Minggu, 28 April 2013

KRIS WITHOUT WINGS (part 14)



        Kejadian hampir sama seperti Kris juga tengah dialami Luhan. Pagi itu Luhan juga tersentak bangun dari tidur hingga membuat kepalanya sedikit pusing. Di tambah lagi, ia tidak bisa menemukan jawaban kenapa ia berada di kamarnya. Karena Seingatnya, Luhan tertidur di lantai, tepat di depan pintu kamar Kris serta Sehun.
        Luhan langsung menyibakkan selimut dan turun dari tempat tidur. Tempat pertama yang ia tuju adalah kamar Sehun. Luhanpun segera melesat ke lantai atas.
        “Sehun!” seru Luhan sambil membuka pintu kamar Sehun. Namun ia tak menemukan adiknya di sana. Di saat yang bersamaan, Krispun muncul dari dalam kamarnya.
        “Ada apa hyung?” Tanya Kris cemas melihat sikap Luhan.
        “Apa kau semalam yang memindahkanku ke kamar bawah?” Luhan balas bertanya.
        Kris menggeleng, bingung. “Tidak, hyung.”
        Luhan mendesah lemah. Jika bukan Kris, berarti benar Sehun yang melakukannya.
        “Apa kau tidak kuliah?” Tanya Kris ketika Luhan masih terdiam di sana.
        “Entahlah. Mungkin nanti siang,” jawab Luhan yang masih terdengar ragu. “Cepat turun, aku akan membuatkanmu sarapan,” perintah Luhan lalu berniat kembali ke bawah.
        “Apa kau yakin, hyung?” Tanya Kris ragu. Tidak ada sejarahnya di keluarga mereka seorang Luhan memasak. Apalagi Kris dan Sehun.
        Luhan beralik dan menatap Kris, menantang. “Kau meremehkanku?” seru Luhan tak terima.
        Kris tertawa kecil. Sedikit mengalah mungkin tidak terlalu buruk. “Terserah kau saja.”
        Tanpa berkata apa-apa lagi, Luhan kembali melanjutkan langkahnya.

@@@

        Di kelas, Kyungsoo melirik Sehun, cemas. Sejak masuk, teman semejanya itu tampak tak bisa berkonsentrasi mengikuti jalannya pelajaran. Sehun juga tampak sedikit pucat.
        Kyungsoo menyenggol lengan Sehun menggunakan sikut lalu bertanya, “kau sakit?”
        “Hmm?” hanya itu yang digumamkan Sehun.
        “Apa kau sakit?” Kyungsoo mengulangi ucapannya.
        “Tidak,” Sehun mengelak akan kondisi yang sebenarnya di hadapan Kyungsoo. Lalu ia tersentak karena Kyungsoo tiba-tiba mengulurkan tangan dan meletakkannya tepat di kening Sehun.
        “Kau tidak bisa membohongiku,” desis Kyungsoo yang sedetik kemudian tangannya sudah berpintdah menggenggam pergelangan tangan Sehun. “Aku akan membawamu ke ruang kesehatan,” paksa Kyungsoo dan tak ingin ada penolakan dari Sehun.
        “Tapi…” Sehun tidak melanjutkan perkataannya karena Kyungsoo telah lebih dulu menariknya ke depan kelas.

@@@

        Baekhyun menepuk pundak Suho yang bersandar di badan mobil sambil membaca buku, namun tatapannya ke arah lain. “Kris datang,” ujarnya yang sontak membuat Suho juga menoleh ke arah yang sama.
        Cepat-cepat Suho menurunkan buku yang ia baca dari depan wajahnya dan menegakkan badan. “Ku pikir kau tidak datang?”
        “Maaf, aku tidak bisa tidur semalam,” keluh Kris ketika benar-benar sampai di hadapan Baekhyun dan Suho.
        “Kau sudah makan?” pertanyaan Baekhyun tertuju pada Kris. Ia dan Suho memang sengaja menunggu Kris datang sebelum mereka makan siang. “Kami sudah lapar,” ujar Baekhyun kali ini sambil memegangi perutnya agar lebih meyakinkan bahwa ia memang tengah lapar.
        “Aku sudah makan,” ujar Kris sedikit merasa bersalah. “Tapi aku akan menemani kalian makan siang,” serunya cerah sambil merangkul puncak dua temannya itu yang langsung membuatnya teringat Chanyeol dan Tao.

@@@

        Di tempat berbeda, Tao dan Chanyeol masih kerap kali terlihat bersama. Meski kuliah di berbeda jurusan, mereka tetap berusaha sebisa mungkin menyempatkan diri untuk bertemu. Terutama ketika jam istirahat seperti ini.
        Meski saat ini Tao sedang sangat disibukkan dengan laptop, Chanyeol sama sekali tak merasa di abaikan. Bisa tetap bertemu seperti ini sudah cukup bagi mereka karena Chanyeol sempat berada di posisi Tao kemarin.
        “Chanyol maaf, tugasku belum selesai,” sesal Tao yang merasa sediki mengabaikan Chanyeol.
        Chanyeol menyunggingkan senyuman khasnya. “Apa kemarin kau mempermasalahkan itu padaku?”
        Tao menatap Chanyeol, bingung. Namun akhirnya ia menggeleng. Kemarin dirinyalah yang diabaikan Chanyeol, tapi itu sama sekali bukan masalah besar baginya.
        “Aku yang akan merasa bersalah jika kau tidak menyelesaikan tugasmu tepat waktu,” lanjut Chanyeol bijak dan kali ini membuat Tao tersenyum lega karena ia bisa melanjutkan mengerjakan tugas tanpa beban.
        “Apa kau telah menerima informasi baru tentang temanmu Baekhyun?” Tanya Tao di sela-sela mengerjakan tugas.
        Chanyeol mendongak, namun ia justru melihat Tao tetap focus pada tugasnya. Setidaknya Tao tak membuat Chanyeol benar-benar merasa sendiri.
        “Ku dengar dia kuliah di National University,” ujar Chanyeol santai sambil terus menyantap makan siangnya.
Tanpa sepengetahuan Chanyeol, Tao sedikit menghentikan aktifitasnya ketika mendengar Chenyeol menyebut ‘National University’.
        “Apa kau tidak mau mencoba untuk datang ke sana?” usul Tao.
        Chanyeol melirik Tao yang sedang melihat ke arahnya dengan tatapan ragu. Ia memang sangat ingin bertemu teman masa kecilnya, Baekhyun. Tapi entah kenapa, di sisi lain Chanyeol sedikit tak mempedulikan Baekhyun saat ini terlebih ia memiliki Tao yang sangat setia menjadi sahabatnya.
        “Aku ragu untuk menemuinya. Bagaimana jika ternyata dia telah melupakanku?” Tanya Chanyeol yang mulai berspekulasi.
        Tao diam sejenak sebelum menanggapi perkataan Chanyeol. Ia lebih merasa Chanyeol bicara bukan yang sebenarnya. “Biar bagaimanapun, Baekhyun tetap temanmu. Kekhawatiranmu belum tentu terbukti jika kau tidak benar-benar mencoba.”
        Chanyeol tertegun memikirkan ucapan Tao. Pemuda itu benar. Tak ada yang lebih penting dari Tao dan Baekhyun saat ini bagi Chanyeol. Keinginannya setelah itu, mungkin ia akan memperkenalkan Baekhyun pada Tao sambil berharap mereka bertiga bisa kompak seperti saat Kris berada dai antara Tao dan Chanyeol.
        “Apa kita tidak bisa menemui Kris lebih dulu?”

@@@

        Sehun seorang diri di ruang kesehatan sekolahnya. Tadi ia memaksa Kyungsoo untuk kembali ke kelas meski Kyungsoo bersikeras ingin menemani Sehun di sana. Tapi Sehun tak boleh egois, cukup dia yang ketinggalan pelajaran dan Kyungsoo tidak boleh.
        Dan saat ini, Sehun benar-benar merasa kesepian. Mungkin jika tertidur, waktu akan lebih cepat berjalan. Namun masalahnya, Sehun sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Ia hanya bisa membolak-balikkan badan berbaring ke kanan dan  ke kiri.
        Sehun bangkit dan mendesah berat. Apa sebaiknya ia meminta ijin untuk pulang saja sehingga bisa bertemu dengan Kris atau Luhan. Pikir Sehun kala itu. Ada sedikit terbesit rasa bersalah di diri Sehun pada dua kakaknya tersebut.
        Sehunpun akhirnya memutuskan turun dari tempat tidur. Setelah memakai sepatu, iapun berjalan pelan ke luar ruang kesehatan. Mungkin rumah lebih baik dari pada ia di sekolah tapi hanya seorang diri.
        Aneh, ini sudah siang tapi suasana lapangan masih cukup ramai. Apa ini efek rasa pusing yang tiba-tiba saja menyerang kepalanya? Hanya itu yang terbesit di pikiran Sehun. Pemuda ini berjalan semakin pelan bahkan sampai membutuhkan sesuatu untuk berpegangan.
        Sehun menyeka hidungnya yang terasa basah. Yang ada di pikiran Sehun saat ini, mungkin ia flu. Tapi kenapa cairan itu berwarna merah?
        “Sehun!”
        Samar-samar Sehun mendengar suara seseorang yang menyebut namanya. Pasti itu Kyungsoo karena Sehun sangat familiar dengan suara sahabatnya itu. Tapi entah mengapa, ia tidak sanggup berbalik dengan cepat untuk menoleh.
        “Sehun awas!” pekik suara itu lagi. Namun kali ini tidak hanya satu, tapi banyak suara dan Sehun sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
        Sampai akhirnya ada sebuah benda melayang tepat di kepala Sehun hingga membuat pemuda itu hilang keseimbangan lalu pingsan dan terjatuh di lantai.
        Tak jauh dari sana, Kyungsoo menatap nanar sebuah bola basket yang menggelinding ke arahnya. Bola itu adalah benda yang baru saja sukses membuat Sehun kehilangan kesadaran.
        “Sehun!” teriak Kyungsoo akhirnya lalu berlari ke arah Sehun dan menerobos siswa yang telah mengerumuni Sehun.

@@@

        Di waktu yang hampir bersamaan, Kris yang saat itu tengah makan siang bersama Suho dan Baekhyun, tak sengaja tangan Kris menyenggol gelas dan menumpahkan semua isinya hingga mengenai pakaian Suho.
        “Suho, maaf,” sesal Kris bercampur panic.
        Baekhyun yang melihat kejadian itu, buru-buru menyodorkan tissue kepada Suho dan Kris.
        “Sudahlah, Kris. Ini hanya minuman,” ujar Suho untuk menghentikan rasa bersalah Kris padanya masih sambil membersihkan sisa minuman di celananya menggunakan tissue.
        Secara sembunyi-sembunyi, salah satu tangan Kris menyentuh dada kirinya. Sedikit terasa sakit. ‘Ku mohon jangan sekarang’, umpat Kris tanpa ingin memunculkan kecurigaan di mata Suho dan Baekhyun.
        “Sepertinya aku tidak bisa melanjutkan kuliah dengan pakaian seperti ini,” keluh Suho frustasi karena noda di celananya tak bisa bersih.
        “Bagaimana kalau kau ku antar pulang untuk berganti pakaian?” saran Baekhyun.
        “Jangan,” tolak Suho. “Terlalu buang-buang waktu. Aku akan membeli pakaian saja di toko dekat-dekat sini,” lanjut Suho yang kemudian bersiap untuk berdiri.
        Baekhyun juga melakukan hal yang sama.
        “Biar aku yang menemani Suho,” seru Kris yang sudah lebih dulu berdiri.
        Suho hanya melirik Baekhyun sekilas yang sudah kembali duduk sebelum akhirnya mengejar Kris yang sudah pergi mendahuluinya.

@@@

        “Aku ke toilet sebentar,” pamit Luhan sebelum meninggalkan Jongdae bersama Minseok dan Lay.
        Minseok dan Jongdae melanjutkan makan siang mereka. Sementara Lay mengulurkan tangan untuk menyambar ponsel Luhan yang tertinggal karena ada sebuah panggilan masuk.
        “Siapa yang menelpon?” Tanya Minseok yang kebetulan duduk di samping Lay. Minseok memicingkan mata ketika Lay menunjukkan layar ponsel Luhan yang menampilkan deretan angka. “Itu seperti nomor ponsel Kyungsoo?” tebaknya.
        “Coba saja kau yang jawab,” usul Jongdae untuk Minseok.
        “Halo,” ujar Minseok yang setuju menjawab panggilan tersebut.
        “Luhan hyung, ini aku Kyungsoo,” seru suara penelpon.
        “Kyungsoo? Ada apa? Luhan lagi ke toilet. Ini aku Minseok,” jelas Minseok ketika yakin itu benar suara adiknya.
        Sementara itu Jongdae dan Lay mengawasi Minseok dan ikut tegang seperti raut wajah Minseok.
        “Ada apa?” Tanya Lay dan Jongdae hampir bersamaan ketika Minseok mengakhiri panggilan dalam diam.
        “Apa ada yang menghubungiku?”
        Lay, Minseok dan Jongdae sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Di sana mereka menemukan Luhan yang menatap ponsel miliknya yang dalam kekuasaan tangan Minseok dengan penuh selidik.
        Minseok buru-buru berdiri lalu menyodorkan ponsel kepada Luhan. “Kyungsoo menelponmu. Di bilang Sehun pingsan di sekolah. Dan sekarang dia di bawa ke rumah sakit,” jelas Minseok.
        “Sehun?” ulang Luhan sedikit tak percaya bahwa sesuatu telah terjadi pada adiknya. Tanpa pamit, Luhan langsung menyambar ranselnya lalu pergi dari sana. Bisa di pastikan ia akan segera meluncur ke rumah sakit. Sebelumnya Minseok juga telah mengatakan nama rumah sakit tempat Sehun di rawat.
        “Aku akan menemani Luhan hyung ke rumah sakit. Dia tidak mungkin mengendarai mobil dalam kondisi seperti itu,” putus Lay yang langsung mendapat anggukan dari Minseok dan Jongdae.
        “Nanti aku akan menyusul,” teriak Minseok diikuti anggukan oleh Jongdae.

@@@

        Kris menginjak pedal rem dengan tiba-tiba karena ada tiga buah motor sport yang menghalangi mobilnya saat melewati jalan yang cukup sempit. Enam pemuda tersebut segera turun dari motor dan berdiri melintang tepat di depan mobil yang dikendarai Kris.
        Suho melirik Kris, namun Kris sepertinya belum menyadari apa yang dilakukan Suho. Kris terus saja menajamkan penglihatannya ke arah enam pemuda yang masih terlihat seumuran dengannya itu.
        “Sial! Doojoon!” umpat Kris sambil memukul stir mobil.
        Suho bergegas ke luar dari mobil setelah Kris melakukan itu lebih dulu. Pakaiannya juga telah berganti karena saat itu mereka tengah berada di perjalanan kembali menuju kampus.
        “Siapa mereka, Kris?” bisik Suho tepat di samping Kris berdiri.
        “Kembalilah ke mobil,” perintah Kris dan terdengar tak ingin di bantah. Suhopun menurut karena ia tak ingin ikut campur urusan Kris.
        Belum sempat Suho membuka pintu mobil, dua orang pemuda telah lebih dulu menahannya. Kris terkejut melihat apa yang dialami Suho hanya bisa menatap dari jauh karena kini ia juga berada dalam kekuasaan dua pemuda yang lain.
        “Harusnya kami sadar sejak awal kalau SMA Two Moons pura-pura bermusuhan dengan SMA Sun Moon,” hardik salah seorang pemuda yang masih berdiri di depan motor mereka.
        Kris memicingkan mata. “Apa maksud kalian?” tanyanya yang tak mengerti apa-apa. Jelas-jelas sekolahnya dengan sekolah Jongin, Minseok dan Lay sama sekali tidak pernah saling beramah-tamah kecuali dalam keadaan terdesak seperti ketika pak guru Sukjin yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah ‘sparing’ mereka.
        “Apa kau pikir kami tidak tahu kalau dua saudaramu berteman dengan Minseok dan Lay?” Tanya pemuda di belakang Kris.
        Kris tertegun. Ia baru tahu jika selama ini Luhan dan Sehun… Kris tak sanggup melanjutkan untuk berspekulasi.
        “Jika memang begitu, urusan kalian hanya denganku,” ujar Kris setenang mungkin. “Lepaskan dia!” perintahnya agar Suho tak terlibat dengan acara ‘sparing’ dadakannya.
        Beberapa dari pemuda itu menertawai permintaa Kris, terutama dua pemuda yang menahan Suho. Sedangkan Suho sendiri hanya bingung sambil menatap Kris dan menuntut penjelasan di sana. Namun percuma, Kris belum ingin memberi tahu Suho apa yang terjadi sebenarnya.
        Pemuda di belakang Suho tersenyum meremehkan, “jangan berpura-pura bodoh, Kris. Kami tahu kalau pemuda ini…” ia menunjuk Suho menggunakan dagu, “…adalah kakaknya Jongin.”
        Mata Kris membulat sempurnya ketika pemuda tadi mengatakan bahwa Suho adalah kakaknya Jongin. Itu artinya, apa yang ditakutkan Kris benar-benar terjadi.
        “Tapi sudahlah, biarkan saja pemuda ini kita lepaskan,” putus pemuda tadi yang masih berdiri di belakang Suho.
        “Junhyung!” protes salah satu pemuda yang berdiri di depan motor.
        Pemuda yang tadi di panggil Junhyung tetap pada pendiriannya. Ia melepaskan Suho begitu saja.
        Kris sendiri akhirnya bisa bernapas lega karena Suho tidak akan dilibatkan di sini. Namun itu hanya bertahan sementara karena begitu Suho melangkah menjauh, pemuda yang bersama Junhyung menahan Suho seperti akan menyerang dari belakang.
        “Suho awas!” teriak Kris yang langsung mendapat respon dari Suho, namun sayangnya bagian pundak Suho tetap mendapatkan pukulan hingga menyebabkan pemuda itu terpuruk ke aspal.
        Kris tidak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya masih di tahan dengan kuat. Bahkan kini bertambah satu pemuda lagi yang mengawasi dirinya.
        “Gikwang, cukup!” perintah pemuda yang kini berdiri sendiri di depan motor. Gikwang adalah pemuda bersama Junhyung yang siap kembali memukul Suho.
        “Aku tidak mau berlaku tidak adil. Mereka hanya berdua. Sedangkan kita ber-enam,” lanjut pemuda yang tampak seperti leader di antara mereka. Ia melirik Junhyung penuh arti. Dan hanya mereka berdua yang mengerti.
        Junhyung mengangguk sekilas lalu beralih menatap Suho yang masih berbaring di aspal. Kini tangan Junhyung sudah keras mencengkeram kerah pakaian Suho sambil menarik tubuh pemuda itu hingga berdiri.
        Gikwang langsung menggeledah saku celana Suho dan mengambil paksa ponsel yang ia temukan di sana. “Telpon Jongin sekarang!” perintah Gikwang dengan nada dingin sambil mengulurkan ponsel tadi ke arah Suho.
        “Kau juga!” perintah seorang pemuda bertampang imut yang baru bergabung dengan dua temannya untuk menahan tubuh Kris. “Hubungi temanmu si…” ia tampak sedikit berfikir. “Itu, yang matanya seperti panda dan yang tinggi tapi tampangnya seperti playboy,” lanjutnya dengan informasi yang masih samar.
        Kris menyembunyikan ekspresi sebenarnya ketika mendengar ucapan pemuda tadi yang mengarah ke Chanyeol dan Tao.
        “Tidak akan!” seru Kris dengan tatapan datar.
        Tak di sangka pemuda imut tadi justru menjitak kepala Kris.
        “Yoseob!” kembali sang leader melayangkan protes. “Kita ini gangster! Jangan bertindak memalukan seperti itu,” lanjutnya sedikit mengingatkan.
        “Aku bukan seperti Gikwang yang tega memukul orang!” balas pemuda yang di panggil Yoseob tadi memprotes.
        “Suho, jangan!” pekik Kris karena melihat Junhyung dan Gikwang seperti masih memaksa Suho menuruti permintaan mereka. “Jongin tidak bersalah,” seru Kris memohon.
        Salah seorang di belakang Kris menoleh ke arah leader mereka dengan tatapan tak sabar. “Doojoon! Habisi saja dia,” pintanya yang memberi isyarat dengan lirikan mata ke arah Suho.
        “Cepat!” perintah Junhyung yang mulai kehilangan kesabaran. Suho dengan tegas menggeleng. Tanpa pikir panjang, Junhyung mengarahkan dengkulnya tepat ke perut Suho.
        “Suho!” kembali, Kris hanya bisa meneriaki nama Suho tanpa mampu berbuat apa-apa.
        Seseorang yang sejak tadi diam, berdecak kesal. “Aku bosan,” keluhnya yang hanya mendapat lirikan kesal dari Yoseob. Mungkin Yoseob satu-satu orang yang menolak ‘sparing’ dadakan seperti ini.

@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar