat ketika pintu kamarku terbuka dan memunculkan sosok wanita yang sangat aku cintai. Siapa lagi kalau bukan ibuku? Wanita yang sangat berarti. Dan saking berartinya, tak satupun permintaannya yang bisa ku tolak. Termasuk rencana perjodohanku dengan seorang pemuda yang sama sekali tidak ku kenal.
        “Sayang, kau sudah siap?”
        Aku memejamkan mata sesaat dan kembali menghembuskan napasku untuk sekedar menghilangkan sesak di dadaku. Kejadian dua hari yang lalu masih mengganggu otakku. Pemuda yang aku cintai, ternyata berselingkuh di belakangku.

Flashback…
        Peniel oppa sama sekali tak bisa ku hubungi. Di mana dia sebenarnya? Karena tidak mungkin untuk menunggunya menjemputku di kampus, akupun memutuskan untuk pulang sendiri menggunakan bus. Tepat ketika aku baru melangkahkan kakiku, aku melihat mobil Peniel oppa melintas. Dan ada seorang gadis bersamanya. Mereka tampak mesra.
        “Apa aku tak salah lihat? Itu Peniel…”
        Aku menoleh ketika mendengar suara seseorang di sampingku. Di sana aku mendapati Daehyun oppa, sepupuku, duduk di atas motornya. Dan dia juga melihat Peniel oppa.
        Aku hanya bisa menunduk dan berniat untuk pergi dari sana. Namun Daehyun oppa justru menahan tanganku dan memaksaku untuk ikut bersamanya. Ku rasa ia berniat mengajakku mengejar Peniel oppa. Dan apa yang ku takutkan benar terjadi. Daehyun oppa menghentikan mobil Peniel oppa setelah berhasil mendahuluinya.
        Ku lihat Peniel oppa ke luar dari mobil dan sedikit kesal karena Daehyun oppa menghalangi jalannya.
        “Tak bisakah kau menyetir dengan baik?” bentak Peniel.
        Aku tak berani menengok ke arah Peniel oppa. Suaranya cukup mengerikan untukku. Tapi ku rasakan Daehyun oppa memaksaku untuk turun dan menghadapi Peniel oppa. Terlebih gadis yang bersamanya juga ikut ke luar dari tempat yang biasa aku tempati ketika berada di dalam mobil Peniel oppa.
        “Mereka siapa, sayang?” gadis itu berkata dengan nada manja sambil menggamit salah satu lengan Peniel oppa. Peniel oppa juga tampak tak keberatan dengan apa yang dilakukan gadis itu.
        Ingin rasanya aku menjerit, tapi Daehyun oppa berusaha menenangkanku dengan cara menggenggam tanganku dengan lembut.
        “Dia siapa?” Tanya Daehyun dengan nada dingin dan terdengar sangat mendesak pada Peniel oppa. Aku semakin takut dengan apa yang akan terjadi setelah ini.
        “Hai… Aku Sooji.” Gadis itu berinisiatif mengulurkan tangannya ke hadapan kami. Tapi tak satupun dari aku ataupun Daehyun oppa yang menyambutnya. “Aku kekasihnya Peniel oppa,” lanjutnya dengan nada di buat semanis mungkin dan membuatku ingin menendangnya. Tapi tentu saja aku tak akan sanggup melakukan itu karena hatiku yang telah hancur berkeping-keping.
        “Kau!” Daehyun oppa sudah meraih kerah kemeja Peniel oppa.
        “Apa yang kau lakukan!” gadis itu berusaha menghentikan perlakuan kasar Daehyun oppa pada Peniel oppa. Sementara aku hanya bisa menatap nanar mata Peniel oppa yang saat itu juga tengah menatapku.
        Aku memutuskan untuk meninggalkan mereka dan tak peduli jika Daehyun oppa melakukan hal kasar apapun pada Peniel oppa.
Flashback end…

        Sejak saat itu aku benar-benar mengakhiri hubunganku dengan Peniel oppa setelah selama hampir dua tahun ia menjadi kekasihku. Orang tuaku memang kurang menyetujui hubunganku dengan Peniel oppa. Dan tuhan telah memberikan jalannya. Aku menerima perjodohan ini atas dasar menuruti permintaan ibuku, dan juga karena aku ingin melupakan pemuda tak bertanggung jawab seperti Peniel oppa.
        Kembali aku menghembuskan napasku. Setelah itu aku memastikan penampilanku di cermin. Gaun malam sederhana namun tampak indah meski susasana hatiku masih cukup buruk. Akupun memantapkan hati untuk melangkah ke luar. Ke tempat pemuda itu dan keluarganya menungguku di ruang tamu.

***

      Pemuda di sampingku ini namanya Kang Minhyuk. Dia baru saja lulus dari kuliah kedokteran. Dan sekarang mulai bekerja di salah satu rumah sakit di kota ini.
        Minhyuk sosok yang menyenangkan. Dia banyak cerita tentang masa kecilnya. Ternyata Minhyuk memiliki seorang adik laki-laki yang tengah kuliah di luar kota. Bukan hanya itu, Minhyuk juga bercerita bahwa ia belum lama ini dikecewakan kekasihnya yang berselingkuh dengan seorang pemuda. Hampir sama dengan apa yang ku terima dari Peniel oppa.
        Pertemuan pertama yang cukup menyenangkan. Dan sejak saat itu kami menjadi dekat. Minhyuk juga tak memaksakan tentang perasaanku. Dan kami memutuskan membiarkan perasaan kami mengalir begitu saja. Tapi aku cukup nyaman dengan keberadaannya saat ini.
        “Oppa, untuk semester kali ini, aku mendapatkan jadwal di kampus utama. Kau tau kan kalau kampusku yang sekarang hanya cabang saja?” kataku suatu ketika saat kami bertemu di sebuah café sepulang Minhyuk bekerja.
        “Kau akan tinggal di sana?” Tanya Minhyuk. Aku tau ada sedikit ketidakrelaan darinya membiarkan aku tinggal seorang diri di sana.
        “Tidak mungkin untuk aku pulang pergi dari sini.”
        Minhyuk mengangguk cepat. “Baiklah. Lagipula, kampusmu itu masih terjangkau dari sini. Tapi mungkin aku baru bisa menemuimu sekitar seminggu sampai dua minggu sekali.”
        Aku tersenyum lega mendengarnya. “Jika kau tidak sempat, aku yang akan pulang ke sini.”

***

Kang Jun POV
        Pagi itu alarm di ponselku berbunyi. Perlahan aku membuka mata sambil menoleh ke tempat tidur lain yang juga berada di kamar ini. Tempat tidur itu kosong dan tampak sudah bersih. Aku buru-buru bangkit dan ke luar dari kamarku.
        Aku menjulurkan kepalaku ke arah dapur. “Hyung!” panggilku pada roommate-ku di apartmen kecil ini. Tapi tak ada jawaban.
        “Jun! Aku di depan!”
        Ada sahutan dari arah berbeda. Aku langsung berjalan ke tempat yang kemungkinan ada Wooyoung hyung itu. Ternyata benar. Pemuda yang sudah seperti kakakku sendiri itu tengah mengikat tali sepatunya di ruang tamu. Pakaiannya juga sudah rapih.
        “Kau sudah mau pergi sepagi ini?” tanyaku heran yang tak mengubah posisi berdiriku di ambang pintu.
        “Aku ingin menjemput Sulli dulu,” jawabnya riang. Sangat bertolak belakang dengan reaksiku saat ini.
        Kami mencintai gadis yang sama. Gadis itu sahabatku sejak SMA. Tapi aku justru diam-diam memendam perasaan padanya. Dan sampai saat ini aku sama sekali tak berani mengungkapkan semuanya pada gadis itu. Hingga akhirnya, aku mendapatkan kabar bahwa Sulli menjalin sebuah hubungan dengan Wooyoung hyung. Seseorang yang sudah ku anggap kakak sendiri.
        Aku juga tidak bisa menyalahkan Wooyoung hyung untuk itu. Karena selama aku kenal dengannya, aku sama sekali tak menceritakan apapun tentang perasaanku pada Sulli. Aku juga hanya bisa menatap nanar kepergian Wooyoung hyung pagi itu.

***

Author POV
        Siang hari, Jun tampak tertidur di kursi taman kampusnya. Tepat di bawah pohon yang sangat rindang. Ia menggunakan ranselnya sebagai alas di kepala. Tak lama muncul Wooyoung bersama seorang gadis tinggi, putih dengan rambut panjang yang bergelombang.
        Wooyoung menatap gadis di sebelahnya seolah meminta saran.
        “Biar aku yang membangunkan. Kau pergi saja dulu. Nanti aku tunggu di mobil,” kata gadis itu yang langsung disetujui oleh Wooyoung.
        “Baiklah. Aku percayakan Jun padamu.”
        “Jun!” gadis itu menepuk pelan pipi Jun sambil memanggil nama pemuda itu. “Bangun!”

***

Kang Jun POV
        “Jun! Bangun!”
        Ada yang menyebut namaku. Dan ku rasakan tepukan lembut di ke dua pipiku. Ku paksakan mataku terbuka. “Sulli?” aku terkejut mendapati gadis itu di hadapanku. Buru-buru aku bangkit.
        Sulli menyunggingkan senyuman terbaiknya yang sukses membuatku selalu terpesona seperti ini. Tiap kali ia tersenyum, aku hanya bisa membeku melihatnya.
        “Jam berapa kau tidur semalam?”
        Benar apa kataku. Aku bahkan seperti kehilangan kata tiap kali berhadapan dengan gadis itu.
        “Jun! Ayo ikut ke toko buku!” paksanya karena aku tak kunjung merespon. Ia bahkan sudah menarik tanganku. Sebuah tarikan lembut namum berhasil membuatku begitu merasa tertarik seolah Sulli adalah sebuah medan magnet yang sangat besar. Akupun tak kuasa menolak. Ku pasrahkan tubuhku di bawa ke manapun olehnya.
        Sulli masih menarik tanganku. Bahkan ketika kami sampai di parkiran. Ia mengajakku ke sebuah mobil yang sudah sangat tak asing lagi bagiku. Mobil Wooyoung hyung. Sulli membukakan pintu penumpang di bagian depan, sementara aku mengawasi sekitar. Tak ada Wooyoung hyung di sana. Bahkan di mobilpun tampak kosong.
        Aku mulai mengkhayal bahwa Sulli akan mengajakku pergi dan hanya berdua. Dia membukakan pintu itu karena ia tau aku tak bisa menyetir. Tak lama Sulli menjauh dari sana dan membiarkan pintu tetap terbuka untukku.
        “Kalian sudah siap?”
        Aku buru-buru menoleh ke arah sumber suara. Suara pemuda yang juga sudah sangat tidak asing lagi untukku. Wooyoung hyung. Dan aku mendapati pemandangan yang sukses menghancurkan perasaanku. Wooyoung hyung memeluk Sulli dari belakang.
        “Oppa kau sudah mendapatkan daftar buku yang ingin kau cari?” Sulli bertanya.
        “Tentu saja,” Wooyoung hyung berujar sangat yakin. Terlebih di tangannya sudah menggenggam selembar kertar kecil yang ku yakini berisi daftar buku yang Sulli maksud.
        Aku hanya bisa menatap mereka dengan pandangan nanar. Berharap Sulli menyadari keberadaan, bahkan mungkin perasaanku padanya saat ini.
        “Jun! Ayo!” suara Wooyoung membuyarkan lamunan Jun.
        “Let’s go!” seru Sulli sambil menepuk pelan pundak Jun, lalu ia masuk ke pintu belakang. Sementara Wooyoung sedikit memutar untuk masuk ke pintu kemudi.
        Sesaat aku masih tertegun di tempatku. Khayalanku buyar sudah. Tidak ada Jun dan Sulli. Tapi Sulli dan Wooyoung, serta Jun. Aku juga tidak mungkin mengecewakan mereka dengan pura-pura membatalkan rencana tiba-tiba. Keduanya memang tak pernah melupakanku sedikitpun. Lagipula, sedikit banyaknya aku tau tentang sifat Casanova yang dimiliki Wooyoung. Aku bertekad melindungi Sulli meski berada dalam bayang-bayang Wooyoung.

***

        Aku membanting pintu mobil dengan sedikit kesal. Wooyoung dan Sulli seolah mengabaikan keberadaanku. Tahu seperti ini jadinya, lebih aku benar-benar tak usah pergi dengan mereka. Sulli beberapa kali menoleh ke belakang seolah memastikan aku baik-baik saja jika berjalan sendiri seperti ini di belakang.
        Entahlah, aku sendiri berusaha tak mempedulikan tatapan Sulli itu. Sama saja Sulli membuatku semakin tak bisa melepaskannya. Aku hanya mengikuti langkah mereka yang sudah mulai memasuki toko buku. Sesekali aku mencoba menyibukkan diri dengan beberapa buku di hadapanku. Tentu saja itu tak terlalu berpengaruh. Aku tetap mengawasi mereka secara diam-diam.
        Andai saja Wooyoung bukan siapa-siapa bagiku, saat ini dia pasti sudah habis ku hajar karena berani bermesraan dengan Sulli di hadapanku. Terlebih ini juga tempat umum. Dasar, Casanova tak berguna! Dan aku hanya bisa mengumpat dalam hati.

***

Eun Ji POV
        Hari ini aku berangkat. Dan aku menyempatkan diri menemui Minhyuk oppa di tempatnya bekerja karena tak mungkin aku menyuruhnya menemuiku di luar. Pekerjaannya sangat banyak. Terlebih tugas Minhyuk oppa berhubungan dengan orang banyak.
        Tadi aku juga sempat mengiriminya pesan, dan aku di suruh menunggunya di ruang tunggu. Baru beberapa saat aku duduk, tak jauh di depanku ada seorang gadis yang melintas. Itu dia yang sempat mengaku sebagai kekasih Peniel Oppa. Dan dia masuk ke dalam ruang… dokter kandungan?
        Jantungku berdegup dua kali lebih cepat selagi menunggu Sooji. Pikiran-pikiran negative mulai meracuni otakku. Untuk apa dia datang ke sana? Tak lama Sooji muncul. Tapi raut wajahnya semakin membuatku cemas. Aku memutuskan mengejarnya.
        Langkahku melambat ketika melihat Sooji menangis seorang diri di bangku taman rumah sakit. Ku kuatkan langkahku untuk mendekatinya. Tak peduli jika dia yang telah merebut pemuda yang ku cintai.
        Sooji menoleh dan cukup terkejut dengan kedatanganku. Tapi dia tak menolak kehadiranku. Aku bahkan kini sudah duduk di sampingnya. Sooji menatapku nanar dengan matanya yang basah. Jujur, aku sangat merasa simpatik padanya saat ini meski aku tidak tau apa yang terjadi padanya. Mungkin dia mengidap suatu penyakit. Aku tak berani menebak-nebak untuk hal itu.
        “Maaf.” Hanya itu yang ke luar dari bibir mungil Sooji. Sementara aku hanya menatapnya bingung.
        “Kalau untuk masalah Peniel oppa, lupakan saja. Dia pemuda yang baik. Dan mungkin kami memang tak berjodoh,” kataku bijak. Meski sebenarnya sekedar menutupi perasaanku yang bercampur aduk.
        Sooji masih menangis. “Aku tau Peniel memang pemuda yang baik. Dia memutuskanmu bukan karena dia atau kau yang salah, tapi karena…” Sooji menggantungkan kalimatnya sesaat. “Dia terpukul mendengar kau ingin dijodohkan. Dia sadar dia berasal dari keluarga yang tidah utuh. Dan mungkin itu yang menjadi pertimbangan orang tuamu. Peniel masih sangat mencintaimu. Lalu kami bertemu di saat yang kurang tepat. Tapi karena jiwa kami yang masih sedikit labil…”
        Aku sempat menahan napas sesaat di tengah-tengah Sooji bercerita.
        “A… aku…” Sooji berusaha sekuat tenaga untuk mengatakan sesuatu. Dan aku hanya diam menunggunya. “Aku hamil…” setelah itu Sooji benar-benar semakin terisak.
        Hatiku sendiri langsung terasa mencelos mendengarnya. Pandangankupun kosong seketika. Tak tau harus bereaksi seperti apa. Tiba-tiba ku rasakan tangan Sooji menggenggam tanganku. Dan aku hanya bisa diam, membeku.
        “Kau jangan menyalahkan Peniel. Ini juga salahku. Kami sama-sama sedang terpuruk. Dan malam itu kami mabuk, lalu…”
        Ku bungkam mulut Sooji dengan memeluknya. Membiarkan Sooji membasahi pundakku dengan air matanya. Aku juga ikut menangis di sana. Berusaha menerima takdir untukku dan Peniel oppa juga.
        “Benarkah yang kau katakan?”
        Buru-buru aku melepaskan tubuh Sooji lalu menyeka dengan kasar wajahku yang basah menggunakan ujung lengan jaketku. Sooji juga melakukan hal serupa. Itu suara Peniel oppa. Saat menoleh, ku lihat dia menatap nanar ke arah kami bergantian. Merasa bersalah pada kami berdua. Telah menyakitiku dan telah menghancurkan masa depan Sooji.
        Bisa ku dengar helaan berat napas Peniel oppa. “Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku padamu.”
        Mendengar itu, aku langsung memeluknya. Ku yakin mereka pasti tengah menatapku bingung. Aku melakukan ini karena aku tau Peniel telah melakukan keputusan yang sangat berat. Terlebih di hadapanku juga. Aku tau kalau selama ini aku tak salah pernah mencintai pemuda bertanggung jawab seperti Peniel oppa. Tapi yang aku sesali karena takdir yang tidak menyatukan kita.
        “Setelah ini aku akan meminta maaf pada Sooji,” kataku. Dan perlahan ku rasakan Peniel oppa membalas pelukanku.
        “Eun Ji maafkan aku.”
        Mendengar suara Sooji, akupun melepaskan pelukanku pada Peniel oppa dan menatap Sooji yang menatapku penuh rasa bersalah.
        “Aku juga tidak akan memaksa Peniel untuk menikahiku,” lanjutnya.
        Aku lalu melirik Peniel oppa yang sejak tadi sama sekali tak melepaskan pandangannya padaku. Tangannya juga masih terpaut di pinggangku. Ia menatapku dengan sorot mata lembut seakan tak ingin sedikitpun melukaiku. Akupun membalas tatapan itu untuk memastikan jawaban terakhir Peniel.
        “Aku akan tetap bertanggung jawab. Setidaknya membuatmu tidak menyesal pernah bersamaku. Aku pemuda yang bertanggung jawab, kan?” tanyanya setengah bercanda.
        Air mataku nyaris kembali terjatuh. Buru-buru ku raih leher Peniel oppa dan menariknya, lalu ku tempelkan bibirku ke bibirnya. Dan di sana tangisku kembali pecah. Sejujurnya Peniel oppa tak pernah berani menciumku, dan ini ku lakukan untuk perpisahan kami. Tak ada yang kami lakukan selain menempelkan bibir kami.
        Ku putuskan untuk mengakhirinya.
        “Berjanjilah untuk bahagia tanpaku,” kata Peniel oppa dengan matanya yang basah. Ia juga menangis.
Aku mengangguk pasti. Tak ingin mengecewakannya juga. Setelah itu ku ulurkan tangan kananku ke arah Sooji. Lalu Peniel memelukku dan Sooji bersamaan. Dan setelah itu aku memutuskan untuk segera pergi. Aku juga membatalkan niat berpamitan dengan Minhyuk oppa. Aku tak sanggup bertemu dengannya setelah apa yang terjadi padaku.

***

Author POV *dua minggu kemudian*
        Sulli tampak sibuk di dapur apartmen Jun dan Wooyoung membuatkan minuman untuk dua pemuda itu. Pemandangan seperti ini sudah tidak asing lagi di sana. Terlebih setelah Sulli dan Wooyoung menjalin hubungan. Dan tentu saja yang merasa semakin tertekan adalah Jun.
        Setelah siap, Sulli membawakan minuman itu pada Jun dan Wooyoung yang berada di ruang tamu. Ia meletakkan gelas di meja, lalu duduk di antara dua pemuda tadi dan menggamit lengan Wooyoung.
        Jun sedikit membuang pandangan karena kejadian itu.
        “Kapan kau mengenalkan kekasihmu pada kami?” goda Sulli yang kini bahkan sudah merangkul pundak Jun. Tapi ia sama sekali tak melepaskan tangan Wooyoung.
        Jun melirik Sulli sambil berusaha menyembunyikan rasa kesalnya terhadap gadis itu. “Yang ingin ku jadikan kekasih itu hanya kau!” seru Jun dan hanya bisa ia teriakkan dalam hati. Jun memutuskan untuk tak menjawabnya dengan meraih gelas miliknya.
        Tanpa sepengetahuan Jun, Wooyoung dan Sulli tampak saling memberikan kode melalui tatapan mata mereka.

***

        Sejak hari pertama kuliah di kampus barunya, Eun Ji sudah mendapatkan teman dekat. Gadis itu Sulli, kakak kelasnya di kampus. Mereka juga berada di jurusan yang sama. Terlebih apartmen Eun Ji juga tak terlalu jauh dari tempat tinggal Sulli. Mereka sering pergi bersama. Namun kedekatan mereka itu belum diketahui oleh Jun.
        Sore itu Sulli mengajak Eun Ji bertemu di sebuah café.
        “Kau tidak mengajak Wooyoung oppa?” Tanya Sooji saat baru duduk di samping Sulli yang sudah menunggunya.
        “Nanti dia menyusul,” ujar Sulli. “Oh, iya. Bagaimana dengan pemuda yang dijodohkan denganmu itu?” Tanya Sulli di tengah-tengah Eun Ji melihat-lihat buku menu di hadapannya.
        Eun Ji mendongak malas sambil mengangkat ke dua bahunya. “Sejak kejadian itu, aku sama sekali tak pernah menghubunginya. Dia juga begitu.”
        Sulli menyesap minumannya. “Lalu orang tua kalian?”
        “Sejauh ini aku bisa menghindari pertanyaan ibuku tentangnya karena kini aku tak tinggal di rumah. Dan untuk kedepannya, kita lihat nanti saja,” jelas Eun Ji sedikit malas memikirkan hal itu.
        Sulli tampak menganggukkan kepalanya, mengerti. Ia juga kembali menyesap minumannya untuk mengurangi kecurigaan Eun Ji. Sesekali Sulli menatap cemas ke arah pintu masuk café. Sementara Eun Ji tengah sibuk dengan memesan sesuatu pada seorang pelayan.

***

Kang Jun POV
        Aku baru saja menyelesaikan mata kuliah terakhirku sore itu. Saat ke luar kelas, aku mendapati Wooyoung hyung tak jauh dari sana. Ketika pandangan kami bertemu, Wooyoung hyung tampak menegakkan badan. Sepertinya ia memang sengaja menungguku selesai kelas.
        Terkadang aku jengah dengan beberapa sifatnya yang sangat bertolak belakang. Tapi anehnya, dia selalu baik padaku. Dan aku tak pernah menemukan maksud jahat di balik semua kebaikannya padaku selama ini. Bahkan ia melarangku mengendarai motor jika ke kampus. Wooyoung hyung akan selalu menungguku selesai kuliah jika jadwalnya selesai lebih dulu daripada jadwalku.
        Aku juga melangkahkan kaki ketika melihat Wooyoung hyung mendekat.
        “Kau ada acara setelah ini? Aku ingin kau menemaniku ke suatu tempat.”
        Satu yang aku benci dengan sikapku di hadapannya. Aku sama sekali tak bisa menghindar apalagi harus berbohong. Setelah ini hyung pasti mempertemukanku dengan Sulli.
        Entahlah, aku juga tak tau pasti mengapa aku seperti ini. Mungkin karena aku sangat ingin mendapatkan perhatian dari seorang kakak laki-laki yang tidak pernah aku dapatkan dari hyung kandungku. Dan Wooyoung hyung memberikan semuanya. Padahal dia hanya kakak kelasku ketika SMA. Dan kami semakin dekat setelah dia mengajakku tinggal bersama. Meski akhirnya Sulli berada di tengah-tengah kami.
        “Jun, ayo!”
        Aku hanya pasrah ketika Wooyoung hyung menarik tanganku dan menyeretku ke mobilnya. Dia mengambil keputusan sepihak karena aku tak kunjung memberikan respon apapun.
        Wooyoung hyung mengajakku ke sebuah café. Aku hanya mengikuti langkahnya dengan malas. Di salah satu meja aku melihat Sulli duduk seorang diri. Tentu saja aku senang bisa melihatnya hari ini. Namun aku tak bisa memunculkan senyuman itu karena Wooyoung hyung mencium pipi Sulli ketika mereka bertemu. Dan itu adalah pemandangan yang sangat aku benci.
        “Jun! Aku senang kau bisa datang,” seru Sulli. Gadis itu memelukku singkat dengan wajahnya riangnya. Aku seperti menangkap ada sesuatu yang mereka rencanakan. Tapi aku tak tau pasti.
        “Wooyoung oppa kau sudah datang?”
        Aku mendongak ketika mendengar suara seseorang memecah di tengah-tengah kami.
        “Jun, kenalkan. Dia temanku tapi sudah ku anggap seperti adikku sendiri.”
        Jujur aku tak terlalu memperhatikan ucapan Sulli. Karena fokusku saat ini jatuh pada gadis yang kini duduk berhadapan denganku. Dia sama sekali tak melepaskan tatapannya terhadapku.
        “Jun?” ucap gadis itu pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya. “Kau Kang Jun?”
        Aku terkesiap. Dari mana dia tau namaku? Padahal aku sendiri yakin bahwa aku baru bertemu dengannya pertama kali.

*_To_Be_Continue_*


3 komentar:

  1. Hahahahaha
    Dasar Jun.. makanya ungkapin dong semuanya kalo suka sama Sulli, eh udah ke duluan Wooyoung kan..
    Sabar2 aja deh yah.. hehehe :)

    BalasHapus
  2. Cari di label ya sayang, ada tulisan 3shoot, nanti di cari yg far away, udah selesai kok 3 part

    BalasHapus