Kamis, 08 Mei 2014

Oh My School (chapter 3)


"Don’t Say Anything”

Author      : N-Annisa (@nniissaa11)
Cast          :
·        Jung Hyerim (A-Pink)
·        Kim Seok Jin (BTS)
·        Kim Himchan (BAP)
·        Yook Sungjae (BtoB)
·        Jung Taekwoon (VIXX)
·        Jung Ho Seok (BTS)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Oh Hayoung (A-Pink)
Genre       : Life school, teen romance, tragedy
Length      : Chapter

***

         Kibum membawa Jungkook ke sebuah ruangan kosong di lantai 3. Sebuah kelas yang dulunya menjadi ruang musik. Namun sekarang hanya tersisa sebuah piano usang di tengah ruangan dan beberapa kursi yang tergeletak sembarangan.
        Selang beberapa menit kemudian, pintu ruangan tersebut terbuka. Beberapa siswa cowok menerobos masuk. Sebut saja Jonghyun, Howon, Dongwoo, dan Jinki.
        “Ada apaan sih, Bum? Penting banget emang?” protes Dongwoo yang terlihat cukup terpaksa untuk datang ke sana.
        “Eh, kenapa nih anak kelas 2?” tanya Jonghyun saat mendapati Jungkook juga berada di sana. Tertunduk seperti dia adalah tawanannya Kibum.
        “Nih anak tau tentang apa yang terjadi sama Himchan.”
        “Serius lo, Jung?” desak Howon yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya. “Emangnya apa yang terjadi sama Himchan selama ini?”
        “Bener dia kecelakaan?” seru Jinki tak kalah penasaran juga.
        Jungkook menatap satu-persatu kakak kelas di hadapannya. Ia masih bingung harus memulai dari mana untuk bercerita. Namun untungnya, para siswa kelas 3 tersebut tetap sabar untuk menunggunya.
        “Sebenernya…” kata Jungkook memulai. Tapi ia tidak langsung melanjutkan ucapannya lagi. Sementara Kibum dan yang lain mulai mempersiapkan diri untuk apa yang akan mereka dengar setelah. Namun Jungkook masih saja menatap satu-persatu kakak kelasnya dan tak kunjung melanjutkan ceritanya.
        “Jungkook!” tegur Jinki tak sabar untuk menunggu lebih lama lagi. Jungkook sampai tersentak di buatnya.
        “Iya… iya…. Kak Himchan tuh…”

***

        “Kak Himchan tuh kena amnesia dan penyebabnya bukan karena kecelakaan. Tapi…”
        Seok Jin dan Hayoung sontak menghentikan langkah mendengar ucapan Jungkook yang terdengar sampai ke luar ruangan. Mereka saling melempar tatapan dan berniat mencuri dengar obrolan para siswa yang berada di dalam sana.
        “Sssttt…” beberapa dari mereka terdengar berdesis karena suara keras Jungkook. Kibum dan Jinki sampai melempar tatapan mereka ke arah pintu. Takut-takut jika ada yang mendengar mereka meski kemungkinannya kecil. Namun sebenarnya ketakutan Kibum dan Jinki sudah terjadi. Seok Jin bersama Hayoung sedang mengawasi mereka dari luar.
        “Lanjutin, tapi jangan keras-keras ngomongnya,” kata Kibum seperti memerintah.
        “Jadi, ada yang mukulin Kak Himchan. Tapi nggak ada yang tau itu siapa dan kenapa,” jelas Jungkook akhirnya.
        “Lo bagaimana bisa tau semuanya?” tanya Howon.
        “Kakak laki-laki gue dokter. Dan pas pertama kali Kak Himchan di bawa ke rumah sakit, gue kebetulan lagi ada di sana. Karena ngerasa kenal, gue penasaran dan nanya-nanya ke Bang Donghae,” lanjut Jungkook.
        “Tapi kenapa berita yang nyebar, justru tentang kecelakaan?” Dongwoo juga tak bisa menahan rasa penasarannya.
        Jungkook hanya mengangkat ke dua bahunya. “Tapi gue minta kalian nggak ada yang ngebocorin cerita ini ke siapa pun. Terutama Kak Hyerim dan Kak Himchan,” pinta Jungkook.
        “Iya, kita janji. Udah lo tenang aja,” ujar Kibum tanpa pikir panjang. Sementara yang lain langsung menyetujuinya.
        “Setau gue sih hubungan Kak Himchan dan Kak Hyerim ditentang keras sama keluarganya Kak Himchan.” Jungkook berkata lagi.
        “Oh, kalo itu emang bener, sih. Hampir satu sekolah udah tau semua.” Jonghyun tampak membenarkan ucapan Jungkook. “Mungkin karena status sosial mereka yang lumayan jauh.”
        “Padahal gue ngiri banget loh sama mereka.” Howon ikut menimpali ucapan Jonghyun.
        “Dan orang tuanya Kak Himchan emang manfaatin banget keadaan Kak Himchan yang amnesia. Semua fakta yang ada di kehidupan Kak Himchan diputar balikkan. Tentang sekolah, teman, dan terutama tentang Kak Hyerim.”
        Hayoung yang sudah tidak bisa menahan diri, tiba-tiba menerobos masuk ke dalam. Seok Jin bahkan tidak mampu mencegahnya. Cowok itu justru ikut menyusul Hayoung. Tak lupa, ia juga menutup pintu dibelakangnya untuk mengurangi diketahui orang lain lagi.
        Semua orang yang ada di sana tersentak atas kedatangan Hayoung bersama Seok Jin. Kibum bahkan sampai berdiri. Namun dengan tegas Hayoung mendorong tubuh cowok itu untuk sendikit menyingkir karena menghalangi langkahnya.
        “Hayoung!” seru Seok Jin sambil menahan ke dua pundak cewek itu yang dengan tegas melangkah menuju Jungkook.
        Jungkook sampai berdiri mendapai Hayoung mentapnya sangat tidak bersahabat. Tentu ada rasa sedikit takut ditatap seperti itu oleh salah satu teman sekelasnya tersebut.
        “Bagaimana bisa lo berkata seperti itu, Jung!” seru Hayoung. Tatapan cewek itu masih menatap lurus ke dalam mata Jungkook.
        “Gue emang minta kakak gue buat nyeritain semuanya. Dan lo bisa percaya sama gue,” ujar Jungkook penuh keyakinan. Ia berusaha untuk tidak merasa takut, karena yang semua yang ia ucapkan memang benar adanya.
        Seok Jin melempar tatapan pada semua teman sekelasnya. “Gue harap rahasia ini aman. Jangan sampe ada lagi yang tahu tentang ini,” tegasnya.
        “Apa lo bakal cerita ke Hyerim?”
        Seok Jin menoleh ke tempat Kibum berada. “Kita liat nanti. Soalnya ini menyangkut masalah Hyerim.” Setelah itu, Seok Jin tampak menggamit lengan Hayoung dan berniat membawa cewek itu pergi dari sana. Namun Hayoung seperti enggan menuruti Seok Jin. “Bukannya lo pengen ngomong sesuatu ke gue? Sekarang, atau gue akan berubah pikiran.” Dengan satu kali tarikan, Seok Jin membawa Hayoung ke luar dari ruangan itu. Sekaligus untuk mengalihkan pikiran Hayoung tentang cerita Jungkook.

***

        “Mentang-mentang sekolah makin sepi, jadi punya tempat enak buat berduaan, nih.”
        Jimin dan Luna sontak menjauhkan tubuh mereka. Ke duanya bahkan kompak menyeka bibir mereka masing-masing. Mereka menatap kesal ke tempat Sunggyu berada.
        Himchan yang melihat Sunggyu ingin melangkah masuk, langsung menahan pundak temannya itu. “Lo mau ngapain? Kita cari tempat lain aja.”
        “Him!” seru Luna sebelum Himchan benar-benar menyeret Sunggyu pergi bersamanya. “Kalian aja yang di sini. Gue sama Jimin udah selesai.”
        “Nggak usah. Gue sama Sunggyu aja yang pergi,” tolak Himchan. Ia juga merasa tak enak dengan perbuatan Sunggyu. “Sorry kalau tadi Sunggyu jahil.”
        Sunggyu sudah ingin melancarkan protes, namun Himchan sudah lebih dulu memaksanya pergi dari sana.
        “Di sini tuh udah biasa gangguin orang pacaran. Apalagi pasangan Jimin Luna,” seru Sunggyu sedikit kesal karena kehilangan sebuah moment berharga baginya saat mereka berjalan di koridor sepi lantai 4 gedung A.
        Himchan menggeleng tegas. Ia tetap menolak ide gila temannya itu. Sementara Sunggyu hanya bisa bungkam. “Ya iya lah, Him. Di sini nggak ada yang berani ganggu hubungan lo sama Hyerim,” gumam Sunggyu dalam hati.
        “Cewek tadi temen sekelas kita, kan?” tanya Himchan dan hanya di jawab dengan sebuah anggukan singkat. “Kalo cowoknya? Perasaan gue nggak liat dia di kelas.”
        “Jimin anak kelas 2.”
        “Oh,” ujar Himchan, pendek sambil terus tetap berjalan.
        “Eun Ji!” Teriakan seseorang sontak menghentikan langkah Sunggyu dan Himchan. Mereka saling melempar tatapan.

***

        “Gue ke toilet bentar,” pamit Hyerim.
        “Mau ditemenin, nggak?” goda Minhyuk yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Hyerim. Sementara cowok itu justru terkekeh geli melihatnya.
        Ada seseorang yang melihat Hyerim masuk ke dalam toilet. Dan ia menunggu sampai Hyerim kembali ke luar. Tidak terlalu lama untuk menunggu Hyerim muncul. Lalu orang itu berjalan mendekat.
        Terdengar suara jeritan tertahan dari mulut Hyerim karena orang tadi membungkam mulut Hyerim. Cowok tinggi itu membawa Hyerim menjauh dari sana. Tepatnya ujung koridor, dan ia membawa Hyerim menaiki lantai 4 gedung A.
        “Siapa lo?” seru Hyerim. Beruntung dengan paksaan dari Seok Jin yang memakaikannya softlens, Hyerim bisa melihat dengan jelas wajah dingin cowok di depannya.
        “Jangan bercanda,” ujar cowok itu dengan nada meremehkan. Sungjae. “Nggak mungkin kamu nggak kenal aku?”
        “Oke. Lo anak baru di kelas 2. Dan hal itu nggak mungkin luput dari pemberitaan di kelas 3,” kata Hyerim akhirnya, mengalah. Karena memang tidak mungkin ada hal kecil yang bisa ditutup-tutupi di sekolah ini. Terlebih jika berita tentang anak baru.
        Namun tampaknya Sungjae seperti tak puas dengan jawaban Hyerim. “Apa kamu nggak kangen sama aku? Cowok kamu sendiri. Aku bahkan udah nyingkirin Minho beserta ingatannya tentang kamu dengan tanganku sendiri.”
        Hyerim justru mengerutkan kening mendengar semua ucapan yang ke luar dari bibir Sungjae. “Minho siapa, lagi? Gue nggak kenal. Dan gue juga nggak kenal lo, anak baru.”
        “Eun Ji!” pekik Sungjae yang sudah tidak bisa menahan diri. Ia bahkan sampai mendorong tubuh Hyerim hingga membentur loker kosong di belakang cewek itu.

***

        “Kok Kak Hyerim lama, ya?” ujar Ho Seok dalam hati. Ia sudah tidak betah di sana. Lagi pula, jika ia menyingkir dari sana, tidak akan ada yang merasa kehilangan. Minhyuk sedang menikmati untuk menggoda Krystal. Sementara Youngjae juga sedang melancarkan aksi pendekatannya pada Jinri. Tersisa dia seorang diri. “Gue ke luar bentar,” kata Ho Seok yang tanpa menunggu respon dari siapa pun untuk beranjak dari sana. Meninggalkan alat-alat tulis miliknya juga di sana.
        Minhyuk, Krystal, Youngjae, dan Jinri hanya menatap punggung Ho Seok yang semakin melangkah menjauh. Mereka tidak ada yang menanyai tujuan cowok itu pergi.
        “Kak Hyerim ke mana, sih?” Ho Seok tampak bicara seorang diri di koridor yang sepi tersebut. Ia tiba di depan pintu toilet perempuan di  lantai 3. Tepat dengan munculnya Chorong dan Bomi dari dalam sana.
        “Ngapain lo, Seok? Mau ngintip, ya?” tuduh Bomi.
        “Enak aja!” Cowok itu melancarkan protes keras atas tuduhan Bomi padanya. “Gue nyari Kak Hyerim. Dia ada di dalam, nggak?”
        “Nggak ada siapa-siapa, Seok. Cuma gue sama Bomi aja,” jawab Chorong dengan lembut. “Kita duluan ya” pamit cewek itu kemudian.
        Sementara Ho Seok membalikkan badan dan kembali melangkah. Saat melintasi anak tangga yang mengarah ke lantai 4, cowok itu berhenti. Ia bahkan sampai menatap ke atas. Namun Ho Seok tidak langsung memijakkan kaki di sana.
“Tapi kalo emang iya di atas, Kak Hyerim mau ngapain? Kak Seok Jin kan lagi ke luar sama Hayoung?” Cowok itu berdebat dengan pikirannya sendiri. “Apa Kak Seok Jin ngabarin Kak Hyerim untuk nyusul, ya? Secara mereka kan emang deket banget,” pikirnya lagi.
        Ho Seok akhirnya menapakkan kaki di anak tangga terbawah. Namun buru-buru ia menariknya kembali. “Nggak enak akh kalo emang Kak Hyerim beneran nyamperin Kak Seok Jin sama Hayoung.” 
Cowok itu akhirnya memilih berbalik. Tepat sebelum seseorang berteriak, “Eun Ji!”
        Sontak saja Ho Seok melesat menaiki 2 anak tangga sekaligus. Di atas sana ia menemukan Sungjae yang menahan pundak Hyerim. Padahal cewek itu sudah tersudutkan ke tembok. “Sungjae!” pekik Ho Seok dan tak tanggung-tanggung, ia sampai mendorong cowok itu agar menjauh dari tubuh Hyerim.
        Sungjae menatap Ho Seok penuh kebencian. Dan tanpa bicara apa-apa lagi, cowok itu menuruni anak tangga. Bersamaan dengan kemunculan Sunggyu yang disusul Himchan beberapa saat kemudian.
        “Rim, lo gapapa?” tanya Sunggyu cukup mengkhawatirkan teman sekelasnya itu. Sementara Himchan tampak memperhatikan punggung Sungjae yang semakin melangkah menjauh tanpa sempat melihat wajah dingin cowok itu.
        Hyerim sempat mengawasi wajah Himchan yang tidak menyiratkan apa-apa. “Gue gapapa kok, Gyu. Makasih udah khawatir.” Cewek itu lalu melirik Ho Seok yang tentu terlihat lebih khawatir. “Lo juga. Makasih udah nolong gue dari anak baru itu.”
        “Gimana ceritanya lo bisa sama Sungjae? Mana Kak Seok Jin sama Hayoung?” cecar Ho Seok yang semakin tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya pada cewek itu.
        “Gyu, gue ke bawah duluan ya,” kata Himchan yang menginterupsi jawaban Hyerim.
        Sunggyu tampak memberikan tatapan membunuh untuk Ho Seok karena masih ada Himchan di sana. Walau bagaimana pun keadaan cowok itu. Sebelum akhirnya menyusul Himchan yang sudah melesat ke bawah melalui tangga.
        “Maaf, Kak!” Ho Seok berseru menyesal.
        “Balik ke perpus aja, Seok.” Hyerim melangkah terlebih dulu sebelum akhirnya Ho Seok menyusul.

***

        “Young! Lo mau bawa gue ke mana, sih?” teriak Seok Jin yang tidak berhasil menghentikan langkah Hayoung yang membawanya menuju bagian belakang sekolah yang tentu saja sepi. Wajar saja jika banyak tempat-tempat sepi di SMA Paradise.
        Beberapa meter di depan mereka, ada seorang cowok berdiri bersandar pada tembok pembatas sekolah. Cowok itu hanya mengenakan jins dan jaket sport.
        Seok Jin melebarkan matanya saat wajah cowok itu semakin terlihat jelas. Ia bahkan sampai mendahului Hayoung melangkah. “Taekwoon? Gila lo! Lo nggak sekolah, apa?” cecar Seok Jin yang ternyata mengenal cowok tersebut.
        “Besok gue sekolah kok, Jin.” Taekwoon tampak menjawab santai. “Hayoung yang nyuruh gue ke sini.”
        Mendengar Taekwoon menyebut nama Hayoung, segera saja Seok Jin mengalihkan tatapan pada cewek itu. Hayoung terlihat seperti masih memikirkan ucapan Jungkook beberapa menit lalu.
        Taekwoon tampak mengambil sesuatu dari dalam jaketnya. “Lo yakin dia anak baru di kelas lo?” tanya Taekwoon sambil menyerahkan selembar foto pada Hayoung.
        Hayoung segera menyambar benda itu. Sementara Seok Jin tampak tertarik dan ingin tahu foto siapa yang dimaksud Hayoung dan Taekwoon. Namun Hayoung sudah lebih dulu meremas foto tersebut.
        “Ternyata bener!” seru Hayoung.
        “Eh, gue belum liat!” protes Seok Jin yang bahkan sudah merebut gumpalan foto tersebut dari tangan Hayoung. Ia memperhatikan dengan teliti foto yang sudah banyak terdapat bekas lipatan akibat perbuatan Hayoung tadi. “Anak baru itu, ya? Emang dia kenapa?”
        Taekwoon tidak langsung menjawab. Ia justru melempar tatapan pada Hayoung.
        “Jungkook tau kalo Kak Himchan amnesia bukan karena kecelakaan. Tapi karena dihajar abis-abisan sama…” Hayoung sontak saja kehilangan kata-katanya.
Sementara Taekwoon langsung melebarkan matanya. “Apa lo bilang? Jungkook? Anak kelas 2 temen sekelas lo itu? Dia tau dari mana?” Taekwoon mendesak dengan tidak sabar.
        “Jadi, yang diomongin Jungkook itu bener?”
        Taekwoon dan Hayoung hanya melirik kompak ke tempat Seok Jin berada tanpa ada yang berniat membenarkan pertanyaan cowok itu.

***

        Ho Seok menahan tangan Hyerim yang berjalan cepat di depannya. “Istirahat di UKS. Nanti gue yang ngabarik Kak Seok Jin atau Kak Minhyuk,” putus Ho Seok.
Hyerim sendiri juga tak ingin membantah. Ia hanya pasrah tangannya di bawa oleh Ho Seok menuju lantai 1. Dan konyolnya, Ho Seok melalui koridor di depan kelas mereka. Tentu saja itu semua sukses membuat heboh suasana kelas. Terlebih para siswa sudah hampir kembali ke kelas karena jam istirahat mereka sudah habis.
        Mata Hyerim tampak bertemu dengan mata Himchan. Namun pemuda itu masih saja merespon datar seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
        “Hyerim kenapa jadi ketularan Luna, suka sama berondong?” seru Dasom yang juga melihat kejadian tersebut.
        “Gue jadi pengen ngelirik berondong juga,” sahut Bomi. “Antara Taemin, Junhong sama Youngjae, siapa ya yang mau gue pilih?” candanya dengan tatapan pura-pura menerawang.
        “Jangan Youngjae. Itu udah hak patennya Bu Victoria,” ujar Dasom seolah mengingatkan. Sementara Bomi hanya terkekeh meresponnya.

***

        “Kenapa lo berdua ngerahasiain ini dari gue? Terutama Hyerim, deh!” Seok Jin melancarkan protes keras pada dua orang di hadapannya itu. “Selama ini dia menderita gara-gara di usir dari rumah sakit oleh keluarga Himchan. Padahal dia cuma pengen jenguk Himchan aja.”
        “Kita nggak punya bukti kuat untuk masalah itu. Soalnya kamera gue berhasil dirusakin Sungjae,” kata Taekwoon membela diri. “Dan gue nggak tau anak itu masih ngenalin gue atau nggak.”
        “Gue sama Kak Taekwoon juga yang ngebawa Kak Himchan ke rumah sakit,” lanjut Hayoung.
        Taekwoon tampak menghela napas, kasar. “Kejadiannya setelah keluarga Himchan narik semua saham di sekolah ini.”

Flashback… (6 bulan lalu)
        “Gue ampe kering nunggu lo di luar!” protes Hayoung pada seseorang melalui telepon. Cewek itu melangkah cepat memasuki gedung sekolahnya. SMA Paradise. Kondisi lapangan sekolah saat itu belum dalam keadaan ‘tersegel’.
        Sementara di dalam gedung, Taekwoon tampak mengintip ke dalam sebuah ruangan dengan posisi ponsel yang masih menempel di telinganya. “Gue liat Himchan sama seorang cowok. Nggak tau siapa. Tapi gerak-geriknya mencurigakan. Nanti gue telpon lagi,” bisik Taekwoon dengan suara sepelan mungkin lalu memutuskan panggilan.
Buru-buru Taekwoon mengaktifkan kamera digital yang tadi ia bawa dalam saku jaketnya dan mengarahkan lensanya ke dalam kelas tersebut. Kemudian cowok itu berniat pergi dari sana. Namun langkahnya kalah cepat oleh Sungjae yang ternyata juga menaruh curiga pada cowok itu.
        “Serahin kamera lo!” ujar Sungjae dingin namun benar-benar menyiratkan sebuah ancaman. Belum lagi tangan dan bajunya cukup berlumuran darah. Sungjae tampak seperti pembunuh berdarah dingin.
        Taekwoon melangkah mundur. Tentu saja berusaha menghindari Sungjae. Namun sialnya, jarak mereka yang tidak terlalu jauh, dan kaki Sungjae yang cukup panjang memungkinkan cowok itu menendang Taekwoon tepat di wajah. Kamera pun terlempar dan Sungjae tak menyia-nyiakan untuk menginjaknya hingga hancur dibeberapa bagian.
        “Nggak akan ada yang bisa nolong seorang cowok yang merebut pacar orang!” Setelah berkata, Sungjae berlalu begitu saja. Ia bahkan melangkah melewati tubuh Taekwoon yang masih tersungkur di lantai.
        “Himchan!” seru Taekwoon teringat seseorang bersama Sungjae tadi. Ia lalu bangkit sambil memegangi pipinya yang memar akibat terhantam sepatu Sungjae.
        Ternyata Hayoung juga melihat kejadian itu. Saat Sungjae masih sempat memukuli Himchan. Cewek itu melihatnya dari jendela luar. Beruntung karena Sungjae menggunakan ruang kelas yang berada di lantai dasar. Setelah melihat Taekwoon memasuki kelas, Hayoung kemudian berniat menyusul. Ia bahkan sempat melihat Sungjae, namun buru-buru menyembuyikan diri di balik tembok tempat ia muncul tadi. Cewek itu bahkan sempat menangkap noda darah dipakaian Sungjae.
        Setelah merasa aman, Hayoung kembali melanjutkan langkah menyusul Taekwoon. Ia menemukan cowok itu sudah membopong Himchan ke luar dari kelas. Kondisi Himchan cukup mengkhawatirkan. Wajahnya penuh darah. Begitu pula dari belakang kepalanya.
        Mereka membawa Himchan menuju mobil Taekwoon. Namun mereka kembali ke dalam sebelum ada yang melihat untuk membersihkan bercak darah di lantai kelas yang digunakan Sungjae untuk menghajar Himchan tadi.
Flashback end…

        “Jangan bilang kejadian itu berlangsung di gedung B ruang kelas 2C?” seru Seok Jin memastikan.
“Gimana lo bisa tahu?” desak Taekwoon yang cukup terkejut dengan tebakan Seok Jin yang sangat tepat sasaran.
“Sehari sebelum gedung B di non active-kan, kelas gue di situ. Itu juga hari terakhir gue ngeliat Himchan di sekolah sebelum dia nggak ada kabar. Dan besoknya gue ke sana lagi karena ada buku gue yang ketinggalan. Gue nyium bau darah. Dan di tembok juga ada bercaknya sedikit. Tapi gue nggak berani cari tahu karena kondisi sekolah kita aja lagi memprihatinkan,” jelas Seok Jin panjang lebar.
        “Lo bener, Jin. Kalo sampai ada kasus baru, gue yakin sekolah ini bakal bener-bener ditutup,” kata Taekwoon mendukung keputusan Seok Jin saat itu.
        “Ya udah, Kak. Kayaknya kita udah masuk. Gue ada pelajaran Pak Doojoon hari ini. Nggak enak kalo dateng telat,” ujar Hayoung. “Ayo, Kak!” Kemudian ia tampak mengajak Seok Jin untuk mengikutinya pergi.
        Seok Jin tak langsung menuruti Hayoung karena ia seperti masih penasaran pada Taekwoon. “Lo nggak udah pindah sekolah kan, Woon?” tanyanya penuh curiga.
        Taekwoon tampak terkekeh geli. “Lo liat aja besok,” ujarnya jahil sebelum balik badan dan bersiap melompati tembok sekolah lagi seperti saat ia datang ke sana tadi.

***

        “Eun Ji!” Sungjae menerobos masuk ke dalam UKS. “Kamu gapapa? Kenapa bisa ada di sini?” tanya cowok itu over protective.
        Hyerim langsung menegakkan badan saat Sungjae baru saja muncul. Namun belum sempat Sungjae bisa meraih Hyerim, cewek itu lebih dulu menjauhkan diri dan bersembunyi di balik tubuh Ho Seok. “Mau apa lagi, lo!”
        “Aku khawatir sama kamu, Ji!” kata Sungjae kembut. Ia bahkan sudah mengulurkan tangannya.
        “Nggak!” tegas Hyerim. Ia bahkan sampai tega mendorong tubuh Ho Seok hingga menubruk Sungjae agar menghambat pergerakan cowok itu. Karena kini Hyerim sudah melesat ke luar ruangan UKS.
        Ho Seok sekuat tenaga untuk menghalangi tubuh Sungjae yang kini tertindih olehnya. “Cepet lari, Kak!” seru Ho Seok.
Tentu saja perbuatan cowok itu menyulut amarah Sungjae. Sekuat tenaga Sungjae menjauhkan tubuh Ho Seok dari atas tubuhnya. Ia lalu bangkit dan berisap pergi. Namun Ho Seok juga tak ingin kalah begitu saja. Ho Seok juga tampak bangkit lalu memeluk pinggang Sungjae sebagai usaha menahan cowok itu agar tidak bisa mengejar Hyerim.
        Sungjae tentu saja memberontak. “Lepasin gue!” Dan satu sikutan berhasil bersarang pada rusuk Ho Seok hingga cowok itu tidak sanggup untuk menahan Sungjae lebih lama lagi.

***

        “Seok Jin!” jerit Hyerim saat berlari menuju lantai 2. Ia melesat secepat mungkin tanpa ingin menoleh ke belakang. Beruntung Seok Jin juga tampak memunculkan diri dari lantai bawah bersama Hayoung yang mengikuti di belakangnya.
        Seok Jin yang melihat kepanikan Hyerim, segera menghampiri cewek itu yang berlari ke arahnya. “Lo kenapa, Rim?” Kepanikan Seok Jin bertambah saat mendapati Hyerim memeluk tubuhnya dengan erat.
        Sialnya, kejadian tersebut kembali terjadi di depan kelas yang berpenghuni. Dan tentu saja tidak akan pernah luput dari seluruh penghuni di ke dua kelas yang ada. Belum lagi karena teriakan Hyerim saat menyebut nama ‘Seok Jin’ tadi yang menjadi awal mula mereka menjadi sorotan.
        “Kayaknya tadi Kak Hyerim gandengan sama Ho Seok? Eh, sekarang pelukan sama Kak Jin,” komentar Krystal yang berdesak-desakan dengan beberapa teman sekelasnya yang mengintip dari jendela. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani menghampiri secara langsung. “Jadi ngiri. Kapan ya, gue sama Pak Doojoon bisa begitu?” ujarnya lirih. Tentu saja ia sambil sedikit mengkhayal.
        “Tunggu sampe Pak Doojoon ngasih lo undangan pernikahannya sama cewek lain,” sahut Namjoon jahil. Ia adalah teman semeja Jungkook.
        “Kok lo jahat sih, Nam?” protes Krystal.
        “Kalo Pak Doojoon nolak cintanya neng Krystal, abang Woohyun bersedia jadi pengganti Pak Doojoon kok buat neng Krystal,” rayu Woohyun dengan kata-kata mautnya yang sukses membuat Krystal seperti ingin muntah.
        Cewek itu bergidik ngeri, lalu berbalik untuk kembali ke kursinya.
        “Tungguin abang, neng.” Woohyun tampak mengejar cewek itu.
        Sementara di tempatnya berada, Jungkook hanya diam tanpa ada minat sedikit pun untuk melihat apa yang menjadi pusat perhatian teman-temannya. “Apa Kak Hyerim udah berpaling ke Kak Seok Jin?” pikirnya. Mengingat ia termasuk salah satu dari beberapa orang yang mengetahui tentang kejadian yang dialami Himchan yang tentu saja cukup berkaitan dengan Hyerim.

***

        Jonghyun memutar badannya ke belakang. Ke tempat Himchan berada. “Catetan pelajaran Pak Hyunseung pas jam pertama.” Cowok itu meletakkan buku tulisnya di atas meja Himchan.
        Jonghyun dan yang lain—semua yang sempat mendengar cerita Jungkook di ruang musik—sepakat mengajak semua teman sekelasnya untuk bekerja sama memperlakukan Himchan seperti tidak pernah terjadi apa-apa dengannya sebelum ini. Beruntung hal tersebut tidak terlalu sulit dilakukan.
        Himchan hanya mengangguk dan menuruti saran dari temannya itu.
        “Lo liat anak cowok yang lagi ngepel toilet kan, tadi?” tanya Kibum yang juga ikut memutar badannya.
        “Anak kelas 2, bukan?” Himchan justru balik bertanya untuk memastikan ingatannya tentang Jungkook.
        “Dia korban pertama Pak Hyunseung hari ini,” kata Jonghyun dengan suara dibuat seserius mungkin. Kibum sontak seperti menahan tawanya saat melihat wajah serius yang ditunjukkan Himchan.
        Sedetik kemudian, suasana sontak berubah sepi. Himchan yang sudah membuka bukunya, kemudian mendongak untuk memastikan apa yang membuat suasana kelasnya berubah. Dari balik jendela, semua bisa melihat Hyerim memeluk Seok Jin.
        Kibum menyenggol lengan Jonghyun karena ia melihat perubahan aneh di wajah Himchan. Jonghyun juga seperti memberi kode pada teman-temannya yang lain.
        Salah satu hal yang membuat kelas menjadi sunyi adalah karena ada Himchan di sana. Jika tidak, Seok Jin dan Hyerim akan menjadi bahan candaan oleh yang lain seperti saat Hyerim bersama Ho Seok tadi. Namun untungnya saat itu Himchan sedang tidak berada di kelas.
        Tak lama Seok Jin masuk bersama Hyerim. Cowok itu mendahului dan langsung melesat menuju mejanya. Ia mengatakan sesuatu pada Dongwoo. Awalnya Dongwoo seperti menolak, begitu juga dengan Minhyuk saat Seok Jin kembali dan membawa Hyerim untuk ikut bersama di mejanya.
        Sesaat tatapan Himchan tertuju pada Hyerim. Namun ia sendiri tidak tahu apa yang membuatnya seperti mencurigai Hyerim. “Ada yang aneh sama tuh cewek.” Lalu saat sedikit menggeser pandangannya, tatapan Himchan bertemu dengan tatapan Sunggyu yang melihatnya khawatir. Himchan hanya tersenyum dan menggeleng lemah seakan mengatakan bahwa tidak ada hal yang harus dikhawatirkan temannya itu.
        Setelah Hyerim bisa dipastikan bertukar tempat dengan Dongwoon, Himchan berusaha mengalihkan pikirannya dengan menyalin catatan yang diberikan Jonghyun padanya tadi.
        Himchan seperti penasaran dengan Hyerim. Ia sempat mencuri pandang pada cewek itu. Dan yang ia lihat, Hyerim sedikit mengalami perubahan di ekspresi wajahnya. Cewek itu terlihat lebih tenang.
        “Si ketua kelas itu pacarnya?” pikir Himchan dalam hati.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar