Senin, 22 April 2013

KRIS WITHOUT WINGS (part 11)



        Tao dan Chanyeol tampak setengah berlari untuk bisa mengejar langkah Luhan yang telah mendahului mereka. Seharusnya memang tidak sesulit itu, tapi kondisi Tao dan Chanyeol yang sedikit bermasalah setelah ‘sparing’ tadilah yang membuat mereka sedikit mengalami kesulitan.
        Chanyeol sekuat tenaga mengejar Luhan. Mungkin karena kondisinya sedikit lebih baik dari pada Tao. “Hyung,” teriaknya sambil mengulurkan tangan untuk menggapai Luhan yang hanya tersisa beberapa meter saja dari tempat ia berada.
        “Apa?”
        Luhan yang berhenti dan berbalik dengan tiba-tiba, membuat Chanyeol tak sempat mengendalikan laju larinya hingga benturanpun tak bisa terhindarkan. Chanyeol menubruk tubuh mungil Luhan yang kini tertindih oleh badan jangkung milik Chanyeol.
        “Akh…” Chanyeol dan Luhan sama-sama meringis.
        “Astaga, apa yang kalian lakukan?” Tao berdecak bingung dengan apa yang terjadi.
Chanyeol yang berniat menghentikan Luhan, malah kini mereka jatuh bersamaan. Tao membantu Chanyeol yang menindih tubuh Luhan untuk berdiri. Setelah itu mengulurkan tangannya untuk membatu Luhan berdiri. Tapi apa yang Tao dapat? Luhan menepiskan tangannya.
        “Aku tak perlu bantuanmu,” sergah Luhan dengan angkuh lalu berdiri. Ia menepuk-nepuk celananya dari kotoran akibat terjatuh.
        Chanyeol menangkap tangan Luhan sebelum pemuda itu sempat beranjak dari sana. “Hyung,” lirihnya.
        “Apa yang membuat kau membenci kami?” Tanya Tao mewakili Chanyeol.
        Luhan berbalik sambil perlahan menjauhkan tangan Chanyeol dari tangannya. “Aku tidak akan benci pada kalian asalkan kalian janji tidak akan membahas apapun tentang Kris,” ujar Luhan dengan menunjukkan tatapan dingin.
        “Tapi, hyung,” Tao hendak memprotes.
        “Hyung, apa kau ingin menjauhkan kami dari Kris?” Chanyeol lebih dulu menyelak ucapan Tao.
        “Sudah ku bilang jangan bahas itu,” kesal Luhan karena harus mengulangi permintaannya. Luhan kembali berbalik dan berniat meninggalkan Chanyeol dan Tao.
        Chanyeol menghembuskan napas berat. Di sampingnya, Tao hanya mampun menatap nanar langkah Luhan yang semakin menjauh. “Aku ingin pulang saja, sore ini ada pertandingan,” ujar Chanyeol yang seolah enggan berlama-lama di kampus.
        “Kita masih ada jam kuliah,” seru Tao mengingatkan. Tapi tampaknya Chanyeol sudah tidak ada semangat mengikuti matakuliah hari ini.

@@@

        Sekuat tenaga Jongin menarik tangan Suho agar mau naik wahana halilintar. “Hyung, ayo,” paksa Jongin karena mereka sudah selangkah lagi untuk bisa menaiki permainan itu.
        “Tidak mau,” seru Suho tetap pada pendiriannya. Ia menolak dengan tegas ajakan Jongin yang satu ini.
        “Hyung, kau ini seperti gadis saja,” sindir Jongin yang masih belum menyerah untuk bisa mengajak Suho menaiki halilintar.
        Suho menghentakan tangannya sebagai tanda protes karena Jongin mengatakan dirinya seperti seorang gadis. “Enak saja!”
        Jongin diam sesaat sebelum akhirnya tersenyum jahil. “Itu artinya, kau tidak akan menolak kan, hyung?” itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan, karena Jongin masih saja memaksa Suho dan kali ini berhasil. Mereka sudah masuk lebih jauh, bahkan sudah sampai duduk di dalam wahana tersebut.
        “Awas kau!” ancam Suho kesal atas perlakuan adiknya.
        Jongin menertawai Suho yang cemberut karena kesal dengannya. Mereka memang memiliki sikap bertolak belakang. Suho sebagai anak baik yang sangat patuh terhadap orang tuanya, dan Jongin anak bandel yang memiliki hobi ‘sparing’.
        Jongin masih saja terkekeh melihat raut wajah ketakutan yang ditunjukkan Suho sesaat sebelum wahana meluncur. Dan…
        “Aaaa…” jerit Suho meski wahana tersebut baru bergerak, bahkan belum mencapai kecepatan maksimalnya.
        Beberapa saat setelah selesai menaiki wahana tersebut, Suho turun sambil berpegangan pagar, tiang atau apapun yang bisa ia jangkau dan dijadikan tumpuan. Sementara tangannya yang lain memegangi kepala karena ia juga merasa pusing. Tak jauh dari sana, Suho menemukan kursi pajang dan Suhopun langsung menjatuhkan tubuhnya di sana.
        “Jongin, kau ingin membunuhku?” protes Suho atau dengan kata lain, ia juga menyalahkan adiknya itu atas apa yang ia alami saat ini. “Kau tidak mendengar ucapanku?” tegurnya lagi karena beberapa saat lalu Suho memejamkan matanya, jadi ia tidak sadar jika Jongin tak berada di dekatnya. “Jongin!” panggilnya sambil menoleh ke kanan dan mencari-cari adiknya.
Tidak mungkin Jongin pergi secepat itu. Ketika pandangan Suho menoleh ke arah lain, ia tersentak mendapati sesuatu yang dingin menyentuh hidung mancungnya. Suhopun mendongak dan menunjukkan kepada orang tersebut tatapan membunuh darinya. Siapa lagi yang melakukan itu kalau bukan Jongin.
        “Hyung, kau baik-baik saja?” tegur Jongin tanpa rasa berdosa yang kini sudah duduk di samping Suho.
        Suho menyeka hidungnya yang terkena es krim tadi dengan kasar. Ia tak menjawab kekhawatiran Jongin. Dan nampaknya Jongin seperti tak mempedulikan kondisi kakaknya. Ia justru mengulurkan salah satu tangannya yang menggenggam es krim ke hadapan Suho.
        Suho melirik Jongin dengan tatapan tak suka. “Apa kau sedang berlatih untuk mengajak kekasihmu ke sini suatu hari nanti?” Tanya Suho ketus.
        Tawa Jonginpun pecah tak terkendali. “Apa kau sudah pernah melakukan itu, hyung?” bukannya menjawab, Jongin malah balas memberikan Suho pertanyaan jahil sambil menatap nakal dan hendak mencolek dagu Suho.
        Suho menghalangi tangan Jongin sebelum hal tadi benar-benar terjadi karena bisa saja kini giliran dagunya yang terkena es krim akibat perbuatan Jongin.
        “Kau ingin menjadi playboy?”
        Jongin berdecak kesal dan menoleh ke arah lain karena tak ingin menanggapi pertanyaan Suho tadi. “Aku tidak seperti Chanyeol,” gumam Jongin nyaris tak bersuara. “Hei! Hyung!” protes Jongin karena tanpa sepengetahuannya, Suho menyambar es krim dari salah satu tangannya.
        “Apa? Mau protes?” seru Suho sebelum Jongin benar-benar memprotesnya. “Kau sudah hampir membuatku pingsang.”
        Jongin tidak jadi kesal karena melihat Suho mulai menjilati es kris yang baru saja direbutnya. Ia kini malah tersenyum karena ternyata Suho masih seperti kakaknya yang dulu. Tidak ada yang berubah.

@@@

        Sepulang sekolah, Sehun langsung bergegas menuju lantai dua rumahnya. Sehunpun membuka salah satu pintu, lalu melesat masuk. Setelah melemparkan ranselnya ke sembarang tempat, Sehunpun menghempaskan tubuhnya ke kasur.
        “Aku lelah…” keluhnya berbicara sendiri.
        “Memang siapa yang bertanya?”
        Sehun tersentak sambil bangkit karena ada seseorang di kamar itu. “Astaga, ternyata kau hyung,” ujar Sehun santai lalu kembali berbaring dan tak mempermasalahkan Kris ada di ruangan itu dan sedang bermain laptop di atas meja belajarnya.
        Kris melepas kacamata lalu memutar kursinya hingga menghadap Sehun. “Kau pikir ini di mana?”
        Sehun yang baru saja memejamkan mata, harus kembali membuka mata setelah mendengar pertanyaan Kris. Ketika menoleh, ia menemukan poster salah seorang pemain basket terkenal yang menjadi favorit Kris. Jelas saja Kris di sana, ini bukan kamar Sehun. Tapi pemuda itu sama sekali tak ada niat untuk beranjak dari sana.
        “Ternyata aku salah kamar,” seru Sehun tanpa rasa berdosa. Ia justru merentangkan tangan seraya menikmati nyamannya kasur besar di kamar Kris. “Pantas saja kasurnya lebih besar. Kau kan tahu hyung, kasur di kamar ku tak sebesar ini,” lanjutnya masih sambil berbaring di atas kasur Kris.
        Kris berdecak tak tertarik dengan apa yang dikatakan Sehun. “Kalau kau ingin kasur yang lebih besar, kau bisa ke kamar Luhan,” ujar Kris membalas ucapan Sehun.
        “Kau pelit sekali, hyung,” cibir Sehun kesal karena dengan kata lain, kakaknya itu seperti tak mengijinkan ia berada di sana walau hanya sebentar saja.
        Tidak seperti apa yang Sehun bayangkan, Kris justru tertawa geli melihat sikap kekanakan yang ditunjukkan Sehun. Ia tak ingin ambil pusing apalagi mengganggu Sehun yang katanya ingin menikmati kasur di kamarnya. Kris kini lebih memilih memutar kembali kursinya lalu mengenakan kacamata dan melanjutkan mengerjakan tugas kuliahnya.
        Tangan Sehun meraba sprei. Di sana ia menemukan ponsel Kris yang tergeletak. Tanpa pikir panjang, Sehun langsung menyambarnya. Dan tanpa ijin, Sehun mulai menjelajahi isi ponsel milik Kris. Tak lama, sebuah pesan multimedia masuk. Sehun sedikit mengerutkan kening ketika membuka foto kiriman dari Baekhyun.
        “Ku fikir kau foto dengan kekasihmu,” seru Sehun tak sopan. Namun Kris seperti tak mendengar apa yang dikatakan adiknya itu. “Apa setelah ini kau akan meninggalkan mereka seperti kau meninggalkan Chanyeol dan Tao,” sindirnya karena foto tersebut adalah foto Kris bersama Baekhyun dan Suho di kampus tadi siang.
        Ucapan terakhir Sehun membuat Kris akhirnya tersentak. Ia belum ingin memutar kursi untuk menghadap Sehun.
        “Aku tidak tahu apa alsanmu melakukan itu. Tapi ku harap Chanyeol dan Tao menjadi yang terakhir. Namun jika ternyata kau kembali bersikap seperti itu,” ujar Sehun panjang lebar dan sedikit memberi jeda sebelum melanjutkan ucapannya. “Entahlah, mungkin aku tidak akan mudah memaafkanmu.”
        Kris menoleh. Di saat yang bersamaan, ternyata Sehun baru saja menutup pintu kamarnya dari luar. Kris menghembuskan napas berat. Di lepaskannya kacamata yang sejak tadi bertengger di wajahnya. Ia sedikit memijat keningnya yang menjadi sedikit pusing.
        Beberapa saat kemudian, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Kris dan akhirnya membuat pemuda tinggi itu bergerak meraih ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Kris menatap bingung layar ponselnya yang menunjukkan nama Sehun sebagai pengirim pesan.
        Kau tidak tahu kan? Kalau Luhan hyung mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari Chanyeol dan Tao karena perbuatanmu. Jika itu kembali terjadi, kali ini aku serius tidak akan memaafkanmu.
        Kris beralih ke pesan lain dari Baekhyun yang tadi masuk ke dalam ponselnya dan telah di buka oleh Sehun. Kris melempar kasar ponselnya setelah melihat foto tadi lalu melesat ke luar kamar. Kris terkejut karena Sehun ternyata masih berdiri di sana, menunjukkan tatapan yang sulit untuk diartikan. Kris juga tak berkata apa-apa, ia segera pergi dari sana meninggalkan Sehun sendiri di depan kamarnya.

@@@

        Suho menatap es krim di tangannya yang berkurang setengah, lalu melirik Jongin yang masih menikmati es krim miliknya. Jongin sendiri tampaknya tak menyadari apa yang tengah dilakukan Suho saat ini. Nampaknya jika sedang bersama Jongin, ide jahil di benak Suho muncul dengan sendirinya.
        “Jongin…”
        Jongin menoleh ketika mendengar Suho menyebut namanya. “Apa?” chu, ternyata Suho menyodorkan tangannya yang memegang es krim ke dekat wajah Jongin. Jadi ketika Jongin menoleh, otomatis pipi Jongin akan menyentuh es krim yang disodorkan Suho. “Hyung!” protes Jongin sambil memegangi pipinya yang terkena es krim.
        Suho tertawa geli melihat tampang kesal yang ditunjukkan Jongin.
        “Hyung!” tegas Jongin lagi, kali ini ia sudah berdiri dihadapan Suho.
        “O… ow,” desis Suho yang langsung diam dan tak menyisakan tawa sedikitpun. Tanpa pikir panjang, Suho melempar sisa es krimnya sembarangan.
        Jongin juga melakukan hal yang sama, membuang es krimnya sembarangan. “Jangan lari kau Kim Suho,” teriak Jongin tak sopan karena menyebutkan nama kakaknya tanpa menggunakan kata sapaan formal kepada orang yang lebih tua.
        Seperti tak mempedulikan tatapan dari orang-orang di sekitar, Suho tetap berlari menghindari kejaran Jongin. Tapi tetap saja Suho bukan tandingan Jongin, karena dengan mudah Suho menyambar kerah belakang kemeja milik Suho.
        Suho yang sekuat tenaga melepaskan diri, justru malah tak bisa menyeimbangkan tubuh ketika Jongin menarik kerah kemejanya dari belakang. Mungkin karena keduanya mengeluarkan tenaga masing-masing, Suho akhirnya malah terjungkal dan menimpa tubuh tinggi Jongin. Suho berusaha melepaskan diri, namun Jongin tak akan melepaskan Suho bergitu saja hingga mereka melakukan gulat seperti waktu kecil yang sering mereka lakukan ketika bertengkar.
        Tawa Jongin di tengah-tengah pergulatan itu tiba-tiba lenyap ketika mendapati banyak mata tertuju pada mereka. “Apa kalian tidak pernah melakukan ini?” Tanya Jongin tajam.
        “Jongin,” seru Suho yang akhirnya sadar dengan apa yang mereka lakukan di depan umum.
        Jongin diam seiring dengan orang-orang yang mulai meninggalkan mereka di sana. “Sepertinya kita harus mencari tempat untuk bergulat,” sarannya membuat Suho tertawa.
        Suho merangkul pundak Jongin yang lebih tinggi darinya. “Bagaimana kalau kita sewa hotel atau apartmen?” tawarnya.
        Jongin tak langsung menyetujui karena kembali beberapa orang menatap aneh ke pada mereka. “Kami bukan penyuka sesama jenis! Dia hyungku!” tegas Jongin untuk menepiskan kecurigaan orang-orang yang menatap mereka heran.
        “Sudahlah, jangan mempedulikan mereka,” ajak Suho sambil mendorong tubuh Jongin agar meninggalkan orang tadi.

@@@

        “Chanyeol shoot,” teriak Jongkook, pelatih basket tim ‘running boy’ dari tepi lapangan.
        Suasana cukup tegang terutama untuk kubu ‘running boy’ karena mereka tertinggal poin dari lawan mereka, ‘black inject’. Joongki yang saat itu tengah duduk di bangku cadangan juga tak kalah tegangnya.
        “Akh…” desis Joongki kecewa karena Chanyeol gagal memasukkan bola ke dalam ring.
        “Sampai kapan kalian akan menyimpan Kris?”
        Mendengar salah satu anggota tim lawan menyebut nama Kris, sontak Joongki dan Jongkook menoleh.
        “Apa maksud kalian?” balas Jongkook yang tak suka dengan pertanyaan dari rivalnya itu.
        Joongki menatap sekelilingnya yang terasa sepi. Beberapa orang yang ia lihat tampak menatap ke arah belakang Joongki. Seperti terbawa suasana, Joongki juga ikut menoleh dan sontak saja ia terkejut dengan apa yang ia lihat.
        “Kris?” seru Joongki tak percaya.
        Sejak beberapa menit yang lalu, Kris memang telah berdiri di sana. Ketika mendapati Joongki yang sudah menyadari keberadaannya, seperti menghindar, Kris segera melesat pergi meninggalkan lapangan basket.
        “Kris, tunggu,” teriak Joongki yang langsung mengejar Kris.
        Sementara itu di area tribun penonton, Tao berada di salah satu kursi di sana. Ia juga menyadari ketika Joongki berlari mengejar seseorang yang ia yakini pasti itu Kris. Segera saja Tao bergegas mengejar Joongki.
        “Kris?”
        Setelah cukup jauh dari area lapangan basket dan ada seseorang yang memanggilnya, Krispun akhirnya mau berhenti. Awalnya ia pikir Joongki yang memanggil, namun ketika berbalik, Joongki juga sudah menoleh ke belakangnya. Ternyata ada seseorang lagi di belakang Joongki.
        “Tao?” gumam Kris pelan. Niat Kris ke sana memang hanya ingin melihat Chanyeol meski hanya dari jauh. Dan tak di sangka ia juga bertemu dengan Tao di sana. Itu artinya, misi Kris sudah selesai. Bahkan sama saja seperti ia mendapatkan bonus, yaitu juga bertemu dengan Tao. Kris hanya menunjukkan senyumnya sebelum berbalik menuju mobil untuk meninggalkan tempat itu.
        Joongki ikut berlari setelah Tao mendahuluinya.
        “Kris! Berhenti!” teriak Tao sambil mengejar mobil Kris yang sudah melesat kencang. “Akh!” Tao kesal karena tak bisa mengejar Kris. Ia menendang angin, frustasi. Sedetik kemudian, ia teringat satu orang lagi yang berada di antara dirinya dan Kris. Joongki.
        Joongki berusaha mengalihkan pandangan agar tidak bertemu dengan tatapan membunuh yang ditunjukkan Tao saat itu. Joongki melirik dengan gelisah terlebih ketika Tao mulai mendekat.
        “Apa yang kau sembunyikan dariku dan Chanyeol?” Tanya Tao tajam dan penuh selidik.
        Joongki menelan ludah, gugup. Tidak tahu apa yang harus ia katakan. “Aku…” ujarnya sedikit tergagap.
        Merasa tak mendapatkan jawaban seperti apa yang diharapnkan, dengan kasar Tao menarik seragam bakset yang dikenakan Joongki. “Apa yang kau sembunyikan dariku dan Chanyeol?” ulang Tao yang bertanya tepat di depan wajah Joongki. Kali ini lebih tegas.
        “Tidak ada yang ku sembunyikan,” seru Joongki akhirnya setelah sudah payah mengumpulkan keberanian. Jelas saja Joongki sedikit merasa takut, ia tahu bagaimana reputasi Tao dalam urusan berkelahi.
        Tao tak bisa percaya begitu saja. Masih diselimuti emosi, Tao mengangkat satu tangannya yang terkepal dan siap menghajar Joongki.
        “Tao hentikan!” teriak Chanyeol dari kejauhan sebelum Tao benar-benar melancarkan aksi pukulnya. “Lepaskan Joongki hyung,” pinta Chanyeol yang kini sudah menggenggam tangan Tao yang masih menggenggam erat di baju Joongki.
        “Dia menyembunyikan sesuatu tentang Kris, dan kau pasti tidak tahu kalau Kris baru saja dari sini,” kesal Tao yang masih belum mau melepaskan Joongki. Tangannya yang lain juga masih mengepal.
        Mendengar ucapan Tao, Chanyeol segera menatap Joongki seperti meminta penjelasan.
        Joongki berusaha bersikap tenang sebelum berkata, “satu-satunya orang yang bisa memberikan kalian jawaban itu hanyalah Kris. Bukan aku, Luhan, Sehun, atau yang lain.” Kalimat yang dikeluarkan Joongki sudah mewakili semuanya hingga membuat Tao bungkam.
        Chanyeol kembali menatap ke arah Tao, namun pemuda itu tak balas menatap dan malah melirik sesuatu dengan tatapan tak focus. Perlahan genggaman tangan Taopun terlepas dari baju Joongki dan akhirnya membuat Joongki menghela napas lega.
        Tanpa pamit atau berkata sesuatu, Tao lebih memilih pergi meninggalkan Chanyeol yang masih bersama Joongki dari pada ia semakin tak bisa lepas kendali.
        “Maaf, hyung,” lirih Chanyeol sekaligus mewakili Tao. Lalu ia ikut pergi dari sana. Bukan menyusul Tao, melainkan kembali ke dalam gedung tempat tadi ia bermain basket karena barang-barangnya masih berada di sana.

@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar