Sabtu, 20 April 2013

KRIS WITHOUT WINGS (part 10)



        Kris dan Baekhyun saling melempar tatapan jahil. Mereka sedikit bersembunyi di balik pilar kampus. Tak jauh dari sana, terlihat Suho berjalan seorang diri. Baekhyun menatap Kris, lalu pemuda itu hanya mengangguk seolah mengerti. Sebelum ini memang ada sedikit rencana antara keduanya.
        Baekhyun berlari ke luar pilar dan pura-pura muncul di hadapan Suho dari arah yang berlawanan. Sementara Kris, tetap berada sedikit di belakang Suho dan berhenti di depan madding kampus.
        Suho tersentak dan berhenti karena ada seseorang yang menghalangi langkahnya. “Baekhyun?”
        Kembali, Baekhyun ‘pura-pura’, seolah ia terkejut dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Suho. “Kau masih mengenaliku?” Baekhyun balik bertanya dengan pasang tampang polos.
        Suho bingung harus menjawab apa. Ia melirik ke sekitar yang sudah menjadikan dirinya dan Baekhyun tontonan mereka. Baekhyun, mahasiswa paling popoler berbicara dengan mahasiswa biasa yang bahkan keberadaannya seperti tak terdeteksi.
        “Baekhyun kau tidak ke kantin?” Tanya seorang pemuda lain yang tiba-tiba saja menghampiri Baekhyun bersama dua temannya yang lain.
        “Aku tidak sedang bawa uang, apa itu artinya kalian akan mentraktirku?” kembali, Baekhyun melakukan acting yang sangat meyakinkan. Karena tidak mungkin seorang Baekhyun tidak bawa uang. Jika memang lupa, uang sisa hari kemarin yang tak sengaja tertinggal di tas atau saku tentu saja masih cukup untuk membeli makanan siang ini.
        Pemuda yang menghampiri Baekhyun tadi saling melempar pandangan dengan temannya. “Maaf, tiba-tiba aku teringat memiliki janji dengan orang lain,” ujarnya terburu-buru dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Baekhyun berdua dengan Suho.
        Baekhyun hanya mengangkat bahu ketika tatapannya bertemu dengan Suho.
        ‘Ternyata seperti itu kehidupan di kampus ini,’ gumam Kris dalam hati yang sejak tadi mengawasi Baekhyun dan Suho.
        “Kris…”
        Kali ini Kris menoleh ketika seorang pemuda menghampirinya.
        “Kau Kris yang memiliki mobil ferary dua pintu itu, kan?” seru pemuda tadi penuh semangat, namun Kris hanya menanggapinya secara datar. “Wah… Kau hebat,” ujarnya lagi, kali ini sambil menepuk pundak Kris. “Bagaimana kalau kita ke kantin bersama?” ajaknya tiba-tiba.
        “Aku kerampokan tadi pagi. Dompetku hilang. Apa itu artinya kau akan mentraktirku makan?” ucapan Kris sama persis dengan apa yang dikatakan Baekhyun.
        Suho dan Baekhyun juga mengawasi Kris masih dari tempat mereka berdiri sekarang.
        “Kau kerampokan, Kris?” Tanya Baekhyun sambil menatap Kris khawatir tak lama setelah pemuda yang menemui Kris pergi. “Kalau begitu, kau gabung saja bersama kami. Suho sedang berbaik hati,” Baekhyun cepat-cepat merangkul Suho. “Dia akan mentraktir kita makan,” seru Baekhyun tanpa meminta persetujuan Suho sebelumnya membuat pemuda itu melirik kesal pada Baekhyun yang hanya di balas senyuman tanpa rasa bersalah.

@@@

        Jongin sedang menunggu bus di halte. Tak lama, sebuah motor sport yang cukup familiar di matanyapun melintas. “Kyungsoo?” gumam Jongin bingung karena Kyungsoo duduk di boncengan motor tersebut. Mata Jongin tak lepas ketika motor tersebut berbelok ke café tempat ia bekerja. “Sehun?” Jongin memicingkan mata untuk memastikan penglihatannya. Ia yakin bahwa yang mengendarai motor itu adalah Sehun. “Akh, tapi kan bukan hanya Kris yang memiliki motor seperti itu,” ujar Jongin lagi untuk memastikan diri.
        Jarak café dengan halte tempat Jongin berada hanya terpaut beberapa meter saja. Jongin sudah hampir mengejar dua anak SMA yang ia yakini sebagai Sehun dan Kyungsoo. Namun ketika melirik jam di tangannya, Jongin berubah pikiran. Terlebih bus yang sejak tadi ia tunggu sudah tiba.
        Jongin menggeleng. “Terlalu mepet. Aku harus segera menemui Suho hyung,” tegasnya lalu segera mengantri untuk bisa memasuki bus.

@@@

        “Kenapa?” Tanya Lay heran karena tiba-tiba Minseok menghalangi langkahnya yang akan memasuki kantin kampus.
        Minseok menatap ke suatu arah. Ia bahkan tak menoleh ketika Lay berbicara. “Chanyeol, Tao,” serunya heran.
        Lay mengikuti arah pandangan Minseok. Benar saja, ia menemukan dua musuh bebuyutannya yang sebenarnya juga kuliah di sana. “Mau apa mereka di sini?” Lay bukan melemparkan pertanyaan, karena ia sama sekali tak membutuhkan jawabannya.
        Tanpa komando, Lay dan Minseok bergerah melangkah ke tempat Chanyeol dan Tao berada.
        Chanyeol dan Tao yang merasa ada orang yang berdiri di samping mereka, langsung menoleh dan menengadah.
        “Minseok? Lay?” seru Chanyeol dan Tao hanpir bersamaan. Mereka juga langsung kompak untuk berdiri.
        “Cepat ikut!” paksa Minseok yang kini sudah menarik kerah kemeja Tao. Lay pun melakukan hal yang sama pada Chanyeol. Chanyeol sendiri sempat merogoh saku jeans dan meninggalkan selembar uang di atas meja sebelum tubuhnya benar-benar di seret paksa oleh Lay.

@@@

        Sehun duduk di hadapan Kyungsoo, namun matanya tetap mengedar seperti mencari-cari sesuatu. Mereka memilih tempat yang cukup dalam. Sehun sedikit memajukan tubuhnya agar Kyungsoo bisa lebih jelas mendengar suaranya, karena siang ini pengunjung café cukup banyak.
        “Mana Jongin hyung?”
        Kyungsoo menggedikkan bahu, “tidak tahu.”
        Tak lama seorang pelayan menghampiri mereka. “Ada yang bisa saya bantu?”
        “Apa kami bisa dilayani oleh Kim Jongin?” Kyungsoo balik bertanya.
        “Maaf, Jongin baru saja meminta ijin keluar dan baru akan kembali nanti sore,” seru pelayan tersebut.
        Kyungsoo dan Sehun saling pandang dan mendesah berat. Tak bisa dipungkiri, mereka cukup merindukan sosok Jongin. Dengan malas, Sehun dan Kyungsoo menerima buku menu dari tangan sang pelayan dan mulai memilih apa yang mereka ingin makan.

@@@

        Kris, Baekhyun dan Suho memilih makan di café kampus. Tak lama setelah selesai makan, Suho tampak melambaikan tangan kepada salah seorang pelayan sebagai tanda ia akan membayar makanan yang ia dan dua temannya pesan.
Tak lama pelayan tersebut kembali sambil memberikan sebuah kartu kredit beserta kertas berisi daftar harga makanan yang mereka pesan dan ternyata telah di bayarkan oleh seseorang. Suho sendiri juga telah mengeluarkan dompetnya.
        Baekhyun mengisyaratkan pelayan tadi agar pergi dan meninggalkan barang-barang tadi di meja karena Suho tak kunjung menerimanya. Kris meraih kartu kredit karena paling dekat dengannya berada, lalu menyerahkan kepada Baekhyun.
        “Apa maksud kalian mempermainkanku seperti ini?” seru Suho tajam dan sedikit tak terima dengan perlakuan Kris dan Baekyun. “Kau bilang…”
        “Dompetku tertinggal?” Baekhyun menyambar ucapan Suho karena ia sudah tahu apa yang ingin dikatakan pemuda itu. “Jadi kau percaya?”
        Suho tak menjawab dan malah melirik tajam ke Kris karena pemuda itu tampak sedikit menahan tawa ketika Baekhyun menyambar ucapan Suho tadi.
        “Suho maafkan kami jika kau tersinggung,” Baekhyun buru-buru menengahi Suho sebelum terjadi sesuatu. “Sekarang kau tidak boleh makan sendiri. Harus mengajak kami. Dan yang tadi, kau lihat sendiri kan? Mereka hanya ada untukku di saat senang. Tapi kau?”
        Suho diam dan Kris juga tak berniat buka mulut.
        “Cobalah membuka diri untuk berteman.”
        Tatapan Suho penuh selidik pada Baekhyun. “Bukankah selama ini kau takut dikucilkan sepertiku? Kenapa kini kau malah susah payah mendekatiku?” Suho kembali melirik Kris. “Apa karena dia?” tunjukknya lalu kembali pada Baekhyun. “Kau boleh berubah pikiran. Dan aku akan melupakan hari ini,” tanpa ingin ucapannya di bantah sedikitpun, Suho segera berdiri dan menyambar ranselnya lalu berlari keluar.

@@@

        Minseok dan Lay membawa Chanyeol serta Tao ke lapangan yang berada di belakang kampus. Tempat tersebut sangat jarang dikunjungi karena lokasinya seperti terpencil. Lay melepaskan genggamannya pada kerah kemeja Chanyeol. Minseok juga melakukan hal yang sama pada Tao.
        “Apa yang kalian lakukan di sini?”
        Chanyeol tertawa pahit menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Minseok. “Apa kalian pikir kami tidak boleh kuliah di sini? Jika kami tau kalian juga melanjutkan kuliah di sini, kami mungkin akan lebih memilih National University!” desisnya tajam.
        Tao melirik Chanyeol sebagai tanda ia tak menyetujui ucapan temannya itu. “Kenapa harus National University? Walau kampus elit, tapi pergaulan di sana sangat buruk.”
        “Kenapa harus protes?” balas Chanyeol tak terima dirinya di salahkan. “Itu kan hanya alasanku saja.”
        “Hei…!” pekik Minseok sebelum Tao sempat buka mulut. “Kami di sini bukan untuk melihat kaliah bertengkar.”
        “Sekarang katakan! Apa yang kalian lakukan pada Luhan hyung waktu itu?” paksa Lay.
        Tao menanggapinya dengan santai. “Sepertinya itu bukan urusan kalian.”
        Chanyeol mengibaskan tangannya. “Sudahlah, jangan membuang-buang waktu untuk masalah itu. Karena sampai kapanpun kami tidak akan mengatakannya,” ujarnya sambil berbalik dan tak lupa mengajak Tao.
        “Kami belum selesai!” geram Lay yang merasa di remehkan. Ia menarik tubuh tinggi Tao lalu memukulnya tepat mengenai wajah. Lay sudah kembali mengangkat tangan, namun buru-buru dihalangi Minseok dan Chanyeol. “Ada apa lagi?” kesalnya.
        “Lawan sparing kita sudah ditetapkan sejak dulu. Kau tidak boleh mengubahnya seenakmu!” cecar Chanyeol mengingatkan sebuah perjanjian tak tertulis antara mereka. “Kau harus tetap melawanku. Dan Minseok yang akan berurusan dengan Tao,” lanjutnya.
        “Kenapa harus diperpanjang!” Lay pun ganti menarik Chanyeol agar sedikit menjauh dari zona kekuasaan Minseok dan Tao.

@@@

        “Suho, maaf. Aku menyesal sempat menjauhimu,” teriak Baekhyun untuk menghentikan Suho. Mereka bertiga sudah cukup jauh meninggalkan café tadi. Dan kini hampir sampai lapangan parkir yang tidak terlalu ramai. “Dan aku tidak ingin menyesal untuk ke tiga kalinya.”
        Suho masih terus berjalan dan Baekhyun serta Kris masih terus mengejar.
        Kris menyambar pundak Suho dan memaksanya untuk berhenti. “Kau boleh saja kecewa pada Baekhyun, tapi tetap saja kau tidak boleh mengabaikan keberadaanku.”
        “Kau tidak akan tahu bagaimana jika kau berteman denganku,” desis Suho tajam. “Baekhyun buktinya. Kau bisa tanyakan padanya,” tegasnya sambil menghentakkan tangan agar ia terlepas dari genggaman Kris.
        Melihat kejadian itu, Baekhyun buru-buru kembali menyambar tangan Suho agar pemuda itu tak lepas begitu saja. Ia menatap Suho sama tajamnya. “Aku tahu kau pasti kecewa karenaku. Tapi, ku mohon kembalilah seperti dulu. Kita sama-sama meninggalkan sahabat terbaik kita di masa lalu. Itu sangat sakit. Dan sekarang, apa kau mau melakukan itu lagi pada orang yang ingin berteman denganmu?” pertanyaan Baekhyun sukses membuat Suho terdiam.
        Kejadian itu terjadi setelah Suho lulus SMA. Ketika mulai kuliah, ia memutuskan untuk menghindari seorang sahabat dekatnya semasa SMA dengan alasan yang mungkin tidak akan bisa diterima jika Suho menceritakannya.
        “Siapa namanya?” Baekhyun tampak berfikir. Di sisi lain, ternyata Kris sedikit menyingkir karena sedang menerima sebuah panggilan. “Luhan?” nada bicara Baekhyun terdengar penuh kemenangan seolah ia tahu segala hal tentang Suho.

@@@

        Jongdae mengejar Luhan yang berlari di depannya. Mereka telah mendapat laporan perkelahian antara Chanyeol dan Tao dengan Minseok bersama Lay di lapangan belakang kampus.
        “Kalian! Berhenti…!” Luhan berteriak meski jarak mereka masih cukup jauh.
        “Lay, hentikan!” Jongdae juga tak hanya tinggal diam.
        Sementara itu, perkelahian masih sangat panas. Tao menghajar Minseok yang kini berada di bawahnya. “Tao!” teriakan Luhan akhirnya bisa menghentikan Tao yang saat itu juga sudah cukup babak belur.
        Di tempat lain, Lay siap kembali memberikan sebuah pukulan pada Chanyeol. “Jangan di situ,” protes Chanyeol sambil memegangi pipinya dengan tangan. “Kau tidak lihat wajah tampanku sudah tak berbentuk?” ujarnya menghalangi tindakan Lay berikutnya.
        Lay seolah tak mempedulikan ucapan Chanyeol. Ia kembali mengangkat tangannya. “Lay, cukup!” seru Jongdae cepat-cepat menahan tangan Lay. “Lay!” tegasnya lagi ketika tangan Lay masih terangkat.
        Luhan menodorong tubuh tinggi Tao agar menjauh dari Minseok. Tatapan Luhan bergantian melirik Tao dan Minseok yang berdiri di ke dua sisinya yang berbeda. “Apa yang kalian lakukan?”
        “Kami hanya ingin membelamu, hyung,” Minseok yang menjawab dan mendapat anggukan dari Lay.
        “Membela atas perlakuan mereka padamu waktu itu,” sambung Lay melengkapi ucapan Minseok.
        “Membela katamu?” Luhan mengulangi ucapan Lay dan Minseok. Ia menatap dua pemuda itu sinis. “Aku tak perlu pembelaan kalian,” desisnya angkuh. “Ayo pergi,” ajaknya sambil mendorong pelan tubuh Tao, sementara Chanyeol otomatis juga ikut melangkah mengejar Tao dan Luhan.
        Chanyeol sedikit menoleh ke arah Lay dengan lirikan penuh kemenangan. Lay yang masih kesal tampak kembali mengangkat tangan membuat Chanyeol langsung melesat pergi.
        “Cukup!” desis Jongdae yang sukses membuat Lay bungkam.

@@@

        Kris menghentikan mobilnya tepat di belakang sebuah mobil mewah yang berhenti di depan halte. “Besok pagi aku tunggu kau di sini,” ujar Kris sebelum Suho keluar dari mobilnya.
        Suho tersenyum dan mungkin ini kali pertamanya ia menunjukkan senyum itu ke hadapan Kris. “Oke,” ujarnya singkat sebelum keluar dari mobil Kris.
        Ketika mobil Kris sudah melintas, Suho melambaikan tangan untuk Baekhyun yang berada di dalam mobil di belakang mobil Kris. Ia kembali tersenyum teringat kejadian hari ini. Rasanya seperti memiliki warna baru dalam hidup. Suho mendesah keras sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil yang sejak tadi menunggunya.
        Tanpa perintah, mobil yang dikendarai sopir pribadi Suho tersebut segera melaju. Entah kebahagiaan apa yang terselip pada diri Suho. Seperti orang jatuh cinta, Suho kerap kali tersenyum sendiri meski ia sembunyikan dari balik buku yang ia baca.
        Seseorang mengkerutkan dahi ketika mengawasi Suho dari kaca di dalam mobil. Sampai-sampai, Suho tidak menyadari jika yang mengendarai mobilnya bukanlah Gwangsoo seperti biasa. Tapi orang lain.
        Jongin mengusap keningnya. “Hyungku kenapa?” desisnya bingung.
        Ini memang telah direncanakan Jongin sebelumnya. Ia bekerja sama dengan Gwangsoo agar Jongin menyamar menjadi sopir pribadi Suho. Jongin bahkan meminjam seragam Gwangsoo untuk mendukung rencananya ini.
        Jongin sesekali masih mengawasi Suho dari balik kaca. Kali ini Suho memang sudah tidak terlihat tersenyum seorang diri, tapi ia tengah menikmati music melalui earphone yang menutupi telinganya. Ada setitik kebahagiaan menyelimuti raut wajah Suho. Lagi, karena terlalu ternggelam dalam dunianya sendiri, Suho kembali tak menyadari bahwa Jongin tidak membawanya ke rumah. Tapi ke tempat lain.
        Suho baru tersadar dari dunianya ketika mobil yang dikendarai Jongin berhenti. “Apa kita sudah sampai?” Tanya Suho sambil menarik earphone yang menutupi kedua telinganya.
        Jongin belum menjawab ataupun bergerak sedikit saja.
        Suho tersentak ketika menyadari tempat di mana ia berada sekarang. “Paman, kita di mana sekarang?” serunya heboh masih sambil celingukan ke kanan dan kiri.
        Jongin penepuk keningnya menanggapi respon dari Suho. “Hyung,” tegurnya sambil berbalik menghadap kursi belakang tempat Suho berada.
        “Jongin?” ujar Suho yang terkejut. “Mana paman Gwangsoo?” desak Suho ketika menanyakan keberadaan sopirnya itu. “Kau culik aku kemana?” pertanyaan Suho terdengar setengah menuduh.
        “Hyung, kau menuduhku menculikmu?” ujar Jongin tak terima.
“Cih, sok tampan sekali kau,” cibirnya.
        “Kau bawa aku ke mana?”
        “Apa kau tidak lihat tulisan di sana?” tunjuk Jongin pada sebuah tulisan besar di hadapan mereka. Jongin mengajak kakaknya itu ke sebuah taman bermain. Suho diam. Jongin mengacak rambutnya, frustasi. “Apa kau tidak suka aku ajak jalan?” Tanya Jongin, kali ini dengan nada sedikit kesal.
        Suho memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang dilontarkan Jongin. “Bukan begitu, tapi…” tak ada lanjutan kata yang ke luar dari mulut Suho.
        Sepertinya Jongin sudah cukup kehilangan kesabarannya. Ia membuka seragam milik Gwangsoo yang sedikit kebesaran di tubuhnya. Lalu ke luar dan membukakan pintu untuk Suho.
        Suho hanya menatap pintu mobil yang dibukakan oleh Jongin.
        “Hyung, kenapa diam saja? Cepat turun,” perintah Jongin dengan nada sedikit memaksa. “Hyung…” kesal Jongin yang kini sudah menarik paksa tangan Suho untuk mengikutinya ke luar.
        Tak ada protesan apapun yang ke luar dari mulut Suho. Pemuda itu hanya mengikuti langkah kaki adiknya. Bahkan ketika Jongin mengantri untuk membeli tiket, Suho tetap berdiri di sampingnya.
        Jongin mengibas-ngibaskan dua lembar tiket ke hadapan Suho. “Ini hasil gajiku selama sebulan. Jadi, jangan kecewakan aku!” ancam Jongin serius.
        “Kau bekerja? Tidak kuliah?” Suho bertanya sambil mengejar Jongin yang sudah lebih dulu menuju pintu masuk.
        Jongin masih belum menjawab pertanyaan Suho, karena setelah itu ia sibuk menunjukkan tiket kepada petugas.
        Merasa sedikit di abaikan, Suho tetap tak putus asa mencecar Jongin dengan pertanyaan seperti tadi. “Kenapa tidak bekerja dan harus kuliah?” ujarnya mengulangi pertanyaan yang masih sama.
        Jongin melirik Suho kesal. Ia sama sekali tak ingin membahas itu saat ini. “Bicarakan itu nanti,” desisnya malas.

@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar