Senin, 16 Desember 2019

SKY AND EARTH (7. Calon Menantu)




            Hoshi membenarkan letak ranselnya sambil menatap kagum rumah besar di depannya. “Woo, ini nggak salah alamat?” tanya Hoshi, sambil menoleh ke tempat Jiwoo berdiri.
            Jiwoo terkekeh melihat wajah Hoshi yang seperti baru pertama kali melihat rumah yang besar. “Kaget ya? Gue juga awalnya gitu.”
            “Lu nggak pengen gitu tinggal di rumah ini?”
            Jiwoo menggeleng sambil membuka pintu pagar. “Nggak lah. Kalo di sini kan nggak ada kalian.”
            “Makin cinta gue sama lu.” Hoshi memeluk leher Jiwoo dari belakang sambil mengikuti Jiwoo melangkah masuk.
            “Geli, lu.”
            Hoshi makin tertawa karena balasan ucapan Jiwoo. Mereka terus melintasi halaman luas yang diterangi lampu taman di kanan  dan kirinya sambil tertawa. Sesekali saling mendorong, namun masih diiringi derai tawa. Entah apa yang mereka tertawakan.
            “Hahaha gila gue nggak nyangka Heedo bisa mellow juga.”
            “Iya, makanya.”
            “Mending jadi bini gue aja lah, Woo. Walau berantem mulu juga nggak apa-apa kan jadinya seru. Apa sekalian nih mumpung ketemu orang tua lu, gue ngelamar sekalian.”
            Jiwoo menoyor kepala Hoshi. “Sekolah dulu lu yang bener, bogel. Mau makan apa gue ntar? Makan kodingan?”
            “Oh, nemenin Jiwoo ke sini tuh niatnya mau ngelamar?”
            “Eh?” JIwoo dan Hoshi berujar bersamaan. Terkejut karena ternyata Yuri, ibunya Jiwoo sudah menunggu di ambang pintu. Kedua anak itu sibuk bercanda sejak tadi.
            “Kok malem banget sih nyampenya?” tanya Yuri sambil mengulurkan tangan. Jiwoo dan Hoshi mencium tangan Yuri secara bergantian.
            “Jiwoo aja baru pulang jam 7, tan.” Hoshi yang menjawab karena Jiwoo sibuk menyender manja pada ibunya.
            “Kamu masih kerja? Nggak usah lah, nak.” Yuri membelai rambut Jiwoo. Namun Jiwoo menggeleng.
            “Iseng doang, Ma. Aku malu lah sama Euijin. Pengen belajar cari uang sendiri.”
            “Geli, Jiwoo.” Hoshi pura-pura bergidik melihat tingkah Jiwoo.
            Yuri hanya tertawa melihat kejahilan Hoshi. “Kalian tuh kapan akurnya sih. Gimana nanti nikah?”
Black list Hoshi jadi menantu mama pokoknya. Heedo sama Wooshin aja.”
            “Eh, kalian tuh dateng barengan?” Yuri menatap Jiwoo dan Hoshi bergantian.
            “Ya emang bareng kan, Ma.” Jiwoo balas menatap bingung pada Yuri.
            “Bukan, maksud Mama..” Kalimat Yuri terputus. Tangan wanita itu terangkat, menunjuk ke arah pagar rumah yang terlihat terbuka dengan disoroti sepasang lampu mobil. Salah seorang cowok juga terlihat mendorong pagar tersebut dan membiarkan mobil memasuki halaman.
            “Wonwoo, Ma?” tanya Jiwoo untuk memastikan.
            Yuri mengangguk. “Iya tadi kata Papa, Wonwoo juga mau pulang. Ternyata kalian bikin kejutan ya datengnya barengan?”
            Jiwoo mengerutkan kening. “Tau aja nggak kalau dia mau dateng,” protes Jiwoo yang tidak terlalu dihiraukan oleh Yuri yang tampak antusias menunggu Woonwoo yang ternyata datang tidak sendiri.
            Doyoung dan Taeyong mengikuti langkah Wonwoo. Mereka juga tidak kalah terkejut dengan keberadaan Jiwoo dan Hoshi di sana. Taeyong bahkan sampai beringsut ke balik punggung Doyoung karena melihat keberadaan Jiwoo. Belum lagi cowok itu datang hanya mengenakan kaus dan celana basket.
            “Kok cewek itu bisa ada di sini, sih? Lu janjian sama dia?” Taeyong berbisik di belakang telinga Doyoung.
            “Hah?” Doyoung langsung menoleh. “Gue nggak tau, Bang. Coba sana tanya Wonwoo,” kata Doyoung yang kemudian langsung menghampiri Yuri.
            “Doy, Bang Taeyong. Kenalin ini…” Wonwoo tidak melanjutkan kalimatnya dan hanya mengarahkan telapak tangannya yang terbuka pada Yuri. Cowok itu bingung harus memperkenalkan Yuri sebagai apa. Istrinya papa? Terdengar terlalu kasar.
            Doyoung berinisiatif mengulurkan tangannya terlebih dulu pada Yuri. “Saya Doyoung, tante. Teman sekelas Wonwoo.”
            Taeyong kemudian melakukan hal yang sama seperti Doyoung. “Saya Taeyong. Kakak tingkatnya Wonwoo.”
            Yuri tersenyum menanggapi dua teman Wonwoo. “Nama tante, Yuri. Tante mamanya Wonwoo dan Jiwoo.”
            Jiwoo dan Hoshi berdiri sedikit di belakang Yuri. Hoshi meletakkan sikunya pada bahu Jiwoo sambil berbisik. “Dari sekian banyak mahasiswa di kampus, kenapa mesti mereka ya yang dateng?”
            “Emang lu berharapnya siapa?”
            “Ya nggak tau, sih. Gue jadi ngerasa kayak berurusan sama mereka mulu.”
            “Jiwoo, Hoshi!” Yuri menoleh sambil meneriaki nama mereka, hingga membuat Hoshi sontak menarik sikunya dari bahu Jiwoo. “Ini kenalin dulu temen-temannya Wonwoo. Satu kampus sama kalian juga, kan?”
            Hoshi maju lebih dulu, mengulurkan tangannya pada Doyoung dan Taeyong. “Kenalin gue Hoshi, calonnya Jiwoo. Akh!” Hoshi menoleh sambil membalikkan badan dengan tatapan marah. Satu jitakan tadi berhasil mendarat di kepala Hoshi. “Kok gue dijitak.”
            “Kan elu udah gue black list. Kenapa masih ngaku-ngaku, sih?” desis Jiwoo dengan nada kesal.
            Yuri hanya terkekeh melihat keributan Jiwoo dan Hoshi. Mereka memang selalu seperti itu. “Udah dong, Hoshi. Jiwoo. Mending kita masuk aja, yuk. Makan malam, terus setelah itu kalian istirahat.”
            “Kebetulan Hoshi kangen masakan tante, nih.” Hoshi berinisiatif menyusul Yuri yang lebih dulu masuk ke dalam rumah. Tidak heran mereka memang sudah saling mengenal sebelum ini.
            Jiwoo ikut berbalik, berniat menyusul Hoshi dan Yuri ke dalam. Namun tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan Wonwoo yang sejak tadi selalu mengawasi Jiwoo. Jiwoo hanya membalasnya dengan tatapan bertanya.
            “Kok lu nggak bilang kalo ke sini?” tanya Wonwoo sambil berjalan di sebelah Jiwoo.
            Jiwoo mengerutkan kening. “Sejak kapan kita pernah saling bertukar kabar ya?” Jiwoo balas bertanya pada Wonwoo. Tentu saja Wonwoo tidak bisa menjawab. Jiwoo lebih memilih mempercepat langkahnya
            Wonwoo juga sudah berniat untuk menyusul, namun Taeyong merangkulnya dari belakang. “Ingin menjelaskan sesuatu, Bapak Wonwoo? Kenapa cewek itu ada di sini?”
            “Dia kembaran, lu?”
            Wonwoo dan Taeyong kompak menoleh cepat pada Doyoung. Menatap dengan heran, bagaimana bisa cowok itu mengajukan pertanyaan demikian.
            “Soalnya kemaren Jiwoo juga alergi. Bareng banget sama lu,” ujar Doyoung sambil menunjuk ke arah Wonwoo. “Dia juga alergi kerang, tapi ngakunya dia nggak makan.”
            “Ya mungkin dia alergi makanan lain. Tapi nggak sadar,” sambar Taeyong.
            “Pas itu Wooshin ngomong sesuatu, dia bilang ‘mungkin bukan lu yang makan kerang’, gitu.”
            Taeyong melebarkan matanya sambil menepuk-nepuk pundak Wonwoo hingga cowok itu meringis kesakitan. “Gila kalo beneran, gue mesti baik-baikin Wonwoo.”
            Wonwoo berusaha mendorong tubuh Taeyong, menjauh. “Bang, sumpah lu apa-apaan, sih? Baik-baikin buat apa?”
            Doyoung lebih memilih untuk meninggalkan Wonwoo dan Taeyong masih entah meributkan apa. Cowok itu disambut Yuri untuk bergabung bersama Hoshi dan Jiwoo yang sudah lebih dulu duduk di meja makan. Doyoung memilih duduk berseberangan dengan Jiwoo. Niatnya agar bisa lebih leluasa melirik Jiwoo. Namun keputusan yang salah besar. Doyoung justru disuguhkan keakraban Hoshi dan Jiwoo.
            Hoshi mendekatkan wajahnya pada telinga Jiwoo untuk membisikkan sesuatu. “Gue nggak pernah ngehayal sebelumnya, bisa makan satu meja sama anak-anak geng eliters. Makan satu kantin aja nggak pernah.”
            Jiwoo sedikit bergidik mendengar suara pelan Hoshi yang lebih didominasi hembusan. “Geli, Hoshi!” Jiwoo mendorong kepala Hoshi agar menjauh.
            Wonwoo dan Taeyong akhirnya muncul. Masing-masing mengambil tempat di sebelah kiri dan kanannya Doyoung. “Papa udah tidur, ya?” tanya Wonwoo pada Yuri yang baru saja membawakan satu menu makanan lagi dari dapur.
            “Iya, sayang. Papa harus lebih banyak istirahat,” Yuri berujar dengan nada sedikit sedih sambil meletakkan sebuah piring berisi masakan dengan menu kerang di dekat Wonwoo. “Besok pagi aja ya kalau mau ketemu papa.”
            Wonwoo hanya mengangguk sedikit. Tangannya sudah terulur, namun Doyoung lebih sigap merebut piring berisi kerang yang ingin dijangkau Wonwoo. Doyoung menyodorkan piring tersebut pada Taeyong. Wonwoo melirik dengan ekspresi kesal sambil menyikut Doyoung.
            “Apaan? Nggak usah aneh-aneh. Baru juga sembuh,” protes Doyoung karena menyadari Wonwoo menginginkan makanan itu.
            Mendengar keributan yang dibuat Doyoung dan Wonwoo, membuat Yuri menoleh dengan tatapan ingin tahu. “Loh, Wonwoo sakit? Sakit apa?”
            “Wonwoo alergi kerang, tante.” Doyoung yang menjawab. “Baru kemaren banget kambuh.”
            “Oh berarti kalo Wonwoo alergi, Jiwoo juga ngerasain gatelnya ya?” tanya Hoshi dengan ekspresi polos.
            “Jiwoo sama Wonwoo beneran kembar, tante?” Taeyong menatap Yuri, Jiwoo dan Wonwoo secara bergantian. Tidak bisa menutupi rasa penasarannya.
Yuri tidak langsung menjawab. Wanita itu hanya tersenyum getir. Lalu dengan lembut ia menatap Wonwoo. “Won, maafin papa kamu ya.”
            Wonwoo mendongak, balas menatap Yuri yang duduk berseberangan dengannya. “Nggak apa-apa. Aku juga emang nggak pernah nanya apa-apa.” Wonwoo melihat Yuri yang hanya bisa tersenyum. Lalu tatapan cowok itu bergeser pada cewek disebelah Yuri. “Woo. Maafin gue juga ya gue pernah salah paham sama lu. Dan duit lu juga belum gue ganti.”
            Jiwoo yang semula menatap Wonwoo penuh haru, berakhir dengan cewek itu harus menahan tawanya. “Yaelah, Won. Mumpung di rumah, minta aja sama papa,” ledek Jiwoo yang sontak menyulut tawa di meja makan.

***

            Soyoung berdiri di depan café milik Rowoon yang sudah gelap. Sesekali matanya menatap cemas ke ujung jalan yang sudah tidak terlalu ramai itu. Soyoung melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.

//Jinhyuk//
Jinhyuk : “Sayang, motor aku mogok nih, kayaknya nggak bisa jemput.”
Soyoung : “Oh iya udah nggak apa-apa. Aku naik ojek online aja.”
Jinhyuk : “Hati-hati.”

            “Loh, Soyoung?”
            Mendengar Namanya disebut, cewek itu menoleh. Mendapati salah seorang rekan kerjanya di café berhenti diatas sepeda motornya. “Changkyun? Lu bukannya udah pulang?”
            “Dompet gue ketinggalan tadi. Makanya gue balik lagi. Lu nunggu dijemput? Gue temenin dulu, deh.” Cowok itu kemudian mematikan mesin motornya.
            Soyoung menggeleng. “Mau pesen ojek online aja. Temen gue lagi nggak bisa jemput.”
            “Oh, temen lu yang biasa barengan jemput Jiwoo juga ya?” tanya Changkyun dengan nada sedikit antusias.
Namun berbeda dengan Soyoung. Sebenarnya Wooshin sudah menawarkan diri untuk menjemput, namun Soyoung menolak karena Jinhyuk yang berjanji untuk datang.
            “Oh, yaudah ayo sekalian aja. Rumah lu arah mana?” tanya Changkyun yang bahkan sudah kembali menyalakan mesin motornya. “Sekalian lah biar gue tau juga rumah temen-temen kerja gue.”
            “Sebenernya gue mau balik ke rumah Jiwoo.”
            Changkyun menatap Soyoung. “Eh, tapi gue juga belum tau rumah Jiwoo. Kasih tau jalannya ya.”
            Soyoung hanya menjawab dengan anggukan. Namun belum sempat Soyoung naik ke atas boncengan motor Changkyun, terdengar suara yang berasal dari perut cewek itu. Buru-buru Soyoung mendekap perutnya sendiri sambil menatap ke arah lain karena bisa dipastikan Changkyun langsung menoleh ke arah gadis itu sambil terkekeh.
            “Makan dulu lah ayok, gue juga laper padahal udah makan. Gara-gara rame banget. Belom lagi kalo temen-temennya si bos udah ngumpul,” celoteh Changkyun yang tanpa sadar justru membuat Soyoung terkekeh.
            “Iya gue tau. Kan gue juga ngerasain tadi.”

***

            Jiwoo memasuki sebuah kamar yang akan ia tempati di sana. Tidak terlalu jauh dari kamar orang tuanya. Cewek itu menatap berkeliling. Menyapu pandangan pada tiap sudut ruangan yang dapat dijangkau matanya. Setelahnya, cewek itu langsung membersihkan diri agar bisa segera beristirahat. Jiwoo menyambar ponselnya sebelum menghempaskan diri diatas Kasur.

//The Dreamers//
Euijin : “@Soyoung kamu di mana, sayang?”
Soyoung : “Makan dulu bentar ya beb. Laper nih gue.”
Soyoung : “Mau dibawain apa?”
Euijin : “Nggak usah, gue ngantuk. Kunci udah di bawa kan?”
Heedo : “Sama Jinhyuk?”
Soyoung : “@Euijin aman, beb.”
Soyoung : “@Heedo nggak nih gue sama temen kerja.”
Soyoung : “Jinhyuk motornya mogok.”
Hoshi : “Motornya mogok di café?”
Wooshin : “Maksudnya @Hoshi?”
Hoshi : “Gue liat sosmed temen gue tadi, kayak Jinhyuk.”
Hoshi : “Udah ah, gue mau tidur. Selamat tidur selirku @Hayoung @Jiwoo @Euijin @Soyoung.”
Jiwoo : “Keluar lu dari rumah bokap gue!”
Hoshi : “Hahahahaha.”
Hoshi : “Eh anjir rumah Jiwoo gede banget. Kita mesti ke sini kapan-kapan.”
Hoshi : “Bisa buat main bola, Do. @Heedo.”
Jiwoo : “Palalu, @Hoshi!”

            Hoshi tertawa geli dibalik selimut tebal di kamar yang ia tempati. Namun tiba-tiba Hoshi terlonjak karena ada yang membuka pintu kamarnya. Doyoung muncul sambil memainkan ponselnya. Doyoung sudah berganti pakaian dengan milik Wonwoo. Hoshi sama sekali tidak melepas tatapannya pada Doyoung yang semakin mendekat, bahkan Doyoung sudah duduk di tepi Kasur.
            “Lu, kok di sini? Nggak alergi sama gue?”
            Doyoung menoleh dan justru mendapati Hoshi menutup tubuh dengan selimut, dan hanya menyisakan matanya. “Emang lu sejenis bakteri?”

//Bucinnya Bunda Yoona//
Jungwoo : “Bang @Doyoung, gue belom nemu informasi tentang sodaranya Wonwoo.”
Inseong : “Selamat yang udah punya tunangan @Doyoung.”
Doyoung : “Sewain ring tinju @Jungwoo buat gue gebukin @Inseong.”
Inseong : “Hahahaha.”
Doyoung : “Nggak usah @Jungwoo. Gue udah ketemu langsung sama cewek itu.”
Inseong : “Mau diapain sih emangnya cewek itu?”
Jungwoo : “Dijadiin tunangan bang @Doyoung.”
Inseong : “Tunangan kedua?”
Doyoung : “Udah lah nggak usah aneh-aneh.”
Doyoung : “Gue nggak mau tunangan sama dia kalau Cuma untuk urusan perusahaan.”
Inseong : “Santai, Doy. Lu bisa kerja di kantor gue. Mau posisi sebagai kepala keamanan atau kepala office boy?”
Doyoung : “Yang mana aja gue terima dengan senang hati.”
Jungwoo : “Donor darah berakibat fatal juga ternyata ya?”

            Doyoung menyandarkan badan ke kepala tempat tidur. Cowok itu masih sibuk dengan ponselnya. Sama seperti Hoshi. Namun Hoshi terkadang masih melirik Doyoung hanya untuk mengetahui apa yang biasanya orang kaya lakuin sebelum tidur.
            “Sama aja ternyata,” ujar Hoshi pelan. Menjawab pikirannya sendiri.

//The Dreamers//
Jiwoo : “Iya nggak sengaja datengnya barengan.”
Jiwoo : “Wonwoo ngajak Doyoung sama Taeyong.”
Euijin : “Ah gila temen gue on the way masuk geng eliters nih.”
Jiwoo : “Nggak akan.”
Heedo : “Abang Heedo semakin nggak bisa mengejar nih kalo Jiwoo ketinggian.”
Heedo : “Untung masih ada Euijin sama Hayoung.”
Hayoung : “Ewh. Ogah ya.”
Wooshin : “Wkwwkwk. Heedo lu kurang-kurangin lah godain calon bini gue.”
Euijin : “Dih, ini lagi si Wooshin.”
Hoshi : “TEBAK GUE TIDUR SAMA SIAPA?”
Wooshin : “Gue sunatin lagi lu Hoshi kalo sampe berani tidur sama Jiwoo.”
Heedo : “Nanggung, Shin. Kita kebiri aja.”
Hoshi : *Mengirim foto Doyoung.*

            Jiwoo melebarkan mata melihat kiriman foto dari Hoshi. Foto Doyoung yang diambil secara diam-diam dari sebelah kiri. Jiwoo sampai memperbesar gambar untuk melihat wajah Doyoung lebih jelas. Cowok itu sedang tersenyum tipis melihat layar ponsel.
            “Jiwoo!” terdengar panggilan seseorang dari luar kamar sambil mengetuk pintu kamar Jiwoo.
            “Iya? Masuk aja!” balas Jiwoo dengan teriakan juga.
            Lalu pintu terbuka dan Wonwoo menyembulkan kepalanya. “Woo, gue tidur di sini ya.”
            Jiwoo menatap, bingung. “Emang kamar lu kenapa?”
            “Nggak aman tidur sama Bang Taeyong. Masih mending kena tendang. Kalo kena peluk, gimana?”
            Jiwoo terkekeh geli melihat Wonwoo yang menurutnya lucu. “Yaudah sini. Udah lama nggak tidur bareng. Terakhir mungkin pas bayi, kan?”
            Wonwoo berjalan masuk. “Atau pas masih di perut mama?”
            Jiwoo menggeleng dan tiba-tiba menatap Wonwoo, sedih. Wonwoo tersenyum tipis sambil mengacak rambut Jiwoo yang terurai sebelum menarik selimut dan menenggelamkan tubuhnya di dalam sana.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar