Selasa, 26 November 2013

FC LOVE (chapter 8)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        B2ST/Beast Lee Gikwang
·        Infinite Lee Howon (Hoya)
·        SNSD Im Yoona
Support cast     :
·        Other member B2ST/Beast
·        Other member Infinite
·        Yong Hwa CN Blue
·        Siwan Ze:a
·        Jonghyun, Minho Shinee
·        Member Super Junior
·        All member A-Pink
·        Hara KARA
·        Sulli F(x)
Genre               : romance, family, friendship
Length              : chapter

***

        Gikwang langsung pulang ke apartmennya setelah dari tempat Yong Hwa tadi untuk menitipkan sepeda Yoona yang ia bawa. Ia menyapa beberapa orang yang ia temui sepanjang perjalanan. Mereka tetangga Gikwang di apartmen tersebut. Lalu langkahnya terhenti karena menunggu lift yang masih berada di lantai atas.
        Tak lama kemudian pintu lift terbuka dan memunculkan seorang pemuda dari dalamnya. Pemuda yang sudah tak asing lagi baginya.
        “Junhyung?”
        Pemuda itu, Junhyung, ke luar dari lift dengan sedikit angkuh menatap Gikwang. “Akhirnya kita ketemu di sini. Gue baru aja dari apartmen lo,” jelasnya karena Gikwang mentapnya penuh Tanya.
        “Nyariin gue? Mau ngapain?” Tanya Gikwang. Sedikit malas berurusan dengan Junhyung karena tak ingin merusak kesenangannya hari ini bersama Yoona.
        “Gue tau kalo banyak banget cewek yang naksir sama lo. Tapi gue nggak suka ngeliat lo bersikap seenaknya.”
        Gikwang memutar bola matanya sedikit kesal. Dia lagi nggak pengen main tebak-tebakkan. Dan menurutnya, omongan Junhyung terlalu berbelit-belit. “Kasih tau aja deh apa salah gue di mata lo. Masih kurang udah bikin gue dikeluarin dari sekolah?”
        Junhyung tersenyum sinis. Mengabaikan ucapan Gikwang tentang dikeluarinnya cowok itu dari SMA Paradise. “Kalo lo emang beneran sayang sama Hara, gue harap lo bisa dengan tulus ngejaga dia. Jangan nyakitin hati Hara. Kalo gue tau itu terjadi, lo berurusan sama gue.”
        “Oh, maksudnya lo tadi liat gue boncengan naik sepeda sama cewek, ya?” seru Gikwang yang baru teringat sesuatu. Mobil yang ia lihat tadi bisa dipastikan benar-benar milik Junhyung.
        “Bagus deh kalo lo nyadar. Gue kenal sama cewek yang jalan sama lo tadi. Dia adik pacarnya kakak gue, Taeyeon.”
        Gikwang membulatkan mata. Ia tau pacarnya Taeyeon itu Doojoon. Dan berarti Doojoon itu… Belum sempat Gikwang melanjutkan pikirannya, Junhyun sudah lebih dulu membuyarkan semua.
        “Pikirin baik-baik semua yang gue omongin.”
        Saat menoleh, Gikwang mendapati Junhyun sudah meninggalkannya. Buru-buru Gikwang mengejar. “Eh, tunggu lo, Jun!”
        Dengan sedikit malas, Junhyung berhenti lalu berbalik. “Apa lagi?”
        “Sebenernya gue baru boleh ngomongin ini setelah lo ngedapetin surat kelulusan lo. Tapi gue males salah paham terus sama lo kayak gini.”
        Kali ini giliran Junhyung yang di buat bingung dengan ucapan Gikwang. “Lo ngomong apa sih?”
        “Lo pasti mikir gue ngedeketin, pedekate, pacaran atau apalah terserah lo, sama Hara, kan? Lo salah besar. Kita deket emang karena ada maksud tertentu.”
        “Lo mau manfaatin Hara? Untuk apa?” sela Junhyung yang udah nggak bisa nahan emosinya. “Lo juga anak orang kaya, kan? Eh, maksud gue…” ucapannya terputus karena ia juga sudah mengetahui kondisi keluarga Gikwang sekarang ini.
        “Dengerin dulu bisa kali, Jun!” protes Gikwang, kesal karena Junhyung semakin berpikiran macam-macam tentangnya. “Gue emang deket sama Hara. Tapi bukan karena gue suka atau Hara yang suka sama gue. Dia justru yang minta tolong sama gue,” jelasnya setelah Junhyung mau diam dan mendengarkannya.
        “Minta tolong apa?” Junhyung udah sangat pengen tau tentang Hara yang mendekati Gikwang.
        “Ngaku dulu kalo lo suka kan sama Hara,” kata Gikwang jahil.
        Junhyung tampak salah tingkah. “Apaan sih lo! Nggak!”
        Gikwang tampak gemas dengan ego Junhyung yang sama sekali belum mau ngaku. Padahal semua gerak-geriknya udah mencurigakan ke arah sana. “Ya udah, selamat penasaran sama hubungan gue dan Hara. Karena yang tau tentang ini Cuma gue sama Hara doank.” Gikwang pura-pura ingin meninggalkan Junhyung.
        “Eh, ntar dulu donk.” Junhyung mencegah Gikwang dengan menahan pundak cowok itu.
        “Udah mau ngaku belom?” desak Gikwang. “Masalahnya kalo emang bener lo suka, berarti cinta lo nggak kayak gue ke Taeyeon.”
        Junhyung berpikir sesaat. Ia memang tau cerita antara Gikwang dan kakaknya. Dan ia semakin kesal karena Gikwang juga mendekati Hara. Belum lagi tadi ia melihat Gikwang berboncengan dengan Yoona. “Maksud lo Hara suka sama gue? Beneran?” Junhyung sudah tak bisa menahan rasa penasarannya. Ia bahkan lupa dengan sikap dingin yang selalu ia tunjukkan di depan Gikwang selama ini.
        “Ngaku dulu,” paksa Gikwang. Hanya itu tawaran darinya jika Junhyung ingin mengetahui semuanya.
        Junhyung menatap Gikwang kesal. Ia nggak ingin kelihatan lemah. Tapi ia juga nggak mau nunjukin perasaan gugupnya saat ini. “Iya gue ngaku. Gue emang suka sama Hara. Udah lama. Gue juga tau kalo Hara sama sekali nggak suka sama gue. Makanya karena gue nggak bisa deketin dia, gue nggak mau ngeliat lo nyakitin dia,” kata Junhyung akhirnya. “Puas lo sekarang?” Junhyung masih mempertahankan tatapan tajamnya.
        Gikwang tersenyum. Sangat puas dengan semua jawaban Junhyung. “Gitu donk.” Gikwang menepuk-nepuk pundak Junhyung namun langsung di tepis cowok itu. “Lagian, lo galak sih. Cewek jadi nggak ada yang berani deketin lo, kan?”
        “Sekarang, tepatin janji lo!” Junhyung mengingatkan.
        “Gue ceritainnya di apartmen aja, deh. Lo emang nggak pegel apa berdiri kayak gini terus.” Tanpa meminta persetujuan Junhyung, Gikwang mendahului masuk ke dalam lift.
        Sambil menahan kesal, Junhyung mengikuti Gikwang memasuki lift.

***

        Pagi hari di SMA Paradise. Woohyun tampak menggenggam erat dua buah surat. Dari dua klub sepakbola terbaik di Jakarta. Running Boys FC dan Dream Boys FC. Sialnya, dia bertemu Junhyung yang sudah menatapnya curiga. Junhyung juga sempat melihat logo kedua klub tersebut di masing-masing surat.
        “Surat apaan tuh?” Tanya Junhyung sangat ingin tahu. Namun belum sempat Woohyun merespon, ia sudah lebih dulu menyambarnya. Di sudut surat, ternama nama Lee Gikwang. Ia curiga itu surat penolakan Gikwang karena cowok itu baru saja di keluarkan dari SMA Paradise.
        “Nggak tau. Itu dari pak Heechul,” kata Woohyun. “Gue cari bang Gikwang dulu ya,” serunya beralasan untuk menghindari Junhyung. Ia juga sudah merebut kembali surat di tangan Junhyung.
        “Tunggu… tunggu… tunggu…” Junhyung menahan Woohyun. “Ini biar gue yang kasih,” lanjutnya sambil menyambar kembali salah satu surat di tangan Woohyun. Surat dari FC Running Boys.
        Woohyun tak berani memprotes Junhyung yang sudah terlanjur menjauhinya. Cowok itu Cuma bisa pasrah saja.
        Junhyung berjalan sedikit tergesa-gesa ke ujung koridor yang cukup sepi. Ia tidak menyadari bahwa Hara melihatnya. Cewek itu juga langsung mengikuti langkah Junhyung yang sedikit mencurigakan di matanya. Ia mengawasi Junhyung dari balik tembok.
        Mata Junhyung membulat sempurna melihat isi surat yang telah lancang ia bongkar. “Gikwang di keluarin dari Running Boys?” pekiknya tak percaya. Ternyata dugaannya benar. Ini pasti masih berhubungan dengan dikeluarinnya Gikwang dari sekolah. “Pasti Dream Boys juga ngelakuin hal yang sama,” lanjutnya mengingat satu surat lagi yang masih pada Woohyun.
        “Gue harus bilang ke om Eunhyuk. Gikwang nggak pantes di keluarin. Cukup sekolah dan Dream Boys aja,” serunya sambil mengembalikan surat ke dalam amplop dengan sedikit tergesa. Ia lalu ke luar dari tempat persembunyiannya, dan berhenti tepat di depan Hara. Ia gugup seketika. Bukan karena Hara memergokinya. Tapi karena cerita Gikwang yang kemarin juga.

Flashback…
        “Gue ke toilet bentar, ya. Lo duduk dulu,” kata Gikwang setelah ia dan Junhyung sampai di apartmennya.
        Junhyung tak berkomentar apa-apa karena Gikwang sudah lebih dulu melesat ke dalam. Ia sempat memperhatikan tiap sudut apartmen Gikwang yang bisa tertangkap matanya. Sangat berbeda jauh dengan rumah mewah yang ditempati cowok itu dulu. Meski apartmen ini pun bisa terbilang berfasilitas mewah. Di salah satu sudut ruangan, terdapat kumpulan beberapa foto. Namun hanya ada Gikwang dan Sungmin saja. Serta terselip foto klub sepakbola SMA Paradise.
        Tak lama Gikwang muncul sambil membawa sebuah nampan berisi beberapa jenis minuman kaleng. Junhyung hanya tercengang melihatnya.
        “Lo mau bikin gue kembung?” protes Junhyung.
        “Lo pikir gue tau selera lo kayak apa?” balas Gikwang sambil meletakkan nampan tersebut ke hadapan Junhyung. Mereka duduk berseberangan. “Lo tinggal pilih aja mana yang lo suka,” lanjutnya.
        Junhyung bungkam. Ia memang menyadari pertemanan mereka yang bisa terbilang sangat buruk. “Ya udah. Buruan lo ceritain yang tadi,” tagihnya setelah mengambil salah satu jenis minuman di hadapannya.
        “Tadi kita lagi ngomongin apaan sih?” goda Gikwang pura-pura lupa. “Eh, iya iya. Ini gue baru mau cerita.” Nyali Gikwang ciut melihat tatapan membunuh yang di berikan Junhyung. “Sebenernya Hara tuh…” Gikwang sedikit memperlambat kata-katanya. Ia nyaris tertawa melihat wajah penasaran yang ditunjukkan Junhyung. Sangat berbeda jauh dengan Junhyung yang ia kenal selama ini. “Selama ini dia suka sama lo.”
        “Jangan bercanda lo!” ujar Junhyung tak ingin mempercayai bergitu saja. Tapi nggak di pungkiri juga kalo hatinya bener-bener berbunga dengernya.
        Gikwang berdecak kesal. “Males sebenernya gue cerita. Lo pasti nggak bakal percaya. Gini aja deh, lo Tanya sendiri aja ke Hara. Kalo perlu lo tembak sekalian. Tapi gue nggak bisa janjiin kalo lo langsung di terima. Yang penting usaha aja dulu,” serunya panjang lebar.
        Junhyung menenggak minumannya sebagai usaha menutupi perasaannya yang bercampur aduk itu.
        “Setelah lulus nanti, Hara bakal pindah ke Surabaya.”
        “Apa?” Junhyung menoleh cepat. Beruntung dia nggak sampe tersedak minumannya. Setelah itu hening sesaat. “Hmm… gue bakal coba ngomong ke bokap buat nyabut pengeluaran lo dari sekolah.”
        “Eh, jangan jangan jangan!” sela Gikwang cepat-cepat.
        “Kenapa? Lo nggak tiba-tiba gila, kan? Lo sama aja nggak lulus! Emang lo mau kayak gitu?”
        “Ya nggak lah, Jun. Siapa juga yang mau nggak lulus. Masalahnya pak Heechul udah ngebiayain gue sekolah sampe lulus di SMA Sun Moon nanti.”
        “Ngebiayain sampe lulus?” pekik Junhyung. “Pak Heechul?” ulangnya untuk memastikan.
        Gikwang mengangguk cepat. “Sekalian, ini kesempatan gue buat ngedeketin Yoona,” ujarnya sambil memikirkan jika ia bener-bener satu sekolah dengan Yoona. “Gue juga pengen kayak lo sama Hara, Jun.” Gikwang mengedipkan sebelah matanya, menggoda Junhyung.
        Junhyung hanya menatap Gikwang ngeri sambil menghabiskan sisa minumannya.
Flashback end…

        Hara menatap penuh arti surat di tangan Junhyung. Ia lalu melempar tatapan pada cowok di depannya itu. “Gikwang di keluarin?” tanyanya meminta penjelasan tentang apa yang ia dengar tadi. “Dia udah di keluarin dari sekolah, dan harus dikeluarin dari klub bola juga?” Hara beranjak dari sana dan duduk di kursi tak jauh dari tempat ia berdiri tadi.
        Junhyung ikut duduk di samping Hara. Ia juga nggak berani menatap cewek itu. “Lo pasti mikir gue bukan cowok baik-baik karena gue penyebab Gikwang di keluarin dari sekolah.” Junhyung berusaha menutupi kegugupannya.
        Hara menatap Junhyung bingung.
        “Apa aja yang Gikwang omongin tentang gue?” Junhyung akhirnya memberanikan diri untuk menatap Hara. “Dia pasti benci banget kan sama gue?”
        Hara menggeleng cepat. Tentu saja Junhyung gantian menatapnya bingung. “Gikwang sama sekali nggak nyesel kok di keluarin. Soalnya cewek yang dia suka itu sekolah di SMA Gikwang nantinya.”
        Junhyung mulai memikirkan kesamaan cerita antara Hara dan Gikwang. Mereka jelas terlihat dekat. “Terus, kalo yang Gikwang bilang tentang lo suka sama gue, bener nggak?” tanyanya dengan tatapan lurus. Junhyung hanya berani mengawasi Hara melalui sudut matanya.
        Mendengar itu, Hara menoleh cepat. “Jadi Gikwang udah cerita?” serunya cukup syok karena Junhyung sudah mengetahui perasaannya. Junhyung hanya mengangguk. Hara menunduk dan tak berani menatap Junhyung. “Aku bilang kan kalo udah lulus aja. Kenapa dia nggak nepatin janji?” gumam Hara merutuki Gikwang. “Tau gitu nggak usah minta tolong sama dia, deh.”
        Junhyung yang bisa mendengar itu, hanya terkekeh. Jelas Hara malu berat. Junhyung juga sebenernya sudah ingin kabur saja dari sana jika tidak tau kebenaran itu dari Gikwang. Junhyung memberanikan diri menggenggam tangan Hara. Ia langsung menoleh ke arah lain saat tau Hara menatapnya.

***

        Myungsoo melepas headphone-nya saat melihat Yong Hwa dan Jonghyun berjalan ke arahnya. “Bang Gikwang mana?”
        Yong Hwa dan Jonghyun justru melempar tatapan pada Sunggyu yang tadi bersama Myungsoo. Sunggyu langsung menggeleng seolah mengerti maksud tatapan dua temannya. “Gikwang masih nggak ada kabar.”
        “Bang Yong Hwa bukannya satu apartmen sama bang Gikwang? Emang nggak berangkat bareng?” Tanya Myungsoo yang benar-benar merasa kehilangan salah satu kakak kelasnya itu.
        “Bang, emang bang Gikwang beneran di keluarin dari sekolah?”
        Yong Hwa, Jonghyun, Myungsoo dan Sunggyu sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Tampak Dongwoo yang hanya tinggal beberapa meter saja dari mereka.
        Dari arah berbeda, tampak Woohyun juga mendekat ketika melihat ke lima cowok tersebut. “Bang Gikwang pindah ke mana sih? Gue di titipin ini nih.” Woohyun menunjukkan surat dari FC Dream Boys di tangannya.
        “Surat apaan, nih?” Jonghyun merebut surat itu, namun ia tak berani membongkarnya, hanya melihat tiap sudut amplop saja.
        Woohyun tampak mengangkat bahu. “Gue mana berani liat sih. Tadinya dari Running Boys juga ada. Tapi keburu di rebut bang Junhyung.”
        Mendengar Woohyun menyebut nama Junhyung, ke lima cowok tadi langsung mendongak. Tak jauh di belakang Dongwoo, tampak Junhyung berjalan beriringan dengan Hara. Mereka tampak cukup akrab. Yong Hwa dan yang lain menatap curiga ke arah Junhyung.
        “Surat dari Running Boys buat Gikwang ada di lo? Sini balikin ke kita!” pinta Yong Hwa.
        Junhyung sempat menangkap surat dari Dream Boys di tangan Jonghyun. “Lo mau temen lo itu nggak di keluarin dari klub juga, kan? Gue Cuma bisa bantu yang ini.” Dengan bangganya Junhyung memamerkan surat di tangannya.
        “Maksud lo?”
        Junhyung tersenyum meremehkan. “Tunggu aja.” Tanpa pamit, ia pergi dari sana sambil menarik tangan Hara untuk ikut dengannya. Menerobos enam cowok di depannya.
        “Ra…” seru Sunggyu.
        Hara hanya bisa menatap nanar ke enam cowok yang baru saja ia lalui. Ia belum bisa menjelaskan apapun. Karena untuk masalah surat dari klub itu, ia memang tak tau rencana Junhyung.

***

        Sepulang sekolah, Yong Hwa, Jonghyun, Sunggyu serta Myungsoo mendatangi apartmen Gikwang. Mereka ingin tau kebenaran tentang semuanya langsung dari orang yang bersangkutan.
        “Beneran lo dikeluarin dari sekolah?” todong Yong Hwa ketika Gikwang membukakan pintu. Pemilik apartmen bahkan belum mengijinkan tamu-tamunya untuk masuk atau bahkan menanyakan tujuan mereka datang ke sana.
        Sunggyu mendorong Yong Hwa ke dalam. Sementara Jonghyun juga melakukan hal yang sama pada Gikwang. Dan Myungsoo yang bertugas menutup pintu karena ia yang berdiri paling belakang.
        Jonghyun melempar amplop dari Dream Boys yang sudah sobek di salah satu sudutnya ke atas meja. Tepat di hadapan Gikwang duduk. “Sorry, gue nggak bisa nahan diri untuk nggak ngebuka amplop itu,” jelasnya.
        Gikwang menyambar surat tersebut dan langsung membukanya. Cukup lama ia tertegun membaca isinya. “Akhirnya, yang gue takutin terjadi,” ujar Gikwang sedikit lemah. Ia meletakkan kembali surat ke atas meja tanpa ia masukkan kembali ke dalam amplopnya.
        “Sebenernya Running Boys juga ngirim surat. Tapi keburu di bawa kabur sama Junhyung. Nggak tau deh mau di apain,” Jelas Jonghyun.
        “Pertanyaan gue belom lo jawab!” tuntut Yong Hwa.
        “Lo juga, kenapa akhir-akhir ini susah banget di hubungin sih!” omel Sunggyu menimpali.
        Percuma menyembunyikan semuanya. Cepat atau lambat, Yong Hwa dan yang lain pasti mengetahui tentang rahasia Gikwang. Akhirnya, dengat sedikit terpaksa, Gikwang menceritakan semuanya. Terutama tentang dikeluarkannya ia dari SMA Paradise hanya karena hal sepela.
        “Trus lo nggak protes sama sekali, gitu?” seru Jonghyun. Sedikit tidak terima jika salah satu teman seperjuangannya itu mengalami nasib buruk seperti ini.
        “Lo kenapa nggak bilang kalo kita juga terlibat, sih? Ini kan bukan sepenuhnya salah lo!” Yong Hwa ikut bicara yang disetujui oleh Jonghyun.
        “Denger dulu!” sela Gikwang sebelum Sunggyu sempat ingin berkomentar. “Masalahnya pak Heechul ngebiayain gue sekolah di SMA Sun Moon sampe lulus. Kan kasian kalo beliau juga harus ngebiayain lo bertiga.”
        “SMA Sun Moon?” Tanya Myungsoo yang akhirnya bersuara. Gikwang mengangguk cepat. “Kembaran gue juga sekolah di situ, bang,” serunya bersemangat.
        “Kembaran?” kata Yong Hwa memastikan.
        “Bukannya kembaran lo udah lama meninggal, ya?” lanjut Jonghyun sedikit takut-takut mengungkit masa lalu Myungsoo.
        “Iya.” Sunggyu yang membenarkan. “Tapi karena nama cewek itu Yoona juga, Myungsoo jadi seneng banget ngaku-ngaku kembarannya. Padahal dia lebih tua setahun dari Myungsoo. Bahkan beberapa barang milik almarhum ade gue itu ada yang dikasihin ke Yoona.”
        Myungsoo hanya nyengir mendengar Sunggyu menceritakan tentangnya dan Yoona.

***

        Sepulang sekolah Howon memasuki kamar rawat ayahnya, Siwon. Siwon yang melihat kedatangan anak tirinya itu langsung tersenyum dan membuka lebar ke dua tangannya, menyuruh Howon memeluknya.
        “Ayah kangen sama kamu,” kata Siwon.
        Howon mencibir mengejek. “Dari semalem kan Howon di sini. Pergi juga Cuma ke sekolah doank.”
        Siwon terkekeh mendengarnya. “Hmm… Ayah pengen ngobrol serius deh.”
        Howon melepaskan ransel yang kemudian ia letakkan di bawah, lalu menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur Siwon. “Ngobrol apaan? Pake minta ijin segala.
        “Kamu nggak pengen tau ayah kandung kamu?”
        Howon menatap Siwon dengan tatapan yang sulit di artikan. “Aku punya orang tua sebaik ayah. Dan nggak sedetikpun aku ingat kalau aku punya ayah kandung.”
        Siwon menatap Howon nanar. Hatinya mencelos mendengar betapa besar rasa sayang Howon padanya. Bahkan mungkin bisa lebih besar dari Minho, anak kandungnya sendiri. Tapi biar bagaimanapun, Howon tetap harus mengetahui semuanya, meski Ga In sebenarnya tak ingin Howon tau.
        “Aku dan ibumu dulunya sepasang kekasih. Tapi kita di jodohkan dengan orang lain oleh orang tua kita masing-masing. Dan sebelum Ga In tau dia hamil dirimu, Ga In sudah lebih dulu bercerai dengan mantan suaminya itu. Lalu setahun kemudian kami kembali bertemu. Tak lama setelah ibu Minho meninggal. Kami segera memutuskan untuk menikah setelah itu,” jelas Siwon tentang perjalanan hidupnya dan Ga In.
        Bibir Howon terasa kelu. Ia tak tau harus berbuat apa selain bertanyaa, “ayah mengenal ayah kandungku?”
        Siwon mengangguk samar. “Aku dan Sungmin berteman dekat sejak SMA.”
        “Jadi nama ayahku Sungmin?” seru Howon memastikan.
“Iya. Lee Sungmin.”
“Kau tau dia tinggal di mana?” Entah perasaan dari mana Howon justru penasaran dengan ayah kandungnya itu.
        Kali ini Siwon menggeleng. “Tapi kamu juga perlu tau. Nama ‘Hoya’ adalah pemberian Sungmin yang tadinya ingin diberikan pada anak pertama Sungmin dan Ga In. Tapi Ga In nggak setuju. Aku memutuskan memberikan nama itu untuk nama panggilanmu agar kamu nggak ngelupain ayah kandung kamu.”
        “Aku juga punya kakak? Cewek apa cowok, yah?” Tanya Howon lagi, bersemangat.
        “Cowok. Dan kalo nggak salah namanya Lee Gi…” kalimat Siwon terputus karena pintu kamar rawatnya terbuka. Minho dan Sulli muncul dari baliknya. Setelah itu, obrolan Howon dan Siwon tentang Sungmin harus terhenti.
        “Ayah cepet sembuh donk…” kata Sulli dengan nada manja sambil memeluk tubuh Siwon yang masih berbaring di tempat tidur.
        Howon menatap lurus pemandangan di depannya. Cerita Siwon tadi masih sangat menghantui pikirannya. Tak lama setelah itu, ia memutuskan ke luar dari kamar Siwon.
        “Eh, lusa kita mulai latihan sama Dream Boys,” kata Minho mengingatkan sebelum Howon benar-benar ke luar dari kamar itu.
        Howon hanya mengangguk sekilas. Sementara Siwon menatap kepergian anak tirinya itu penuh arti.
        Di luar ruangan, Howon melihat kedatangan Yoona dan Tifanny dari ujung koridor. Dua cewek itu langsung mempercepat langkahnya ketika melihat sosok Howon.
        “Minho di dalam?” Tanya Tifanny. Setelah Howon mengangguk, Tifannya langsung melesat ke dalam, dan sedikit melupakan bahwa Yoona tadi bersamanya.
        Yoona sudah nyaris menyusul Tifanny, tapi Howon menahannya. “Apaan?” Tanya Yoona. Kedatangan dia ke sana juga ingin menengok Siwon. Sedikit kesal karena Howon seperti nggak ngijinin dia masuk.
        Howon tak mempedulikan kekesalan Hye Ra. Ia justru sibuk memperhatikan seragam Yoona. “Lo anak Sun Moon juga?”
        Yoona memutar bola matanya, kesal. “Lo ke mana aja? Gue kan udah pernah bilang!” serunya mengingatkan.
        “Emang?”
        Yoona menatap Howon gemas.
        “Udah akh. Mending temenin gue ke kantin.” Tanpa ijin, Howon menarik tangan Yoona. “Gue laper. Belom makan,” lanjutnya tak mempedulikan bahwa Yoona sudah memberikan protes keras.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar