Minggu, 17 November 2013

BLUE FLAME BAND 2 (part 3)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
·        Im Yoona (SNSD)
·        Choi Minho (SHINee)
·        Choi Sulli (F(x))
Genre               : romance
Length              : part

***

        “Hyung, kau belum tidur?” tegur Luhan yang baru saja ke luar dari kamar dormnya dan langsung bertemu dengan Joon yang berjalan ke arah dapur sambil sibuk dengan ponselnya.
        Joon menempelkan telpon ke telinganya. “Hye Ra belum menghubungiku sampai sekarang,” ujarnya sedikit gusar. “Ah, iya. Jam berapa Doojoon pulang?” tanyanya ketika Luhan tengah mengambil gelas di lemari.
        Luhan melirik jam dinding yang berada di dapur. Sudah lewat tengah malam. “Sekitar setengah jam yang lalu,” ujarnya sebelum menuangkan air dari dispenser.
        Joon yang masih tampak tak tenang, memilih duduk di kursi makan dorm mereka. “Kenapa Hye Ra masih tidak mau mengangkat telponku? Sebenarnya Yoona sakit apa?”
        “Sebenarnya yang kau khawatirkan itu Yoona atau Hye Ra?”
        Joon dan Luhan menoleh dan mendapati Siwan yang sudah berdiri di ambang pintu dapur. Ternyata ia mendengar pembicaraan dua temannya itu.
        “Siwan hyung benar, hyung.” Luhan tampak mendukung ucapan Siwan. “Yoona noona kan sudah punya suami. Tak baik kalau kau masih mengkhawatirkannya,” lanjut Luhan yang sudah duduk di samping Joon.
        Siwanpun ikut duduk di kursi makan, bergabung dengan Joon dan Luhan. Sementara Joon sendiri hanya diam, tak menjawab pertanyaan dari siapapun.
        “Hyung, adikmu jadi pulang?” Tanya Luhan tak lama setelah menyesap kopi buatannya.
        Joon tertegun sesaat. Dan sedetik kemudian ia menepuk keningnya setelah teringat sesuatu. Ia lalu segera memeriksa ponselnya. Namun tak ada tanda-tanda apapun dari adiknya. Setelah itu, Joon langsung menelpon Minhyuk. “Nomornya tak aktiv,” kata Joon. “Biar ku temui saja di apartmen,” lanjutnya.

***

        “Oiya, kau tau ‘phoenix’ apartmen?” Tanya Minhyuk ketika ia dan Hye Ra berjalan ke luar dari kantin rumah sakit. Tujuan mereka adalah parkiran mobil.
        Hye Ra mengangguk cepat. “Cukup jauh dari sini. Kau mau ke sana? Biar ku antar,” tawarnya karena ia memang berencana ingin pulang ke rumah untuk mengambil pakaian Minho dan Yoona.
        Minhyuk tak langsung menerima tawaran Hye Ra. Ia masih menimbang-nimbangnya. “Apa tak merepotkan? Aku takut kalau kau akhirnya harus putar balik untuk…”
        “Tidak terlalu putar balik. Salah satu jalan pulang ke rumahku dari sini bisa melewati apartmen itu atau tidak,” jelas Hye Ra. “Sudahlah. Ayo,” ujarnya lagi karena Minhyuk masih diam beberapa saat.
        “Akh, iya.” Minhyuk tersadar dari lamunannya. “Kau tunggu di mobil saja. Aku harus mengambil koper dan ranselku dulu di ruangan Joongki hyung,” jelasnya. Minhyukpun langsung melesat kembali ke dalam untuk mengambil barang bawaannya yang masih berada di dalam gedung rumah sakit.
        “Oke. Jangan lama, ya!” Hye Ra sedikit mengeraskan suaranya ketika Minhyuk semakin melangkah menjauh. Setelah itu ia langsung masuk ke dalam mobil Minho yang kebetulan terparkir tak jauh dari tempat ia berpisah dengan Minhyuk tadi.
        Benda pertama yang Hye Ra cari adalah tas tangannya. Ia lalu mengeluarkan ponsel. Ada beberapa pesan dan banyak panggilan tak terjawab yang semuanya dari nomor milik Joon.

        Kau ke mana saja? Kenapa tak mengangkat telponku? Oiya, bagaimana keadaan Yoona? Sebenarnya dia sakit apa? Hye Ra, cepat kabari aku.

        Hye Ra menghela napas setelah membaca salah satu isi pesan dari Joon. “Ternyata kau lebih mengkhawatirkan eonnie dari pada diriku,” ujar Hye Ra lemah. Ia menunduk untuk melihat gaun yang ia kenakan. “Gaun ini juga sebenernya untuk Yoona eonnie, kan?” lanjutnya seakan berbicara dengan Joon. Namun Hye Ra tak berniat untuk kembali menelpon Joon karena tak lama setelah itu, Minhyuk datang bersama koper dan ransel besarnya yang langsung ia letakkan di jok belakang.
        “Kita pergi sekarang?” seru Minhyuk ketika siap di jok kemudi.
        “Jangan ngebut ya. Kita tidak tidur semalaman,” Hye Ra mengingatkan dan Minhyuk hanya tersenyum sambil mengangguk. Sedetik kemudian, hening menguasai mereka. “Siapa kekasihmu sekarang?” Tanya Hye Ra, namun dengan tatapan yang tak lepas dari layar ponselnya.
        Minhyuk terhenyak sesaat dan tak langsung menjawab. Ia mengawasi Hye Ra melalaui sudut matanya. Gadis itu tampak tengah tersenyum seorang diri. Sementara matanya masih lekat menatap layar ponsel. Ternyata Hye Ra baru menyadari sebuah foto dirinya bersama Joon ketika di sebuah optic. Mereka memakai sebuah kacamata yang mirip.
        “Sedang melihat foto bersama kekasihmu?” tebak Minhyuk dengan nada dingin dan terdengar tak suka. Ia juga lebih memilih focus terhadap jalanan.
        Hye Ra menurunkan ponselnya, lalu menoleh ke tempat Minhyuk berada. “Kau belum jawab pertanyaanku.”
        “Aku masih berpacaran dengan Sulli. Tapi dia sudah bertunangan dengan seseorang.”
        Hye Ra yang sudah ingin kembali menyibukkan diri dengan ponselnya, langsung membatalkan niatnya itu karena mendengar ucapan Minhyuk. Ia menoleh perlahan. “Maksudmu?” tanyanya tak mengerti.
        Minhyuk menghela napas sebelum menjawab. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. “Orang tua Sulli sudah ingin anaknya untuk segera bertunangan dan setelah itu menikah. Tapi aku sama sekali belum siap untuk itu semua. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjodohkan Sulli dengan seorang pemuda. Meski sebenarnya aku dan Sulli belum resmi putus.”
        “Kenapa kau diam saja? Kau tak berniat merebut Sulli kembali?”
        Minhyuk tersenyum pahit mendengar Hye Ra memprotesnya seperti tadi. “Kau tidak tau apa-apa, Hye Ra,” kata Minhyuk. “Karena perasaanku selama ini sebenarnya hanya untukmu, bukan untuk Sulli,” lanjutnya dalam hati.
        Hye Ra hanya mengangguk dan tak berniat bertanya lebih lanjut karena merasa belum berhak menelisik lebih dalam kehidupan percintaan Minhyuk. Terlebih mereka baru kembali bertemu setelah beberapa tahun.
        “Akh, itu di depan setelah supermarket kita belok kiri,” kata Hye Ra mengarahkan jalan yang harus mereka lewati. “Itu sudah terlihat gedungnya.”
        Minhyuk menepikan mobil lalu berhenti di sana. Lalu Minhyuk ke luar dari mobil dan diikuti Hye Ra tak lama kemudian.
“Ngomong-ngomong, kau ingin menemui siapa di sana?” Tanya Hye Ra. Belum sempat Minhyuk menjawab, Hye Ra terlanjur mendapatkan sebuah panggilan dari ponselnya. “Ya, oppa!” seru Hye Ra pada seseorang di ponselnya. “Hanya itu saja? Baiklah. Nanti akan ku mintai tolong supirmu untuk mengantarnya.”
        Minhyuk menutup pintu mobil bagian belakang setelah mengeluarkan barang-barangnya dari sana. “Sebenernya istri Minho hyung sakit apa?” Tanya Minhyuk yang seakan lupa bahwa pertanyaan Hey Ra sempat tak terjawab tadi.
        Cukup lama Hye Ra tak menjawab, membuat Minhyuk menatapnya penuh minat. “Aku juga belum menanyakannya,” kata Hye Ra polos.
        “Dasar, kau! Ya sudah sana pulang,” goda Minhyuk.
“Akh, iya. Ini kartu namaku,” kata Hye Ra yang sempat membatalkan niat untuk kembali ke mobil sambil menyodorkan sebuah kertas kecil.
        “Oke. Hati-hati,” seru Minhyuk mengiringi kepergian Hye Ra menggunakan mobil Minho.

***

        Akhirnya Minhyuk menemukan apartmen milik kakakknya. Sesaat ia ragu untuk memasukan password atau langsung membuka pintu. Ia yakin kakaknya sudah berada di dalam. Minhyuk meraih knop pintu. Belum sempat ia melakukan apapun, knop pintu berputar dan pintupun terbuka dari dalam. Dan Minhyuk merasakan tarikan kasar pada kerah kemejanya.
        “Hyung!” protes Minhyuk yang baru menyadari bahwa semua itu perbuatan kakaknya, Joon, atau ia lebih senang memanggil member ‘Blue Flame’ itu dengan sebutan ‘Changsun hyung’.
        “Ke mana saja kau?” Tanya Joon. Namun perhatiannya langsung tersita pada plester yang menutupi luka-luka di sekitar wajah Minhyuk. “Apa yang terjadi padamu?” desaknya setengah khawatir.
        Tentu saja setelah itu Minhyuk menceritakan semua kejadian yang ia alami semalam. Kecuali tentang pertemuannya dengan Hye Ra.
        “Aku tidak tidur semalaman karena bertemu dengan teman lamaku. Kami mengobrol sampai pagi di kantin rumah sakit,” kata Minhyuk yang sudah membaringkan tubuhnya ke sofa panjang. “Hyung, kau mau pergi?” Tanya Minhyuk karena melihat pakaian Joon yang masih mengenakan celana jins dan kemeja.
        Joon buru-buru menggeleng sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa yang lebih kecil. Tepat di dekat kaki Minhyuk yang sedikit lebih panjang dari sofa yang ia tiduri saat itu. “Semalam resepsi pernikahan Nichkhun. Pulangnya aku menginap di dorm.”
        “Dorm pasti semakin sepi,” kata Minhyuk dengan mata terpejam. Tapi tak bisa di pungkiri ia cukup merindukan kakak laki-lakinya itu dan ingin bercerita banyak tentang apapun dengannya.
        “Begitulah,” Joon berujar singkat. Ia lalu bangkit dan menuju dapur. Meja bar mini yang membatasi dapur dan ruang tamu masih sama seperti saat Hye Ra meninggalkan apartmen itu setengah tahun lalu.
        Tak lama Joon kembali sambil membawakan satu gelas tinggi berisi susu rasa vanilla untuk Minhyuk. Tanpa harus susah payah Joon membangunkan, Minhyuk sudah akan tersadar setelah hidung mancungnya mulai mencium aroma menggoda dari segelas susu hangat tersebut. Buru-buru Minhyuk membuka mata lalu bangkit dan meraih gelas yang di sodorkan Joon padanya.
        “Apa arsitek muda sepertimu hanya memiliki satu ponsel?” cibir Joon yang sudah duduk bersama Minhyuk di sofa panjang tersebut karena Minhyuk sudah tidak dalam posisi berbaring.
        Minhyuk baru akan mau menjawab pertanyaan Joon setelah menghabiskan susunya. “Aku belum lama lulus dan belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Ponsel terakhirku itu masih yang kau berikan saat konser di Jepang,” jelas Minhyuk.
        Ada yang menggelitik perasaan Joon ketika Minhyuk menyinggung masalah Jepang dan konser ‘Blue Flame’. Sedetik kemudian Joon tersadar dari lamunannya ketika ia merasakan Minhyuk mulai menendangi dengan pelan beberapa bagian tubuhnya sebagai tanda ia untuk menyingkir. Joonpun mengalah dan akhirnya pindah ke sofa lain.
        “Hyung, kau ingat gaun yang itu?” Tanya Minhyuk.
        Joon sibuk berpikir. Namun ia tak berhasil menemukan apapun yang di maksud Minhyuk. “Yang mana?”
        Minhyuk memutar bola matanya, kesal. “Bagaimana mungkin hyung melupakan itu? Bahkan aku saja masih mengingatnya sampai sekarang.” Minhyuk berusaha membantu Joon mengingatnya. “Gaun panjang warna merah. Hyung bilang mau hyung berikan sama gadis yang hyung suka. Kalau tidak salah namanya Yoona.”
        Joon sedikit tersentak dan pikirannya melayang pada kejadian semalam. Ia sempat tak mengenali Hye Ra dengan gaun merah panjangnya. Semata-mata karena yang Joon ingat, ia telah memberikan gadis itu gaun berwarna biru muda. Dan anehnya, gaun yang dimaksud Minhyuk itu justru dikenakan oleh Hye Ra.
        “Bagaimana reaksi gadis itu?” Minhyuk penasaran. “Padahal jika tidak kau ambil, aku yang ingin memberikannya pada gadis yang ku sukai.” Minhyuk mulai membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. Namun kenyataannya, gaun tersebut justru sudah dikenakan langsung oleh Hye Ra semalam.
        Ponsel Joon yang tergeletak di atas meja berbunyi. Minhyuk langsung menyambarnya karena kebetulan posisi ponsel itu lebih dekat dengannya. Minhyuk sempat melirik sekilas layarnya dan tertera sebuah kontak dengan nama ‘Mrs Lee’.
        “Ibu atau noona?” Tanya Minhyuk sebelum menyerahkan ponsel itu pada Joon.
        Joon sendiri hanya tersenyum penuh rahasia, lalu berjalan ke salah satu kamar di apartment tersebut. Meninggalkan Minhyuk sendiri di sana. Minhyuk yang tidak terlalu mau ambil pusing, lebih memilih tidur dari pada mengurusi masalah pribadi kakaknya itu.

***

        Hye Ra yang sudah mengenakan piyama tidurnya, duduk meringkuk di atas tempat tidur. Di depannya ada dua gaun yang sengaja ia letakkan di sana. Satu miliknya yang berwarna biru muda dan ada sedikit noda bekas tumpahan susu coklat. Satu lagi gaun merah yang Yoona berikan padanya semalam. Namun uniknya, ke dua gaun tersebut adalah pemberian pemuda yang sama. Joon.
        Tangan Hye Ra meraba ke atas bantal di sampingnya. Ia memungut ponselnya di sana. Hye Ra baru ingat bahwa ia belum sedikitpun merespon semua pesan bahkan panggilan-panggilan tak terjawab dari Joon.
        Gadis itu langsung mencari kontak atas nama Joon. Ia tak hafal di luar kepala nomor kekasihnya itu. Cukup lama sampai akhirnya seseorang menjawab panggilannya.
        “Apa kau ingin membuat ku gila untuk ke dua kalinya?” protes Joon yang saat itu baru saja menutup bahkan mengunci pintu kamarnya dari dalam.
        Hye Ra sempat menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara Joon yang dahsyat itu sedikit berteriak melalui ponsel. Beruntung Joon memiliki suara bagus karena ia adalah seorang vocalis band terkenal. “Mau marah-marah atau akan ku tutup telponnya?” ancam Hye Ra tak mau kalah.
        Sontak saja Joon bungkam. “Maaf,” ujarnya lirih lalu duduk di tepi tempat tidur yang kini jadi miliknya. “Kau di mana? Aku mengkhawatirkanmu. Sungguh.” Kali ini suara Joon terdengar lebih lembut.
        “Di rumah,” kata Hye Ra. Ia sempat menghela napas sesaat. “Maaf semalam ponselku tertinggal di mobil Minho oppa. Di sana aku bertemu teman lama dan mengobrol sampai pagi.”
        Joon sedikit menegang. Tiba-tiba ia teringat ucapan Minhyuk beberapa menit yang lalu. “Aku tidak tidur semalaman karena bertemu dengan teman lamaku. Kami mengobrol sampai pagi di kantin rumah sakit,” kata Minhyuk yang sudah membaringkan tubuhnya ke sofa panjang. Tapi Joon tak ingin menyimpulkan bahwa yang di maksud Minhyuk itu adalah Hye Ra atau sebaliknya.
        “Sore nanti aku janji bertemu dengan Soo In. Dan kalau tak salah, kau dan Luhan ada pemotretan. Mau ku bawakan sesuatu? Biar aku antar ke sana.” Apapun yang terjadi semalam, Hye Ra tetap harus memberikan perhatian-perhatian kecil untuk Joon. Biar bagaimanapun, Joon tetap kekasihnya.
        Joon setengah menyimak ucapan Hye Ra.
        Hye Ra sendiri sudah nyaris terpejam. Tapi ia akan bertambah merasa bersalah jika tak cepat-cepat menghubungi Joon. “Ya sudah Joon. Kau hati-hati. Aku ingin tidur dulu.”
        “Akh, iya.” Joon sedikit tersadar dari lamunannya. “Sampai bertemu nanti.”
        “Tunggu, Joon!” sela Hye Ra sebelum Joon benar-benar mengakhiri pembicaraan mereka. “Kau tidak ingin menanyakan keadaan Yoona eonnie?” Tanya Hye Ra, dan niatnya hanya ingin tau seberapa besar Joon masih memberikan perhatian pada Yoona.
        Joon menimbang sesaat. “Minho hyung pasti menjaganya dengan baik,” kata Joon akhirnya. “Sudah ya.” Dengan berat hati Joon mematikan sambungan telpon sebelum hal-hal lain lagi terjadi. Sebenarnya ia masih ingin menggoda dan mendengar suara kekasihnya itu. Tapi suasananya seperti kurang mendukung.
        Di tempatnya berada, Hye Ra tercenung dengan jawaban Joon. Pikirannya kembali mengingatkan tentang kejadian semalam. Ketika ia kembali jatuh hati pada Doojoon. Itu semua di luar kendalinya. Dan nyaris saja membuat hubungannya dengan Joon berantakan.

***

        Seusai melakukan pemotretan, Joon segera mengganti pakaian. Di sana Luhan juga tampak melakukan hal yang sama.
        “Hyung, kau ke dorm atau apartmen?” Tanya Luhan saat Joon sibuk dengan ponselnya.
        “Aku ke apartmen dulu sebentar mengunjungi Minhyuk,” kata Joon yang sama sekali tak melepas tatapan dari ponselnya. Sesekali ia juga mencoba menghubungi seseorang. “Mungkin nanti malam aku menginap di dorm.”
        Luhan tampak mengangguk. “Nanti biar aku kabari Sungmin hyung,” lanjut Luhan sebelum akhirnya mereka berpisah.
        Setengah jam kemudian, Joon sudah sampai kembali di apartmennya. Ia langsung melesat ke dalam karena kini ia menggunakan supir untuk mengantarnya. Lagipula, ia hanya sebentar ke apartmen karena ada sesuatu yang ingin ia ambil.
        Di sana, Minhyuk tampak baru saja selesai mandi dan ingin kembali ke kamarnya. Tapi Minhyuk membatalkan niat ketika melihat kedatangan Joon dengan raut wajah sedikit kacau.
        “Kau kenapa, hyung? Kekasihmu membuat masalah?” Tanya Minhyuk setengah menggoda.
        Joon menghempaskan tubuhnya ke sofa dan melirik Minhyuk kesal. “Kekasihku memang selalu membuat masalah,” ujar Joon seenaknya. “Masih tak di angkat juga,” umpatnya kesal. Dan Minhyuk juga tampak tak ingin mengganggu hyungnya lebih lanjut.
        Setelah itu, Joon tampak masuk ke dalam kamarnya. Tak lama. Ia hanya ingin mengambil koper besar miliknya. “Nanti malam aku menginap di dorm dan besok pagi langsung ke luar kota. Kau bisa tinggal di sini saja,” jelas Joon sebelum Minhyuk bertanya.
        Minhyuk mengangguk saja. Mengerti dengan pekerjaan kakaknya. Setelah mengantar Joon sampai depan pintu, Minhyuk kembali ke dalam. Sebelum masuk ke dalam kamarnya, Minhyuk sempat mencoba menerobos pintu kamar Joon, namun di kunci oleh pemiliknya.
        “Kenapa hyung jadi penuh rahasia seperti ini?” kesalnya. Ia sempat menghela napas pelan. Sampai akhirnya ia menatap penuh minat ke arah dapur. Ia baru ingat kalau Joon sempat memesankan makanan untuknya. “Hyung benar-benar hebat,” gumamnya memuji Joon.
        Ketika sibuk dengan makanannya, mata Minhyuk tersita pada sesuatu yang dijadikan alas sebuah mug oleh Joon. Minhyuk meraih benda itu. Tampak seperti undangan.
        “Tidak lucu kalau undangan Nichkhun hyung di jadikan alas gelas seperti ini,” ujarnya seorang diri.
Namun karena penasaran, dan benda itu tampak sedikit familiar untuknya, Minhyuk membuka lebih dalam. Matanya melebar ketika menemukan sebuah nama tak sudah sangat taka sing lagi untuknya. Undangan pertunangan Sulli dan Yong Hwa. Dan undangan tersebut di tujukan untuk ‘Blue Flame’.
        “Apa tunangan Sulli salah satu teman dekat member ‘Blue Flame’?”

***

        “Hmm…” Hye Ra bergumam pelan karena ada seseorang yang mengganggu tidurnya. “Jangan ganggu!” ujarnya tak jelas sambil menyingkirkan sebuah tangan yang sejak tadi menepuk-nepuk pipinya. “Biarkan aku tidur beberapa menit lagi,” kata Hye Ra dengan mata yang masih terpejam erat.
        Tak lama, lampu kamar Hye Ra menyala terang. Gadis itupun mengerjap-ngerjap dan sibuk menarik bantal untuk menutupi wajahnya. Sementara pemuda tersebut justru berusaha menjauhkan bantal dari jangkauan tangan Hye Ra.
        “Jika sampai hitungan ke lima kau tidak bangun juga…” suara pemuda itu terdengar menggantung sesaat. “…aku akan menciummu,” lanjutnya dengan penuh penekanan. “Satu… Dua…” pemuda itu mulai menghitung. “Ti…”
        “Joon! Jangan!” jerit Hye Ra sambil memaksakan tubuhnya bangkit. “Aku sudah bangun Joon.” Hye Ra mengusap-usap matanya yang masih terasa pedas.
        Pemuda itu—Joon—terkekeh puas melihat reaksi kepanikan yang ditunjukkan Hye Ra. Sementara Hye Ra hanya mendengus kesal. Dipaksakan matanya untuk melihat sosok pemuda yang tadi telah berani mengganggu tidurnya itu. Joon tampak berpakaian sangat kasual.
        “Kau tidak pergi ke pemotretan?” Tanya Hye Ra sambil memindahkan kakinya ke bawah hingga kini ia duduk di tepi tempat tidurnya.
        Joon hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Hye Ra. “Kau lihat, sudah jam berapa sekarang?”
        Hye Ra mendongak, dan sedetik kemudian matanya melebar. “Jam tujuh?” pekiknya tak percaya. Ia lalu menoleh ke arah jendela. Di luar sana hari memang sudah gelap. Hye Ra kembali menoleh, dan kini ia mendapati Joon sudah duduk di sampingnya.
        “Kata Siwan, sejak sore Soo In menelponmu. Tapi aku sudah mengatakan bahwa kau pasti tertidur. Dan aku yakin, jika aku melakukan sesuatu padamupu, kau tak akan menyadari jika cara tidurmu seperti itu.”
        Hye Ra melotot tegas sambil memberikan jarak antara dirinya dan Joon. “Maksudmu?”
        Joon kembali terkekeh. “Sudah setengah jam aku berusaha membangunkanmu. Dan kau tidur seperti orang mati,” ledek Joon.
        Hye Ra menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Tiba-tiba tatapannya jatuh pada sesuatu di belakang Joon. Gaun-gaun yang tadi ada di sana hilang. “Ke mana gaunku?” ujar Hye Ra panic.
        “Aku menyuruh pembantumu membawanya ke laundry,” jawab Joon enteng. “Ya sudah, cepat sana mandi.” Joon bangkit dan mengambilkan handuk Hye Ra yang tergantung di balik pintu. “Tapi, apa yang terjadi dengan gaun pemberianku?” Tanya Joon penuh selidik. Ia belum kembali ke hadapan Hye Ra.
        Hye Ra meneguk ludahnya, gugup. “Itu… Mi… Minho oppa…” Joon sengaja memberikan tatapan mendesak. “Minho oppa tak sengaja menumpahkan susu coklat ke gaunku.”
        “Susu coklat?” Joon mengulangi ucapan Hye Ra.
        Hye Ra mengangguk takut-takut.
        “Ya sudah. Cepat mandi.” Joon menjulurkan tangannya yang memegang handuk Hye Ra. “Atau mau ku mandikan?” godanya.
        Hye Ra menyambar kasar handuknya dengan tatapan tajam. Lalu menendang tulang kering Joon sebelum melesat ke kamar mandinya.
        “Akh!” Joon mengerang kesakitan. “Kenapa dia suka sekali menyiksaku?” keluhnya. Terlebih ketika teringat kejadian di bandara ketika Hye Ra menginjak kakinya.


***

3 komentar:

  1. Minhyuk masih bener2 suka sama Hye Ra...

    kalo Hye Ra udah nagmcen Joon pasti Joon langsung mingslep... hehehe :)

    koplak banget bagian yang ini :
    “Jika sampai hitungan ke lima kau tidak bangun juga…” suara pemuda itu terdengar menggantung sesaat. “…aku akan menciummu,” lanjutnya dengan penuh penekanan. “Satu… Dua…” pemuda itu mulai menghitung. “Ti…”
    “Joon! Jangan!” jerit Hye Ra sambil memaksakan tubuhnya bangkit. “Aku sudah bangun Joon.” Hye Ra mengusap-usap matanya yang masih terasa pedas.
    Pemuda itu—Joon—terkekeh puas melihat reaksi kepanikan yang ditunjukkan Hye Ra. Sementara Hye Ra hanya mendengus kesal.
    hahaha :D

    ini Joon nakal banget : “Atau mau ku mandikan?” godanya.
    hahaha
    mau dong dimandiin sama Joon... eeehhhh... hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Joon tuh puas banget ngegodain Hye Ra...
      nah kalo Hye Ra? jangan tanya... dia lebih bahagia lagi ngeliat Joon menderita...

      Hapus
  2. iya puas banget dy ngegodaiin Hye Ra..
    mau dong digodaiin sama Joon.. hahahahaha :D

    hahahahaha
    iya bener bahagia dunia akherat kayanya dy kalo ngeliat Joon menderita.. :D

    BalasHapus