Senin, 08 April 2013

KRIS WITHOUT WINGS (part 4)



        “Kau bermain basket lagi, Kris?” tegur dokter Jaesuk ketika Kris dan Joongki muncul.
        Kris duduk di hadapan dokter Jaesuk, sementara Joongki memilih menyingkir ke sudut ruangan melanjutkan tugas yang biasa ia lakukan. Kris menghela napas berat.
        “Bukankah olahraga itu baik, dokter?” Tanya Kris yang secara tak langsung membela diri atas keputusannya untuk tidak meninggalkan basket seperti yang selalu dokter Jaesuk voniskan padanya.
        “Asal kau tidak menjalaninya dengan berlebihan.”
        “Dokter. Selama ini aku selalu turun di pertandingan tidak pernah lebih dari 15 menit. Apa itu berlebihan?” Tanya Kris seolah mendesak dokter Jaesuk.
        Dokter Jaesuk seperti tak mendengar ucapan Kris. Ia tampak menyibukkan diri dengan pekerjaan yang lain.
        Merasa diacuhkan, Kris berbalik untuk menatap Joongki. “Hyung, bantu aku.” Kris meminta pertolongan.
        Joongki menghembuskan napas. “Kau tidak salah, Kris.”
        “Benarkan?” seru Kris ketika mendapat pembelaan dari Joongki. Namun ketika berbalik, ia sudah mendapati dokter Jaesuk di tempat lain.
        “Cepat berbaring.” Perintah Jaesuk. Meski sedikit enggan, Kris tetap menuruti.

@@@

        Kris menutup pintu dibelakangnya, namun belum sempat Kris melangkah, pintu tersebut kembali terbuka. Kris pun berbalik dan mendapati Joongki yang baru saja menutup pintu tersebut.
        “Ku pastikan kau akan tetap bermain basket.” Ujar Joongki menyemangati sementara tangan kanannya terjulur untuk memberikan sebuah tabung berisi obat untuk Kris.
        Kris menerima tabung pemberian Joongki dengan sangat terpaksa. “Sampai kapan aku harus menggantungkan hidup dengan benda ini?”
        Joongki menyentuh pundak Kris. “Bersabarlah, Kris.” Joongki memberi jeda sesaat dalam ucapannya. “Hari itu pasti akan tiba.” Lanjutnya.
        Kris berusaha mengukir senyuman di bibirnya. “Demi kalian yang cinta padaku.”
        Joongki menertawai ucapan Kris. “Kris…” panggil Joongki ketika Kris hampir berbalik. “Ku dengar kau ingin pindah rumah?”
        Kris tampak memutar bola matanya. “Luhan nyung terlalu sering pulang malam. Bahkan tak jarang dia sampai tak pulang. Jika begitu, kapan aku bisa membuat Sehun dekat dengannya.” Tawa Kris di akhir kalimatnya.
        Joongki diam tak menanggapi bahwa semua ucapan Kris terdengar lucu. ‘Mendekatkan Sehun ke Luhan?’ Joongki berujar dalam hati. Joongki cukup banyak tahu tentang Kris dan keluarganya.
Kris terdengar frustasi dengan penyakit yang bisa saja merenggut nyawanya kapanpun. Yang Kris inginkan hanyalah Sehun tak terlalu sakit jika salah satu sayapnya hilang. Walau tak terlalu dekat dengan Luhan, Sehun selalu menganggap dua hyungnya itu sebagai sayapnya yang akan membuat Sehun tak berguna jika salah satu sayapnya itu hilang.
        “Ayo ku antar pulang.” Tawar Joongki untuk mengalihkan pikiran Kris sementara waktu.

@@@

        Baru saja Kris menutup pintu dibelakangnya, Sehun sudah lebih dulu mengejutkannya. “Apa yang kau lakukan?” tegur Kris sedikit kesal.
        “Luhan hyung tidak pulang lagi malam ini.” Cerita Sehun dengan nada sedikit di buat-buat.
        Kris hanya menghela napas. Ia menatap Sehun lembut sambil mengusap kepala adiknya itu. “Aku juga sedih kesibukan Luhan hyung membuat kita jarang bersama.”
        “Kalau begitu, malam ini aku tidur bersamamu ya, hyung.” Pinta Sehun sambil menunjukkan tatapan manjanya.
        Sontak Kris menjauhkan badannya dari Sehun. “Berhenti bersikap seperti itu.” Omel Kris membuat Sehun mengerucutkan bibirnya seketika. “Kau sudah SMA.” Lanjut Kris sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Sehun di sana.

@@@

        Kris, Chanyeol dan Tao bersusah payah menerobos kerumunan untuk melihat hasil ujian kelulusan mereka. Tiga pemuda bertubuh tinggi ini tak terlalu mengalami kesulitan berarti untuk melihat tulisan di papan pengumuman.
        “Yeah… Tao… Aku menang darimu.” Seru Chanyeol girang layaknya mengalahkan Tao di pertandingan bela diri terbesar.
        Tao mendengus kecewa. “Kita hanya beda satu poin.” Sinisnya yang tak terima dikalahkan oleh seorang Chanyeol. Tapi Chanyeol tetap bersorak gembira karena kenyataannya ia tetap mengungguli Tao. “Kris…” tegurnya karena dilihat Kris masih mencari-cari. Mungkin Kris belum menemukan namanya.
        “Apa kau belum menemukan namamu?” Tanya Chanyeol mewakili pertanyaan Tao yang belum sempat diutarakannya.
        “Iya…” ujar Kris singkat namun masih terus menajamkan mata untuk mencari namanya. “Apa jangan-jangan aku tak lulus?” lanjutnya dengan nada pesimis.
        Tao dengan sangat berani memukul kepala Kris. “Cari dulu yang benar.” Perintah Tao galak sebelum Kris yang lebih dulu menatap galak padanya.
        “Aku akan bantu mencarikan.” Putus Chanyeol dengan senang hati.
        “Kris…” panggil seseorang. Namun tak hanya Kris yang menoleh, Chanyeol dan Tao pun ikut menoleh karena mereka sangat mengenal baik siapa sang pemilik suara.
        “Bisa ke ruanganku?” Tanya pak guru Sukjin.
        Kris hanya mengangguk lalu berniat mengikuti langkah kaki Sukjin, namun Chanyeol lebih dulu menahan tubuh Kris. “Apa?” desis Kris.
        “Kau jangan khawatir. Ku dengar tahun ini murid sekolah kita lulus seratus persen.” Bisik Chanyeol di tengah-tengah Kris dan Tao. Wajah Kris cerah seketika. Tao pun ikut tersenyum atas kebahagiaan Kris. Tidak hanya Kris, tapi kebahagiaan mereka bersama.

@@@

        “Jongin…” suara Minseok menggema di sepanjang koridor hanya untuk menghentikan langkah Jongin.
        Lay muncul dari arah lain. Ketika mendapati Minseok melintas di hadapannya, Lay segera menyusul karena di ujung koridor sana ia juga melihat sosok Jongin.
        “Kenapa buru-buru?” Tanya Minseok khawatir ketika sampai di hadapan Jongin.
        Jongin hanya tersenyum lembut menanggapi pertanyaan temannya itu. “Tidak.”
        “Hyung…” Kyungsoo muncul dari kejauhan dan langsung mendekati Jongin yang bersama Minseok dan Lay. Sehunpun mengikuti Kyungsoo dari belakang.
        “Selamat atas kelulusan kalian.” Ucap Sehun sebelum Kyungsoo mengucapkan lebih dulu dari padanya.
        “Terima kasih Sehun.” Lay yang menjawab mewakili Minseok dan Jongin. Ia pun menjadi yang pertama memeluk Sehun membuat adik dari musuh besarnya itu menegang. Minseokpun ikut memeluk Sehun dan Lay sebagai tanda suka cita mereka. Disusuk Kyungsoo kemudian.
        Tersisa Jongin. Namun pelukan lebih dulu terlepas. Terlalu banyak yang ia pikirkan saat ini.
        “Hyung, selamat.” Seru Sehun lagi sambil tersenyum khusus untuk Jongin karena tersisa pemuda berkulit sedikit gelap itu yang belum merespon ucapan selamat darinya.
        Seketika Jongin menjadi serba salah. Minseok dengan jahilnya sedikit mendorong tubuh Jongin ke arah Sehun. Dengan kakunya Jongin dan Sehun saling berpelukan dan itu hanya terjadi selama beberapa detik. Meski sering bersama, namun hubungan Jongin dan Sehunlah yang paling dingin.
        “Hyung ayo rayakan.” Usul Kyungsoo yang telah terbawa suasana bahagia semua kakak kelasnya yang merayakan kelulusan mereka hari ini.
        “Bagaimana kalau di rumahku?” tawar Lay yang sangat menyetujui saran dari Kyungsoo.
        “Oke, nanti malam.” Putus Minseok yang langsung di balas anggukan dari Kyungsoo dan Lay, lalu di susul Jongin tak lama setelah Minseok meliriknya.
        “Sehun, kau ikut, kan?” Tanya Kyungsoo penuh harap.
        Sehun melirik satu-persatu pemuda di hadapannya. Ia sangat ingin ikut, tapi di sisi lain ia juga sangat ingin mendampingi Kris yang juga menghadapi kelulusan hari ini.
        “Sehun…” tegur Lay membuyarkan lamunan Lay.
        Sehun mendongak. “Maaf Lay hyung.” Sesalnya. Hanya dengan kata ‘maaf’ saja sudah bisa menjawab pertanyaan bahwa Sehun tidak bisa ikut bergabung.
        “Kenapa?” Suara Kyungsoo terdengar kecewa.
        “Ayah, Ibu, Luhan hyung dan…” Sehun hampir saja menyebut nama Kris. Sebenarnya ia sangat ingin mengakui dan membanggakan Kris di hadapan teman dan kakak kelasnya tersebut. Tapi Kris selalu saja melarang. Dan jika bercerita, Sehun akan menyebut nama Luhan meski sebenarnya Krislah yang tengah ia bicarakan. “Ayah, ibu dan Luhan hyung…” ralat Sehun sebelum yang lain menatapnya penuh selidik. “…telah berjanji akan pulang dan makan malam bersamaku.”
        Kyungsoo menyentuh pundak Sehun ketika pemuda itu mengakhiri ucapannya. “Tak apa Sehun.” Ujarnya tak keberatan. Kyungsoo sangat mengerti kondisi Sehun yang sering tinggal sendiri di rumah.
        “Salam untuk mereka. Aku sangat ingin mengenal hyungmu.” Kata Minseok menimpali agar Sehun tak semakin kecewa.
        “Nanti akan ku kenalkan.” Janji Sehun. ‘Setelah Kris hyung mengijinkanku untuk mengakuinya sebagai hyungku di depan kalian.’ Lanjut Sehun namun hanya sanggup ia katakan dalam hati saja.

@@@

        Sukjin menatap tiga muridnya dengan seksama. Lalu menghembuskan napas detik berikutnya. Sukjin baru saja hendak membuka mulut namun lebih dulu di sambar oleh Kris, satu-satunya murid yang berani melakukan itu padanya.
        “Selamat, pak.”
        Chanyeol dan Tao saling melempar pandangan bingung mendengar ucapan Kris. Terlebih Sukjin yang bisa saja pingsan di tempat jika tidak terbiasa menghadapi Kris. Chanyeol mengisyaratkan Tao melalui mata untuk menegur Kris.
        Tao menyenggol tangan Kris dan langsung direspon oleh pemuda tinggi itu. “Kris, kita yang lulus. Kenapa kau mengucapkan selamat pada pak Sukjin?” ujar Tao mengingatkan dengan cara berbisik. Selalu saja sulit menebak maksud pikiran Kris.
        “Kalian tidak boleh egois.” Seru Kris melirik Chanyeol dan Tao bergantian karena ia berada di tengah-tengah. “Kitalah yang seharusnya mengucapkan selamat karena pak guru Sukjin telah berhasil membawa kita lulus ujian sekolah.”
        Sukjin hanya diam di kursinya. Sebenarnya itu hanya cara untuk menutupi rasa terharunya atas ucapan Kris tadi. Tak di sangka, anak nakal yang sempat tidak naik kelas itu bisa bicara sedemikian rupa yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh siapapun.
        “Saya mengucapkan selamat untuk bapak.”
        Ragu-ragu Sukjin menyambut uluran tangan Kris. Seperti biasa, Chanyeol dan Taopun melakukan hal yang sama setelah itu.
        “Setelah ini, bapak tidak akan terserang migraine lagi karena kami sudah tidak bersekolah lagi di sini.” Timpal Chanyeol membuat Sukjin semakin tak bisa membalas perkataan tiga siswanya.
        “Jadi sudah tidak ada yang akan bapak marahi lagi.” Tao tak ingin ketinggalan.
        “Kalian boleh pergi.” Seru Sukjin dan cepat-cepat berbalik seperti menyembunyikan sesuatu.
        Chanyeol dan Tao tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk segera pergi dari ruangan Sukjin. Namun tidak untuk Kris. Pemuda itu masih menatap nanar punggung Sukjin yang sudah jauh. ‘Ku mohon jangan seperti itu. Bencilah padaku seperti selama ini.’ Gumam Kris. Dadanya langsung terasa sesak jika memikirkan bahwa ada seseorang lagi yang menyayanginya.
        “Kris…” desis Tao di telinga Kris sambil menarik lengan Kris untuk bangkit, di bantu juga oleh Chanyeol.

@@@

        Jongin berhenti tepat di tengah-tengah gerbang sekolahnya. Ia menghirup udara dalam-dalam layaknya seorang tahanan terbebas dari penjara. Jongin berbalik lalu mendongak untuk menatap papan nama sekolah yang dengan megahnya melintang di atas pagar.
        “Setelah ini tidak ada lagi yang bisa mengancamku untuk bisa bertemu denganmu.” Tekad Jongin. “Aku akan menemuimu Suho hyung.” Seru Jongin untuk menyemangati dirinya sendiri.
        Ayahnya memang masih membiayai sekolah Jongin. Namun ketika telah lulus SMA, Jongin sama sekali tak peduli bahwa ayahnya tidak akan membiayai kuliahnya karena melanggar janji. Toh, ia bisa bekerja untuk membiayai kuliahnya sendiri. Yang Jongin inginkan hanyalah bertemu dengan hyung tersayangnya, Suho.
        Seperti terlahir kembali, Jongin dengan pasti melangkah menuju halte bis yang bisa membawanya pulang. Banyak yang harus ia siapkan setelah ini selain untuk perayaan malam nanti di rumah Lay.
        Cukup lama Jongin menunggu bis yang akan ia tumpangi. Ia hanya melebarkan pandangan ke segala arah untuk mengusir kebosanan. Ternyata ia melihat sebuah motor yang sangat dikenalnya melintas. Jongin menatap kepergian motor sport yang tak lain adalah milik Kris.
        “Apa ia lulus sekolah juga hari ini?” Jongin tersenyum meremehkan namun pandangannya tak terlepas dari jalan yang melenyapkan sosok Kris. Tak jauh dari sana ada sebuah mobil mewah yang tak kalah familiar di ingatannya.
        Jongin menajamkan penglihatannya. Entah apa yang membawa Jongin melangkah mendekati mobil mewah itu. Semakin lama semakin jelas bentuk fisik mobil itu. Dan semakin terbukti bahwa pikiran Jongin tak meleset adalah masuknya seorang pria bertubuh tinggi.
        “Paman Gwangsoo!” teriak Jongin yang kini sudah berlari kencang untuk menghentikan pria itu masuk ke dalam mobil. “Paman, ini aku Jongin…” teriak Jongin yang tak cepat putus asa.
        Jongin pun tiba bersamaan ketika pria yang diyakininya bernama Gwangsoo tersebut menutup pintu mobil. Jongin mengetuk kaca dari luar. Gwangsoo yang sedang menelpon langsung melupakan ponselnya ketika menyadari siapa yang baru saja mengetuk kaca mobil yang ia kendarai.
        “Tuan muda Jongin.” Seru Gwangsoo yang langsung keluar untuk menghampiri Jongin.
        “Paman, apa kau bersama Suho hyung?” cecar Jongin yang langsung mengintip keadaan dalam mobil meski Gwangsoo belum menjawab pertanyaannya.
        Gwangsoo sepertinya tidak akan menjawab pertanyaan Jongin karena di belakang Jongin, Suho sudah berdiri dan memberikannya tatapan mengancam. Gwangsoo tidak akan bisa membantah ketika Suho menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil meski hanya lewat tatapan mata.
        “Maaf tuan muda Jongin.”
        Jongin menoleh dan tersentak ketika Gwangsoo melemparkan ponselnya tanpa sepengetahuan Suho. Ketika Jongin kembali melihat ke arah mobil, ternyata Suho sudah berada di dalam. Jongin tak menyia-nyiakan situasi. Dengan kasar ia menggedor kaca mobil agar Suho mau membukanya.
        “Hyung… keluarlah…” teriak Jongin yang tak digubris sedikitpun oleh Suho.
Jangankan merespon, Suho bahkan sama sekali tak menoleh ke arah Jongin. Ia malah menyuruh Gwangsoo untuk membawanya pergi mobil dari sana dan meninggalkan Jongin seorang diri menghadapi kerinduannya pada Suho.
        “Hyung…!” teriak Jongin frustasi ketika mobil Suho semakin jauh. Ia sudah tak mempedulikan tatapan orang-orang yang meliriknya tajam.
Jongin memungut ponsel milik Gwangsoo yang ternyata gagal di tangkapnya. Pemuda ini menatap intens alat komunikasi di tangannya ini. “Apa itu artinya paman Gwangsoo…” Jongin hanya tersenyum tanpa melanjutkan ucapannya. “Terima kasih paman.” Gumam Jongin sambil tersenyum yang semakin membuat orang-orang yang melihat kejadian tadi menganggap Jongin aneh. Tentu saja Jongin tidak akan pernah mempedulikan itu. Yang ia pedulikan hanyalah Suho. Meski sesaat, Jongin sangat bahagia bisa melihat keadaan hyungnya yang terlihat cukup baik. Setidaknya di mata Jongin.
        Tapi Jongin tidak tau kalau keadaan Suho sebenarnya tidak sebaik apa yang ia lihat. Suho cukup terpukul dan menyesali perbuatannya meninggalkan Jongin begitu saja di pinggir jalan. Terbukti ketika Suho kerap kali menengok ke belakang hanya untuk memastikan keadaan Jongin sampai sosok adiknya itu tidak terlihat lagi di matanya.

@@@

        “Hyung…” teriak Kris yang masih mengenakan seragam sekolahnya ketika berlari menghampiri Luhan.
        Luhan sendiri langsung mmebatalkan niat membukan pintu mobil ketika tahu siapa yang baru saja memanggilnya. “Kenapa kau bisa di sini?” sahut Luhan dengan tatapan heran.
        Kris menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. “Aku tau hyung pasti tak pulang lagi malam ini.” Ujar Kris sedih membuat Luhan kontan menatap adiknya dengan raut penyesalan.
        Luhan sadar, hari ini Kris baru saja menghadapi kelulusannya. Tapi kesibukannya kuliah yang membuat Luhan tak memiliki waktu lebih banyak lagi untuk adik tirinya tersebut.
        Luhan mengembuskan napas sebelum menyentuh pundak Kris yang pastinya lebih tinggi darinya itu. “Aku akan bolos satu mata kuliah setelah ini. Kau boleh minta apapun dan kemanapun dari ku.” Seru Luhan yang seperti ingin menebus waktu yang selama ini hilang untuk Kris. Namun setedik kemudian, wajah Luhan langsung terlihat suram. “Tapi hanya tiga jam.” Lanjut Luhan dengan nada lirih sesaat setelah ia melihat jam.
        Kris tertawa melihat wajah penuh rasa bersalah dari Luhan. “Hyung, tak perlu berlebihan.” Kris menepuk pelan pundak Luhan. “Jika kau bersedia memelukku, itu sudah lebih dari cukup.”
        Luhan sudah mendekap Kris bahkan tepat ketika Kris mengakhiri ucapannya. “Maaf, aku tidak bias menjadi hyung yang baik untukmu.”
        Kris balas memeluk Luhan bahkan lebih erat. “Kau hyung terbaikku.” perlahan Kris melepaskan pelukannya. “Tapi kalau aku minta di traktir makan, apa kau keberatan, hyung?” Kris menatap Luhan penuh harap.
        “Bukankah kau hanya meminta aku memelukmu?” sungut Luhan membuat Kris terdiam dan menyesali perbuatannya tadi. Luhan pun tertawa membuat Kris menjadi semakin bingung. “Aku akan mentraktir makanan apapun yang kau suka.” Lanjut Luhan akhirnya membuat Kris tesenyum.

@@@

3 komentar:

  1. hahaha
    konyol banget Kris..
    hanya dia yang berani kayak gtu sama gurunya (Sukjin).. wkwkwkwk

    pengen nangis yang ini :
    Luhan sudah mendekap Kris bahkan tepat ketika Kris mengakhiri ucapannya. “Maaf, aku tidak bias menjadi hyung yang baik untukmu.”
    Kris balas memeluk Luhan bahkan lebih erat. “Kau hyung terbaikku.”

    hiks hiks hiks...

    BalasHapus
  2. Luhan tuh ngerasa bersalah karena sejak mulai kuliah dia tuh sibuk banget, kadang ampe suka gak pulang...

    cieeeee langsung lahap ampe part 4, pasti bakal penasaran dan pengen baca terus...

    BalasHapus
  3. hmmm...
    iye bener...
    adenya kasian bener ditinggal2 mulu...

    hahaha
    makanan kali lahap.. wkwkwkwwk
    iye bener.. tau aja... wkwkwkwkwk

    BalasHapus