Minggu, 23 Juni 2013

BLUE FLAME BAND (part 8)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun (2PM)
·        Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Yong Hwa (CN Blue)  
·        Yoona (SNSD)
·        Minho (SHINee)
·        Yunho (TVXQ)
·        Sungmin (Super Junior)
Genre               : romance
Length              : part

***

        Sejak gerimis hingga hujan deras, Joon masih berada di tempat tadi. Ia sama sekali tak berniat menyingkir dari sana. Bahkan untuk sekedar berteduh di mobilpun ia enggan. Padahal jaraknya saat ini dengan dorm sudah dekat. Sementara itu, dikejauhan tampak seorang gadis seorang diri menerobos derasnya hujan. Joon menegakkan badan saat mengetahui gadis itu adalah Hye Ra. Ia tak mungkin salah. Sejak malam hingga seharian ini gadis itu memang tak mengganti pakaiannya.
Tapi tampaknya Hye Ra sama sekali tak menyadari Joon memperhatikannya dari jauh. Gadis itu masih sibuk dengan pikirannya yang memutar kembali tentang apa yang diucapkan Doojoon sesaat sebelum ia pergi dari kamar pemuda itu.

*flashback on*
        Doojoon menahan tangan Hye Ra yang sudah hampir memasukkan makanan ke dalam mulutnya. “Ku mohon jangan paksa aku untuk menghabiskan itu. Aku sudah kenyang,” pintanya yang sudah tidak ingin menatap apalagi memakan bubur dalam mangkuk yang dipegang Hye Ra.
        “Setidaknya ini sudah lebih baik,” ujar Hye Ra mengalah lalu menyingkirkan mangkuk bubur dari hadapannya. Lalu ia mengambil beberapa butir obat dan memberikannya kepada Doojoon.
        “Apa setelah ini kau akan meninggalkanku?”
        “Aku harus pulang, Doojoon. Besok aku akan menjengukmu lagi,” jawab Hye Ra tanpa beban. Memang itu rencana yang akan ia lakukan. Ketika hendak berdiri, Doojoon sudah lebih dulu menahan tangannya dan membuat gadis itu sama sekali tidak bisa berontak.
        “Ku mohon jangan tinggalkan aku,” pinta Doojoon sungguh-sungguh.
        Tentu saja Hye Ra sangat ingin mengabulkan permintaan Doojoon. Tapi itu tidak mungkin. Ia harus segera pulang demi menahan perasaannya saat ini. Gadis itu hanya tak ingin tiba-tiba mengungkapkan apa yang ia rasakan selama ini pada Doojoon. Dan itu sama saja membuat keadaan semakin kacau.
        Dengan lembut Hye Ra menyingkirkan tangan Doojoon dari tangannya. “Aku hanya pulang, bukan ingin meninggalkanmu.”
        Doojoon menghela napas, pasrah. Dan terpaksa membiarkan Hye Ra pergi.
        “Andai saja aku juga menganggapmu hanya sebatas sahabat seperti apa yang kau lakukan padaku, mungkin aku bisa tetap berada di sini dan menjagamu,” ujar Hye Ra dalam hati sambil melangkah meninggalkan kamar Doojoon.
*flashback off*

        Hye Ra melangkah seperti tanpa arah. Ia juga belum menyadari bahwa ia semakin dekat dengan tempat Joon berada. Hye Ra akhirnya menghentikan langkah saat menyadari ada sepasang kaki berdiri dihadapannya. Saat mendongak, ia terkejut karena mendapati Joon yang berada di sana.
        “Kau…” ingin rasanya Joon menanyakan keadaan gadis itu yang sejak bersama Siwan di atas motor seperti menyimpan suatu kesedihan. Meski air mata Hye Ra terurai dengan air hujan, tapi Joon sangat menyadari jika gadis itu tengah menangis.
        “Apa ada seseorang yang kau cintai?” Tanya Hye Ra.
        Joon diam membeku mendengar Hye Ra bertanya seperti itu. Ia seperti terjebak dalam permainannya sendiri. Dipikiran Joon saat ini, Hye Ra mungkin telah mengetahui tentang dirinya dan Yoona, gadis yang ia kenalkan pada Hye Ra saat ia mengakui Hye Ra sebagai kekasihnya tanpa ijin. Dan kini Hye Ra marah padanya karena merasa seperti dipermainkan oleh Joon.
        “Jawab Joon!” paksa Hye Ra, namun pemuda itu masih bungkam. “Apa ada seseorang yang kau cintai tapi kau tidak bisa mendapatkan cinta darinya? Apa kau tau bahwa dia telah mencintai orang lain? Dan apa kini kau sendirian menikmati cinta yang tak terbalas itu?” seru Hye Ra dengan nada tinggi karena suaranya teredam hujan.
        Semua pertanyaan Hye Ra seolah mengintimidasi Joon. “Tapi bagaimana bisa pertanyaan Hye Ra benar-benar mengarah padaku?” pikir Joon.
        “Ku harap kau bisa mendapatkan cinta itu,” seru Hye Ra lagi karena Joon tak kunjung memberikan respon. “Ku harap tidak ada lagi orang merasakan hal itu seperti diriku. Termasuk kau, Joon!”
        “Hye Ra? Gadis ini juga…” Joon tak sanggup melanjutkan spekulasi-spekulasi tentang Hye Ra. Ia lebih memilih menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
        “Kau tidak sendiri,” bisik Joon tepat ditelinga gadis itu.
        Awalnya Hye Ra cukup nyaman berada dipelukan Joon. Ia seperti tak merasa sendiri. Tapi saat mendengar suara Joon benar-benar tepat ditelinganya, Hye Ra seperti tersadar dan segera menjauhkan tubuhnya dari pelukan Joon. Apapun keadaannya, di mata member ‘Blue Flame’ yang lain Hye Ra adalah kekasihnya Doojoon. Tapi kini Joon justru berani memeluknya.
        “Kau lupa jika aku kekasihnya Doojoon?” teriak Hye Ra. “Dan kau malah berani-beraninya memelukku! Apa kau tidak menghargai perasaan temanmu sendiri jika Doojoon tau?”
        Joon tampak berdecak sambil menatap ke arah lain. Ia seperti meremehkan apa yang diucapkan Hye Ra. Joon kembali menatap gadis itu. Kali ini Hye Ra tengah memeluk tubuhnya sendiri karena ia sudah merasa kedinginan. Dan tatapan gadis itu terlihat kosong. Segera saja Joon menarik tangan gadis itu dan membawanya masuk ke dalam mobil.

***

        Siwan membuka matanya perlahan. Di sampingnya, tampak Nichkhun yang masih terlelap dengan pulas. Siwan duduk dan mengusap matanya yang pedas karena masih sangat mengantuk tapi ia harus tetap bangun pagi. Tiba-tiba saja Siwan seperti teringat sesuatu.
        “Ponselku!” pekik Siwan yang segera saja mulai melempari bantal dan gulingnya ke lantai untuk mencari ponsel. Ia juga menarik paksa selimut yang ia dan Nichkhun gunakan saat tidur.
        “Kenapa pagi-pagi sudah bikin rusuh?” protes Nichkhun yang tidurnya merasa terganggu dengan ulah Siwan.
        “Kau lihat ponselku? Aku menunggu berita dari Hye Ra,” Tanya Siwan dengan panic dan masih mencari-cari. Kini tujuannya adalah meja rias.
        “Kenapa memangnya?” Nichkhun balik bertanya tanpa membantu. “Dan kenapa kau malah tiba-tiba menyinggung soal Hye Ra. Biarkan saja dia menjadi urusan Doojoon.”
        Kini Siwan sudah berdiri di tengah ruangan dan menatap Nichkhun dalam-dalam. “Apa kau lupa jika semalam Hye Ra berjanji akan mengabariku jika sampai di apartmennya? Aku merasa bertanggung jawab karena aku yang menjemputnya untuk datang ke sini.”
        “Kau benar,” ujar Nichkhun lalu turun dari ranjangnya.
        “Mungkin di luar,” tebak Siwan yang langsung saja menuju ruang tivi tempat ia biasa berkumpul bersama member ‘Blue Flame’ yang lain.
        Nichkhun mengikuti Siwan dari belakang. Dan benar saja, ponsel Siwan tergeletak di atas meja. “Apa Hye Ra menghubungimu?” Tanya Nichkhun penasaran.
        Siwan menolehkan wajahnya dari layar ponsel dan menatap Nichkhun, suram. Ia hanya menggeleng karena tidak ada satupun tanda-tanda Hye Ra menepati janjinya.
        Sementara itu di tempat berbeda, Doojoon tengah menatap wajahnya sendiri dicermin dengan tangan bertumpu pada tepi meja rias. Ia menghembuskan napasnya keras. “Hye Ra benar. Jika Sung Hye tau keadaanku, dia juga pasti akan sedih,” ujar Doojoon dalam hati. “Apa tidak ada yang bisa ku lakukan untuk merebutmu kembali, Sung Hye?” Tanya Doojoon seorang diri seperti ia sedang bicara pada seseorang. Lalu ia menoleh karena ada yang membuka pintu kamarnya. Ternyata Siwan dan Nichkhun.
        “Apa Hye Ra mengabarimu sesuatu?” Tanya Siwan tanpa basa-basi.
        Doojoon tak langsung menjawab. Ia justru melirik ke tempat Luhan berada. Pemuda itu masih terlelap di dalam selimut tebalnya.
        Nichkhun menatap Doojoon dan Siwan, khawatir. Ini pertama kalinya ia mengetahui Doojoon memiliki kekasih. Ia juga tidak tau seberapa sensitivkah Doojoon perihal masalah percintaannya.
        “Tidak ada.”
        Mendengar jawaban Doojoon yang seperti itu, membuat Siwan membeku. Ia semakin merasa bersalah karena semalam telah membiarkan Hye Ra pulang seorang diri.
        “Tadi pagi aku mencoba menghubunginya, tapi ponsel Hye Ra mati,” lanjut Doojoon.
        “Bagaimana kalau kita coba lihat di apartmennya?” seru Siwan memberikan saran. Nichkhun tampak memprotes melalui tatapannya. Sedangkan Doojoon segera mengangguk lalu menyambar kunci mobilnya.
        Siwan mengikuti langkah Doojoon yang kini sudah mendahuluinya. Nichkhun sendiri juga ikut bergerak menyusul di belakang Siwan. Di saat yang bersamaan, Joon muncul dari dalam kamarnya dan berhasil menyambar lengan baju Nichkhun.
        “Kalian mau ke mana?” tegur Joon. Sebagai seorang leader, sudah tugasnya untuk mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan semua anggotanya jika tidak ada jadwal bersama ‘Blue Flame’.
         “Kami ingin ke luar sebentar.” Nichkhun berhasil melepaskan diri dari tangan Joon. “Tolong jaga Luhan. Dia masih tidur di dalam,” seru Nichkhun setengah berteriak karena ia juga harus mengimbangi lari Siwan yang sudah lebih dulu menyusul Doojoon.
        Saat Nichkhun sudah menutup pintu dorm dari luar, Joon hanya melirik sesaat ke arah pintu kamar yang ditempati Luhan dan Doojoon.

***

        Doojoon berjalan lebih dulu saat mereka telah sampai di gedung apartmen tempat Hye Ra tinggal. Sementara di belakangnya, Nichkhun tampak menahan tubuh Siwan agar berjalan sedikit lambat.
        “Kenapa kau tampak aneh sekali hari ini?” bisik Nichkhun penuh selidik.
        “Bukahkah sudah ku bilang? Aku yang menjemput Hye Ra di sini. Dan sekarang aku ikut bertanggung jawab dengan apa yang terjadi pada Hye Ra,” balas Siwan dengan nada sedikit tinggi.
        “Tapi kau terlalu berlebihan!” seru Nichkhun yang masih memprotes apa yang dilakukan Siwan. “Hye Ra kekasih Doojoon. Biarkan Doojoon yang memastikan sendiri keadaan Hye Ra.”
        Siwan yang sudah tidak tahan dengan ucapan-ucapan Nichkhun yang seakan menuduhnya, menghentikan langkah dan menatap rekan bandnya itu, tajam.
        “Jika itu terjadi pada Minjung, apa kau pikir aku akan tinggal diam?” desis Siwan. Ia lalu tersenyum pahit karena Nichkhun tak bisa menjawab pertanyaannya. “Minjung, Han Yoo, Hye Ra. Mereka sudah menjadi bagian dari ‘Blue Flame’ juga. Sudah seharusnya aku ikut andil dalam menjaga mereka juga.”
        Tanpa mempedulikan keributan kecil yang terjadi di belakangnya, Doojoon tetap lurus berjalan. Ketika hampir sampai, Doojoon memperlambat langkahnya karena ada seorang pemuda di depan pintu apartmen Hye Ra dan berdiri membelakanginya.
        “Yong Hwa?” gumam Doojoon masih sambil menatap pemuda itu. Tidak mungkin pemuda itu adalah Minho. Karena Minho pasti akan leluasa ke luar dan masuk ke apartmen adiknya sendiri.
        Perlahan pemuda di depan Doojoon membalikkan badan. Tebakan Doojoon benar. Pemuda itu memang Yong Hwa.
        “Mau apa kau di sini?” Tanya Doojoon ketus.
        Yong Hwa berdecak meremehkan. “Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Mau apa kau di sini?” Yong Hwa mengulangi pertanyaan Doojoon padanya.
        Doojoon tak langsung menjawab. Ia menoleh ke samping karena keberadaan Nichkhun dan Siwan semakin dekat padanya.
        “Dan harusnya kau ingat apa statusku dan Hye Ra,” ujar Yong Hwa dingin.
        “Apa Hye Ra sudah sampai di apartmennya?” Tanya Siwan yang tak sabar.
        Doojoon tak menjawab dan justru malah menekan-nekan bel apartmen Hye Ra. “Hye Ra ini aku Doojoon. Kau ada di dalam? Tolong buka pintunya,” teriak Doojoon sambil sesekali menggedor pintu.
        Sementara Yong Hwa kini dengan santainya bersandar di tembok sambil menenggelamkan tangannya ke saku celana. “Aku bahkan sudah hampir satu jam melakukan itu. Tapi tidak ada yang ku dapat,” serunya santai.
        Dengan kasar Doojoon meraih kerah baju Yong Hwa. “Apa maksudmu? Dan di mana Hye Ra?” teriak Doojoon tepat di depan wajah Yong Hwa.
        Yong Hwa dengan santainya tertawa saat menanggapi perilaku Doojoon padanya. “Bukankah kau kekasihnya? Kenapa bertanya padaku?” Tanya Yong Hwa seakan menjebak Doojoon dalam permainannya sendiri. Diam-diam Yong Hwa juga sempat melirik Siwan dan Nichkhun.
        Doojoon melepaskan cengkramannya dengan kasar sehingga membuat Yong Hwa sedikit terdorong ke belakang. Dan tanpa berkata-kata lagi, ia meninggalkan tempat itu.
        “Doojoon tunggu!” teriak Siwan sambil menyusul Doojoon dan Nichkhun mengikuti di belakangannya.
        Yong Hwa menghela napas. Ada sedikit penyesalan saat bersikap tak ramah ke Doojoon seperti tadi. Ia juga masih berada di sana saat Doojoon, Siwan dan Nichkhun sudah tak terlihat di ujung koridor sana.
        “Yong Hwa?”
        Saat merasa ada seseorang yang menyebut namanya, Yong Hwa langsung menegakkan badan dan menoleh ke arah pemuda yang memanggilnya tadi. Yong Hwa meneguk ludah saat mengetahui bahwa yang datang adalah Minho.
        “Apa Hye Ra masih tidur dan tak mengetahui bahwa kau datang?” Tanya Minho, dan ia sendiri sudah membuka pintu karena tentu saja ia tau kode apartmen Hye Ra.
        Yong Hwa tak tau harus menjawab apa jika ternyata Hye Ra benar-benar tak ada di apartmennya. Setedik kemudian pemuda itu tersadar jika Minho sudah melesat ke dalam. Yong Hwa pun segera menyusulnya. Suasa apartmen Hye Ra tak ada yang berubah sejak ia dan Hye Ra tinggalkan kemarin pagi. Bahkan piring kotor di atas mejapun belum ada yang memindahkan.
        “Hye Ra kau di mana?” teriak Minho sambil memeriksa tiap sudut ruangan yang ada. Namun ia tak menemukan di mana adiknya berada. “Apa kau tak bersama Hye Ra kemarin?” Tanya Minho pada Yong Hwa karena memang hanya pemuda itu yang berada di sana dan bisa ia tanyai. Minho juga mencoba menghubungi nomor Hye Ra. “Ponsel Hye Ra tidak aktiv!” kesal Minho.
        Yong Hwa masih bungkam. Karena memang ia tidak tau di mana keberadaan Hye Ra saat ini.
        “Tidak mungkin Hye Ra kuliah. Ini sudah hari Sabtu,” ujar Minho namun ia menyibukkan diri dengan ponselnya. “Kau tau nomor seseorang yang dekat dengan Hye Ra selain dirimu?”
        Yong Hwa membulatkan mata karena mendengar pertanyaan Minho. Selama ia menjalin hubungan dengan Hye Ra, hanya ada ia dan gadis itu. Jadi Yong Hwa tidak terlalu tau siapa-siapa saja yang dekat ataupun tidak dengan Hye Ra.
        Beruntung bagi Yong Hwa karena tak lama Minho menerima sebuah panggilan dari seseorang dan sedikit memberi jarak dengan posisi Yong Hwa berada. Tapi tentu saja Yong Hwa masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Minho pada si penelpon.
        “Apa tidak bisa ditunda sampai besok? Aku harus mencari adikku. Sepertinya semalam ia tidak pulang,” seru Minho. “Ku mohon tolong carikan penggantiku untuk sementara waktu, karena…” ucapan Minho terputus karena Yong Hwa telah lebih dulu menyambar ponselnya.
        “Tunggu saja. Tuan Minho akan segera datang,” ujar Yong Hwa seenaknya pada seseorang yang menelpon Minho. Setelah selesai, Yong Hwa mengembalikan ponsel pada Minho.
        “Apa maksudmu?” marah Minho karena Yong Hwa telah lancang mengambil alih pembicaraannya.
        Yong Hwa menepuk pundak Minho. “Aku akan mencari Hye Ra sampai dapat. Aku juga akan sesering mungkin mengabarimu. Jadi kau bisa tenang mengurus profesimu,” ujarnya sungguh-sungguh. Meski ia dan Hye Ra menjalin hubungan yang tak serius, tapi pemuda ini seolah memiliki sebuah tanggung jawab atas Hye Ra.
        Minho menghempaskan tubuhnya ke atas sofa ketika Yong Hwa meninggalkannya seorang diri di sana.

***

        Luhan turun dari tempat tidurnya sambil mengusap matanya yang masih terpejam. Sesekali ia memaksa untuk membuka mata agar tubuhnya tidak menabrak barang-barang yang ada di dalam kamarnya saat berjalan dalam keadaan yang masih sangat mengantuk. “Hyung…” seru Luhan dengan suara yang masih berat. Tidak ada yang menjawab karena Doojoon sudah meninggalkan kamar sejak tadi.
        Segera Luhan ke luar kamarnya untuk mencari member ‘Blue Flame’ yang lain. Ruangan pertama yang ia kunjungi adalah kamar mandi. “Joonie hyung!” seru Luhan sambil membuka pintu. Tidak ada siapapun di sana. Bahkan bathtub masih dalam keadaan bersih seperti belum ada yang menggunakannya hari ini. “Ternyata Joonie hyung tidak pulang dalam keadaan mabuk semalam.”
        Setelah itu Luhan menuju kamar yang ditempati Siwan dan Nichkhun. “Hyung…” teriaknya. Lagi-lagi tidak ada yang menjawab karena saat membuka pintu, kamar itu dalam keadaan kosong.
        Luhan mengacak rambutnya, frustasi. “Hyung pada ke mana?” serunya bingung karena ia ditinggal sendiri di dalam dorm. Selain itu, tidak biasanya member yang lain tak bilang jika ingin pergi. Tak terkecuali Doojoon. Ia seperti dicampakkan oleh teman sekamarnya itu.
        Ada seseorang yang membuka pintu utama. Luhan segera menoleh dan mendapati menejernya yang datang. “Oh, Sungmin hyung?”
        “Kenapa dorm sangat sepi?” Tanya Sungmin heran. Belum sempat Luhan menjawab, Sungmin sudah lebih dulu menyodorkan selembar kertas. “Itu jadwal utama ‘Blue Flame’ untuk sebulan ke depan. Besok aku baru akan memberikan jadwal tambahan di luar ‘Blue Flame’ karena beberapa jadwal kalian masih banyak yang bentrok.
        Luhan mengangguk tanda mengerti. “Akan aku kabari yang lain.”

                                                  ***
        Sung Hye mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat itu matanya tak sengaja melirik ke arah samping dan di sana Sung Hye melihat tiga orang pemuda dalam satu mobil. Pemuda yang duduk di kursi belakang adalah pemuda yang ia rindukan selama ini. Doojoon.
        Ketika mobil yang dikendarai Nichkhun itu sudah melaju mendahuluinya, Sung Hye segera tersadar lalu kembali focus menyetir. Dan si saat yang bersamaan gadis itu menginjak dalam-dalam pedal rem mobilnya karena ada seseorang yang ternyata melintas. Beruntung gadis itu tidak sampai tertabrak.
        Sung Hye segera turun dan menghampiri gadis itu. “Maafkan aku! Kau baik-baik saja?” Tanya Sung Hye sambil membantu gadis itu berdiri. Beberapa orang juga sudah mengerumuni mereka.
        Gadis yang ternyata adalah Soo In, memegangi tangannya yang kesakitan. “Aku baik-baik saja,” serunya berbohong.
        “Akan aku antar kau ke rumah sakit,” paksa Sung Hye yang kini sudah membawa Soo In untuk masuk ke dalam mobilnya.
        Saat di rumah sakit, Sung Hye menunggu Soo In di luar. “Bagaimana keadaanmu?” Tanya Sung Hye saat Soo In baru saja muncul dari dalam ruangan.
        “Aku hanya terkilir saat mencoba menahan tubuhku agar tidak terjatuh ke aspal,” jelasnya dengan pergelangan tangan yang di pen.
        “Sekali lagi aku mohon maaf padamu,” ujar Sung Hye.
        Soo In menatap Sung Hye lirih. “Kau baik-baik saja?” Tanya Soo In karena ia merasakan ada yang janggal dari raut wajah Sung Hye. Gadis itu hanya menatapnya bingung. “Bagaimana kalau kau ku traktir. Kebetulan aku juga belum sempat sarapan,” tawar Soo In mencoba mencairkan suasana.
        Sung Hye berusaha memunculkan senyumnya meski masih terlihat sangat berat untuk di lakukan. “Aku yang sudah membuatmu terluka seperti itu…”
        Soo In tampak menyambar ucapan Sung Hye. “Bagaimana kalau kau yang traktir?”
        “Aku setuju.”
        Akhirnya Soo In dan Sung Hye meninggalkan rumah sakit menuju restoran yang kebetulan tempat Soo In bekerja. Namun karena keadaan tangannya yang tidak memungkinkan untuk memasak, Sung Hye meminta ijin pada menejer agar Soo In mendapatkan cuti. Setelah itu mereka melanjutkan perbincangan mereka sambil sarapan di restoran tersebut.
        Beberapa kali Sung Hye membantu Soo In yang sedikit kesulitan melakukan kegiatannya karena masih merasakan sakit dipergelangan tangan kanannya.
        “Kau baik-baik saja?” tegur Soo In setelah cukup lama mereka saling diam.
        Sung Hye melirik Soo In dan tak langsung menjawab pertanyaan Soo In. “Aku sangat membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan tentang apa yang aku rasakan akhir-akhir ini.”
        “Kalau kau tak keberatan, aku bisa menjadi pendengarmu.”
        “Sungguh? Kau mau mendengarkan semua ceritaku?”
        Soo In mengangguk sebagai upaya untuk meyakinkan Sung Hye.
        Sung Hye tersenyum lega sebelum akhirnya menceritakan seperti apa yang ia rasakan akhir-akhir ini. Tentang Doojoon, pemuda yang sangat ia cintai. Juga tentang Yunho, pemuda yang dijodohkan orang tuanya. Betapa Sung Hye cukup menderita menjalani ini semua, terlebih Yunho juga kerap kali bersikap seenaknya pada Sung Hye. Tapi tentu saja Sung Hye tak menyebutkan nama ke dua pemuda itu. Orang tua Sung Hye juga membuat gadis itu hilang kontak dengan Doojoon.
        “Kau sudah coba cari tau melalui teman-temannya, mungkin?” ujar Soo In mencoba memberikan solusi atas masalah Sung Hye.
        “Sangat sulit untuk bertemu dengannya.”
        Soo In menautkan alisnya, bingung. “Apa dia seorang pengusaha muda? Atau…”
        “Kau tau ‘Blue Flame?” Tanya Sung Hye sebelum Soo In sempat menyelesaikan ucapannya tadi.
        Jika di Tanya seperti itu, tentu saja jawaban Soo In adalah ‘ya’. Tidak mungkin ia tak mengenal ‘Blue Flame’. Terlebih salah satu anggotanya itu, Siwan, sedang mencoba mendekatinya.
        “Apa member ‘Blue Flame’ selalu seperti itu?” seru Soo In sinis. Tentu saja karena ia masih terbawa suasana hatinya yang kesal dengan sikap Siwan yang suka seenaknya.
        Sung Hye menertawai pertanyaan Soo In, karena sedikit banyak ia sudah cukup tau tentang kepribadian seluruh anggota ‘Blue Flame’ dari cerita-cerita Doojoon selama ini.
        “Aku tidak tau apa masalahmu dengan mereka. Tapi yang pasti, salah satu dari mereka adalah pemuda yang ku cintai.”
        Soo In menghela napas. Tiba-tiba saja ia teringat Siwan. Sudah dua hari ini ia tidak mendapat ‘gangguan’ dari drummer ‘Blue Flame’ itu. “Ku rasa kau harus bertemu dengannya.”
        “Bagaimana caranya? Aku bahkan tidak memiliki… nomor ponselnya,” sesal Sung Hye. Padahal kemarin Hye Ra sudah akan memberikan nomor Doojoon padanya.
        “Aku akan menemanimu ke dorm mereka. Jika tidak bisa bertemu dengan dia, kau bisa menitip pesan. Dan jangan lupa kau cantumkan nomor ponselmu,” seru Soo In penuh semangat. Seharusnya Soo In tidak sesemangat ini. Terlebih ia masih merasa Siwan adalah ‘pengganggu’ hidupnya. Tapi… nampaknya gadis ini tidak terlalu peduli. Ia hanya simpatik dengan Sung Hye.
        Sung Hye pun mengangguk sebagai jawaban bahwa ia menyetujui saran dari Soo In.

***


3 komentar:

  1. wwwwaaaahhhhh.....
    Doojoon sama Yog Hwa berantem...
    hmmm....

    BalasHapus
  2. itu doank komennya?
    ada yang bingung ga?

    BalasHapus
  3. hehehehe
    iya.. abis bingung mau comment apa?? hihihi
    sejauh ini , masih belum bingung kok..

    BalasHapus