Jumat, 16 Mei 2014

PERFECT LOVE (chapter 10)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae,
  Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast     : A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo,
                          Hayoung), G.Na (Soloist), B2ST (Doojoon), BtoB
Genre               : romance, family, brothership
Length              : chapter

***

        “Mas Youngjae ke mana, sih? Teleponnya nggak diangkat-angkat!” gerutu Zelo, memaki ponselnya. Sementara Yongguk menatapnya aneh. Sadar diperhatikan, Zelo menoleh galak. “Mas kok ngeliatin saya terus? Jangan bilang naksir?”
        Yongguk diam-diam tertawa mengejek. Namun tanpa sepengetahuan Zelo, ia mengawasi cowok itu. Tentu ia merasa seperti pernah mengenal sosok bocah tinggi di sampingnya tersebut.
        Tak lama, seorang perawat muncul dari dalam sebuah ruangan tempat Yongguk dan Zelo berdiri tadi. “Siapa suami dari nona Chorong?”
        Mendengar itu, sontak Zelo dan Yongguk saling melempar tatapan, bingung. “Dia kali, nih.” Zelo menunjuk cepat ke arah Yongguk. “Keliatanlah tampangnya lebih tua dari gue,” ujarnya asal.
        Yongguk melebarkan mata ke arah Zelo dan tampak sudah ingin menendang bocah itu. Namun tentu tidak akan ia lakukan karena ini di tempat umum, dan karena ia belum terlalu mengenal sosok Zelo. Yongguk kemudian menyusul perawat tadi ke dalam.
        Ditinggal seorang diri, Zelo memilih duduk di kursi. Ia juga sempat mendapatkan perawatan kecil untuk luka di bagian bawah lengannya. Zelo juga tidak ingin kabur karena ia merasa bertanggung jawab dengan kejadian yang di alami Chorong. Ia nyaris menyerempet cewek itu tadi.
        Karena bosan menunggu, Zelo melempar tatapan hampir ke seluruh koridor yang bisa terjangkau matanya. Sepi. Hanya ada segelintir perawat yang ke luar atau pun masuk ke dalam kamar pasien. Belum lagi, ini sudah hampir tengah malam. Zelo menyandarkan punggung ke tembok. Saat mendengar langkah kaki, cowok itu menoleh. Ia mendapati dua orang yang berjalan ke arahnya.
        “Mas Youngjae kenapa bisa babak belur gitu, sih?”
        Zelo melebarkan mata mendengar nama Youngjae disebut oleh Ilhoon. Ia bahkan menatap lekat ke duanya. Tentu ia teringat sesuatu akan Eun Ji dan Ilhoon. Saat ia dan Youngjae berada di sebuah super market, mereka bertemu dengan kakak-adik tersebut.
        Eun Ji menghentikan langkah karena mendapati Zelo menatapnya tak biasa. Cewek itu bahkan sampai menarik Ilhoon agar ikut menghentikan langkah.
        “Apa kalian lagi ngomongin Yoo Youngjae?” tanya Zelo serius. “Dia digebukin orang? Gimana keadaannya? Di mana Mas Youngjae sekarang?”

***

        Malam itu, Daehyun sedang mendapatkan tugas di rumah sakit. Tentu dia tidak sendiri karena status Daehyun yang masih sebagai mahasiswa. Ia ditemani seorang dokter senior di sana. Dan pasiennya malam itu adalah dua orang pemuda korban tabrakan.
        “Bagaimana, Daehyu?”
        Mendengar namanya disebut, Daehyun menoleh cepat ke arah pintu. Tampak seorang dokter lagi muncul di sana. Tangan Daehyun sendiri sudah cukup berlumuran darah. Dari ekspresi wajahnya, tentu tidak mengisyaratkan hal yang baik.
        “Pasien bernama Hyunsik kehilangan banyak darah. Tapi kami sudah memberikannya tranfusi,” jelas Daehyun. Namun ekspresi wajahnya belum berubah. “Tapi pasien bernama Changsub…, keadannya cukup kritis.”
        Dokter perempuan tersebut sudah berada di samping Changsub dan memastikan sendiri keadaan pasien tersebut. Sementara dokter laki-laki yang sudah bersama Daehyun tadi, masih melakukan sesuatu untuk Hyunsik.
        “Bagaimana dokter Taeyeon?” tegur Daehyun karena ekspresi wajah dokter tersebut berubah saat sebelum dan sesudah memeriksa Changsub.
        “Aku harus mengambil stok darah lagi,” ujar dokter laki-laki yang bernama Donghae tersebut. Ia juga langsung bergegas melesat ke luar ruangan tersebut.
        Sementara Taeyeon, masih belum memberikan reaksi apa pun. Melihat itu, Daehyun sontak bergegas mendekat. Wajah Changsub yang pucat, terlihat semakin pucat. Daehyun sempat menyentuh tangan cowok itu. Dan rasanya dingin. Saat Daehyun mendongak, ia melihat Taeyeon menggeleng lemah seiring dengan bunyi nyaring alat pendeteksi detak jantung.
        “Saya akan mengabari keluarganya,” ujar Taeyeon sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan tempat itu.
        Daehyun sendiri hanya mendesah berat. Meski bukan pertama kalinya berada dalam posisi tersebut, namun tetap saja rasanya selalu berat jika ada pasien yang tidak bisa terselamatkan nyawanya. Dan yang cowok itu lakukan adalah menutupkan selimut hingga wajah Changsub tersembunyi di dalamnya.

***

        “Bagaimana kamu bisa di sini?” tanya G.Na dengan tatapan menyedilik.
        Himchan melangkah dan menghadap ibunya dengan posisi tempat tidur Youngjar berada di tengah-tengah mereka. Ia sempat melirik Youngjae beberapa saat dengan tatapan sedikit tak suka. Kemudian ia kembali menatap G.Na.
        “Aku bahkan yang membawa ‘dia’ ke sini.” Youngjae berujar dengan memberikan penekanan saat ia mengatakan ‘dia’ dan menunjuk Youngjae menggunakan dagu. Sesaat suasana cukup sunyi. “Apa ibu mengenalnya?” desis Himchan dengan nada seperti mencurigai.
        Diluar dugaan, G.Na cukup terkejut dengan pertanyaan menjebak yang dilontarkan oleh putranya tersebut. Ia juga tidak langsung menjawabnya.
        Kali ini Himchan menatap sebuah papan nama tepat di atas tempat tidur Youngjae yang berisikan nama cowok itu. Sementara Youngjae sendiri tampak masih memejamkan mata. Beberapa bagian wajahnya tampak dipenuhi plester dan perban. Himchan lalu kembali menatap G.Na seolah menegaskan kalau ia mengerti dengan jelas apa yang dipikirkan ibunya tersebut.
        “Youngjae?” seru Himchan seperti menantang.
        “Kamu nggak pernah mengerti apa yang ibu rasain selama ini,” balas G.Na yang tentu saja tak ingin terlihat salah dimata anaknya.
        Himchan tampak mengangguk-angguk. Antara mengerti, dan terkesan sedikit meremehkan. “Selamat menikmati kebersamaan kalian,” ujarnya datar namun tetap terdengar tajam. Himchan lalu membalikkan badan. Dan dengan tatapan lurus ke depan, ia melangkah menuju pintu kamar tersebut.
        Hanya berjarak beberapa meter lagi, pintu sudah terlanjur terbuka tiba-tiba. Karena terkejut, Himchan bahkan sampai termundur beberapa langkah.
Zelo tampak memunculkan diri dengan napas berat. Cowok itu memang secepat mungkin melesat menuju kamar Youngjae yang diberitahu oleh Eun Ji dan Ilhoon. Tentu setelah ia menjelaskan status hubungannya dengan Youngjae.
        “Lho? Pak Himchan?” Zelo sama terkejutnya mendapati guru tampan tersebut bisa berada di ruangan kakaknya. Namun Zelo kemudian terlihat ragu. “Ini ruangan Yoo Youngjae, kan? Apa saya salah kamar, Pak?”
        “Akh…” kemudian terdengar suara rintihan dari bibir Youngjae.
        G.Na yang berada paling dekat, tentu menjadi yang pertama kali merespon. Reaksinya juga terlihat cukup panik sambil memeriksa beberapa bagian tubuh Youngjae. “Kamu gapapa? Bagian mana yang terasa sakit?”
        Zelo sampai menjulurkan kepalanya untuk memastikan sendiri siapa saja yang berada di sana. Karena Himchan juga sama sekali tidak menjawabnya tadi.
        Ditempatnya berada, Youngjae menatap G.Na dengan tatapan yang sulit diartikan. Terutama ketika wanita itu dengan cekatan membubuhkan obat lagi di sekitar luka Youngjae. Meski sebenarnya, apa yang dilakukan G.Na terlihat wajar karena itu memang sudah menjadi tugasnya sebagai perawat di sana.
        “Astaga! Bener Mas Youngjae?” seru Zelo heboh setelah memastikan sendiri bahwa cowok tersebut adalah kakaknya, Youngjae. Tentu Zelo langsung melesat mendekat. Membuat Himchan cukup menatapnya bingung saat melintas. “Mas Youngjae abis ngapain, sih? Siapa yang bikin Mas begini?” cecarnya.
        “Jangan bawel bisa kali, Zel. Gue pusing, nih!” protes Youngjae yang sukses membuat Zelo bungkam.
        G.Na masih berada di sana. Menatap sepasang saudara di hadapannya. Pertengkaran kecil yang membuat Zelo dan Youngjae terlihat saling melengkapi satu sama lain. Lalu ketika wanita itu melirik ke tempat putranya berada, Himchan sudah lebih dulu melesat ke luar. Membuat G.Na hanya sempat melihat punggung tegapnya.

***

        Chorong mengalihkan wajahnya saat menyadari Yongguk ke dalam kamar rawatnya. “Ngapain kamu ke sini?”
        Tanpa terpengaruh sedikit pun, Yongguk tetap memantapkan kaki melangkah mendekati Chorong. “Menurut kamu enaknya aku ngapain di sini?” Yongguk balas bertanya sambil duduk di tepi tempat tidur Chorong dengan santainya. Cewek itu bahkan sampai sedikit menggeser tubuhnya untuk menjaga jarak dengan Yongguk. Namun Yongguk justru terkekeh menanggapinya.
        “Kamu pasti tau apa yang aku alamin? Sekarang udah nggak ada lagi hal yang bikin aku pantas untuk tetap di samping kamu.”
        Yongguk sontak menghentikan tawanya. Ia kemudian meraih salah satu tangan Chorong untuk ia genggam. Dan perbuatannya itu sukses membuat air mata Chorong terjatuh.
        “Kenapa harus nyuruh Eun Ji yang bilang ke aku tentang perjodohan kamu?”
        Chorong tetap belum mau menatap Yongguk. Ia bahkan berusaha melepaskan genggaman tangan Yongguk. Namun cowok itu justru semakin kencang menahannya.
        “Apa nggak bisa kita perbaiki? Aku akan berubah menjadi lebih baik,” kata Yongguk sungguh-sungguh.
        “Percuma, Yong. Semua udah terlanjur. Aku hamil dan aku yakin, setelah ini kamu akan benci sama aku. Dan aku juga udah memper…” ucapan Chorong terhenti karena merasakan pelukan hangat dari Yongguk. Air mata cewek itu sontak semakin deras.
        Tentu Yongguk terkejut dengan pernyataan Chorong tadi. Namun ia berusaha menyembunyikannya. “Aku nggak pernah bisa benci kamu. Maafin sikap egois aku selama ini yang hanya mementingkan…”
        “Semua adik-adik kamu masih membutuhkan kamu,” Chorong menyelak ucapan Yongguk. “Sama halnya Hyunsik dan Hayoung yang juga butuhin aku.” Perlahan Chorong melepaskan pelukan Yongguk dan menatap cowok itu, lembut.
        Yongguk menghela napasnya. Perlahan ia mengulurkan tangan untuk menghapus air mata Chorong. “Boleh nggak, air mata itu cuma untuk aku?”
        Chorong menatap Yongguk bingung dengan pertanyaan cowok itu.
        Yongguk justru tersenyum menanggapinya. Ia mengusap lembut rambut cewek yang baru ia sadari, ia merindukannya. Tentu setelah keputusannya menolak permintaan Chorong agar ia menikahinya. “Apapun yang terjadi, terutama jika hal buruk yang diperbuat cowok itu, datanglah padaku. Hatiku akan tetap terbuka untuk kamu.”
        Kali ini Chorong menatap dengan mata berkaca-kaca.
        “Jangan nangis lagi. Ini takdir, bukan kemauan kita. Sekali lagi aku minta maaf sama kamu.”
        Belum sempat Chorong mengucapkan sesuatu, seseorang membuka pintu dan mengalihkan mereka. Seorang perawat muncul dan tampaknya perawat itu tidak terlalu menyadari kalau di sana pasien tidak hanya sendiri.
        Yongguk sampai berdiri melihat perawat itu. “Ibu?”
        Perawat tersebut memang G.Na. Setelah Himchan pergi tadi, ia juga menyusul ke luar. Karena perasaannya yang cukup kacau, wanita itu justru masuk ke dalam salah satu ruangan pasien. Padahal saat itu bukan jadwalnya memeriksa keadaan Chorong.
        “Kamu ke sini sama Himchan?”
        Yongguk mengerutkan kening. Bingung tentu saja dengan pertanyaan G.Na. “Himchan di sini? Mungkin maksud ibu, Daehyun kali? Dia kan memang ada tugas di rumah sakit ini.” Yongguk berusaha mengingatkan. Namun rasanya justru sakit jika ibunya benar-benar sudah tidak mengenali anak kandungnya sendiri. Bahkan antara Himchan dan Daehyun saja ia bisa tertukar.
        G.Na menggeleng tegas. “Mungkin Himchan emang nggak ngabarin kamu kalau temannya di rawat di sini,” jelas G.Na seolah menyangkal apa yang dipikirkan Yongguk tentangnya. “Ya sudah, ibu tinggal.”

***

        “Pada ke mana, sih? Dari tadi belum ada yang pulang satupun.”
        Himchan langsung pulang ke rumah malam itu. Dan ia langsung di sambut dengan suara Bomi yang berada di depan rumahnya sendiri. Keadaan rumah keluarga Himchan juga masih tampak gelap.
        “Harusnya ka nada Mas Yongguk sama Daehyun,” kata Himchan.
        Bomi tak berani mendekat meski ia sangat ingin melihat Himchan dari dekat. Ia kemudian menggeleng tidak menyetujui ucapan Himchan. “Daehyun lagi tugas di rumah sakit,” jelas Bomi.
        “Oh,” seru Himchan pendek. Ia baru tau untuk hal itu. “Berarti Mas Yongguk masih di luar.”
        “Dia nggak bilang mau ke mana?”
        Bukannya menjawab, Himchan justru melangkah mendekat. “Lo kenapa belom tidur?” tanya cowok itu dengan nada lembut. Dan untuk Bomi, itu nggak biasanya. “Bokap lo kapan pulang?” Himchan bertanya lagi, padahal yang tadi saja belum dijawab.
        “Dua atau tiga minggu lagi,” ujar Bomi. Tubuhnya menegang karena sikap tak biasa yang ditunjukkan Himchan.
        Himchan berhenti tepat di depan cewek itu. “Bisa temenin gue ke luar sebentar?” pintanya. “Untuk tempat, semuanya terserah lo.”
        Bomi meneguk ludah. Karena Himchan benar-benar berjarak sangat dekat di depannya. Dan karena Himchan pula, ia bisa pergi hanya berdua. Cowok itu sendiri yang mengajaknya. Sementara Bomi sendiri, hanya bisa mengangguk pelan sebagai tanda ia menyanggupi permintaan Himchan.
        Himchan langsung tersenyum. Senyum paling manis untuk cewek itu. Mungkin hal tersebut adalah yang pertama karena selama ini Himchan kerap kali memberikannya tatapan horror. Ia kemudian berbalik untuk memasukkan motornya dulu ke dalam teras rumah. Setelah itu kembali ke hadapan Bomi yang masih berdiri di depan rumahnya.
        “Sekarang, kan? Takut kemaleman,” kata Himchan mengingatkan karena Bomi sama sekali tidak melakukan reaksi agar mereka segera pergi dari sana.
        “Oh iya, Mas.” Buru-buru Bomi melangkah mendahului Himchan. “Kita cari makan ya, Mas. Kebetulan Bomi juga belum makan malam.”

***

        Pagi itu, Ilhoon tampak menyiapkan sarapannya seorang diri di dalam apartmen yang ia huni bersama kakaknya, Eun Ji. Cowok itu juga sudah bersiap untuk kuliah. Ia melirik, tepat ke arah Eun Ji saat cewek itu muncul dari dalam kamarnya.
        “Kakak kenapa?” tanya Ilhoon karena melihat raut wajah aneh pada kakaknya itu.
        Eun Ji menghempaskan tubuh di atas kursi makan. Ia meletakkan sikunya di atas meja sambil memijat-mijat kepalanya. “Nggak tau nih, Hoon. Pusing banget. Bawaannya mual kalo inget kejadian Youngjae semalem. Wajahnya berdarah-darah gitu.”
        “Gue bikini teh, ya?”
        Eun Ji hanya mengangguk saja. Sementara matanya terpejam erat. Beberapa menit kemudian, Ilhoon mendekati Eun Ji sambil membawakan segelas teh hangat untuk kakaknya.
        “Mau gue cariin obat apaan, Kak?”
        “Terserah,” ujar Eun Ji pasrah.
        “Ya udah, tunggu bentar.” Ilhoon lalu balik badan dan melangkah menjauh. Ia meninggalkan Eun Ji di dalam apartmen seorang diri. Baru cowok itu membuka pintu, ternyata sudah ada seorang wanita di hadapannya. “Mama?”
        “Kakakmu ada?” tanya wanita itu.
        Ilhoon mengangguk cepat. “Lagi kurang enak badan.”
        Hyuna lalu melangkah masuk. Tentu Ilhoon tidak mungkin menghalanginya. Namun baru beberapa langkah, Hyuna tampak berhenti karena mendengar suara Eun Ji yang sedang menelpon seseorang. Meski ia sendiri tidak bisa melihat Eun Ji secara langsung.
        “Duuh… gue telah nih, Na. Mual banget gue dari semalem. Sekarang ditambah sakit kepala.”
        “Ada apaan sih, Ma?” tegur Ilhoon karena melihat perubahan wajah ibunya.
        “Apa Eun Ji pernah pulang lewat tengah malam?” Hyuna justru melemparkan pertanyaan.
        Ilhoon membeku di tempatnya. “Kok mama tau?” serunya terdengar gugup.
        Tanpa bicara apa pun lagi, Hyuna membalikkan badan. Ia pergi begitu saja meninggalkan apartmen anak-anaknya tanpa memberikan alasan pasti karena ia tentu saja membatalkan niat untuk bertemu putrinya, Eun Ji.

***

        Berita duka itu sudah tersebar. Duka karena nyawa Hyunsik juga tidak tertolong malam itu. Dan kini, suasana haru sudah menyelimuti rumah cowok itu. Namjoo sendiri juga sudah berada di sana. Duduk diam dengan berurai air mata di hadapan jasad kekasihnya.
        “Mba Chorong belum pulang. Aku mau ketemu Mba Chorong di rumah sakit!” jerit Hayoung dengan sedikit memberontak. Beberapa keluarga terdekatnya sudah berusaha mencegah, namun tidak sanggup. Hayoung memaksa ke luar rumah.
        Sementara di luar, Jongup tampak datang bersama Sungjae. Dan ternyata Himchan juga di sana sebagai salah satu guru yang mengajar Hayoung.
        “Mas di sini juga? Emang dewan guru udah banyak yang tau tentang kakaknya Hayoung?” tanya Jongup. Tentu setengah berbisik karena ia memang merahasiakan hubungannya dengan Himchan. Namun tentu saja kecuali Sungjae.
        Himchan menggeleng atas tebakan adiknya. “Hyunsik juga adiknya Chorong. Kamu tau ceweknya Mas Yongguk, kan? Tadi Mas Yongguk yang ngabarin gue.”
        “Oh,” Jongup berseru. “Terus Mas Yongguknya mana?”
        “Chorong dirawat. Mas Yongguk nemenin di rumah sakit,” jelas Himchan kemudian.
        Mereka sudah ingin melangkah masuk. Namun ada sedikit keributan yang disebabkan anak pemilik rumah itu sendiri, Hayoung. Cewek itu masih sedikit histeris dan bersikeras ingin menemui Chorong.
        Jongup berinisiatif mendekat. Ia menghalangi tubuh Hayoung.
        “Jong, temenin gue ketemu Mba Chorong,” pinta Hayoung pada Jongup. “Kasian dia sendiri di rumah sakit.” Namun cowok itu justru menggeleng membuat Hayoung menatapnya kecewa. “Ya udah, gue bisa…”
        Jongup menarik Hayoung ke dalam pelukannya dengan cepat. Bahkan membuat Hayoung tidak sempat menyelesaikan ucapannya. “Lo tenang aja. Kakak lo udah bersama orang yang tepat.”
        Hayoung mendorong tubuh Jongup untuk menjauhi tubuhnya. “Siapa? Kalo maksud lo si Changsun itu, lo salah besar. Karena Changsub juga udah mati!” jeritnya.
        Jongup sempat menoleh ke samping, ternyata sudah ada Zelo di sana. Zelo menunjukkan tatapan tak bersahabat untuknya. Selanjutnya, Jongup justru menarik tangan Hayoung untuk ikut bersamanya mendekati Zelo. Tak peduli dengan protes keras dari Hayoung yang menolak untuk ikut bersamanya.
        “Zel, tunggu!” cegah Jongup setelah melihat Zelo membalikkan badan dan bersiap melangkah pergi.
        Dengan malas, Zelo berhenti dan berbalik. “Kenapa?”
        Jongup dengan jahilnya sudah lebih dulu mendorong pelan tubuh Hayoung sampai terjatuh tepat dipelukan Zelo.
        “Jagain Hayoung dulu, ya? Gue ada urusan lain.” Dengan cepat Jongup meninggalkan Zelo bersama Hayoung di sana sebelum salah satu dari mereka ada yang memprotesnya lagi. Sementara Sungjae dan Himchan hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Jongup yang di luar dugaan.
        Ternyata Jongup sempat melihat sosok Namjoo di sana. Dan tentu ia ingin menemui cewek yang sedang menarik hatinya tersebut.

***

        Beberapa hari kemudian. Dan Eun Ji sudah di bawa paksa untuk pulang ke rumah orang tuanya tanpa ada penjelasan apa pun. Namun Ilhoon masih tinggal di apartmennya.
        Sore itu, Ilhoon mendapat kehadiran seorang tamu di apartmennya. Youngjae. Dengan wajah yang masih dipenuhi lebam, Youngjae datang untuk bertemu Eun Ji. Dan tentu saja untuk mengembalikan transkrip milik cewek itu.
        “Masuk dulu, Mas.” Ilhoon mendahului Youngjae ke dalam lalu mempersilahkan cowok itu untuk duduk. Ilhoon juga sempat menyuguhkan beberapa kaleng minuman ringan untuk Youngjae. “Kak Eun Ji lagi nggak pulang ke sini.”
        Youngjae sudah ingin menenggakkan minumannya, namun sukses dibatalkannya karena ucapan Ilhoon tadi. “Terus, Eun Ji pulang ke mana? Ke rumah orang tua kalian?”
        Ilhoon mengangguk cepat.
        Youngjae tampak mempertimbangkan sesuatu. “Gue nitip ini aja, deh.” Akhirnya cowok itu menyodorkan sebuah amplop coklat. “Transkrip nilainya Eun Ji. Setelah ini gue ada urusan ke luar kota soalnya. Takut nggak sempet kalo gue yang nganterin langsung ke rumah kalian.”
        “Oh, ya udah, Mas. Nanti gue sampein,” kata Ilhoon setelah menerima benda itu.
        “Sepertinya itu yang selama ini saya cari.”
        Ilhoon tampak berdiri cepat. “Papa?”
        Melihat seseorang yang disebut ‘Papa’ oleh Ilhoon, Youngjae ikut berdiri. “Om Junhyung papanya Eun Ji?”
        “Oh, Youngjae keponakannya Doojoon?” Junhyung bertanya namun terkesan tidak membutuhkan jawaban apa pun. Ia justru lebih memilih untuk menyambar amplop coklat di tangan Ilhoon. Junhyung langsung memeriksa isinya.
        Beberapa saat kemudian, Junhyung melipat paksa kertas tersebut. Lalu ia menatap Ilhoon, tajam. “Mau menjadi seperti kakakmu?” Junhyung berkata dengan nada tinggi. Ia bahkan sampai menggerak-gerakkan kertas di tangannya seperti menegaskan maksudnya.
“Emang Kak Eun Ji kenapa, Pa?” tanya Ilhoon.
Junhyung masih menatap galak pada putranya. “Kakakmu hamil! Dan minggu depan kosongkan apartmen ini!” putusnya secara sepihak. Sedetik kemudian, Junhyung sudah berbalik dan melesat pergi.
        Setelah ayahnya sudah tidak terlihat, barulah Ilhoon bisa bernapas lega. Ia kemudian menghempaskan tubuhnya ke sofa. Diikuti oleh Youngjae yang kembali duduk dengan tatapan yang cukup syok setelah mendengar ucapan Junhyung tadi.
        “Hoon! Eun Ji nggak mungkin…” Youngjae kehilangan kata-kata karena tidak bisa percaya begitu saja dengan perkataan pria tersebut.
        Mereka tidak ada yang saling tatap. Sementara Ilhoon menatap tak fokus meja di depannya dan terlihat cukup menyesal. “Nggak, Mas. Ini pasti salah paham. Dan semuanya salah gue!”
        Youngjae menoleh cepat. “Maksud lo?”
        Ilhoon menggaruk tengguknya, frustasi. “Mama salah tangkep sama omongan aku dan Kak Eun Ji,” jelasnya. Ilhoon kemudian menceritakan kejadian beberapa hari lalu saat Hyuna mengunjungi apartmennya.

***

        “Tumben, Mas, ngajak makan siang gini?” tanya Himchan saat mendapati kakaknya baru saja tiba di sebuah café tempat mereka berjanji untuk bertemu. Himchan juga menyodorkan segelas minuman yang memang sudah ia siapkan untuk Yongguk.
        “Kamu setuju nggak kalau gue bertanggung jawab?”
        “Jadi, dia beneran hamil?” Himchan justru balik bertanya.
        Yongguk mengangguk berat. “Lo tau cerita tentang dia, kan?”
        Himchan mengangguk setuju. “Kalo gue jadi lo, Mas, gue juga bakal ngelakuin hal yang sama. Nanti juga gue bakal bantu bilang ke ibu. Jongup sama Daehyun juga pasti akan dukung niat baik lo, Mas.”
        “Makasih banyak, Him.” Yongguk menepuk lengan Himchan sebagai tanda berterima kasih pada adiknya itu. Dan kemudian, mereka memanggil pelayan untuk memesan makanan.
        Beberapa menit setelah Yongguk dan Himchan mulai menikmati makan siang mereka, ada 2 orang pria yang menghampiri. Mereka berpenampilan serba hitam seperti intel. Yongguk dan Himchan saling tatap penuh tanya.
        “Anda yang bernama Yongguk?” tanya salah satu dari mereka.
        “Saya Yongguk,” kata Yongguk mengakui.
        “Segera ikut kami ke rumah keluarga dokter Junhyung,” timpal pria satunya lagi.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar