Jumat, 02 Mei 2014

Oh My School (chapter 1)


 “The Lost”

Author      : N-Annisa (@nniissaa11)
Cast          :
·        Jung Hyerim (A-Pink)
·        Kim Seok Jin (BTS)
·        Kim Himchan (BAP)
·        Yook Sungjae (BtoB)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Yoon Doojoon (B2ST)
Genre       : Life school, teen romance, tragedy
Length      : Chapter

***

        “Jika sekolah itu sudah tidak bisa menerima murid baru lagi, tentu akan semakin bagus dan sekolah itu akan segera ditutup. Dan kau harus tetap di sana memastikan semuanya. Jangan sampai ada rencana yang gagal.”
        “Tenang, Yah. Sekolah itu akan menjadi milik ayah. Doojoon dan keluarganya harus menerima semua penderitaan yang keluarga kita pernah rasakan.”
        Prank…!
        “Siapa di sana?”
        “Mampus, gue ketahuan!” Cowok itu panik seketika saat kakinya tak sengaja menendang sebuah kaleng minuman yang sudah kosong. Derap langkah kaki dari arah dalam, membuat cowok itu berbalik dan melesat pergi sejauh mungkin.
        Cowok itu melintasi jalan raya yang sudah cukup sepi dan gelap. Ia yang muncul dari dalam sebuah gang dengan berlari, tidak sempat menghindar saat ada sebuah mobil yang melintas. Dan… kecelakaan pun tidak terhindarkan. Cowok itu sempat terpental ke samping dan kepalanya membentur trotoar jalan.
        Sementara tak jauh dari sana, pria yang tadi mengejar cowok tadi, tampak tersenyum samar. Setidaknya, ia merasa aman karena rahasianya tidak sempat terbongkar melihat kecelakaan dan luka yang dialami cowok tadi. “Paling tidak, dia hanya akan terkena amnesia. Baru setelah itu, kupikirkan cara lain untuk membungkamnya.”

***

SMA Paradise…
        Sebuah SMA yang nyaris di tutup. Saat ini sekolah tersebut hanya memiliki 2 tingkatan kelas. Satu untuk kelas XI, dan satu lagi untuk kelas XII. Sementara untuk murid baru, SMA Paradise sudah tidak membuka pendaftaran untuk tahun ini. Namun anehnya, siswa yang tersisa, tidak ingin pindah ke sekolah lain. Dan masing-masing kelas, dihuni tak lebih dari 24 siswa.
        Dewan guru yang tersisa hanya sekitar 4 orang. Itu pun sudah termasuk kepala sekolah mereka, Yoon Doojoon. Seorang pria berusia sekitar 35 tahunan. Masih cukup muda untuk menjadi seorang kepala sekolah. Karena itu jangan heran jika pria ini masih sangat berjiwa muda.
Doojoon tertarik dengan dunia modeling. Hampir setiap sudut ruangan kerjanya terpampang foto diri sang kepala sekolah dengan berbagai model dan pose. Namun yang terpenting, Doojoon belum menikah.
        Dan pagi itu, tepat di awal tahun ajaran baru, Doojoon hendak akan mendatangi ruang kelas 2 yang diwalikan oleh guru cantik, Victoria Song. Kabarnya, Doojoon dan Victoria pernah memiliki hubungan di masa lalu mereka.
        Victoria mengajar matematika, bahasa dan IPA. Tentu saja untuk ke dua kelas yang tersisa. Penampilannya cukup modis. Heels, tas, pakaian, semuanya termasuk barang-barang ber-merk.
        “Loh, kenapa Pak Hyunseung ada di sini?” tanya Doojoon heran. Karena seingatnya, ia akan menuju kelas milik Victoria. “Apa Bu Victoria tidak masuk?” lanjutnya. “Nah, kenapa Howon sama Changsub ada di kelas 2 juga?” Doojoon menunjuk dua murid yang kebetulan duduk di barisan terdepan. “Kamu juga Minhyuk?”
        Siswa yang terakhir ditunjuk tadi, hanya geleng-geleng kepala atas sikap kepala sekolahnya tersebut. “Bang Doojoon liat aja ke depan, ini kelas berapa?” serunya.
        Doojoon langsung melebarkan mata. Bukan karena Minhyuk berani menyuruhnya, namun karena panggilan yang Minhyuk tujukan padanya. “Ini bukan di rumah, tapi di sekolah.” Ia mengingatkan murid yang juga adik kandungnya tersebut.
        “Keceplosan,” kata Minhyuk cuek.

***

        “Oh em ji… Pak Doojoon!” seru Krystal heboh. Semua murid langsung bergegas kembali ke meja mereka masing-masing saat melihat kepala sekolah mereka muncul di depan pintu kelas.
Sementara teman semeja Krystal, Ho Seok, justru sebaliknya. Ho Seok berdecak kesal dengan sikap Krystal. Ia dan bahkan seluruh siswa kelas 2 pun tahu, jika Krystal adalah penggemar berat kepala sekolah ganteng itu.
        Krystal memandang berkeliling seiring dengan langkah Doojoon yang memasuki ruang kelas. “Himin! Kaca!” pekik Krystal. Tak peduli jika sedang berada di ruang kelas. Suaranya yang cempreng membuat Ho Seok sampai memejamkan mata sebagai pengganti usaha menutup telinga, karena sudah terlambat jika ingin melakukan itu.
        “Heh! Buru!” desak Krystal lagi yang udah nggak sabar benda keramatnya itu kembali.
        “Akhirnya saya tidak salah kelas. Anak-anak dengarkan baik-baik. Kalian akan mendapatkan seorang teman baru di kelas kalian,” kata Doojoon ketika berdiri di depan kelas.
        “Murid baru?” seru bebepa murid denga suara bersautan. Tentu hal aneh jika sekolah mereka mau menerima murid baru. Bahkan untuk angkatan yang baru saja, sekolah sengaja tidak membukanya.
        “Masih ada gitu, yang mau masuk ke SMA Paradise?” cela Woohyun. Salah satu murid tampan di kelas tersebut. Ia duduk di meja dengan barisan akhir.
        Tiga meja paling belakang masing-masing dihuni satu siswa. Dan salah satunya Woohyun tadi. Cowok dengan pakaian cukup berantakan, namun tetap tidak menyembunyikan wajah tampannya.
        “Gue rasa cuma ada 2 kemungkinan,” timpal Ilhoon yang duduk di meja tepat di samping kanan Woohyun.
        Jongup juga ikut menyimak obrolan dua temannya. “Orang kaya mendadak miskin, atau emang udah nggak ada sekolah lain yang mau nerima dia,” serunya yang kemudian membuat Woohyun menoleh ke kiri sambil menahan tawa. Tentu saja tempat Jongup berada.
        Tanpa mempedulikan celotehan-celotehan para murid kelas 2 tersebut, Doojoon tetap mempersilahkan anak baru yang ia bawa untuk masuk ke dalam kelas. Seorang cowok. Tinggi, putih, dan melangkah tegap tanpa senyuman sedikit pun di wajahnya yang tampan namun memberikan kesan dingin.
        “Waah… dia lebih ganteng dari Myungsoo?” kagum seorang cewek bernama Naeun. Dan ia langsung ditertawakan teman-teman sekelasnya karena cowok yang tadi ia sebut namanyaMyungsoolangsung membekap mulut Naeun yang duduk di depannya. Naeun dan Myungsoo adalah sepasang kekasih di kelas tersebut.
        Doojoon hanya geleng-geleng kepala melihat sikap murid-muridnya. Di satu sisi, ia juga sedikit menahan malu dengan murid baru di sampingnya itu. “Kamu, perkenalkan diri,” kata Doojoon setengah memerintah.
        “Nama gue Yook Sungjae.” Cowok itu mulai memperkenalkan diri tanpa berbasa-basi sebelumnya pada Doojoon yang sudah memberikannya kesempatan untuk bicara. Mata tajam cowok itu menyapu hampir seluruh kelas.
Terhitung hanya ada sekitar 5 murid saja yang mau memperhatikannya. Dan itu semua adalah murid perempuan. Sisanya yang bisa dipastikan siswa laki-laki, kompak mengacuhkan Sungjae. Ilhoon bahkan sudah berpindah tempat ke meja Woohyun dan sibuk dengan ponsel mereka.
        Sungjae tampak menghela napas, berat. Suasana di sana tidak bisa dikatakan seperti ruang belajar. Selain muridnya yang bersikap seenaknya, fasilitas kelas pun cukup mengkhawatirkan. Satu dari dua penyejuk ruangan mati. Dan itu menjadi alasan utama siswa di sana tidak mengenakan jas sekolah mereka. Belum lagi cat dinding yang terlihat kusam. Membuat Sungjae sekuat tenaga menahan diri untuk tidak berlari ke luar ruang kelas.
        “Gue…”
        “Apa alasan lo mau pindah ke sekolah kita?” sela Namjoon.
        Sungjae hanya bisa semakin menahan kesal karena ada yang berani memotong ucapannya. “Gue rasa itu bukan hal yang harus gue bicarain di sini,” jelas Sungjae dingin. Tentu saja itu kalimat penolakan yang menurutnya sudah cukup halus untuk dikatakan.
        “Udah deh, jangkung.”
        Mendengar itu, Namjoon menoleh cepat pada seorang cewek yang duduk tepat di belakangnya. Namjoo. “Cowok ganteng kayak dia, mau alasan apa aja pasti bisa di terima di mana pun.”
        “Lo ngomong gitu karena masih sakit hati sama gue, kan? Gara-gara cinta lo ke gue bertepuk sebelah tangan,” ujar Namjoon penuh percaya diri.
Tentu saja Namjoo tak mau terlihat kalah. Ia menatap Namjoon tak minat. “Lo pikir, cinta lo ke Krystal itu sukses?”
        “Sorry! Cinta gue cuma untuk Pak Doojoon seorang,” sergah Krystal. “Buat yang lain nggak ada harapan,” lanjutnya.
        “Yaah! Jangan gitu dong, Krys,” sahut Woohyun dari meja belakang. Padahal semenit yang lalu, dia masih asik dengan ponselnya bersama Ilhoon. Namun jika Krystal sudah beraksi, instingnya langsung dapat tiba-tiba beralih pada cewek itu.
        “Cukup!” seru Doojoon sebelum ada lagi yang menimpali ucapan Woohyun tadi. “Untuk kamu, silahkan duduk.”
        Sungjae tidak langsung menuruti ucapan Doojoon karena ia bingung untuk memilih tempat duduk yang ‘baik’ untuknya. Ada cukup banyak kursi kosong di kelas tersebut. Dan satu diantaranya bersama siswi perempuan, Namjoo.
        “Kamu duduk dengan Jinri,” putus Doojoon sambil menunjuk kursi yang sudah berpenghuni di samping siswi bernama Jinri tadi. Dekat dengan jendela kelas yang mengarah ke luar gedung sekolah. “Youngjae, kamu pindah ke samping Namjoo.”
        “Saya protes, Pak!” tolak Namjoo mentah-mentah. “Nggak ada sejarahnya saya punya teman semeja selama sekolah di sini.”
        “Dan sejarah itu akan terukir hari ini,” balas Doojoon yang buru-buru mendorong pelan tubuh Sungjae agar melangkah ke tempat yang sudah ia tunjuk tadi. Enggan berdebat dengan Namjoo. “Youngjae cepat kamu pindah!”
        Youngjae tampak tak terima dengan keputusan sang kepala sekolah yang tega mengusirnya dari mejanya sendiri. “Kenapa nggak sama Namjoo aja sih, Pak!” Cowok itu tak ingin kalah melakukan protes keras.
        “Lo aja sana duduk sama anak baru!” seru Namjoo.
        Youngjae menoleh cepat. “Kalo lo mau nerima anak baru itu, gue traktir makan selama sebulan.”
        “Lo yang bayar?” tanya Namjoo untuk meyakinkan.
        “Bukan,” kata Youngjae sambil menggeleng pelan. “Tapi Ho Seok!” Selanjutnya, cowok itu tertawa atas ide jahilnya sendiri. “Akh!” Youngjae terdengar meringis karena gumpalan kertas mendarat mulus dikeningnya. Itu perbuatan Ho Seok yang kini menatapnya tajam.
        “Diem, lu!” Namjoo berseru nyaring dan sukses membuat Youngjae bungkam. Ia kemudian menoleh ke belakang, meja paling pojok, tempat Jongup berada. “Jongup!” panggilnya pada cowok itu seakan Jongup adalah harapan terakhirnya.
        Mendengar namanya disebut, Jongup buru-buru memasang earphone yang menggantung dilehernya. Tepatnya pura-pura tidak menyadari bahwa kini ia menjadi sorotan karena perbuatan Namjoo tadi.
        Beberapa dari mereka menahan tawa. Terkecuali Namjoo tentunya yang justru menahan kesal. “Awas lo semua!” ancamnya yang selanjutnya terpaksa kembali duduk di kursinya.
        “Kalo emang nggak suka dengan kehadiran gue, lo bisa anggep gue nggak ada di samping lo,” kata Sungjae sebelum duduk di samping Namjoo. Tentu ia menyadari bahwa kehadirannya sangat tidak diinginkan cewek yang kini menjadi teman semejanya itu.
        “Setuju.”
        “Sungjae, selamat mengikuti pelajaran,” ucap Doojoon. “Oiya, siapa ketua kelas di sini?”
        “Youngjae.” Beberapa murid terdengar menyebut nama Youngjae. Dan yang lainnya menunjuk ke tempat Youngjae berada.
        Tatapan Doojoon berubah masam ketika mendapati Youngjae yang menjadi sorotan. “Kenapa kamu lagi? Siapa sih yang milih kamu jadi ketua kelas? Kenapa bukan yang lain? Gantian lah. Ho Seok mungkin? Atau Jimin, Woohyun, Myungsoo…” Ucapan Doojoon terputus karena reaksi murid di sana hampir sama. Semuanya menunjuk ke tempat Victoria berada. Tentu saja hanya Sungjae yang terdiam karena ia tidak tahu apa-apa.
        Perlahan Doojoon menolehkan kepalanya ke tempat Victoria berada. Mendapati Doojoon sedang mengawasinya, Victoria langsung menutup kotak bedak yang tadi di tangannya.
        “Kalau Krystal adalah fans nomor satu bapak, sementara bu Victoria adalah fans nomor satunya Youngjae,” jelas Namjoon.
        Victoria hanya menunjukkan senyumannya tanpa rasa bersalah, sementara Youngjae menunduk sambil mengacak rambutnya karena menahan malu. Sebuah rahasia memalukan yang akhirnya diketahui sang kepala sekolah.

***

        “Ya ampun, Kak Himchan udah sembuh? Dia sekolah lagi?” jerit Naeun menghebohkan orang-orang yang berkumpul di koridor saat jam istirahat pertama. Termasuk juga Minhyuk yang baru akan melangkah ke luar kelasnya bersama seorang siswi teman semejanya, Hyerim.
        “Jangan malu-maluin, kenapa?” desis Myungsoo yang langsung merangkul Naeun dan membawanya berbalik ke arah kelas mereka. Namun Himin dan Junhong tidak mengikutinya. Tapi justru semakin penasaran dengan sosok Himchan yang katanya ‘kembali’ lagi ke sekolah tersebut.
        “Ada apaan, Min?” tanya seseorang di belakang Minhyuk. “Hyerim kenapa?”
        Minhyuk hanya mengangkat ke dua bahunya. Sementara tatapannya tak lepas dari wajah Hyerim yang kini tampak panik. “Mau nemuin Himchan?”
        “Himchan?” ulang Seok Jin. Cowok yang berada di belakang Minhyuk tadi. Sementara Minhyuk tidak menjawab apa-apa karena Woohyun tampak berlarian di koridor. “Astaga! Itu bener Himchan?” seru Seok Jin.
        Hyerim menerobos kerumunan teman-temannya yang hampir memenuhi koridor sebelum sempat menatap kedatangan murid bernama Himchan tersebut. Ia berjalan menjauhi kelasnya. Seok Jin dan Minhyuk yang melihat sikap aneh Hyerim, saling melempar tatapan bingung.

***

        “Apaan, sih?”
        “Ada apaan?”
        “Ada siapa?”
        Suasana kelas 2 tak kalah hebohnya. Tentu saja berita sekecil apa pun akan cepat tersebar ke seluruh sekolah. Apalagi di SMA Paradise memang hanya tersisa 2 kelas saja.
        “Kak Hyorin pakek rok over mini lagi, ya?” tebak Namjoon dengan ‘polos’nya saat ia berhenti tepat di depan meja Ho Seok dan Krystal.
        “Maunya elu itu, sih!” cibir Ho Seok.
        “Tau, nih?” Jimin ikut menimpali. Tadi ia datang bersama Namjoon.
        “Nggak ada yang lebih cetar di banding Pak kepsek Doojoon.”
        Jimin, Ho Seok dan Namjoon mencibir mendengan ucapan barusan. Siapa lagi kalau bukan fans Yoon Doojoon nomor 1 di SMA Paradise? Krystal.
        Jimin langsung berdiri tegak dan mengusap-usap perutnya yang rata. “Belum aja lu terpesona sama ABS gue.” Lanjut ia menepuk-nepuk lengan kirinya. Seolah memberi tahu jika lengannya berotot sempurna.
        Krystal hanya mengibaskan tangannya ke arah Jimin dan tanpa sedikit minat pun untuk meliriknya. “Nggak akan!”
        Ho Seok tampak berdiri dan ingin menghindari pembicaraan Krystal yang kemungkinan akan semakin berlanjut. Terlebih jika mengenai Doojoon. Saat melempar tatapan ke luar jendela, ia melihat Hyerim melintas di depan kelasnya. Cowok itu langsung berniat menyusul. Saat ia berdiri di ambang pintu, ia melihat Hyerim sudah semakin menjauh. Tepatnya ke arah tangga belakang gedung sekolah. Namun kini Ho Seok justru menahan langkahnya karena dari arah kelas 3, Seok Jin tampak berjalan ke arah depan kelasnya. Dan hampir seluruh penghuni sekolah juga tahu jika Seok Jin berteman dekat dengan Hyerim. Tentu bisa dipastikan, ketua kelas 3 tersebut hendak menyusul Hyerim.

***

        Cowok itu menenggelamkan ke dua tangannya ke saku celana seragam sekolahnya. SMA Paradise. Ia berjalan menapaki tangga dengan wajah tertunduk dan langkah pelan. Sebuah plester kecil juga tampak menghiasi keningnya.
        “Cari siswa bernama Sunggyu. Dia teman dekatmu.”
        Ucapan Doojoon saat di ruangannya tadi masih terekam jelas oleh cowok tersebut. Dan kini, ia semakin resah karena tiga orang siswa kelas 2 yang ia temui justru menatapnya lekat-lekat.
        “Ya ampun, Kak Himchan udah sembuh? Dia sekolah lagi?” Jeritan seorang cewek membuat cowok itu menegakkan tubuh. Tiga cowok kelas 2 yang ia lihat tadi, kini semakin menatapnya. Seolah mengunci dirinya melalui tatapan mereka.
        Cowok itu sudah ingin mundur, berbalik, dan melesat pergi dari sana. Namun seperti ada tembok baja yang tiba-tiba muncul di belakangnya sehingga membuatnya sulit berbalik. Yang bisa ia lakukan saat ini hanya bersikap waspada. Semua orang yang ia lihat sekarang tampak sangat asing.
        Howon dan Changsub tampak mendekat. Mereka ingin menyambut kedatangan cowok itu. Namun cowok tersebut sekuat tenaga menghindar.
        “Himchan? Akhirnya lo balik,” seru Changsub riang.
        Howon juga terlihat senang melihat cowok dihadapannya kini meski cowok itu tampak bersikap aneh. “Sunggyu udah…”
        “Mana dia?” Cowok itu menyelak ucapan Howon. “Di mana Sunggyu?” ulangnya dengan tatapan mengawasi. Ia bahkan menyapu pandangan ke setiap sudut tempat yang bisa terjangkau matanya. Koridor sudah hampir dipenuhi siswa-siswi SMA Paradise.
        Siswa dari kelas 3 tentu berada dibarisan terdepan. Sementara siswa kelas 2 tampak mencuri-curi pandangan untuk melihat seseorang yang kini menjadi pusat perhatian mereka saat ini.
        Mata cowok itu terhenti pada sosok Seok Jin yang baru saja membelokkan badan ke arah yang berlawanan dari tempat cowok itu berdiri sekarang. “Apa itu Sunggyu?” tunjuknya pada sosok Seok Jin. Suaranya yang cukup keraskarena koridor memang sepi meski dihuni banyak orangmembuat Seok Jin menghentikan langkah lalu berbalik.
        “Apa?” seru Seok Jin untuk memastikan.
        “Lo Sunggyu?” Cowok itu mengulangi pertanyaannya. Sedetik kemudian, cowok itu dibuat kembali mengawasi sekitar karena orang-orang di sana mulai saling berbisik.
        “Lo nggak inget gue, Him?”
        Suara seseorang menginterupsi suasana yang langsung kembali hening. Cowok itu juga langsung berbalik dan mendapati seorang cowok yang tingginya sedikit lebih pendek darinya itu. Wajahnya memang asing, namun cowok itu seperti meyakini sesuatu. “Lo Sunggyu?” Kembali, hanya itu kata yang ke luar dari bibirnya, namun nadanya terdengar lebih tenang.
        Cowok bernama Sunggyu tersebut langsung tersenyum mendengarnya.

***

        SMA Paradise terdiri dari 2 gedung yang masing-masing memiliki 4 lantai. Gedung pertama digunakan untuk gedung kelas. Sementara yang satu lagi, adalah gedung yang berisi ruangan untuk guru, serta ruangan-ruangan penunjang kegiatan sekolah. Seperti ruang LAB, ruang cinema, perpustakaan, dan lain sebagainya.
        Namun karena adanya berbagai masalah hingga menyebabkan SMA Paradise hanya menampung 2 kelas. Gedung yang biasa digunakan untuk kelas terpaksa dikosongkan. Dan gedung penunjang (gedung A) juga terpaksa sedikit dibongkar untuk bisa menyediakan 2 kelas untuk proses belajar-mengajar seperti biasa. Tepatnya di lantai 2.
        Dan saat itu, tepat ketika lantai 2 heboh karena kedatangan murid bernama ‘Himchan’. Hyerim sedang menjajakkan kaki di tangga yang mengarah ke lantai 3. Beberapa meter di hadapannya, seorang cowok berjalan ke arah Hyerim. Namun cewek itu tidak bisa melihat dengan jelas karena kacamatanya tertinggal di kelas.
        Sungjae. Cowok itu adalah Sungjae yang langkahnya kini justru terasa goyah karena ia mendapati Hyerim di sana. Ke dua tangannya masih ia tenggelamkan ke dalam saku celana. Masih sama sikapnya seperti saat ia pertama kali datang ke kelas 2.
        “Eun Ji?” Sungjae bergumam pelan.
        Hyerim beberapa kali berkedip. Namun penglihatannya masih samar-samar. Belum lagi mereka sama-sama berhenti dalam jarak yang tidak terbilang cukup dekat. “Taekwoon, ya?” Hyerim berusaha menebak-nebak salah satu teman sekelasnya.
        “Hyerim?”
        Belum sempat Sungjae buka mulut, teriakan Seok Jin sudah lebih dulu menginterupsinya. Seiring dengan langkah cowok itu yang kini muncul dari arah tangga. Tepat di belakang Hyerim.
        “Gue kira lo ke mana?” seru Seok Jin dengan wajah yang kini terlihat tenang karena berhasil menemukan Hyerim di sana. Cewek itu juga terlihat tersenyum samar saat Seok Jin muncul. “Lo tau, nggak? Masa’ si Himchan nyangkain gue itu Sunggyu,” lapornya jengkel.
        Hyerim tidak menjawab. Ia justru menoleh ke tempat Sungjae berada. Seolah memberi tahu Seok Jin kalau bukan hanya mereka yang berada di sana. Seok Jin sendiri juga langsung menatap Sungjae dalam-dalam. Seok Jin bahkan sampai mengerutkan kening.
        “Kayaknya gue baru liat lo di sini?”
        Sungjae tampak kembali melangkah tanpa berniat sedikit pun merespon ucapan Seok Jin. Saat melintas di depan Hyerim, ia menatap cewek itu penuh arti. Tapi ia pura-pura tak menyadari keberadaan Seok Jin saat berjalan di samping cowok itu.
        “Lo kenal, Rim?”
        Hyerim menggeleng. “Tadinya gue pikir itu Taekwoon.”
        “Taekwoon kan hari ini nggak masuk,” jelas Seok Jin. “Ya udah, lo tunggu sini. Gue mau ambil bekal makan dulu. Lo duluan ke sana aja.”
        “Sekalian ajak Minhyuk,” ujar Hyerim mengingatkan. Tepat sebelum Seok Jin berbalik.
        “Siap! Di tempat biasa, kan?”

***

        Himchan melangkah cepat meninggalkan gedung A. Di belakangnya, tampak Sunggyu berusaha mengimbangi dengan mengejar Himchan. Namun tiba-tiba, Himchan mengentikan langkah seketika membuat Sunggyu juga sekuat tenaga mengurangi kecepatan agar tidak menubruk Himchan di depannya.
        Himchan menatap bingung dengan pemandangan di depannya. Sebuah lapangan sepakbola sekolah yang luas. Namun disekelilingnya terdapat pita seperti ‘police line’ yang melintang. Seolah melarang siapa pun untuk masuk ke dalam sana.
        “Kenapa lapangannya dikasih itu? Apa artinya kita nggak boleh ke sana?”
        Sunggyu hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Himchan.
        “Tapi kenapa?” Himchan tak bisa menahan rasa penasarannya.
        “Gue rasa anak kelas 2 akan menjadi angkatan terakhir sekolah ini.” Sunggyu sempat menghela napasnya sesaat. “SMA Paradise terancam ditutup. Dan yang bisa kita gunain cuma gedung A aja. Tanpa ada lapangan olahraga, atau pun kantin sekolah.” Sunggyu bercerita dengan nada lemah.
        Himchan melihat ada sepasang siswa dan siswa SMA Paradise di dalam area lapangan. Mereka sedang menikmati makan siang mereka sambil bercanda dan tertawa. Ke duanya tampak tidak asing di mata Himchan, namun cowok itu tidak bisa mengenali mereka.
        Himchan menoleh cepat pada Sunggyu untuk melaporkan apa yang dilihatnya. “Tapi itu mereka….” Belum sempat ia melancarkan protes karena ada yang berani melintasi garis ‘terlarang’, Himchan merasakan sakit luar biasa di kepalanya.
        Sunggyu ikut panik melihat Himchan. “Him! Lo kenapa?”
        Himchan sekuat tenaga berpegangan pada Sunggyu, sementara tangannya yang lain ia gunakan untuk menjambak rambutnya. “Sakit, Gyu!”
        “Ya udah, kita balik ke kelas.” Sunggyu sudah ingin menyeret Himchan pergi dari sana, namun Himchan justru yang menahannya.
        Perlahan Himchan membuka mata. Dan hal pertama yang ingin ia lihat adalah sepasang siswa SMA Paradise di dalam lapangan tadi. Namun ke duanya sudah tidak ada. Himchan mencari ke sekelilingnya sambil berujar, “ke mana mereka?”
        Sunggyu ikut menoleh ke sana ke mari. “Lo nyari apaan? Emang lo ngeliat siapa tadi?”
        Tidak ada jawaban apa pun yang bisa ke luar dari bibir Himchan karena ia justru menatap Sunggyu dengan kening berkerut.

***

        Sungjae membasuh wajahnya seperti orang kesetanan. Ia tidak peduli jika kemeja sekolahnya sudah basah karena terciprat oleh air. Cowok itu meletakkan ke dua tangannya di tepi wastafel sambil menatap pantulan wajahnya di cermin. Poni rambutnya pun ikut basah.
        “Nggak mungkin Eun Ji ada di sini? Nggak mungkin dia sekolah di sini juga,” pekik Sungjae dengan napas yang memburu.
        “Emang nggak ada siswi yang namanya Eun Ji di sini.”
        Salah satu bilik toilet di belakang Sungjae tampak terbuka. Tentu Sungjae langsung mendongak dan mendapati Ho Seok muncul. Ia dapat melihat cowok itu melalui pantulan di cermin.
        “Ngapain lo ikut campur urusan gue?” seru Sungjae tak terima.
        Ho Seok tampak terkekeh. Ia tak menatap Sungjae karena masih sibuk membereskan seragam sekolahnya. “Nggak ikut campur,” tantangnya. Ia masih berdiri di ambang pintu toilet. “Cuma sekedar ngasih informasi aja. Karena gue kenal sama seluruh siswi di sekolah ini. Tak terkecuali. Dan termasuk juga, ‘Himchan’. Anak yang lagi dihebohin hari ini.”
        Sungjae tampak mendengus tak suka. “Gue nggak perlu informasi apa pun dari lo.”
        “Bebas,” kata Ho Seok cuek yang kemudian melengos pergi meninggalkan toilet. Berusaha tak ambil pusing dengan apa yang dikatakan Sungjae.
        Sementara Sungjae menatap Ho Seok tak suka sampai teman sekelasnya itu benar-benar meninggalkan ia sendiri di dalam toilet.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar