Selasa, 16 April 2013

KRIS WITHOUT WINGS (part 8)



        “Sial!” Chanyeol memukul stir mobilnya. “Kris pasti membunuh kita jika tau kita memukul Luhan dan Sehun seperti itu.” Sesalnya.
        Tao menyandarkan badannya lalu menghembuskan napas dengan kasar. “Jangan membuatku semakin merasa bersalah.” Protes Tao. “Kau pikir aku tidak menyesal melakukan itu?”
        Chanyeol siap untuk kembali buka mulut, namun segera di tahannya. Suasana sedang tidak enak, Chanyeol tak ingin semakin menambah keruh keadaan. Chanyeol bungkam, mengalah. Jika keadaan sudah seperti semula, ia akan membicarakan baik-baik dengan Tao. Ia juga akan memikirkan cara untuk meminta maaf pada Kris jika mereka bertemu.
        “Tapi, kenapa Luhan hyung dan Sehun seperti berada di pihak Minseok?” Tanya Tao heran. Ia merasa janggal dengan kejadian tadi.
        “Sehun tidak memihak pada siapapun.”
        Tao melirik Chanyeol penuh arti, namun Chanyeol tak balas menoleh karena harus tetap berkonsentrasi untuk menyetir.
        “Jika Sehun membela Minseok, dia akan ikut menghajar kita dan tidak akan menyuruh kita untuk lari.”
        Tao kembali menghela napas. Terlalu rumit apa yang terjadi. Mungkin satu-satunya cara agar kesalahpahaman ini selesai adalah bertemu dengan Kris, bagaimanapun keadaannya.

@@@

        Kris mengisi formulir pendaftaran dengan teliti. Di depannya Baekhyun mengawasi gerak-gerik Kris dengan serius. Kris menghentikan kegiatannya dan mendongak. Benar saja, Baekhyun masih menatapnya lurus-lurus.
        “Apa kau tidak kuliah?” Tanya Kris hati-hati.
        “Tidak ada jadwal.” Jawab Baekhyun, kemudian ia menyandarkan badan ke kursi dan Kris melanjutkan mengisi formulir. “Aku kesini hanya mencari map dan dompet ku yang hilang. Siapa tahu ada orang baik yang mau mengantarnya. Dan ternyata benar ada orang baik seperti itu.” Ujar Baekhyun panjang lebar.
        Kris sama sekali tak menanggapi apapun yang dikatakan Baekhyun. Setelah kegiatannya selesai, Kris merapihkan kertas-kertas di hadapannya dan mengembalikan berkas tersebut ke loket pendaftaran. Kris kembali ke meja tempat ia meninggalkan Baekhyun.
        “Aku harus ke bank untuk bayar biaya pendaftara.” Ujar Kris dan tanpa menunggu apapun dari Baekhyun, pemuda ini segera melangkah.
        “Ini jam istirahat, bank sudah tutup.”
        Ucapan Baekhyun membuat Kris berhenti lalu melirik jam di tangannya. Benar. Ini sudah waktunya makan siang. Tiba-tiba Kris teringat janjinya dengan Sehun dan Luhan.
        “Kris…!” teriak Baekhyun sambil mengejar karena Kris meninggalkannya. “Kau mau kemana?” tegur Baekhyun ketika bisa menyusul langkah panjang dari Kris.
        “Aku ada janji makan siang dengan hyung dan adikku.” Jawab Kris meski seharusnya Baekhyun tau itu karena Kris telah mengatakan sebelumnya. “Setelah itu, aku akan kembali ke sini untuk membayar administrasi dan mengurus berkas yang lain.” Lanjut Kris semakin meninggalkan Baekhyun sebelum pemuda itu menanyai hal-hal lain lagi.
        “Aku akan menunggumu di kantin siang nanti.” Teriak Baekhyun yang sudah tak ingin mengejar lagi.
        Kris hanya mengacungkan ibu jarinya sambil membelakangi Baekhyun dan terus berjalan sebagai tanda ia mendengar apa yang dikatakan Baekhyun.

@@@

        Sehun dan Luhan telah sampai di sebuah café. Mereka memilih meja paling dalam. Luhan menghempaskan tubuh lalu sedikit meringis Menahan luka di tepi bibirnya. Sehun juga terluka, tapi ia tidak sampai meringis seperti Luhan.
        “Aku tidak bisa bayangkan bagaimana sakitnya luka yang sering di terima Kris.” Gumam Luhan.
        “Nanti saja, kami masih menunggu seseorang.” Tolak Sehun ramah kepada pelayan yang datang. Ia juga langsung sibuk mencari-cari sesuatu di dalam tasnya.
        Luhan tersentak ketika Sehun mengulurkan tangannya yang memegang kotak p3k kecil tepat di hadapan wajah Luhan. “Ternyata kau masih selalu menyimpan benda ini?” heran Luhan.
        Sehun menghela napas dan menghempaskan badan ke sandaran kursi. “Kenapa Chanyeol hyung dan Tao hyung menghajarmu?” Tanya Sehun penuh selidik dan menatap Luhan tepat di mata seolah tak akan melepaskan hyungnya tersebut.
        Luhan terdiam dengan posisi tangan yang memegang kapas masih menempel di tepi bibirnya. Luhan memutar-mutarkan bola mata sebagai ekspresi berpikir mencari alasan yang tepat.
        “Kris hyung boleh saja membohongiku, tapi ku harap kau tidak.” Desis Sehun tajam seolah telah mengetahui suatu rahasia besar antara Luhan dan Kris.
        “Kris tidak pernah membohongimu.”
        “Apa yang membuat Chanyeol hyung dan Tao hyung menghajarmu?” tegas Sehun sekali lagi karena Luhan seolah menghindari pertanyaan itu.
        Luhan membuang kapas ke dalam asbak. “Mereka menanyakan keberadaan Kris.” Ujar Luhan akhirnya.
        Sehun menunduk dan mengacak-ngacak rambutnya, frustasi. “Kris hyung… kenapa kau seperti ini? Menghindari Chanyeol hyung dan Tao hyung.” Lirih Sehun membuat Luhan merasa bersalah.

@@@

        Jongin keluar melalui pintu belakang café tempat ia bekerja. Ia juga masih mengenakan seragam kerjanya.
        “Apa kalian kurang kerjaan menemuiku di sini?” seru Jongin ketika mendapati Lay dan Minseok di sana.
        “Apa kami mengganggu?” Minseok balik bertanya sedikit merasa tak enak hati mengunjungin Jongin di hari pertama ia bekerja.
        “Tidak juga, tapi kalian? Apa belum masuk kuliah?” protes Jongin tak mau ngalah.
        Satu jitakan mendarat mulus di kepala Jongin membuat pemuda itu mendelik ke Lay sebagai upaya protesnya.
        “Kau ini bodoh atau apa?” Ledek Minseok. “Kami bahkan baru mendaftar ke universitas.”
        Jongin masih memegangi kepalanya. “Lalu?”
        “Sepertinya Kris menyembunyikan diri.”
        Jongin menoleh ke Lay. “Maksud kalian?” Tanya Jongin bingung.
        “Tadi kita bertemu dengan Chanyeol dan Tao, mereka menghajar Luhan hyung.” Lay yang menjelaskan.
        “Luhan temannya Jonghdae hyung?” Tanya Jongin memastikan, Lay dan Minseok hanya mengangguk membenarkan.
        Minseok pun menceritakan kejadian satu jam yang lalu di taman. Beberapa kali Lay juga tampak membantu Minseok bercerita.
        “Sehun? Bagaimana keadaannya?” Tanya Jongin panic ketika mendengar cerita ketika Sehun terkena pukulan dari Tao.
        “Dia baik-baik saja. Luhan hyung juga.”
        Lay menyentuh pundak Minseok hingga pemuda itu menoleh. “Aku masih bingung, kenapa justru Luhan hyung yang di serang?”
        “Mungkin Luhan hyung juga memiliki masalah dengan Kris.” Ujar Minseok berspekulasi.
        “Tidak mungkin.” Lay menyangkal ucapan Minseok. “Luhan hyung pemuda baik-baik.”
        “Kau pikir Kris peduli musuhnya itu pemuda baik-baik atau tidak?”
        Jongin menatap dua temannya penuh arti. Ada sesuatu yang janggal dengan cerita Minseok dan Lay, tapi ia belum bisa menemukan itu.

@@@

        Sehun mengaduk isi minumannya dengan sangat tidak berminat. Ini sudah gelas ketiga yang ia pesan sambil menunggu kedatangan Kris. Namun hyung tersayangnya itu sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya.
        “Ku rasa nanti aku tidak akan makan.”
        Luhan hanya diam dan tidak menanggapi ucapan adiknya. Ia melirik jam di tangannya lalu berdecak kesal. “Kemana orang itu? Tidak lucu kalau ternyata dia tersesat.” Kesal Luhan.
        “Maaf aku telat.”
        Sehun dan Luhan tersentak karena tiba-tiba muncul seorang pemuda yang langsung menghempaskan badannya di antara Luhan dan Sehun.
        “Dari mana saja, kau?” omel Luhan ketika menyadari orang tersebut adalah Kris.
        Kris memegangi dadanya sambil mengatur napas.
        “Luhan hyung pikir kau tersesat, hyung.” Cetus Sehun sebelum Kris menjelaskan keterlambatannya.
        “Sebagai ucapan maaf karena keterlambatanku, kalian boleh makan apapun karena aku yang akan menanggung biayanya.” Seru Kris yang tak ingin memperpanjang masalah.
        Sehun menatap Luhan dengan wajah cerah. Namun Luhan merespon sebaliknya, ia menatap Sehun aneh. “Bukankah kau bilang kau tidak akan makan?” seru Luhan mengingatkan perkataan Sehun sesaat sebelum Kris muncul.
        “Itu kan tadi, hyung.” Sehun sedikit cemberut. “Lagi pula Kris hyung mau mentraktir kita, itu tidak boleh ku lewatkan.” Lanjutnya.
        Kris tersenyum geli. “Hyung, sudahlah.” Usaha Kris untuk melerai. Namun sedetik kemudian, senyuman Kris memudar. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh luka di tepi bibir Luhan.
        “Aku baik-baik saja.” Elak Luhan sebelum Kris bertanya yang aneh-aneh lagi.
        Kris berbalik ke Sehun hendak meminta penjelasan tentang apa yang terjadi pada Luhan. Namun percuma. Kris hanya menghela napas mendapati tepi bibir Sehun juga terluka dan bahkan masih ada sedikit kotoran yang menempel pada seragam sekolah Sehun.
        Tatapan Kris lurus ke depan. Tidak sedikitpun lebih condong ke Sehun apalagi Luhan. “Siapa yang melakukan ini pada kalian?” Tanya Kris dengan nada dingin.
        Luhan melirik Sehun, tegang. Namun adiknya itu terlihat tenang menanggapi pertanyaan Kris.
        “Hyung, aku tidak tau ada masalah apa kau dengan mereka. Tapi ku mohon, jangan memperpanjang masalah ini jika kau juga masih ingin menghindari Chanyeol hyung dan Tao hyung.” Balas Sehun tak kalah dingin membuat suasana makan siang itu semakin menegang.
        Kris membeku mendengar pernyataan tajam dari Sehun. “Jadi Minseok yang membuat kalian seperti ini?” Tanya Kris masih tanpa menoleh.
        “Dan sekarang kau malah menuduh orang lain.” Cibir Sehun tak suka jika hyungnya menyalahkan orang lain.
        “Jadi siapa yang melakukannya?” desak Kris.
        “Aku tak ingin memperpanjang masalah.” Dengus Sehun sambil merebut daftar menu di hadapan Kris.

@@@

        Kris membuka dompet lalu mengeluarkan kartu kreditnya pada Sehun. “Ini apa?” Tanya Sehun tak mengerti maksud Kris.
        Kris memaksa Sehun menerima benda itu. “Aku buru-buru.” Hanya itu yang dikatakan Kris sebelum akhirnya meninggalkan Sehun kembali hanya bersama Luhan.
        Luhan sendiri tak bisa menjawab. Ia hanya mampu menatap kepergian Kris. Luhan melirik ketika Sehun mendesah.
        “Ada apa lagi dengan hyungku itu?”
        “Seseorang bisa berubah Sehun.” Luhan mengingatkan.
        “Tapi tidak seperti ini, hyung.” Protesnya tak terima dengan sikap Kris. “Aku sangat merindukan Kris hyung yang dulu.”
        Ada perasaan aneh pada diri Luhan. Sejujurnya, ia juga sangat mengkhawatirkan Kris. Tapi ia tau kondisi adik tirinya itu. Sampai kapanpun Kris akan tetap menjadi adiknya karena Sehun yang menjadi penghubung mereka.
        “Hyung, apa kau sudah selesai?” tegur Sehun sedikit mengejutkan Luhan. “Aku ingin kembali ke rumah.” Ujarnya malas.
        Luhan hanya mengangguk lalu meletakkan kembali gelasnya yang sudah kosong sebelum mengejar Sehun menuju meja kasir.
        “Jongin hyung?”
        Luhan menoleh ketika mendengar Sehun menyebut nama Jongin. Ia segera merapatkan diri ke samping Sehun yang langsung saja menatapnya kesal. Sebenarnya Luhan hanya ingin memastikan ucapan Sehun. Namun tak di sangka reaksinya terlalu berlebihan.
        “Apa kabar, hyung.” Sapa Jongin sopan masih lengkap dengan seragam kerjanya.

@@@

        Kris kembali ke National University seperti janjinya tadi. Kali ini ia langsung melesat ke bank untuk membayar administrasi pendaftaran. Kris berbalik dan terkejut mendapati Suho mengantri di belakangnya.
        Suho mendengus kesal sebagai tanda ia menyesal telah bertemu dengan Kris lagi di sana.
        “Tenang, aku tidak akan mengganggumu sampai tahun pelajaran baru di mulai.” Bisik Kris jahil di telinga Suho lalu meninggalkan tempat itu tanpa pamit lagi. Suho hanya menatap kesal kepergian Kris.
        “Kris…”
        Kris menoleh ketika mendengar sebuah suara menyebut namanya. Ia sedikit mengumpat dalam hati mendapati orang itu adalah Baekhyun yang sedang melangkah dengan penuh antusias ke arahnya.
        “Apa kau sibuk setelah ini? Aku hanya ingin mengobrol.”
        Kris belum menjawab karena ia melihat Baekhyun menatap sesuatu yang berada di belakangnya. Kris yang penasaran ikut melihat apa yang menarik perhatian Baekhyun. Ternyata hanya Suho yang baru keluar dari bank. Kris sedikit tak mempedulikan Suho. Ia kembali menatap Baekhyun.
        “Jika kau berjanji mau menceritakan apapun yang kau ketahui tentang orang itu,” Kris memberi tanda dengan lirikan mata bahwa orang yang ia maksud adalah Suho. “Aku akan menemanimu mengobrol. Kebetulan aku tidak ada kegiatan setelah ini.”
        “Aku akan menceritakan banyak hal tentang Suho.” Tantang Baekhyun yang sama sekali tak menyimpan kecurigaan pada Kris.

@@@

        Kris dan Baekhyun memilih café tak jauh dari kampus Baekhyun. Alasannya, di sana akan ada lebih sedikit orang yang mengenal mereka. Sebelumnya Baekhyun telah memesan makanan kecil dan Kris hanya memesan minuman karena ia baru saja makan bersama Luhan dan Sehun.
        “Apa yang ingin kau tau tentang Suho, dan kenapa kau tertarik menelisik kehidupannya?” Tanya Baekhyun memulai pembicaraan tak lama setelah pesanan mereka di antar.
        “Dia anak orang kaya, kan?” pertanyaan Kris sedikit lebih mirip pernyataan.
        Baekhyun menatap Kris heran. “Dari mana kau tau?” serunya dengan tatapan menyelidik.
        Kris mendesah sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Ternyata benar.” Gumam Kris pelan. “Kenapa dia menutup diri?” Tanya Kris lagi ingin tau.
        “Di kampus, mungkin hanya aku dan beberapa staf kampus saja yang tau Suho anak orang kaya. Dia menutup diri karena ia pernah dikecewakan seseorang yang ternyata hanya memanfaatkan kekayaan ayahnya. Itu yang ku tau.”
        Kris menatap Baekhyun dalam-dalam. Ia yakin masih ada hal lain yang dirahasiakan Baekhyun. Baekhyun sendiri sebenarnya sadar akan maksud tatapan Kris, tapi ia berusaha bersikap senormal mungkin meyakinkan Kris bahwa ia memang belum selesai bercerita.
        “Di sini materi sangat berpengaruh. Kau bisa lihat dari hal kecil seperti parkiran mobil. Aku yakin kau pasti bisa menebak berapa harga mobil di sana yang rata-rata mobil mewah. Dan Suho satu-satunya mahasiswa yang menumpang bus kota untuk bisa sampai di kampus.”
        “Setidaknya itu hanya dimata orang lain. Mobil Suho bahkan lebih mahal dari mobilku.”
        Baekhyun tertawa mendengar komentar Kris. “Itu dia. Sebenarnya aku ingin berteman dengan Suho. Tapi tampaknya aku tak sanggup jika harus dijauhi hampir seluruh mahasiswa di sini.”
        Kris menatap Baekhyun bingung. “Dijauhi?” ulangnya.
        “Banyak yang berfikir Suho adalah seseorang yang mendapat beasiswa agar bisa kuliah di sana. Tapi ku akui strategi Suho cukup berhasil. Ia bisa focus menjalani kuliah tanpa gangguan mahasiswa yang lain. Dan ku dengar, ia hanya menyisakan satu setengah tahun lagi untuk bisa lulus. Padalah kini kami sama-sama baru akan masuk semester tiga.”
        Satu setengah tahun. Itu artinya Suho sama saja akan lulus dalam jangka waktu yang bersamaan dengan Luhan. Kris hanya menyembunyikan kekagumannya itu seorang diri.
        “Ku rasa kau harus segera menjauhiku.”
        Baekhyun nyaris tersedak mendengar ucapan Kris. “Apa kau tidak ingin berteman denganku?” protes Baekhyun. Sedetik kemudian pemuda ini mendengus kesal. “Tak ku sangka kau sama seperti yang lain. Memandang rendah dan memilih-milih orang untuk berteman.” Cibirnya.
        “Bukan itu. Tapi kita beda visi misi.” Ucapan Kris kembali menarik perhatian Baekhyun.
        “Maksudmu?” Tanya Baekhyun tak mengerti.
        “Bukankah kau tidak ingin mendekati Suho?” Kris hanya ingin memastikan ingatannya tentang perkataan Baekhyun. “Tapi aku kebalikan denganmu.”
        Baekhyun menimbang-nimbang perkataan Kris. Apa ia telah siap dijauhi orang banyak. Tapi di sisi lain, ia juga jenuh dengan kehidupan mahasiswa sekarang yang lebih banyak bermain-main. Ia ingin benar-benar menekuni profesi sebagai mahasiswa yang sebenarnya.
Mengerjakan tugas tepat waktu, mendapatkan nilai terbaik. Tentu saja itu akan memudahkan langkah-langkah berikutnya hingga ia bisa lulus tepat waktu dan juga mendapatkan hasil yang sangat memuaskan tentunya.
        “Apa kau tetap akan berteman denganku?” Tanya Baekhyun akhirnya.
        Kris tertawa kecil. “Kau pikir aku orang jahat yang menolak seseorang yang ingin berteman denganku?” balas Kris membuat Baekhyun juga menertawainya. Tentu saja Kris langsung merasa bersalah. Dengan terang-terangan ia menjauhi Chanyeol dan Tao tanpa meninggalkan alasan yang logis di hadapan dua temannya itu.
        Kris benar. Lagi pula jika Baekhyun dijauhi teman-temannya yang lain karena mendekati Suho, masih ada Kris yang tidak akan membuatnya kesepian. Dan tentu saja Suho juga, jika mereka bisa mendekati pemuda dingin itu.
        “Jadi, mulai kapan kita menyusun rencana untuk Suho?”
        “Lebih cepat lebih baik, kan?” Baekhyun terdengar antusias merespon ucapan Kris.
        “Apa itu artinya kau akan membayarkan minumanku?”
        “Maksudmu?” Tanya Baekhyun yang sama sekali tak mengerti dengan ucapan Kris.
        Kris tersenyum tanpa merasa bersalah. “Aku kehabisan uang tunai untuk membayar administrasi kampus. Sedangkan kartu kredit, ku tinggalkan pada Sehun karena tadi aku pergi mentraktir hyung dan adikku.”
        Baekhyun kembali menertawai alasan konyol yang dilontarkan Kris meski memang seperti itu keadaannya.

@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar