Kamis, 21 November 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 15)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
Donghyun, Youngmin, Kwangmin), SNSD (Hyoyeon), BtoB (Sungjae, Hyunsik, Changsub, Eunkwang)
Genre               : teen romance, family
Length              : part

***

        “Oppa, siapa gadis itu?” desak Haesa, setelah Hyoyeon benar-benar meninggalkan kamar rawat Sungyeol. “Benar dia kekasihmu?” sambungnya dengan nada tak suka.
        Sungyeol menghela napas.
        “Kenapa tak pernah cerita padaku sebelumnya? Sudah berapa lama kau dengan gadis itu?” Tanya Haesa lagi. Padahal Sungyeol belum menjawab pertanyaan sebelumnya.
        “Tak lama setelah Hye Ra pindah dari sekolahku.” Sungyeol memberi jeda sesaat dalam ucapannya. “Seperti yang kukatakan tadi. Itu semua aku dan Changsub lakukan untuk Hyunsik. Dia yang benar-benar mencintai Hyoyeon. Gadis itu memiliki masa lalu yang sedikit buruk. Dan Hyunsik merasa belum pantas bersama Hyoyeon. Maka dari itu aku tidak pernah sedikitpun menyinggung masalah Hyoyeon padamu. Lagipula, yang ku tau dia dan keluarga sudah pindah ke Jepang,” jelas Sungyeol. “Tak ku sangka dia kembali lagi.”
        Mendengar sesuatu tentang Jepang, Haesa langsung teringat Hoya. Pemuda itu juga memiliki niat untuk pindah ke sana. Setelah itu tak ada yang bicara lagi. Sampai akhirnya pintu kembali terbuka dan memunculkan Sungjong dari baliknya.
        “Hyung, kau baik-baik saja?” Tanya Sungjong setengah khawatir.
        Sungyeol tersenyum sebagai jawaban dirinya baik-baik saja. Sedetik kemudian, ia baru menyadari sesuatu. Sungyeol langsung mengarahkan pandangannya pada jam dinding di salah satu sudut ruangan. Masih jam 9 pagi.
        “Bukankah harusnya kalian sekolah?” omel Sungyeol karena dua adiknya ada di sana. Terlebih mereka juga masih mengenakan seragam sekolah.
        Sunjong dan Haesa bungkam dan hanya mampu saling tatap menghadapi kemarahan Sungyeol.

***

        Myungsoo menyenggol lengan Hye Ra hingga gadis itu sedikit tersentak dari lamunannya. “Tak ingin pulang?”
        Hye Ra menoleh cepat ke sekitar. Hampir seluruh teman-teman sekelasnya sudah meninggalkan kelas. Dan kini hanya tersisa dirinya dan Myungsoo tak lama setelah Dongwoo serta Hoya ke luar. Gadis itu segera membereskan peralatan sekolahnya.
        “Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Untung tadi kau tak di tegur guru.”
        Hye Ra menghela napas berat. “Entahlah. Perasaanku tak enak. Mungkin Sunggyu oppa sakit,” kata Hye Ra berusaha setenang mungkin. Ia meraih pulpen yang disodorkan Myungsoo padanya. “Bisa antar aku ke café?” pintanya.
        Myungsoo menggangguk cepat. Ia lalu menggandeng tangan Hye Ra meninggalkan kelas. Myungsoo membukakan pintu depan untuk Hye Ra, namun gadis itu menahannya. Myungsoo menoleh cepat dengan tatapan bertanya.
        “Tidak menunggu Minwoo?” Hye Ra meningatkan.
        Myungsoo menggeleng. “Dia mau mengerjakan tugas bersama si kembar.”
        Dua puluh menit kemudian Myungsoo sudah membelokkan mobilnya di parkiran café Sunggyu. “Aku langsung pulang,” kata Myungsoo tepat ketika Hye Ra akan membuka pintu mobil. Gadis itu sempat berhenti sesaat lalu mengangguk sebelum akhirnya melompat ke luar dari mobil Myungsoo.
        “Oppa!” teriak Hye Ra di depan pintu café. “Akh!” pekiknya kemudian karena sebuah lap mendarat tepat di kepalanya. “Oppa!” protesnya pada Sunggyu yang tadi melakukan itu.
        “Kau pikir ini di hutan!” desis Sunggyu tajam bercampur kesal. Pasalnya saat ini beberapa pengunjung sudah menghadiahi mereka tatapan tajam.
        Berbalik dengan Hye Ra. Gadis itu justru berbinar mendapati Sunggyu di depan matanya berdiri tegak. Sedetik kemudian, ia sudah berhamburan memeluk Sunggyu. “Oppa, kau baik-baik saja?”
        “Apa-apaan kau, Hye Ra?” kata Sunggyu sedikit risih. Bukan karena tak suka jika Hye Ra memeluknya seperti ini. Hanya saja suasanya sedang tidak tepat. Dengan penuh permohonan, Sunggyu meminta Hye Ra melepaskannya.
        “Jika Sunggyu hyung tak mau di peluk, biar aku saja yang menggantikan,” goda Jeongmin yang kebetulan berada tak jauh dari sana. Ia tengah membersihkan meja yang baru saja ditinggalkan pelanggan.
        Sunggyu menghadiahi karyawannya itu pelototan tajam, namun Jeongmin justru hanya terkekeh menanggapinya. “Sana ke dalam,” perintahnya pada Hye Ra.
        Hye Ra melangkah malas menuju meja bar. Seperti hari-hari sebelumnya, Hye Ra selalu memiliki teman yang sama-sama menghuni meja bar tersebut. Hye Ra tak langsung masuk. Ia memilih berdiri di luar meja bar, tepat di depan mesin kasir.
        “Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?” Tanya pemuda yang berdiri di sana.
        Hati Hye Ra serasa mencelos. Itu bukan Sungyeol. Melainkan seorang karyawan baru yang menggantikan tugas Sungyeol di belakang meja bar. Hye Ra langsung melesat ke dalam meja bar dan berhenti tepat di depan pemuda itu.
        Pemuda itu sudah ingin melarang Hye Ra untuk masuk, namun tak sanggup ia lancarkan karena tatapan tajam yang diberikan Hye Ra.
        “Siapa kau?” Tanya Hye Ra yang sama sekali tak merubah tatapannya.
“Yook Sungjae,” jawabnya polos.
Hye Ra lalu menoleh ke jendela untuk melihat Woohyun. “Oppa! Mana Sungyeol oppa?”
        Dari dalam tampak Woohyun merunduk lalu melipat tangannya di meja. Melihat Hye Ra dari dalam jendela dengan tatapan bingung. “Kemarin hari terakhir Sungyeol bekerja di sini. Kau lupa?”
        “Oppa bahkan tak pernah cerita apa-apa padaku!” seru Hye Ra dengan nada tinggi.
        “Oh, ya?” Woohyun menatap Hye Ra bingung. Yang ia tau selama ini mereka cukup dekat. Tidak mungkin Sungyeol tak bercerita tentang hal itu.
        Hye Ra tak menanggapi Woohyun. Ia melangkah gontai menuju kursi yang biasa ia tempati di sana. Pikirannya melayang tiap detail kebersamaannya dengan Sungyeol selama ini. Dua kali ia kehilangan pemuda itu begitu saja.
        “Hei…” Sunggyu mencolek lengan adiknya. “Kau merasa kehilangan Sungyeol?” tanyanya membuat Hye Ra mendongak cepat. “Aku juga.”
        Hye Ra juga tak terlalu menghiraukan perkataan Sunggyu.
        Sunggyu mengusap lembut puncak kepala Hye Ra. “Sudahlah, lebih baik kau belajar untuk ujian negaramu.” Lalu Sunggyu meninggalkan Hye Ra di sana bersama karyawan barunya.

***

        Hoya yang baru tiba di apartmennya, dibuat bingung dengan adanya sebuah tas wanita di sofa ruang tamu. Pikirannya melayang. Siapa yang kira-kira mengetahui password apartmennya.
        “Akhirnya kau pulang!”
        Hoya mendongak dan mendapati Hyoyeon berdiri di ambang dapur. “Kenapa noona ada di sini? Aku belum mau ke Jepang. Minggu depan aku baru akan ujian Negara.”
        Hyoyeon mendengus kesal. “Kau pikir urusanku hanya denganmu!” katanya tak suka lalu membanting tubuh ke sofa.
        Takut-takut Hoya duduk di seberang Hyoyeon yang tampak sangat kesal. “Lalu untuk apa kau ke sini kalau bukan untuk menyuruhku kembali ke Jepang?” Cukup lama Hyoyeon tak menjawab. “Mencari kekasihmu?”
        Kali ini Hyoyeon mendelik. Sedikit kesal karena tebakan adiknya tepat sasaran. “Eunkwang menduakanku,” katanya dingin.
        Hoya hanya berdecak menanggapinya. “Apa bedanya denganmu? Bukankah di sini kau juga memiliki 2 kekasih sekaligus?” sindirnya tajam.
        “Tapi yang ku cintai hanya Sungyeol!” jelas Hyoyeon tak terima.
        Hoya menegakkan badannya cepat. “Sungyeol?”
        “Kenapa? Kau mengenalnya? Tapi dia sedang di rawat sekarang. Semalam Sungyeol kecelakaan.” Hyoyeon bersuara ketus.
        “Apa?” pekik Hoya dengan perasaan mencelos. “Kenapa aku baru sadar? Semalam aku yang mengantar Sungyeol ke rumah sakit. Dan berarti yang dimaksud Haesa tadi… Akh! Kenapa dunia sempit sekali. Sungyeol itu kakaknya Haesa.”
        “Sudahlah. Aku ingin istirahat!” kata Hyoyeon yang sudah beranjak dari sana karena Hoya bungkam sejak tadi.

***

        Dua minggu berlalu. Hye Ra dan yang lainnya baru saja menyelesaikan ujian Negara mereka. Sepulangnya dari sekolah, seperti biasa Hye Ra langsung menuju café.
        “Hai… bagaimana ujian terakhirmu?” sapa Sungjae ceria. Pemuda itu menggantikan Sungyeol menjadi teman meja bar Hye Ra.
        Hye Ra mendesah sesaat. “Tidak terlalu baik. Tapi tidak buruk juga.” Gadis itu tampak tak bersemangat. Sangat kontras dengan Sungjae.
        “Kemarin Woohyun hyung bilang, kau sangat suka milk shake stroberi. Mau mencoba buatanku?” tawar pemuda tinggi itu.
        Hye Ra menoleh cepat. Dan tanpa menunggu persetujuannya, Sungjae sudah mulai sibuk dengan kegiatannya. Hye Ra terkesiap melihat pekerjaan Sungjae. Cara pemuda itu membuat minuman, dan juga postur tubuhnya yang tinggi sangat mengingatkan Hye Ra akan sosok seorang Sungyeol.
        Gadis itu hampir tak berkedip menatap Sungjae. Sungjae menoleh dan memberikan senyuman pada Hye Ra. Seketika itu pula Hye Ra tersadar. Belum lama ia menetralisir pikirannya, Sungjae sudah lebih dulu menyuguhkan minuman buatannya di hadapan Hye Ra.
        Tak ingin menyakiti hati Sungjae yang sudah susah payah membuatkannya minuman, tanpa pikir panjang Hye Ra langsung menenggaknya hingga tersisa setengah gelas. Semua milk shake stroberi pada dasarnya sama, hanya saja Hye Ra tetap merasakan ada sedikit perbedaan antara buatan Sungyeol dan Sungjae.
        “Terima kasih atas minumannya. Hmm… kalau Sunggyu oppa bertanya, bilang saja aku ada janji bertemu Donghyun oppa.” Tanpa menunggu jawaban apapun dari Sungjae, Hye Ra segera melesat pergi dari sana. Ia menuju rumah Sungyeol tanpa sepengetahuan siapapun. Cukup lama ia berdiri di sana, menatap rumah besar tersebut.
        Gadis itu tersentak ketika melihat pintu utama terbuka dan memunculkan sesosok pemuda. Cukup tampan. Tapi itu bukan Sungyeol. Pemuda tersebut membatalkan niat membuka pintu mobilnya karena melihat Hye Ra berdiri di depan pagar rumahnya.
        “Maaf, kau mencari siapa?” tegur pemuda itu.
        Hye Ra menatap nanar pemuda di hadapannya. “I… Ini benar rumah Lee Sungyeol, kan?”
        “Kau siapa?” pemuda itu justru balik bertanya. Ia tampak berhati-hati pada siapa saja yang bertanya mengenai Sungyeol.
        “Katakan saja dari Kim Hye Ra,” ujarnya cukup bersemangat mengingat ia sudah merasa kehilangan sosok Sungyeol dua minggu terakhir ini.
        Pemuda itu cukup lama berfikir. Ia tak ingin salah menjawab.

***

        Myungsoo menghentikan mobilnya di depan rumah Eun Gi ketika ia mengantarkan kekasihnya itu sepulang sekolah. Ia lalu menoleh dan tatapannya jatuh pada seorang gadis di depan rumah yang ia ketahui dari Eun Gi milik Sungyeol.
        “Myung.” Eun Gi menegur kekasihnya. Namun Myungsoo justru memilih ke luar dari mobilnya dan menghampiri gadis yang sedang berbicara dengan seorang pemuda tersebut.
        “Katakan saja dari Kim Hye Ra.”
        Myungsoo membulatkan mata mendengar gadis itu menyebut dirinya ‘Hye Ra’. Pemuda itu juga tak kunjung memberikan jawabannya.
        “Kau di sini?” tegur Myungsoo, bahkan ia juga meraih tangan gadis itu.
        “Myungsoo, aku hanya ingin bertemu dengan Sungyeol oppa,” tegas Hye Ra.
        Eun Gi juga berada di sana menyusul Myungsoo. Ia bahkan tengah menatap pemuda yang tadi bicara dengan Hye Ra dari atas ke bawah. Sementara pemuda itu sedikit tak nyaman dengan perlakuan Eun Gi padanya.
        “Hyunsik oppa!” pekik Eun Gi bersemangat. Semua yang ada di sana menoleh cepat padanya. “Sudah seminggu kau di sini. Tapi kita baru bertemu sekarang.”
        Pemuda yang panggil Hyunsik tadi hanya mengangguk canggung.
        Myungsoo menarik lengan Eun Gi lalu berkata setengah berbisik, “kau mengenalnya?”
        Eun Gi menepis pelan tangan Myungsoo dari lengannya. “Hyunsik oppa ini temannya Sungyeol oppa,” jelas Eun Gi. Ia lalu kembali melirik Hyunsik. “Oppa kau ke mana saja selama ini? Tak ku sangka ternyata kau yang membeli rumah Sungyeol oppa.”
        Hye Ra dan Myungsoo saling tatap setelah mendengar ucapan Eun Gi.
        “O, iya. Apa Sungyeol oppa sudah bertemu lagi dengan adiknya? Kalau tidak salah, namanya Haesa. Benar kan, oppa?” lanjut Eun Gi yang tak menyadari perubahan raut wajah Myungsoo dan Hye Ra. Ia terus berbincang dengan Hyunsik yang ia ketahui sebagai teman lama Sungyeol.
        “Lee Haesa teman sekelasku?” Tanya Myungsoo yang kembali mencoba menarik perhatian Eun Gi.
        “Sejak kapan kau memiliki teman sekelas bernama Haesa?” Eun Gi balik bertanya dan berusaha kembali pada Hyunsik, namun Myungsoo lagi-lagi mencegahnya agar Eun Gi tak mengabaikannya.
        “Haesa anak baru di kelasku,” tegas Myungsoo.
        “Benarkah di kelasmu ada anak baru?” Tanya Eun Gi polos. “Aku tidak pernah tau. Tapi bisa jadi mereka orang yang berbeda.”
        Myungsoo menatap Eun Gi gemas.
        “Sudahlah Myungsoo. Eun Gi benar. Bisa saja mereka orang yang berbeda,” kata Hye Ra berusaha menengahi meski sebenarnya ia juga tak yakin mengingat ia pernah melihat Haesa bersama Sungyeol. Hye Ra lalu menatap Hyunsik. “Jadi Sungyeol oppa sudah pindah?” tanyanya.
        Dengan berat hati Hyunsik mengangguk. “Iya,” ujarnya pendek.
        “Ke mana?” Hye Ra setengah mendesak karena ia benar-benar sudah frustasi dengan keberadaan Sungyeol sekarang.
        Sementara itu, Myungsoo masih sibuk beradu argument dengan Eun Gi dan sedikit mengabaikan keberadaan Hye Ra serta Hyunsik. “Waktu itu aku pernah melihat Sungyeol bersama Haesa teman sekelasku itu. Mereka bahkan sempat ke luar dari sini,” tunjuknya pada rumah besar di belakang Hyunsik tersebut.
        “Benarkah?” ujar Eun Gi mengalah. “Tapi, kenapa tak pernah cerita kalau di kelasmu ada anak baru?” protesnya kemudian.
        Myungsoo menepuk keningnya. “Apa itu penting?”
        “Maaf, Sungyeol tak pernah mengatakannya,” kata Hyunsik kembali membuat hati Hye Ra mencelos.
        Gadis itu hanya mengangguk tanpa melancarkan protes atau mungkin desakan pada Hyunsik. Ia harus mempercayai perkataan pemuda itu, meski hati kecilnya tidak berkata demikian. “Terima kasih. Dan kalau kau bertemu dengan Sungyeol oppa. Tolong katakan aku mencarinya.”
        Hyunsik tak menjawab. Hye Ra juga sudah terlanjur pergi dari sana. Sedikit banyaknya pemuda itu menyesal dengan keputusannya. Ia merasa ada sesuatu pada gadis itu. Tapi tentu saja ia tak berani melanggar janjinya pada Sungyeol.
        Beberapa menit kemudian, Myungsoo dan Eun Gi berhenti dari perdebatan panjang yang tidak penting itu. Dan saat menoleh, ternyata Hyunsik serta Hye Ra sudah tidak ada di sana.
        “Mana Hye Ra?” seru Myungsoo sambil menyapu pandangan ke sekitar.
        “Gadis itu sudah pergi,” kata Hyunsik dari dalam mobil. Ia lalu meninggalkan Myungsoo bersama Eun Gi di sana.
        Myungsoo berdecak kesal. “Aku mencari Hye Ra dulu,” pamit Myungsoo kemudian, dan Eun Gi hanya mengangguk tanpa protes kalau kekasihnya itu sangat mengkhawatirkan sepupunya.

***

        Hye Ra berjalan seorang diri menelusuri taman kota. Tak jauh di depannya ada Hyoyeon duduk seorang diri di kursi taman. Namun tentu saja Hye Ra tak mengenal Hyoyeon. Gadis itu berusaha mengabaikan keberadaan Hyoyeon. Tapi tidak setelah ada seorang pemuda tinggi dengan balutan kemeja putih yang tampak elegan membungkus tubuh rampingnya. Tanpa dasi, sementara bagian lengan kemejanya di gulung hingga siku. Pemuda itu, Sungyeol, terlihat sangat berbeda dari apa yang Hye Ra ketahui selama ini.
        Andai Sungyeol datang sendiri dan tidak menghampiri Hyoyeon, mungkin Hye Ra sudah akan berlari lalu memeluknya dengan erat. Hye Ra menatap tak suka dengan Hyoyeon karena gadis itu langsung memeluk Sungyeol. Memang tak terlalu lama karena Sungyeol tampak tak membalasnya. Setelah itu, Hyoyeon menarik tangan Sungyeol agar duduk di sampingnya.
        Hye Ra yang melihat kejadian itu, segera membalikkan badan. Jika bisa, ingin di depannya tiba-tiba muncul sebuah kolam renang besar dan ia akan langsung menceburkan diri ke dalamnya. Dengan begitu Sungyeol pasti akan mengabaikan keberadaan Hyoyeon. Namun itu semua hanya khayalan belaka. Dan Hye Ra memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.
        Kembali Hye Ra menelusuri taman yang tadi sudah sempat ia lalui Di depannya muncul Woohyun yang setengah berlari dan tampak seperti mengejar seseorang, namun orang tersebut sudah tak terlihat.
        Hye Ra belum menyadari keberadaan Woohyun. Namun tampaknya Woohyunlah yang pertama kali melihat Hye Ra. Dan ia langsung tersenyum lalu mendekati Hye Ra.
        “Ternyata benar yang ku lihat itu, kau.”
        Hye Ra mendongak karena merasa ada seseorang yang bicara dengannya. Terlebih suara itu sangat familiar di telinganya. “Woo… Woohyun oppa?” kejutnya setengah terbata.
        Woohyun masih menyunggingkan senyumnya. Perlahan Woohyun melangkah semakin dekat. “Sedang apa kau di sini?”
        “Oppa sendiri?” Hye Ra malah balik bertanya.
        Woohyun tak menjawab. Ia justru meraih tangan Hye Ra. “Bagaimana kalau kita jalan?” ajaknya. “Ke mana saja yang kau mau,” sambungnya melihat Hye Ra yang bingung.

***

        Hye Ra dan Woohyun menghentikan langkah di depan sebuah makan atas 2 nama. Kim Heechul dan Jung Jessica. Kedua orang tua Hye Ra dan Sunggyu. Sesuai janji Woohyun tadi, Hye Ra meminta pemuda itu menemaninya ke makam orangtuanya. Mereka meletakkan masing-masing bucket bunga yang mereka bawa. Setelah berdoa sebentar, mereka duduk dan masih menghadap makam orang tua Hye Ra.
        Cukup lama mereka terdiam, dan Hye Ra baru menyadari Woohyun tak mengenakan seragam café seperti biasanya. “Oppa kau sedang mengambil cuti bekerja?” tanyanya penasaran. Terlebih ini belum waktunya jam kerja Woohyun selesai.
        Woohyun menunduk dan memastikan pakaian yang ia kenakan saat ini. Kemudian pemuda itu tersenyum lalu menoleh. “Kenapa kau selalu ketinggalan berita tentang café?” kata Woohyun sedikit meremehkan.
        Hye Ra mengerutkan keningnya, bingung. Namun Woohyun juga tak kunjung memberitau apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya Hye Ra hanya berdecak. Sedikit kesal. Seperti yang Woohyun baru saja katakan, ia selalu ketinggalan berita. Pertama tentang perginya Sungyeol, lalu Sungjae yang tiba-tiba sudah bekerja di sana. Setelah ini apa lagi? Mungkin Jeongmin atau Hyunseong mengikuti jejak Sungyeol meninggalkan café.
        Setelah beberapa saat berspekulasi dengan pikirannya sendiri, Hye Ra membulatkan mata. Ia lalu memutuskan kontak mata dengan Woohyun. “Jangan bilang oppa juga ke luar dari café?” tanyanya takut-takut. Ia sangat berharap Woohyun mengatakan hal sebaliknya.
        Woohyun menggenggam lembut tangan Hye Ra.
        Gadis itu tak langsung menoleh. Ia memejamkan mata sesaat dan berusaha menyadari sesuatu. “Oppa layak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sekedar koki di café kecil seperti milik keluargaku,” ujarnya pelan tanpa menatap Woohyun sedikitpun.
        Woohyun terkekeh pelan karena Hye Ra ternyata menyadari hal tersebut. Ia lalu membawa tangan kanan Hye Ra dan ia letakkan di atas pahanya. Woohyun menepuk-nepuk lembut tangan gadis itu. “Tak ku sangka kau bisa berpikir seperti itu.”
        Hye Ra perlahan menoleh, menatap senyuman pemuda di sampingnya tanpa sedikitpun menarik tangannya menjauh dari kekuasaan tangan Woohyun. Ia nyaman diperlakukan seperti itu. Terlebih dari seorang Woohyun. “Oppa sudah seperti Sunggyu oppa ke dua untukku.”
        Mendengar itu, senyuman Woohyun menghilang tanpa sisa. Ia menghembuskan napas sebelum membalas tatapan Hye Ra. “Harusnya aku memang sudah menyadari itu sejak awal,” ujarnya sambil perlahan mengembalikan tangan Hye Ra seperti semula dan kembali membuang pandangannya.
        Hye Ra memiringkan kepalanya agar bisa menatap wajah Woohyun lebih jelas. Ia juga menaruh curiga di sana. “Maksud oppa?” serunya pelan namun terkesan sedikit mendesak. Cukup lama ia menunggu Woohyun meresponnya.
        Woohyun akhirnya menoleh. Ia bahkan sedikit memutar tubuhnya agar bisa menghadap Hye Ra. “Kau hanya menganggapku kakak, kan?” tegasnya memastikan, dan Hye Ra menjawabnya dengan anggukan. “Aku tau, dan…” Woohyun memberikan jeda sesaat sebelum kembali melanjutkan ucapannya. “Dan aku tak bisa menganggapmu sama seperti kau menganggapku.”
        Hye Ra memberikan penekanan dalam tatapannya agar Woohyun lebih detai lagi menjelaskannya.
        “Aku sadar dengan posisiku.” Woohyun mengalihkan pandangannya. Ia tak sanggup berlama-lama menatap gadis di hadapannya. “Kau adalah pemilik café tempat aku bekerja. Dan aku dengan lancangnya mencintaimu diam-diam.”
        Hye Ra membeku mendengar pernyataan cinta Woohyun. Matanya menatap Woohyun, namun pikirannya melayang dari sana.
        Sementara Woohyun sendiri tampak terkekeh dengan semua yang ia katakan. Seakan itu adalah hal memalukan yang pernah terjadi di hidupnya. Woohyun berusaha terlihat santai di hadapan Hye Ra. “Kau jangan terlalu me…” ucapannya langsung terputus ketika menoleh dan mendapati Hye Ra menangis.
        Gadis itu buru-buru menyeka air matanya dengan kasar. “Oppa, aku bukan menangis karenamu,” ujarnya cepat-cepat sebelum Woohyun memikirkan hal tersebut. Hye Ra memang bukan menangis karenanya. Tapi karena semua. Tentang Sungyeol, Hoya, bahkan tentang Haesa dan Sunggyu. Juga kenyataan antara Haesa dan Sungyeol yang baru saja ia ketahui. Terakhir, ia teringat pemandangan beberapa waktu lalu ketika Hyoyeon memeluk Sungyeol.
        Woohyun menahan tangan Hye Ra dan menggantikannya menghapus sisa air mata di pipi gadis itu dengan lembut. “Aku hanya mengatakan apa yang aku rasakan selama ini. Jujur aku cemburu melihat kedekatanmu dengan Sungyeol. Padahal kalian belum lama bertemu. Tapi ku mohon, kau jangan terlalu ambil pusing dengan apa yang aku katakan tadi. Aku hanya ingin menyatakan perasaanku tanpa menginginkan balasan apapun darimu.”
Tak lama setelah menyelesaikan kalimatnya, Woohyun berdiri dan berniat meninggalkan tempat itu. Namun ia merasakan seseorang menahan tangannya. Saat menoleh, ia mendapati Hye Ra sudah berdiri di sampingnya.
        “Kau mau ke mana?” cegah Hye Ra. “Tak ingin mendengar jawabanku?”
        Tanpa sadar Woohyun menggerakan tubuhnya hingga kembali berhadapan dengan gadis itu. Menatapnya tak percaya karena seolah memberikan harapan padanya. Meski ia sudah mempersiapkan diri untuk jawaban terburuk sekalipun.
        Hye Ra menatap Woohyun lembut. “Oppa… aku…”
        Woohyun sampai menahan napasnya, menunggu jawaban yang ke luar dari bibir Hye Ra dengan sedikit tidak sabar.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar