Jumat, 14 Juni 2013

BLUE FLAME BAND (part 5)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun (2PM)
·        Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Yoona (SNSD)
·        Minho (SHINee)
·        Yunho (TVXQ)
·        Yong Hwa (CN Blue)
Genre               : romance
Length              : part

***

        “Maaf jika mengganggu,” ujar Joon yang memulai basa basinya. Ia masih berdiri di luar pintu apartmen Hye Ra. “Kau tau kalau di luar hujan cukup deras. Sangat berbahaya menyetir dalam kondisi itu. Dan aku sempat melihat mobil Doojoon masuk ke daerah apartmen ini. Ku pikir dia mengunjungi temannya, jadi aku menyusul sekalian ingin menumpang berteduh,” jelasnya mengenai kronologi ia bisa sampai di tempat itu.
        Hye Ra diam dan tampak berpikir dengan semua yang diceritakan Joon. Meski terakhir kali bertemu Joon meninggalkan kesan yang buruk, tapi Hye Ra tidak tega melihat pemuda itu yang sudah menggigil kedinginan. “Masuklah,” ajak Hye Ra akhirnya.
        Joon tampak mengukir senyum meski bibirnya sedikit bergetar karena menahan dingin.
        “Kau tunggu sebentar. Aku akan mengambilkan handuk untukmu mengeringkan badan,” ujar Hye Ra sebelum meninggalkan Joon yang masih berdiri di dekat pintu.
        Sejak awal Joon masuk, Doojoon sudah mengawasinya dari tempat ia duduk. Dan akhirnya tatapan merekapun bertemu. “Kenapa kau bisa ada di sini, hyung?” tanya Doojoon penuh selidik saat Hye Ra tidak berada di sana.
        Joon menghembuskan napas keras dari mulut. Ia masih sangat kedinginan. “Aku yakin kau telah mendengar alasan yang ku ceritakan pada Hye Ra,” jawab Joon datar.
        Doojoon tidak sempat melancarkan serangan lagi karena Hye Ra terlebih dulu muncul dan segera mendekati Joon yang masih berdiri dengan pakaian basah.
        “Cepat ganti pakaian. Kau bisa sakit jika memakai pakaian basah seperti itu,” ujar Hye Ra setelah mendaratkan paksa barang-barang yang ia bawa ke dalam pelukan Joon. Gadis itu lalu meninggalkan Joon sebelum pemuda itu berkata apapun.
        Hye Ra berjalan di belakang sofa yang di duduki Doojoon. Sementara Joon sudah melesat ke kamar mandi. Pemuda itu dengan cepat menarik tangan Hye Ra duduk di sampingnya sebelum gadis itu melangkah menuju meja bar mini tempat laptopnya berada.
        “Bukankah kau sangat menghindari Joon? Tapi kenapa kini kau terlihat sangat baik padanya?” Tanya Doojoon sedikit berbisik. Terdengar menyelidik dan terkesan seperti tak suka dengan kehadiran Joon di tengah-tengah mereka.
        Hye Ra menatap Doojoon datar untuk menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya. “Semoga Joon tidak cerita tentang pertemuan kami di supermarket itu pada Doojoon,” ujarnya dalam hati. “Apa kau tidak lihat dia kedinginan?” Tanya Hye Ra sedikit tajam agar ia tidak terlihat gugup. “Bukan hanya Joon. Aku juga akan melakukan itu pada siapapun yang berada di posisinya tadi,” lanjutnya untuk membela diri kemudian beranjak menuju dapur.
        Joonpun telah kembali dengan mengenakan pakaian kering sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Ia duduk tepat di samping Doojoon. Tempat yang baru saja ditinggalkan Hye Ra.
        “Apa kau tidak memiliki teman yang tinggal di dekat sini? Dan kenapa kau harus mengikutiku?”
        Joon melirik Doojoon yang masih tampak tak menerima kehadirannya di sana. “Ada.”
“Kenapa kau tidak ke rumah temanmu itu saja? Lagipula, jarak waktu dari saat aku dan kau sampai itu tidak terlalu dekat. Aku yakin kau pasti punya motif lain.”
“Biar ku jelaskan.” Joon berusaha untuk tidak terpengaruh dengan Doojoon. “Saat aku mengikutimu, jarak kita memang dekat. Tapi saat di parkiran, aku harus mencari ruang kosong untuk memarkirkan mobilku. Setelah itu kau sudah tak terlihat. Dan aku harus mencari tempat ini sendirian. Lagi pula, temanku itu sudah meninggal. Jadi aku tidak mungkin untuk datang ke sana,” jelas Joon panjang lebar.
        Doojoon masih menatap leadernya penuh selidik. “Tapi bagaimana kau bisa tau kalau aku ke apartmen Hye Ra?” tanyanya lagi seakan belum puas dengan jawaban dari Joon.
        “Bukankah di ruang tunggu kita tadi kekasih Luhan dan Nichkhun datang? Siwan juga buru-buru pergi dan aku yakin ia ingin menemui kekasihnya juga. Begitu juga denganmu. Jadi jangan salahkan jika aku mengira kau menemui Hye Ra.”
        Doojoon mengalihkan pandangannya dari Joon karena ia sudah tidak bisa membalas kata-kata leadernya itu. Apa yang dikatakan Joon bisa saja benar. Tapi entah kenapa Doojoon masih merasa ada sesuatu yang disembunyikan Joon. Sampai akhirnya Hye Ra muncul dan membuyarkan pikirannya.
        “Ah, hyung kau pasti lapar, kan?” Tanya Doojoon dengan ekspresi berubah 1800 pada Joon ketika Hye Ra datang sambil membawa segelas susu coklat hangat. “Ini untukmu,” ujar Doojoon yang sudah menggeser sepiring pasta miliknya ke hadapan Joon.
Hye Ra meletakkan gelas di tangannya juga ke meja di hadapan Joon. Diam-diam ia melirik curiga ke arah Doojoon. Hye Ra cukup mendengar apa yang baru saja dibicarakan dua member ‘Blue Flame’ tersebut di belakangnya.
        Joon juga merasakan ada sesuatu yang janggal dari Doojoon. “Lalu kau?” tanyanya karena di meja hanya menyisakan satu piring pasta lagi.
        “Aku bisa berdua dengan Hye Ra,” seru Doojoon seperti beralasan.
        Dalam hati Joon sedikit menertawai sikap aneh yang ditunjukkan Doojoon. Ia juga sempat menangkap wajah Hye Ra yang bingung dengan ucapan Doojoon. Jika mereka benar-benar sepasang kekasih, gadis itu pasti sudah akan tersipu dengan perlakuan Doojoon.
        “Aku bisa sendiri,” tolak Hye Ra sambil merebut garpu berisi lilitan pasta dari tangan Doojoon yang berniat menyuapinya.
        Kini Joon benar-benar berusaha menyembunyikan senyumannya. “Kau pikir aku terpengaruh dengan perlakuanmu pada Hye Ra?” gumam Joon dalam hati.
        Posisi Hye Ra yang tidak benar-benar berjejer dengan Joon, membuatnya bisa leluasa mengawasi perilaku pemuda itu. Di saat yang bersamaan, Joon tampak tengah mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk. Di sanalah Hye Ra melihat Joon tersenyum. Senyuman yang tiba-tiba saja membekukan hatinya.
        Hye Ra yang sadar dari lamunan, langsung mengembalikan garpu di tangannya ke atas piring yang berada di tangan Doojoon. “Aku sambil mengerjakan tugas, ya?” ujar Hye Ra yang kini sudah berdiri.
        Joon dan Doojoon melirik Hye Ra bersamaan. Dan anggap saja itu jawaban mereka yang langsung saja di tinggalkan Hye Ra ke meja bar mini.

***

        Kesibukan terjadi di dalam sebuah ruangan yang menampung lima member ‘Blue Flame’ beserta official yang lain. Luhan tampak masih sibuk menata rambutnya di depan cermin. Hal serupa juga dilakukan Doojoon. Mereka roommate yang kompak.
        Di sudut ruangan, tampak Siwan yang mendengarkan music sambil menggerak-gerakkan stik drum di tangannya. Seolah-olah ia benar-benar sedang bermain drum.
Tak terkecuali Joon. Leder ‘Blue Flame’ itu juga sedang bersiap siap. Ia berdiri di depan cermin sambil memasang jam di tangan kirinya. Dari dalam cermin, ia mengawasi Nichkhun yang duduk di sofa. Sikap yang ditunjukkan Nichkhun cukup aneh. Pemuda itu beberapa kali tampak seperti ingin mengatakan sesuatu pada Joon, namun beberapa kali pula ia tampak mengurungkan niatnya tersebut.
        Joon yang sudah jengah melihat sikap Nichkhun, berbalik lalu menyandarkan tubuhnya ke tepi meja rias sambil melipat kedua tangannya di depan dada. “Ada yang ingin kau bicarakan?” tegur Joon akhirnya dengan tatapan luruk ke arah Nichkhun.
        Nichkhun tak langsung menjawab. Ia mengawasi Doojoon, Luhan, dan Siwan yang ternyata masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tidak ada yang mencurigainya selain Joon. Lalu Nichkhun menatap Joon mantap sambil melirikkan bola matanya ke arah pintu sebagai tanda ia ingin bicara di luar.
        Joon mengangguk samar tanda mengerti. Ia membiarkan Nichkhun lebih dulu meninggalkan ruangan. Tak lama ia menyusul setelah bisa dipastikan tak ada member lain yang mengawasinya.

***

        Hye Ra tersentak kaget saat mendengar bel apartmennya berbunyi dengan tidak sabar. Ia sendiri baru sadar jika sejak semalam ia tertidur di sofa. Saat Joon dan Doojoon pulang, Hye Ra masih melanjutkan mengerjakan tugas kampusnya hingga tertidur di sana.
        “Kau tidur jam berapa semalam?” omel seorang pemuda yang berdiri di hadapan Hye Ra sekarang.
        Hye Ra hanya mengusap wajahnya yang baru bangun tidur. “Lupa.”
        Yong Hwa hanya berdecak menanggapi sikap Hye Ra. Lalu, gadis itu menatapnya tajam. Hye Ra pasti bingung apa yang membuat Yong Hwa muncul di apartmennya sepagi ini. Karena baru bangun tidur, Hye Ra benar-benar menganggap hari masih pagi. Ia tak tau jika di luar, matahari sudah sangat tinggi.
        “Ini sudah jam sebelas!” seru Yong Hwa mengingatkan. Ia seperti mengerti dengan apa yang dipikirkan Hye Ra. “Sebentar lagi Doojoon akan tampil. Kau tidak ingin melihatnya?”
        Mata Hye Ra yang semula masih mengantuk, tiba-tiba membulat seketika. Ia lupa jika hari ini telah berjanji menonton penampilan Doojoon bersama bandnya. Hye Ra menepuk kening dan merutuki kebodohannya. “Untung kau mengingatkan.”
        “Tunggu!” teriak Yong Hwa sambil mengejar Hye Ra ke dalam. “Cuci muka saja. Tidak akan sempat jika harus mandi,” ujarnya masih sambil berteriak di tengah ruangan apartmen Hye Ra.
        “Iya,” balas Hye Ra dengan teriakan juga dari dalam kamar.
        Saat ditinggalkan seorang diri, mata Yong Hwa menyapu seluruh ruangan. Dan tatapannya terhenti pada dua piring serta dua gelas kosong di atas meja. Tidak mungkin Minho. Hye Ra telah memberi tau jika kakaknya telah kembali ke apartmennya.
        “Ayo,” pekik Hye Ra yang sukses membuyarkan pikiran Yong Hwa. Gadis itu ternyata hanya mengganti celana trening yang ia kenakan semalam dengan jins serta membawa tas yang tersampir di pundaknya.

***

        Joon menyandarkan badannya di tembok tepat di depan ruang tunggu dari bandnya. Ia menunggu Nichkhun yang berbicara terlebih dahulu sambil menenggelamkan tangan di saku celananya.
        “Kau baik-baik saja?” Tanya Nichkhun akhirnya memulai pembicaraan.
        Jelas saja Joon menautkan alisnya karena merasa aneh dengan maksud pembicaraan Nichkhun. “Apa yang kau bicarakan?” kesalnya. Lama menunggu, ternyata ia hanya mendengar Nichkhun menanyakan kabarnya.
        “Tunggu dulu,” sergah Nichkhun cepat-cepat karena Joon siap beranjak dari sana. “Ini.”
        Joon menatap bingung undangan yang sebenarnya sejak tadi berada dalam genggaman tangan Nichkhun. Ia mendongak dan menatap pemuda dihadapannya, menuntut penjelasan.
        Nichkhun menjawab lewat sorotan mata. Ia ingin Joon memastikan sendiri kebenarannya. Seakan mengerti, Joonpun merebut undangan tersebut dari tangan Nichkhun. Sesaat, tak ada reaksi berlebihan dari Joon, dan itu membuat kekhawatiran Nichkhun meningkat.
        Joon melipat kembali undangan yang baru saja dibacanya. Ekspresinya masih sama, datar. Lalu Joon mendongak dan mendapati Nichkhun yang masih mengawasinya. “Dari mana kau dapat ini?” hanya itu yang ditanyakan Joon.
        “Siwan yang membawanya semalam. Dia bilang undangan itu sudah tergeletak di depan pintu dorm,” jelas Nichkhun.
        Joon tampak mengangguk seolah menerima penjelasan dari Nichkhun. “Terima kasih,” ujar Joon lalu menegakkan badannya yang bersandar di tembok.
        Kembali, Nichkhun menghalangi langkah Joon. “Bagaimana kau menanggapi hal ini?”
        Joon tersenyum menanggapi kekhawatiran Nichkhun. Di ‘Blue Flame’, memang hanya dia dan Nichkhun yang mengetahui hal ini. “Aku sudah tau rencana pertunangan Yoona,” ujar Joon santai, namun Nichkhun sangat terkejut mendengarnya.
Joon mengalihkan tatapannya dari Nichkhun sebelum melanjutkan ucapannya karena Nichkhun bisa dipastikan sangat menuntut penjelasan kenapa Joon bisa setenang itu.
        “Mungkin ini jawaban karena aku sama sekali tak berani menyatakan perasaanku pada Yoona.” Joon memberi jeda sesaat sebelum melanjutkan ucapannya. “Anggap saja kami memang belum jodoh,” lanjut Joon sambil berusaha menyunggingkan senyumannya.
        “Syukurlah kalau ternyata kau telah menerima kenyataan ini,” ujar Nichkhun lega. Kekhawatirannya tidak benar-benar terjadi.
        Joon menghembuskan napas cukup panjang. “Terkadang, untuk mendapatkan kebahagiaan kita memang harus sedikit berkorban.”
        Nichkhun tertawa kecil saat mendengar kata-kata yang ke luar dari bibir Joon. Lantas, ia merangkul leader bandnya tersebut. “Apa itu artinya, kau telah menemukan gadis yang bisa menggantikan Yoona di hatimu?” tebaknya. “Cepat katakan siapa gadis itu?” desak Nichkhun karena Joon tak kunjung memberikan jawaban.
        “Astaga! Ternyata kalian di sini? Bermesra-mesraan pula!” tegur Luhan dengan hebohnya yang tiba-tiba muncul dari dalam ruangan. Diikuti Doojoon dan Siwan di belakangnya.
        Nichkhun dan Joon hanya tertawa menanggapi ledekan maknae mereka sambil menyingkirkan tangannya dari pundak Joon.
        Siwan mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke pergelangan tangan. “Sebentar lagi kita akan tampil, hyung,” ujarnya mengingatkan.
        “Aku ke dalam sebentar,” kata Joon. Tentu saja untuk meletakkan undangan pertunangan Yoona dan Minho.

***

        “Kita pasti sudah telat,” seru Yong Hwa sambil berlari dan menarik tangan Hye Ra agar gadis itu bisa mensejajarkan larinya. Tentu saja mereka menjadi tergesa-gesa, karena dari kejauhan mereka sudah bisa mendengar sebuah lagu mengalun. Dan bisa dipastikan lagu itu milik band ‘Blue Flame’.
        “Aku tidak bisa melihat dengan jelas,” teriak Hye Ra di telinga Yong Hwa. Jika tidak seperti itu, suaranya akan teredam suara music yang keras.
        Yong Hwa menarik tangan Hye Ra dan membawanya menerobos kerumunan hingga mereka tiba di samping panggung. Tak jauh dari tempat Siwan beraksi bersama drumnya.
        “Kau hanya ingin melihat Siwan, kan?” Tanya Yong Hwa yang juga sedikit berteriak di dekat telinga Hye Ra.
        Hye Ra mendongak tepat di saat Siwan menoleh. Pemuda itu tersenyum. Segera saja Hye Ra membalasnya meski belum tentu juga Siwan tersenyum padanya karena tidak hanya ada Hye Ra di sana. Biar bagaimanapun, itu tetap sesuatu yang menyenangkan. Terlebih bagi seorang fans terhadap idolanya.
        Gadis itu mengedarkan pandangannya ke arah panggung. Ternyata Doojoon berdiri di ujung panggung dari tempat Hye Ra berdiri dan Joon sudah berada di bagian depan panggung agar bisa berinteraksi lebih dekat dengan penonton.
        Tadi adalah lagu terakhir persembahan ‘Blue Flame’ pada acara music tersebut. lalu satu-persatu member ‘Blue Flame’ meninggalkan panggung. Siwan yang turun lebih dulu langsung saja menghampiri Hye Ra. “Kau sendiri?” tegur Siwan.
        Belum sempat Hye Ra menjawab, ponsel di dalam saku jinsnya bergetar tanda pesan masuk.

Dari : Yong Hwa
Maaf meninggalkanmu. Aku mendadak ada keperluan. Dan jangan menyalahkanku jika kau merasa aku tak berpamitan padamu. Kau terlalu terpesona dengan Siwan hingga tak mendengar ucapanku.

        “Kau dengan siapa ke sini?” Tanya Doojoon yang sudah ikut menyeruak ke hadapan Hye Ra hingga membuat Siwan sedikit tersingkirkan.
        Di ujung tangga, tampak Joon menatap malas ke arah Doojoon dan Hye Ra lalu segera meninggalkan tempat itu sebelum Doojoon atau Hye Ra menyadari keberadaannya. Tapi tampaknya Joon salah. Doojoon sudah mengawasinya sejak tadi hingga kini Joon yang sudah lebih dulu meninggalkan panggung. Tak terkecuali Hye Ra yang merasa sedikit kesal karena hanya Joon yang mengacuhkannya. Dan Luhan, dia memang yang sangat menentang hubungan Doojoon dan Hye Ra.
        “Hai…” sapa Nichkhun.
        “Hallo…” balas Hye Ra sambil tersenyum.
        “Ayo ke ruang tunggu,” ajak Nichkhun. Ia memang salah satu member yang cukup ramah. Terlebih, di mata Nichkhun, Hye Ra adalah kekasih Doojoon.
        Siwan tersenyum pada Hye Ra, namun tangannya menepuk pundak Doojoon. “Susul kami, ya.” Lalu merangkul Nichkhun dan Luhan untuk di ajak berjalan meninggalkan Doojoon dan Hye Ra.

***

        “Aku merindukanmu,” seru Doojoon yang sudah memeluk Hye Ra saat mereka telah sampai di sebuah taman.
        Sekuat tenaga Hye Ra mendorong tubuh Doojoon untuk melepaskan pelukannya. “Jangan berlebihan! Kita baru bertemu semalam.”
        Dengan sangat terpaksa Doojoon melepaskan pelukannya sambil cemberut. “Kau ke sini sendiri?” Tanya Doojoon akhirnya.
        “Dia datang denganku.”
        Baik Hye Ra maupun Doojoon menoleh bersamaan. “Kemana saja kau?” omel Hye Ra karena tadi Yong Hwa tiba-tiba menghilang.
        Doojoon sendiri sangat merasa terganggu dengan kehadiran Yong Hwa yang tiba-tiba diantara mereka.
        “Apa kau tidak membaca pesanku?” Yong Hwa balas bertanya.
        “Ikut aku,” putus Doojoon yang kini sudah menarik tangan Hye Ra dan membawanya pergi.
        “Mau ke mana?” protes Hye Ra, namun sama sekali tak digubris oleh Doojoon.
        Yong Hwa sendiri hanya tersenyum melihat pemandangan yang ada sambil mengikuti ke mana Doojoon membawa Hye Ra. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah café.
        Saat di pintu masuk, Doojoon menghentikan langkah karena menyadari Yong Hwa masih membuntuti mereka. “Apa kau tidak mau memberikan kami waktu untuk bicara berdua?” desis Doojoon. Dengan kata lain, ia meminta Yong Hwa untuk pergi.
        “Aku tidak akan mengganggu kalian,” ujar Yong Hwa santai. “Aku kekasih yang baik, kan?” tanyanya pada Hye Ra.
        Doojoon yang masih kesal, meninggalkan Yong Hwa di sana sambil membawa serta Hye Ra bersamanya. Ia membawa Hye Ra duduk di sebuah kursi yang hanya cukup untuk dua orang. Sementara Yong Hwa memilih meja yang berbeda.

***

        “Apa kau tidak mengganti pakaian sebelum menemuiku?” protes Doojoon saat ia baru menyadari Hye Ra masih mengenakan kaos yang semalam.
        “Sudahlah. Orang-orang juga tidak akan ada yang bertanya.”
        Doojoon berdecak sambil menggeleng dan tidak akan kembali membahas itu. Terlebih, ketika makanan yang mereka pesan datang. Setelah itu, Doojoon dan Hye Ra tenggelam menekuni makanan masing-masing.
        “Apa kau pernah bertemu dengan Sung Hye?”
        Pertanyaan Doojoon sukses membuat Hye Ra berhenti mengunyah makanannya. “Bagaimana aku menjawabnya?” keluh Hye Ra dalam hati. Akhirnya ia menggeleng. Hye Ra terpaksa berbohong. Lagi pula, ia kan hanya melihat Sung Hye dari jauh, sementara gadis itu belum tentu juga melihatnya.
        Doojoon menyandarkan punggungnya ke kursi dengan wajah yang cukup lesu. “Tak ada yang tersisa darinya. Ponsel, e-mail. Semuanya tidak aktiv.”
        Cerita Doojoon membuat Hye Ra kehilangan nafsu makannya. Lalu, beberapa saat keheningan menguasai mereka. “Apa setelah ini, kau akan membuka hatimu untuk gadis lain?” Tanya Hye Ra sambil tertunduk. Ia tak ingin melihat ekspresi Doojoon saat itu menanyakan hal itu.
        “Tidak tau.”
        Dalam hati, Hye Ra merutuki kebodohannya menanyakan hal itu. “Jelas-jelas cintanya Doojoon hanya untuk Sung Hye. Kenapa masih saja kau tanyakan!” omel Hye Ra untuk dirinya sendiri.
        Tiba-tiba Yong Hwa sudah berdiri di antara Hye Ra dan Doojoon. Ia menatap datar pemuda yang bersama Hye Ra tersebut. “Apa kau tidak memiliki jadwal setelah ini? Karena aku masih membutuhkan Hye Ra untuk menemaniku.”
        “Yong Hwa!” pekik Hye Ra. “Aku habiskan ini dulu.”
        Yong Hwa hanya mengangguk sambil tersenyum tipis dan menunggu sampai Hye Ra benar-benar menghabiskan makanannya. Lalu ia melirik Doojoon yang juga sedang menyantap kembali makanannya. Namun Yong Hwa bisa menebak dengan yakin bahwa Doojoon pasti sangat kesal dengan kehadirannya di sana.
        Hye Ra menumpukkan sendoknya ke atas piring yang sudah kosong. Lalu ia menenggak hingga habis minumannya. “Doojoon,” panggilnya.
        “Ya,” jawab Doojoon singkat sambil mendongak menatap Hye Ra.
        “Aku senang bisa bertemu denganmu. Lain kali, aku akan menemuimu lagi seperti ini,” ujar Hye Ra sebelum akhirnya berdiri.
        Buru-buru Doojoon juga ikut berdiri. Ia yakin, setelah ini Yong Hwa pasti akan segera membawa Hye Ra pergi dari hadapannya. “Aku ingin bicara sebentar,” seru Doojoon yang sudah menggandeng tangan Hye Ra lalu membawa gadis itu ke luar café. Tentu saja setelah ia membayar makanan mereka. Sesampainya di luar, Doojoon membawa Hye Ra sedikit menjauh dari tempat Yong hwa berada.
        “Ada apa?” Tanya Hye Ra penasaran.
        “Hmm… jika kau bertemu Sung Hye, ku mohon tanyakan nomor ponsel atau apapun agar aku bisa menghubunginya,” pinta Doojoon.
        Tentu saja Hye Ra tak langsung menjawab. Ia tersentak karena mendapati ke dua tangan Doojoon sudah menyentuh pundaknya.
        “Ku mohon.”
        Hye Ra menatap Doojoon dalam-dalam. Terpancar jelas di mata Doojoon jika pemuda itu sangat mencintai kekasihnya, Sung Hye.
Hye Ra memaksakan senyumnya. “Akan ku lakukan untukmu.”
        “Terima kasih,” seru Doojoon penuh semangat lalu memeluk Hye Ra sesaat. Kemudian ia mengecup kening Hye Ra. “Kau sahabat terbaikku,” ujarnya sebelum pergi meninggalkan Hye Ra di sana.
        Yong Hwa yang seolah tak terima melihat kejadian tadi, segera menghampiri Hye Ra. “Berani-beraninya dia menciummu di depanku!” ujarnya kesal dan hampir mengejar Doojoon karena Hye Ra sudah pergi ke arah yang berlawanan. Tentu saja ia lebih memilih untuk mengejar Hye Ra.

***


3 komentar:

  1. yahhh...
    kenapa doojoon sama joon ga berantem??
    joon kata2nya jleb banget loh.. dan doojoon langsung mingslep ga bisa bales kata2 joon.. hahahaha

    BalasHapus
  2. hahahaha
    bae2 kedengeran 2JOON... nanti............

    BalasHapus