Minggu, 17 November 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 14)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin), SNSD (Hyoyeon)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        “Jadi kau itu Lee Sungjong…”
        “Pemuda berseragam SMP yang kau temui sedang menangis di depan sekolah SMA Paradise sekitar 5 tahun lalu,” lanjut Sungjong seakan meneruskan kalimat Hye Ra yang kembali terpotong.

Flashback (4 tahun lalu)…
        “Aku tidak ingin punya saudara tiri…!” gumam seorang bocah berseragam SMP yang duduk di depan gerbang sekolahnya yang sudah sepi sambil menenggelampan wajahnya ke lutut. Suaranya tak terdengar jelas karena sudah sejak tadi menangis.
        Tak jauh dari sana, sebuah mobil mewah berhenti dan ke luarlah seorang gadis yang juga masih berseragam SMP meski berbeda dengan bocah laki-laki tadi. Gadis kecil itu berjalan ke arah gerbang SMA Paradise. Di sana langkahnya terhenti melihat anak lelaki duduk tak jauh dari sana. Gadis itu sudah ingin melangkah memasuki gerbang SMA Paradise, namun ia membatalkan niat dan justru memilih menghampiri bocah itu.
        “Kau menangis?” Tanya gadis kecil yang ternyata adalah Hye Ra, dan sudah ikut berjongkok di depan bocah itu.
        “Jangan campuri urusanku!” seru bocah itu ketus yang merasa terganggu dengan kehadiran Hye Ra tanpa merubah posisinya sedikitpun.
        “Aku hanya bertanya. Dan tak masalah jika kau tidak ingin menjawabnya.”
        Bocah itu akhirnya mendongak dengan wajah basah penuh air mata. “Kau tidak akan mengerti masalahku,” ujarnya lagi masih dengan nada tak ramah.
Hye Ra seakan tak mempedulikan bentakan bocah tadi. “Aku tau semua orang pasti memiliki masalah hidupnya. Tak terkecuali anak kecil seperti kita. Meski aku tidak berjanji bisa membantu, setidaknya aku masih bisa mendengarkan cerita bahkan menjadi temanmu. Mungkin…”
        Bocah itu menatap Hye Ra sambil menyeka matanya dengan kasar dan masih sesegukan karena habis menangis. “Benar kau ingin berteman denganku? Kita bahkan tidak saling kenal.”
        Mendengar bocah tadi berucap seperti itu, Hye Ra dengan riangnya berinisiatif mengulurkan tangan lebih dulu untuk mengajaknya berkenalan. “Namaku Hye Ra… Kim Hye Ra…”
         Dengan sedikit ragu, bocah laki-laki itu mengulurkan tangannya. “Aku Lee Sungjong.”
        “Sekarang, apa kau mau bercerita?” seru Hye Ra tak lama setelah mereka selesai berkenalan.
        “Kau punya kakak atau adik?” Sungjong justru balik bertanya.
        Tanpa memprotes, Hye Ra menjawab, “aku hanya punya satu kakak laki-laki.”
        Sungjong manggut-manggut mengerti. “Bagaimana rasanya?”
        “Menyenangkan. Kau tidak merasa kesepian di rumah.”
        “Tapi, bukannya menjadi anak tunggal lebih enak? Kau bisa meminta apa saja yang kau inginkan pada orang tuamu tanpa harus memikirkan saudara atau yang lainnya. Semua akan menjadi milikmu.”
        Hye Ra menggeleng kuat. “Jika kakakku pergi, aku akan semakin merasa kesepian di rumah. Karena kedua orang tuaku sibuk bekerja.” Dilihatnya Sungjong yang tertegun. “Apa kau memiliki masalah dengan saudaramu?”
        “Ibuku akan menikan lagi. Dan pria itu juga sudah memiliki anak gadis yang seumuran denganku. Aku hanya takut jika dia ternyata bukan anak yang baik.”
        Hye Ra tersenyum untuk menyembunyikan tawanya mendengar cerita Sungjong. “Kau dekati dulu dia. Dan yakinlah, jika kau berbuat baik padanya, dia juga pasti akan membalas kebaikanmu.”
Flashback end…

        “Aku cukup malu padamu saat itu. Tapi kau benar. Aku mendekati Haesa dan berbuat baik padanya.” Sungjong tersenyum di tengah ceritanya. “Dan sekarang kita bahkan seperti anak kembar yang tak terpisahkan karena terlalu kompaknya.”
        Hye Ra ikut tersenyum mendengar kebahagiaan teman kecilnya dulu. Meski mereka hanya sekali bertemu. Namun ketika Sungjong menyebut nama Haesa, gadis itu tersenyum miris. Haesa masih sangat berkaitan dengan masalahnya akhir-akhir ini. Sunggyu, Sungyeol, Hoya. Semua pemuda yang ia sayangi itu seakan dalam penguasaan Haesa seutuhnya.
        “Apa kau membenci Haesa?”
        Hye Ra menoleh cepat. “Maksudmu?”
        Sungjong melirik perlahan sambil tersenyum. Senyum meremehkan karena ia tau Hye Ra kecewa dengan apa yang dilakukan Haesa padanya.
        Hye Ra mengalihkan wajahnya dari hadapan Sungjong. “Ku rasa kau tau banyak hal. Harusnya aku memang membencinya. Tapi aku tak bisa. Kakakku sangat menyayanginya. Dan aku tak ingin Sunggyu oppa kecewa padaku.”
        Haesa mendengar semua yang di ucapkan Hye Ra tentangnya. Sampai tak sadar, air mata itu meleleh di wajah cantik Haesa. Gadis itu langsung menegakkan badan ketika Sungjong muncul bersama Hye Ra. Ia juga cepat-cepat mengusap wajahnya yang basah karena air mata.
        “Kau kenapa?” Tanya Sungjong khawatir.
        Haesa tak menjawab. Air matanya kembali menetes ketika tatapannya jatuh pada Hye Ra. “A… Aku…” Haesa seakan kehabisan kata-kata. Ia terus terisak di sana.
        “Kau menyayangi kakakku?” sekuat tenaga Hye Ra melontarkan pertanyaan seperti itu. Meski rasa sakit mendominasi dadanya. Terutama jika teringat kebersamaan Haesa dengan Hoya atau Sungyeol.
        Dengan tegas Haesa mengangguk.
        Hye Ra sempat memejamkan mata sejenak. Ia lalu menghela napasnya berat. “Apa itu artinya kau bisa merelakan salah satu dari Hoya dan Sungyeol oppa?” Tanya Hye Ra sakartis.
        Haesa tak langsung menjawab. “Dia menginginkan Sungyeol oppa?” Ia sempat melirik Sungjong untuk membantunya menjawab. Namun tak ada yang ia dapat. Kembali Haesa memusatkan perhatiannya pada Hye Ra.
        Hati Hye Ra sendiri langsung terasa mencelos karena Haesa tak kunjung memberikan jawaban. Dan itu artinya, Haesa tak bisa melepaskan satu dari mereka. Hye Ra hanya bisa mengangguk pasrah.
        Haesa juga sudah tak kuat terus berhadapan dengan Hye Ra. Ia yang belum sanggup mengucap kata ‘maaf’, hanya mampu berlari menghindari kenyataan. Bahkan teriakan Sungjong juga tak mampu menghalanginya.
        Salah satu tangan Hye Ra meraih tembok terdekat untuk membantunya bertumpu. Kakinya lemas seketika. “Aku tau jawabannya,” ujarnya pelan namun Sungjong bisa jelas mendengar.
        Sungjong menggeleng cepat. “Kau tidak tau kebenaran yang terjadi.”

***

        Sambil setengah berlari, Haesa kembali menuju kelasnya. Namun ketika di perjalanan—hanya beberapa meter dari pintu kelasnya—Haesa menerima sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Sebuah nomor asing. Namun gadis itu tetap menjawabnya tanpa menaruh curiga sedikitpun.
        Cukup lama Haesa tertegun sambil mendengarkan dengan baik setipa detail kata yang di ucapkan seseorang dari seberang telpon. Sampai akhirnya Haesa tanpa sadar membekap mulutnya sendiri dan air matanya turun dengan deras. Haesa merasakan tubuhnya cukup limbung. Ia juga nyaris saja melepaskan ponselnya begitu saja jika tidak ada Dongwoo yang dengan sigap menangkapnya.
        “Kau kenapa?” Tanya Dongwoo yang baru saja datang. Ia bahkan masih membawa ransel sekolahnya. Haesa hanya menggeleng. Namun ia tetap tak bisa tenang. Terlebih suasana sekolah yang entah mengapa masih sepi. “Hoya!” teriaknya dan berharap orang yang dimaksud bisa mendengar dari dalam kelas.
        Haesa buru-buru menegakkan badannya. “Aku gapapa.” Ia sedikit mendorong tubuh Dongwoo agar menjauh, lalu secepat mungkin melesat ke dalam kelas. Di sana ia hanya menyambar tasnya yang kebetulan masih rapi sejak ia datang tadi.
        Hoya yang tengah membaca buku hanya melirik sekilas ke arah Haesa. Namun ketika menyadari sesuatu terjadi, Hoya langsung mencampakkan bukunya lalu menarik tangah Haesa yang sudah ingin pergi lagi dari sana.
        “Apa yang terjadi?” Tanya Hoya sedikit mendesak.
        Dengan lembut Haesa menyingkirkan tangan Hoya. “Kau tak perlu tau masalah ini,” ujarnya sambil tersenyum karena tak ingin mengecewakan Hoya saat itu.
        Hoya mengangguk mengalah. Ia tak akan mendesak lagi. “Tapi kau mau ke mana?” Hoya mangganti pertanyaannya. Ia hanya sekedar ingin tau apa yang akan teman sebangkunya itu lakukan karena Haesa juga membawa tas sekolahnya.
        “Kakakku kecelakaan,” kata Haesa yang sudah kembali berurai air mata. “Dan setelah ini, ku mohon ungkapkan perasaanmu pada Hye Ra.”
        Mendengar nama ‘Hye Ra di sebut, Myungsoo menoleh penuh rasa ingin tau. Namun Haesa sudah terlanjur lebih dulu meninggalkan kelas. Sementara Hoya tiba-tiba sibuk dengan pikirannya sendiri. Ada sesuatu yang terjadi padanya sebelum ini.

***

        Akhirnya Sungjong bisa membawa Hye Ra kembali ke kelas karena bel masuk sudah berdentang. Hye Ra segera melesat ke mejanya. Namun tidak untuk Sungjong. Ia masih berdiri di dekat pintu karena ketidakberadaan Haesa di samping Hoya.
        “Mana Haesa?”
        Hoya langsung mendongak karena ia yakin Sungjong mengajaknya bicara. “Dia bilang kakaknya kecelakaan,” jawab Hoya apa adanya. Karena memang hanya itu yang ia tau. Namun ia belum menyadari sesuatu.
        “Apa!” pekik Sungjong yang segera saja menuju mejanya. Ia hanya menyambar tas dan tak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan Dongwoo padanya.
        “Apa yang terjadi padamu, Sungjong dan Haesa?” desak Myungsoo pada sepupunya itu tak lama setelah Sungjong ikut pergi dari kelas karena Myungsoo melihat beberapa kejadian mencurigakan antara tiga orang yang ia maksud tadi.
        Sisa-sisa tangisan masih terlihat jelas di wajah Hye Ra. Ia sempat mengawasi keberadaan Hoya melalui sudut matanya.

Flashback…
      Sungjong menggeleng cepat. “Kau tidak tau kebenaran yang terjadi.”
      Hye Ra melirik Sungjong cepat, namun pemuda itu sudah lebih dulu membelakanginya. “Bisa kau katakan padaku apa-apa saja yang belum ku ketahui tentang diriku sendiri?”
        Sungjong sedikit menengokkan wajahnya, namun tak sampai menatap Hye Ra yang berdiri di belakangnya. “Selama ini Hoya memiliki perasaan padamu. Ia sengaja ‘pura-pura’ pacaran dengan Haesa agar kau tidak terlalu berharap padanya.”
        Hye Ra membeku dengan semua cerita Sungjong. “Jadi selama ini perasaanku tak bertepuk sebelah tangan pada Hoya?” Ada setitik kegembiraan di hati Hye Ra. Namun tiba-tiba saja pikirannya melayang dan jatuh pada sosok Sungyeol yang kini entah di mana keberadaannya.
        “Karena setelah lulus nanti, Hoya akan pindah dan menetap di Jepang,” lanjut Sungjong. Dan kali ini sukses membuat hati Hye Ra serasa mencelos.
        “Pi… Pindah?” Hye Ra mengulang pertanyaan Sungjong dengan sedikit tergagap.
        Sungjong hanya mengangguk membenarkannya. “Itu karenanya, Hoya sama sekali tak berani mengungkapkan perasaannya padamu.”
        “Tapi…” Hye Ra tak langsung meneruskan perkataannya. Dari semua yang di ungkapkan Sungjong, masih ada yang janggal di hati Hye Ra. “Dari mana kau tau semuanya?”
        Sungjong hanya tersenyum menanggapi tatapan tak percaya yang berikan Hye Ra untuknya meski hanya untuk beberapa saat. “Dari pertemuan pertama kita, aku menyukaimu.” Sungjong buru-buru mengalihkan tatapannya karena ia tau setelah itu Hye Ra akan kembali menatapnya. “Tapi aku tak mau terlalu jauh mengusik hidupmu karena kita baru dipertemukan lagi beberapa bulan yang lalu.”
        “Aku bisa melihat kecemburuanmu karena Haesa mendekati Hoya,” lanjut Sungjong karena Hye Ra tak merespon apapun. “Aku mendesak Hoya untuk mengakui perasaannya padamu. Ternyata benar. Dan setelah itu Hoya memutuskan bersandiwara dengan mengakui Haesa sebagai kekasihnya.” Sungjong terkekeh sesaat. “Padahal mereka baru saja saling kenal.”
        Di saat Sungjong sibuk bercerita, Hye Ra juga di sibukkan dengan pikiran-pikirannya tentang Hoya dan Haesa yang selama ini ia pikir benar-benar menjalin hubungan. Ia bahkan pernah men-cap Haesa bukan gadis baik-baik saat memergoki gadis itu juga didekati kakaknya, Sunggyu, dan Sungyeol juga.
        “Aku senang bisa melihatmu lagi. Bahkan kita ditakdirkan sekelas.”
        “Ke mana kau selama ini?”
        “Dua tahun setelah menikah, ayahnya Haesa mengajak aku, ibu, serta Haesa pindah ke luar kota. Dan baru tahun ini kami kembali.” Sungjong memutar tubuhnya menghadap Hye Ra. “Aku hanya tidak ingin melihatmu menderita karena Hoya tak bisa membalas perasaanmu.”
        Hye Ra hanya menatap nanar ke mata Sungjong. Ia tak menyangka pemuda itu tau banyak hal, bahkan ia terlibat di sana.
Flashback end…

        Myungsoo tak berani menatap Hye Ra selama gadis itu bercerita. Namun tangannya tak lepas menggenggam tangan Hye Ra. Setelah itu, mereka sama-sama mendongak karena kehadiran Dongwoo. Pemuda itu bahkan sudah memutar kursi lalu duduk menghadap Hye Ra.
        Dongwoo mengulurkan tangannya untuk menyeka sisa air mata di tepi mata Hye Ra sambil tersenyum. Beberapa saat, tak ada kata yang meluncur dari bibirnya. “Sejujurnya, aku sangat ingin melihatmu bahagia bersama Hoya. Tapi karena suatu keadaan, aku justru tidak ingin itu sampai terjadi. Lepaskan Hoya.”
        Hye Ra menatap Dongwoo nanar. Myungsoo juga menatap Dongwoo dengan bingungnya. Yang Myungsoo tau, Dongwoo juga memiliki perasaan pada sepupunya itu. Tapi mereka tidak tau bahwa Dongwoo sudah menyadari perasaan Sungyeol saat mereka terakhir kali bertemu.
        “Masih banyak pemuda yang pantas membahagiakanmu.” Ucapan Dongwoo memberikan makna ganda. Tidak ada yang tau pasti siapa yang di maksud pemuda itu. Karena Dongwoo sudah lebih dulu kembali ke mejanya sebelum salah satu dari Myungsoo dan Hye Ra mendesaknya lebih dalam.
        Hye Ra masih tertegun setelah kepergian Dongwoo. Myungsoo melingkarkan salah satu tangannya ke pundak Hye Ra. Sementara tangan satunya meraih tangan Hye Ra sambil meletakkan sesuatu di sana. Myungsoo menoleh karena merasakan Hye Ra menatapnya bingung. Benda yang diselipkan Myungsoo di telapak tangan Hye Ra adalah kalung berbandul cincin milik Hye Ra yang selama dua tahun ini berada pada Sungyeol.
        Myungsoo mengedipkan kedua matanya penuh makna agar Hye Ra mau menerima kalung tersebut. “Itu milikmu.”

***

        “Oppa!” jerit Haesa setelah membuka pintu sebuah kamar pasien di salah satu rumah sakit. Ia mendapati seorang pemuda yang sudah lama ia kenali terbaring lemah di sana. Tangan dan kepala pemuda itu penuh tertutup perban. “Oppa!” Haesa melangkah perlahan. Kakinya sedikit lemah karena pemuda itu benar-benar Sungyeol.
        Sungyeol yang sadar, menyunggingkan senyumnya ketika melihat Haesa berada di sana. Menemaninya. Meski di lubuk hati terdalam, tentu saja ia mengharapkan sosok Hye Ra yang datang menjenguknya.
        “Oppa, apa yang terjadi?” Haesa sudah kembali terisak. Ia menggenggam tangan Sungyeol yang tak tertusuk infuse dengan erat.
        Sungyeol menggeleng lemah karena tak ingin membuat adiknya sedih. “Hanya kecelakaan kecil,” gumamnya pelan.
        Haesa menyerah terhadap kakaknya. Ia menarik kursi ke dekat tempat tidur Sungyeol, lalu duduk di sana. Gadis itu sama sekali tak melepaskan tatapan dan genggaman tangannya terhadap Sungyeol.
        “Jika seperti ini terus, kau bisa membuat oppa jatuh cinta padamu,” goda Sungyeol dan sukses membuat Haesa terkekeh meski sisa tangisan masih kentara di wajahnya.
        Haesa mengulurkan tangannya ke arah leher Sungyeol. Sungyeol yang menyadari maksud Haesa, menahan tangan adiknya itu lalu menatap Haesa gugup. “Kau tidak memakai kalung itu lagi?”
        Benar apa yang dipikirkan Sungyeol. Adiknya pasti akan membahas kalung itu. Sungyeol hanya meneguk ludah untuk mengurangi kegugupannya.
        “Oppa bertemu gadis itu? Bagaimana reaksinya ketika bertemu oppa?” desak Haesa setengah bersemangat. Ia lupa bahwa gadis yang ia maksud adalah teman sekolahnya yang tadi sedikit mengalami sebuah kejadian tak mengenakkan dengannya.
        “Hye Ra teman sekelasmu, kan?”
        Haesa tersentak. Ia baru menyadari itu ketika Sungyeol berkata demikian.
        “Ku mohon jangan ceritakan apapun yang terjadi padaku sekarang ini. Terutama pada Hye Ra.”
        “Tapi…”
Buru-buru Sungyeol menyela ucapan adiknya. “Aku akan ceritakan semuanya.”

Flashback…
        Semalam. Di hari yang sama saat Sungyeol mengundurkan diri dari café milik Sunggyu. Sepulang dari bank ketika mengambil uang untuk membayar gaji para karyawan yang bekerja di restoran ibunya, Sungyeol tak langsung menemui ibunya untuk memberikan uang-uang tersebut. Perasaan Sungyeol yang masih bercampur aduk itu, membuatnya memilih berkeliling dengan mobilnya sampai malam.
        Sungyeol benar-benar tak ikhlas mengakhiri nasib percintaannya bahkan sebelum ia mulai dengan Hye Ra. Tapi pemuda itu juga tak berani menemui Hye Ra secara langsung. Masih terlalu cepat sejak Hye Ra mengetahui kebenaran akan dirinya dan pemuda masa lalu yang belum sempat ditemui gadis itu.
        Di sisi lain, sang ibu juga tak tampak mengingatkannya untuk cepat kembali. Membuat Sungyeol semakin tenggelam dalam kesendiriannya.
        Saat itu pula, sebuah kejadian tak diinginkan itu terjadi. Mobil yang dikendarai Sungyeol di hadang tiga sampai empat pria yang berpakaian seperti preman. Terlebih itu sudah larut malam dan suasa jalan yang sudah sangat sepi.
        Sungyeol di hajar habis-habisan. Bahkan mobilnya di bawa kabur beserta uang-uang yang berada di dalamnya. Beruntung tak lama setelah itu, ada seorang pemuda yang mengendarai sepeda motor menemukan bahkan sampai mengantarnya ke rumah sakit.
Flashback end…

        Haesa semakin erat menggenggam tangan kakaknya. Air matanya bahkan sampai kembali mengalir deras setelah mendengar cerita Sungyeol. “Oppa aku harus ceritakan semuanya.” Haesa sudah melangkah ke arah pintu untuk ke luar.
        “Kalau kau berani melakukannya, jangan anggap aku ‘oppa’ mu lagi,” desis Sungyeol yang sukses membuat Haesa bergidik ngeri dan membatalkan niatnya untuk pergi.
        “Tapi oppa…” ucapan Haesa terputus begitu saja ketika matanya dan Sungyeol bertemu.
        “Biarkan Hye Ra menenangkan diri dulu setelah ia mengetahui semuanya.”
        Perlahan Haesa kembali ke sisi Sungyeol. “Bagaimana perasaanmu padanya saat ini?”
        Sungyeol hanya menatap adiknya. Tak lama. Setelah itu ia memalingkan wajah. Seakan ada yang ia sembunyikan. Ia kembali menoleh ketika merasakan sesuatu menyentuh tangannya. Di sana Sungyeol menemukan Haesa menatapnya lembut. Gadis itu mengkhawatirkan kakaknya.
        Belum sempat Sungyeol mengatakan sesuatu, perhatiannya teralihkan pada pintu ruangannya yang tiba-tiba terbuka. Dari sana muncullah seorang gadis cantik seumuran dengan Sungyeol. Penampilannya tidak bisa dikatakan ia berasal dari kalangan biasa. Meski ‘style’ khas mahasiswi melekat padanya, tapi barang-barang yang ia kenakan adalah keluaran brand terbaik.
        “Kenapa aku harus tau dari orang lain tentang keadaanmu?” tuntut gadis itu pada Sungyeol.
        “K… Kau?” gugup Sungyeol. Inilah ketakukan terbesarnya.
        “Kata Hyunsik beberapa bulan ini kau menghilang. Kau pikir selama aku di Jepang aku tidak memikirkanmu? Apa kau sudah tidak menganggap aku adalah kekasihmu?”
        Sungyeol membulatkan matanya. Kerongkongannya terasa tercekat. Ia sempat menatap Haesa yang sama terkejutnya. Namun tangan gadis itu menarik dagunya untuk kembali menatap gadis itu.
        “Jawab aku tuan Lee Sungyeol!” paksa gadis itu dengan penuh penekanan. “Dan siapa dia?” tanyanya tajam sambil menunjuk Haesa menggunakan dagunya. “Kekasih barumu? Atau selingkuhanmu?” tuduhnya tajam.
        “Cukup Hyoyeon!” bentak Sungyeol yang sukses membuat gadis itu bungkam. “Jaga bicaramu! Haesa adikku. Adik kandungku!” jelasnya masih dengan nada tajam.
        Gadis bernama Hyoyeon itu menghela napasnya, keras.
        Sungyeol berusaha tak mempedulikannya. “Hyunsik bohong. Dia tau aku ke mana selama beberapa bulan ini. Dan aku yang menyuruhnya membohongimu.”
        Hyoyeon membulatkan mata lalu tersenyum meremehkan. “Kau pikir kau hebat? Atau kau masih mengingat bocah kecil yang kau tolong karena tercebur kolam renang?”
        Haesa menegang saat Hyoyeon menyinggung masalah Hye Ra. Tidak salah lagi.
        “Kau tak perlu mengurusiku.”
        “Tapi kau masih kekasihku!”
        “Dan Changsub juga?” kata Sungyeol setengah menyindir. Hyoyeon semakin menegang. Kali ini Sungyeol yang tersenyum meremehkan. “Kau pikir aku tidak tau? Aku, Changsub, Hyunsik.”
        Perlahan air mata Hyoyeon jatuh. Tapi ia tetap bertahan di sana.
        Sungyeol melemah melihat air mata gadis itu. Tapi ia tak ingin memperlihatkan itu. “Aku tau kau tidak bisa melepaskan aku dan Changsub karena status social kami. Dan kami bertahan karena Hyunsik. Maaf aku menghilang. Karena aku ingin menjalani hehidupanku secara normal. Hyunsik yang tulus mencintaimu. Bukan aku ataupun Changsub.”
        “Tapi aku mencintaimu,” ujar Hyoyeon membela diri.
        Sungyeol menggeleng. “Tidak akan lagi setelah kau tau apa yang terjadi padaku sekarang ini.”

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar