Sabtu, 06 April 2013

KRIS WITHOUT WINGS (part 3)



        Kris memasuki kamar sambil memegangi dada kirinya yang terasa cukup sakit. Dengan satu tangan, Kris berusaha mencari tabung berisi obat yang bisa membantu mengurangi rasa sakitnya dari dalam tas. Wajah Kris memucat ketika mendapati tabung tersebut sudah kosong.
        “Hyung…” Sehun menerobos masuk ke dalam kamar Kris. “Kau berkelahi lagi?” selidiknya.
        Kris menyembunyikan tabung kosong tersebut dari Sehun. Ia juga berusaha memaksimalkan senyuman di depan adiknya itu karena hanya Sehun yang tidak mengetahui tentang penyakit yang dimilikinya. “Tidak. Oiya, apa Luhan hyung sudah pulang?” Kris buru-buru mengalihkan pikiran Sehun.
        “Kris…” Luhan muncul dengan tergesa-gesa. Namun ia segera menguasai diri ketika menyadari ternyata Sehun juga berada di sana. “Kau di sini juga?”
        Sehun tak menjawab. Ia kembali melirik Kris. “Hyung, kau belum jawab pertanyaanku.” Tuntut Sehun.
        Kris tampak berfikir apa yang Sehun tanyakan sebelum Luhan muncul. “Nanti saja kita bicara lagi sekalian kita bertanding play station.” Rayu Kris agar Sehun mau melupakan hal itu.
        “Bukankah kau sedang belajar?” Luhan mengingatkan karena ia sempat melihat tumpukan buku pelajaran Sehun di meja ruang tivi. “Selesaikan dulu tugasmu.” Ujar Luhan dengan maksud lain untuk menyuruh Sehun keluar dari kamar Kris.
        “Tepati janjimu.” Sinis Sehun untuk mengingatkan Kris sebelum akhirnya menyetujui untuk keluar dari kamar itu.
        Kris akhirnya bisa bernapas lega lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Luhan juga buru-buru menghampiri Kris. “Kau baik-baik saja?” Tanya Luhan khawatir.
        “Obatku habis, hyung.” Keluh Kris masih memegangi dadanya.
        Luhan merebut tabung kosong di salah satu tangan Kris. Ia menatap tabung itu intens. “Ternyata benar.” Gumam Luhan pelan namun masih terdengar di telinga Kris. “Joongki menghubungiku. Dia bilang kau salah membawa tabung. Bukan yang bertutup merah, tapi harusnya kau membawa yang tutupnya biru.”
        Kris membulatkan matanya. “Tapi selama ini aku selalu membawa yang merah.” Belanya.
        Luhan menggaruk tengkuknya dengan tatapan sedikit merasa bersalah. “Harusnya aku ikut menemanimu kemarin.”
        “Hyung, jangan menyalahkan dirimu.” Protes Kris yang tak ingin Luhan merasa bersalah akibat keteledorannya. “Aku juga salah. Harusnya aku mendengarkan ucapan Joongki dengan baik. Tapi aku meremehkannya.” Sesal Kris.
        “Sudahlah… lebih baik kau minum ini.” Luhan tak ingin bertambah banyak lagi penyesalan. Ia mengeluarkan beberapa butir obat yang ia bawa di atas telapak tangan Kris. Luhan juga mengambilkan gelas di meja belajar Kris.
        Kris menghabiskan air lalu menyodorkan kembali gelas itu kepada Luhan. “Memangnya obat apa yang ku bawa? Apa artinya aku akan lebih cepat mati? Aku tidak mau, hyung. Aku belum membuat Sehun lebih dekat padamu.” Tanya Kris asal.
        Luhan menjitak kepala Kris. “Jaga ucapanmu!” omelnya. “Kau tak perlu memikirkan masalah Sehun.”
        Kris mendengus kesal sambil mengusap puncak kepalanya. “Pantas saja Sehun selalu menjauhimu. Ternyata ini yang selalu dia rasakan.” Cibir Kris.
        “Diam kau!” Luhan tak mau kalah, tapi ia juga tak ingin bertengkar lebih lanjut dengan Kris.

@@@

        Luhan hendak ingin membuka pintu mobil, namun ia membatalkan niat ketika melihat Kris muncul. “Mau ku antar sekolah?” tawarnya.
        Kris menoleh dan tersenyum sambil menarik ke atas resleting jaketnya. “Terima kasih hyung. Kau bisa terlambat kuliah. Kau tenang saja, aku sudah lebih baik.”
        Luhan tak memaksa. Ia hanya memperhatikan ketika motor sport milik Kris meluncur. Luhan menghela napas berat. Kondisi Kris semakin mengkhawatirkan.
        “Hyung!” tegur Sehun membuat Luhan sedikit terlonjak.
        “Sehun! Apa yang kau lakukan?”
        “Aku adikmu juga kan?” Tanya Sehun dengan nada manja.
        “Lalu?” Luhan merespon sedikit malas.
        “Aku boleh ikut mobilmu sampai sekolah, kan?” Sehun berkata masih dengan nada yang dibuat semanja mungkin.
        Luhan menggerakkan kepala sebagai tanda ia mengabulkan permintaan Sehun. “Masuklah…”
        “Terima kasih, hyung.” Seru Sehun senang dan langsung menuju kursi penumpang di samping kursi pengemudi.
        Luhan tak buru-buru masuk ke dalam mobil. Bukannya tidak senang ketika Sehun mendekatinya. Tapi yang menjadi beban adalah Kris. Adiknya yang paling tinggi itu lah yang sangat ingin membuat Sehun dekat dengannya karena Kris sangat mengetahui kondisinya. Lebih baik Sehun selalu menghindarinya dari pada ia juga harus kehilangan Kris.
        “Hyung, cepat.” Tegur Sehun dari dalam mobil membuat lamunan Luhan buyar seketika. “Nanti kita terlambat.” Lanjut Sehun yang mulai tak tenang karena waktu semakin mepet.
        “Iya.” Jawab Luhan singkat sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.

@@@

        “Apa sore nanti Minseok mengajak sparing lagi?”
        Kris menoleh mendengar pertanyaan Tao. Ia tersenyum karena sepertinya Tao sudah mengerti maksud kata ‘sparing’ yang sebenarnya menurut kamus versi Kris.
        “Aku tak sabar untuk mencubit pipi Minseok yan tembam itu lagi.” Gumam Tao sambil menggerak-gerakkan kedua jarinya seolah benar-benar sedang mencubit pipi Minseok seperti apa yang ia bayangkan.
        “Apa aku juga harus membawakan makanan untuk Lay? Jadi aku bisa menendang perutnya.” Seru Chanyeol penuh semangat.
        “Kenapa tidak sekalian saja kau ajak Lay untuk piknik?” saran Kris asal dan tak di sangka Chanyeol justru menanggapi ucapan Kris dengan serius.
        “Ide bagus.”
        Plak! Kris memukul kepala Chanyeol menggunakan buku. Tao hanya menggeleng sebelum akhirnya menyusul Kris yang sudah berjalan lebih dulu.
        Tao mengejar Kris dan mensejajarkan langkahnya. “Lalu bagaimana?”
        Kris menoleh sambil terus berjalan. “Jangan sore ini. Aku harus latihan basket.” Ujar Kris. “Aku juga sudah memberi tahu pada Jongin.”
        “Kau main basket, Kris?” seru Chanyeol yang entah muncul dari mana.
        “Kenapa memangnya?” balas Kris yang merasa di remehkan, tapi Chanyeol tak terlalu ambil pusing dengan tanggapan Kris.
        “Boleh aku ikut bergabung?” pinta Chanyeol penuh harap.
        Kris melirik Tao yang berada di sisi lain dari Chanyeol. Ia menatap Tao penuh Tanya. Kalau di artikan, Kris ingin bertanya apakah Tao juga ingin bergabung di klub basketnya?
        Tao melambaikan tangan tanda ia menolak. “Aku tidak bisa main basket.”
        Kris kembali menatap Chanyeol. “Kita bertemu di sekolah.”
        “Oke…” girang Chanyeol karena Kris mengabulkan permintaannya.

@@@

        Jongin menghentikan motornya tepat di depan sebuah rumah besar. Ia berlari turun dan mendekati pagar. Di sana tertera jelas bahwa rumah itu akan di jual. Jongin hanya mampu mengepalkan dua tangannya untuk menahan emosi.
        “Apa ayah benar-benar ingin memisahkan aku dengan Suho hyung?” gumam Jongin kecewa. Ia menatap rumah tinggi itu dari luar pagar. Terlalu banyak kenangan bersama Suho di sana. “Hyung, aku akan merebutmu kembali dari tangan ayah.” Tekad Jongin, lalu pergi dari sana.

@@@

        Terlibat perkelahian dengan Minseok, Lay dan Jongin tidak bisa terhindarkan lagi di kehidupan Kris. Di tambah ia juga telah mendapatkan dua partner yang memiliki satu misi seperti Chanyeol dan Tao. Meski terkadang Kris masih sempat untuk berlatih basket sesuai jadwal yang telah disepakati dua belah pihak. Terutama untuk Minseok dan kawan-kawan. Mereka tidak protes jika Kris lebih memilih latihan basket, karena Minseok juga tergabung di sebuah klub sepakbola bersama Lay.
        Rutinitas tersebut telah terlaksana bahkan sampai dua tahun kemudian. Setiap tidak ada jadwal ‘sparing’ denga Minseok, Kris akan berlatih basket bersama Chanyeol yang kini juga sudah bergabung. Kecuali Tao yang lebih memilih latihan bela diri jika tidak melakukan ‘sparing’ seperti yang diistilahkan Kris. Begitu pula sebaliknya, jika mereka tidak memiliki kegiatan lain seperti latihan basket, bela diri atau sepakbola, ‘sparing’ pun tak akan terhindarkan.

@@@

        Kris masuk ke dalam kamarnya sambil memegangi salah satu pipinya. Tentu saja karena ia habis ‘sparing’ dengan Chanyeol dan Tao melawan Minseok, Lay dan Jongin. Kris merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Luhan.
        “Hyung… kau tidak pulang malam ini?” Tanya Kris sambil berusaha menahan rasa kecewanya jika Luhan membenarkan pertanyaannya tadi.
        Di tempatnya berada, Luhan baru saja masuk ke dalam mobil yang masih terparkir di halaman kampusnya. Padalah saat itu hari sudah beranjak malam. “Maaf, Kris.” Lirih Luhan. Dan jawaban Luhan telah mewakili semua kenyataan yang sebenarnya.
        Kris menghela napas berat. “Lebih baik kita pindah ke rumah yang lebih dekat dengan kampusmu. Aku tak rela melihatmu hidup sendiri.”
        Luhan hanya tersenyum mendengar kekhawatiran adiknya. “Jangan egois, Kris. Kau juga harus pikirkan Sehun.”
        “Kau lupa? Sehun bersekolah di SMA Sun Moon.” Seru Kris mengingatkan.
        Demi persahabatannya dengan Kyungsoo, Sehun lebih memilih bersekolah di SMA Sun Moon yang notabene berisi 3 orang musuh besar kakaknya, Kris. Tapi justru Kris sangat mendukung meski kerap kali ia selalu menekankan pada Sehun untuk tak membongkar jatidirinya bahwa Sehun adik dari seorang Choi Kris Woo.
        “Lalu kau?” Luhan juga mengkhawatirkan Kris.
        “Aku sudah kelas tiga dan bulan depan aku ujian kelulusan. Jadi tidak lama lagi kita bisa pindah rumah.” Ujar Kris yang semudian sedikit menyesali ucapannya. Hati kecil tak bisa berbohong. Kris sebenarnya sangat tidak ingin pindah rumah. Alasan lain karena Chanyeol dan Tao yang merencanakan untuk kuliah di kampus yang tak jauh dari tempat tinggal mereka sekarang.
        “Terserah kau saja. Nanti aku akan bicara pada ayah dan ibu.” Ujar Luhan mengalah. “Oiya, dokter Jaesuk sudah merindukanmu.”
        Kris sangat malas jika membahas dokter Jaesuk. “Aku akan menemuinya besok setelah bertanding basket.”
        Luhan siap buka mulut untuk memprotes Kris tentang keputusannya yang akan bertanding basket. Tapi Luhan lebih memilih bungkam karena percuma saja jika melarang Kris. Luhan hanya ingin Kris tak pernah menyesali apa yang dilakukan adiknya itu.

@@@

        Dengan santainya Kris memasuki lapangan basket. Ia juga telah mengenakan seragam kebanggaan klub basketnya tersebut. Di dalam sana pertandingan sudah di mulai. Kris mencari bangku kosong di tempat klubnya berada. Tak jauh dari sana seseorang berbadan atletis berjalan mendekati Kris yang kini sedang memakai sepatu.
        “Dari mana saja kau, Kris?” tegur pria yang tampak seperti pelatih klub basket Kris.
        Kris sama sekali tak menoleh, ia sibuk memasangkan sepatu di kakinya. “Percuma aku datang tepat waktu, toh hyung tidak akan menurunkanku dari awal pertandingan, kan?” serang Kris dengan pertanyaan yang bisa membuat pelatihnya bungkam.
        “Jongkook hyung.”
        Pria bertubuh atletis itu menoleh ketika mendengar seseorang memanggilnya. Ternyata Joongki. Pemuda itu menatap Jongkook untuk memberi pengertian tentang kondisi Kris. Jongkook hanya mengangguk mengerti lalu kembali ke tepi lapangan.
        Joongki duduk di samping Kris sambil mengelap keringat di wajahnya dengan handuk kecil. “Cepat lakukan pemanasan.” Joongki mengingatkan Kris.
        Kris hanya mengangguk singkat sebelum akhirnya berdiri dan mulai melakukan peregangan.

@@@

        “Itu Kris?” seru seseorang yang membuat Sehun menoleh seketika. Ia kini memang berada di sebuah lapangan indoor untuk melihat sebuah pertandingan basket. Dan tak di sangka Sehun justru akan melihat permainan basket dari kakaknya sendiri.
        Pemuda yang berteriak tadi adalah Minseok yang sedang memberi tahu Kyungsoo tentang sosok Kris yang kerap kali ia ceritakan kepada adiknya itu.
        “Yang tinggi itu?” Tanya Kyungsoo memastikan dan Minseok hanya mengangguk membenarkan pertanyaan adiknya itu.
        Kris memang sedang berdiri di tepi lapangan dan siap untuk turun bertanding. Sehun semakin tidak tenang dan beberapa kali melirik Kyungsoo, Monseok serta Lay dengan hati-hati.
        “Kau kenapa?” selidik Lay yang mendapat sinyal aneh dari Sehun.
        Sehun berusaha bersikap setenang mungkin. “Aku mau ketoilet sebentar hyung.” Serunya beralasan. Sebelum ada yang menahannya, Sehun segera melarikan diri dari sana.
        “Luhan hyung kenapa tidak bilang kalau Kris hyung akan bertanding basket?” gumam Sehun sedikit kecewa ketika telah berada pada jarak yang cukup jauh dari Kyungsoo dan dua kakak kelasnya itu.
        Sehun menghela napas berat untuk menghilangkan sedikit rasa sesak yang membuncah di dadanya. Ia sama sekali tak suka dengan keadaan seperti ini. Biar bagaimanapun, Kris adalah kakaknya. Sementara Kyungsoo adalah sahabat terbaiknya. Sepertinya ia akan terus bertahan dengan keadaan seperti ini.
Sehun menoleh. Dari tempat ia berdiri sekarang masih bisa untuk menyaksikan sisa pertandingan. Sementara ini klub yang dibela Kris sedikit tertinggal poin dari lawannya.
        Sementara itu, Kris terlihat melakukan pemanasan terakhirnya sebelum benar-benar masuk ke dalam lapangan menggantikan posisi Chanyeol. Sedetik kemudian, Kris telah tenggelam dalam pertandingan.
        Kris terlihat seperti kesatuan tak terpisahkan dengan bola basket yang kini di tangannya. Bola itu sulit sekali di rebut oleh lawan-lawannya. Kris meliuk-liuk dengan lincah menghindari serangan lawan yang ingin merebut bola darinya. Sampai akhirnya Kris berhenti ketika berhadapan dengan pemain terakhir dari kubu lawan.
        “Jongin…?” seru Kris tak percaya, tapi ia tetap memprioritaskan focus utamanya untuk bola yang siap di rebut Jongin.
        “Ternyata kau kartu terakhir tim ‘running boy’?” ujar Jongin dengan nada meremehkan.
        Kris yang lebih tinggi dari Jongin tak menyia-nyiakan kesempatan di waktu yang cukup sempit ini untuk segera melesatkan bola ke dalam ring. Tembakan tiga poin yang sangat indah.
        “Maaf, itu bukan mauku.” Desis Kris tak kalah meremehkan.

@@@

        Suho tak henti-hentinya menatap pesan masuk pada akun e-mailnya yang ia buka melalui ponsel. Ketika sampai di halte tujuannya, Suho langsung melompat turun dari bus dan berlari menyeberang jalan. Di sana telah menunggu sebuah mobil mewah.
        Suho menghempaskan tubuhnya di kursi belakang mobil mewah tersebut. “Paman, kita ke stadion.” Perintahnya.
        “Baik tuan muda.” Ujar pria bertubuh tinggi itu dari balik kemudinya.
        Suho yang selama perjalanan sedikit gusar, langsung melompat turun ketika Gwangsoo menghentikan mobil di parkiran lapangan basket. Suho mengedarkan pandangan. Sangat banyak orang yang berlalu lalang di sana. Pemuda tampan itu membeku ketika menemukan seseorang yang memang menjadi target pencariannya.
        Siapa lagi kalau bukan Jongin yang saat itu terlihat terburu-buru diikuti Minseok, Lay, Kyunsoo dan Sehun juga di belakang Jongin. Di saat yang bersamaan, Sehun seperti menyadari kehadiran Suho yang membuat kakak kandung Jongin tersebut langsung merunduk untuk bersembunyi.
        Suho tetap mengawasi Jongin dari jauh. Dan seharusnya ia juga tak perlu khawatir karena Sehun bukan melihat ke arahnya, tapi menoleh ke arah Kris yang juga berada di sekitar sana. Tentu saja Kris dan Suho tidak saling kenal.
        Begitu di rasa aman, Suho kembali masuk ke dalam mobil. “Kita pulang.” Perintahnya yang tak mendapat penolakan dari sang sopir.

@@@

        Kris menatap nanar sosok Sehun yang semakin menjauh. Sehun juga sesekali masih mencuri-curi pandang untuk melirik hyung tersayangnya itu. Selagi Kris masih bisa melihatnya, Sehun tersenyum bangga karena Kris tadi memenangkan pertandingan meski secara tak langsung Sehun berada di pihak lawan.
        “Kris…”
        Kris tersentak dan langsung menoleh ke arah sumber suara yang tadi memanggilnya. “Joongki hyung? Ternyata kau?”
        “Kau tak melupakan jadwalmu setelah ini, kan?” Pertanyaan Joongki membuat Kris mendengus malas. “Dokter Jaesuk sudah sangat merindukanmu.” Bisik Joongki untuk menggoda Kris.
        “Jangan seperti Luhan hyung.” Protes Kris karena hanya Luhan yang kerap kali berkata bahwa dokter Jaesuk merindukannya.
        Joongki tertawa puas karena berhasil menggoda Kris. “Sudahlah… kali ini akan ku pastikan kau tidak membawa tabung yang salah.”
        Kris melirik tajam ke arah Joongki. “Jadi selama ini…” Kris tak melanjutkan ucapannya karena sedetik kemudian Joongki terlihat salah tingkah.
        “Maaf, aku janji tak akan menjadi yang ke-empat kali.” Joongki nyengir sambil mejunjukkan jari tengah dan telunjuk di kedua tangannya. “Kita naik mobilku saja ya. Dan pulangnya akan ku antar lagi.” Rayu Joongki semaksimal mungkin karena tatapan Kris sudah seperti ingin membunuhnya.
        Kris masih mendengus kesal.
        “Ayolah Kris…” rayu Joongki lagi, kali ini sambil menarik tubuh Kris yang lebih tinggi darinya. Meski masih terlihat kesal, Kris pun tetap menurut kemana pun Joongki akan membawanya.

@@@

3 komentar:

  1. “Kenapa tidak sekalian saja kau ajak Lay untuk piknik?” saran Kris asal dan tak di sangka Chanyeol justru menanggapi ucapan Kris dengan serius.

    hahaha dasar Chanyeol.. pe bgt sih tuh org.. sumpah kocak bgt dy dsni perannya.. wkwkwk :D

    BalasHapus
  2. ya donk *bangga*
    gak nyesel kan bacanya...

    BalasHapus
  3. hahahaha
    bangga bener kayanya.. wkwkwkwk
    ne... ne... ne...
    ga nyesel.. :)

    BalasHapus